Everything's Back to Normal

Chanbaek

Yaoi

Mpreg

M

17

.

.

.

.

Sooyoung tersenyum menatap layar ponselnya yang menampilkan pose imut dari Sehun dan Kyungsoo. Memakai setelan couple desain papa mereka sendiri, Sehun terlihat seperti orang dewasa dengan style rambut ke atas. Menampakkan dahinya yang membuat siapa pun gigit jari lantaran gemas sekaligus tampan. Sementara Kyungsoo tetap bertahan dengan gayanya, sederhana tapi tidak membosankan.

"Nenek, kenapa Daddy dan papa harus menikah lagi? Bukankah mereka sudah menikah? Jadi, kenapa harus menikah lagi? Sebenarnya, menikah itu apa?" Sehun memanjat ke pangkuan Sooyoung dan melempar rentetan pertanyaan yang membuat pusing.

Kyungsoo pergi mengekori Taejoon dan merengek meminta kacang.

"Daddy dan papa harus menikah agar kalian berempat bisa tinggal bersama lagi, Sehunie."

"Tapi kami masih tinggal bersama, kok. Daddy sering menginap di apartemen papa." Sehun mengerjap-ngerjap.

"Iya, tapi 'kan sekarang Sehunie sudah mau punya adik bayi. Jadi, Daddy dan papa harus menikah lagi. Menikah itu.." Sooyoung menggantung ucapannya karena tidak tahu harus mengutarakan dengan bahasa yang mudah dimengerti bocah tujuh tahun, "Kalau Sehunie sudah besar, Sehunie juga akan menikah."

"Begitu, ya? Yasudah, Sehunie tidak mau besar-besar supaya tidak menikah." Sibungsu cemberut dan menggeleng ribut.

"Baiklah, jangan jadi besar. Tetap seperti Sehunie nenek yang menggemaskan ini, okay?"

"O-kay!"

Sooyoung balas memeluk Sehun yang tiba-tiba saja menubrukkan tubuh kecilnya. Lalu sebuah ungkapan rindu dari mulut kecil itu membuat sang nenek terenyuh. Bisa dibilang, hampir bertahun-tahun Sooyoung tidak pernah menjenguk si kembar setelah Chanyeol bercerai. Selain Baekhyun yang tidak memberikan akses bertemu, Seunghyun cukup mengekang istrinya agar tidak berurusan dengan lelaki yang ia panggil lacur, dulu. Tapi sekarang semua sudah kembali normal, semua sudah baik-baik saja.

"Ayo, kita lihat papa Sehunie yang cantik itu." Ajak Sooyoung sambil menggandeng tangan si manja, "Jangan lupa berikan buket tulipnya."

"Tentu saja, nek! Tulip kesukaan papa!"

Sehun mengangkat tinggi-tinggi buket bunga yang ada ditangan kanannya. Berkat inisiatif, Sehun merengek minta ditemani ke toko bunga dan memaksa ingin merangkai buket untuk papanya tercinta. Sooyoung jadi teringat saat Chanyeol kecil dulu, dimana ia juga memaksa Seunghyun agar mengizinkannya merangkai bunga untuk Sooyoung.

Yang namanya darah, tidak pernah bisa jauh-jauh.

...

"Kenapa aku gugup?"

Minseok terkekeh, Baekhyun baru saja bertingkah seolah ia adalah gadis perawan yang akan dinikahi. Padahal anaknya hampir tiga dan sudah tak terhitung berapa kali menghabiskan waktu di atas ranjang bersama mantan suami, yang sekarang sudah bisa disebut calon suami.

"Biasa, euphoria wedding dimana-mana membuat gugup." Ujar Minseok santai.

"Bagaimana kalau aku pingsan?" Baekhyun bermondar-mandir sambil menggigit kuku jempolnya.

"Tidak akan kalau kau bisa tenang sekarang. Apa kau pernah gugup saat kalian bercinta?"

Baekhyun mendesah.

"Aku bahkan benci wajah terangsangnya."

"Benci tapi nagih." Decih Minseok, "Aku akan tunggu diluar, mungkin bergabung dengan ibu Chanyeol. Jangan terlalu sering menggigit bibir bawahmu, Baek, nanti tintnya hilang. Jangan sampai berkeringat juga, butuh berjam-jam memoles wajahmu itu, kau mengerti?"

Si mungil hanya mengangguk asal dan mengibas tangannya berharap Minseok segera enyah. Kepalanya semakin pusing mendengar larangan ini larangan itu, kalau bisa, Baekhyun ingin tidur saja di rumah.

"Tolong hibur papa saat papa mulai gugup di atas altar nanti ya, sayang?" Katanya pada janin dalam perut, "Astaga, apa yang sudah Chanyeol lakukan sampai membuatku menjadi orang bodoh begini?"

...

Meskipun termasuk orang besar, Seunghyun tidak mengundang media untuk meliput suasana pemberkatan putranya. Tapi, tetap saja beberapa foto menyebar dari tamu yang memotret diam-diam, sehingga portal berita online penuh dengan wajah Chanyeol dan Baekhyun. Banyak yang merasa bersyukur karena masa depan si kembar terselamatkan dan banyak pula hujatan. Netizen, siapa yang tahu akal mereka.

Bagian yang paling mendebarkan adalah saat kedua pengantin memberi penghormatan pada orang tua dari masing-masing pasangan dan lagi kali ini minus Yoona karena wanita itu tidak mau datang. Baekhyun berhadapan dengan Seunghyun, dimana sang ayah mertua tengah duduk angkuh tanpa mau meliriknya. Patut disyukuri, karena pernikahan kedua mereka direstui bahkan dihadiri langsung oleh Seunghyun.

Baekhyun sangat bersyukur.

"Papa!"

Sehun berteriak dari salah satu kursi undangan, bersama Minseok yang berusaha menenangkannya. Ketika Baekhyun menoleh, si bungsu melambai bahagia sampai sipitnya tertelan pipi. Dengan isyarat, lelaki itu tersenyum simpul sambil meletakkan telunjuk di depan bibir. Sehun langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Baekhyun kembali menoleh pada Seunghyun yang sudah berdiri dihadapannya, menjulang seperti Chanyeol, hanya saja tatapan sang ayah terlampau tajam. Membuat tulang-tulang melemas. Tapi Chanyeol buru-buru menggenggam tangannya, saling menatap untuk menyampaikan beberapa penyemangat walau hanya beberapa saat karena proses berpelukan setelah memberi penghormatan lah yang paling ditunggu. Baekhyun rasa ia mendadak demam. Belum pernah ia berdiri sangat dekat dengan Seunghyun seperti ini apalagi memeluknya?

Seunghyun mengangkat kedua tangannya untuk melingkari bahu sang menantu yang nampak gugup. Menepuknya beberapa kali sambil membisikkan satu kata yang membuat Baekhyun ingin menangis guling-guling. Sungguh apa yang Seunghyun katakan seperti dunia sedang dirahmati berjuta-juta kenikmatan. Baekhyun mendongak untuk melakukan kontak mata dengan Seunghyun dan ia bisa melihat senyum yang amat kecil disudut bibir sang ayah.

Saat Baekhyun dan Chanyeol bertukar tempat, Seunghyun masih menyimpan rasa sakit hatinya saat melihat putra yang amat ia sayangi sejak kecil harus menanggung beberapa penderitaan karena keegoisannya. Jadi, dengan restu tak seberapa ini Seunghyun ingin menebus kesalahannya meski tak tahu harus berkata apa. Tapi juga ia memeluk putranya, menepuk beberapa kali seperti yang ia lakukan pada Baekhyun.

Chanyeol merasa bahwa pelukan ayahnya kali inilah yang paling hangat.

...

Minseok kebingungan.

Acara selesai dengan sempurna. Termasuk Seunghyun yang entah kenapa betah duduk dikursinya mendengarkan Chanyeol menyanyikan lagu cinta untuk Baekhyun. Ternyata diam-diam bernostalgia, dulu ia juga membuat Sooyoung tak bisa tidur malam dengan sebuah lagu dan kebetulan atau tidak, Chanyeol menyanyikan lagu yang sama.

Sampai Sooyoung pun sadar dan menyikut lengan suaminya, mereka melempar senyum menggoda dan semua interaksi manis itu tak luput dari lirikan Chanyeol.

Ayah dan ibunya benar-benar sesuatu.

Tapi.. Tapi lihat sekarang saat semua sudah kembali ke tempat masing-masing, Baekhyun malah menangis sesenggukan di atas tempat tidur sambil menutup wajahnya. Chanyeol jadi ikut bingung. Apa istrinya terlalu bahagia? Tapi menangis seperti orang gila begitu sangat berlebihan.

"Kau berkata sesuatu saat kalian di mobil?" Tanya Minseok disela suara tangis Baekhyun yang kekanakan.

"Tidak. Baekhyun hanya diam saja saat aku berusaha mengajaknya bicara. Apa pengaruh adik bayi jadi sentimen begitu?" Chanyeol tanya balik setelah melepas dasi dan jas, kini membuka kancing lengan kemejanya untuk digulung sampai siku.

Minseok agak geli mendengar Chanyeol mengatakan adik bayi.

"Aku tidak tahu juga. Jadi, dia kenapa sebenarnya, sih?" Ujar papa Daeul begitu frustrasi. Tadinya ingin pulang malah tidak bisa pulang karena khawatir pada Baekhyun.

"Dimana si kembarku?"

"Jongdae bawa ke mini market 24 jam."

"Buat apa malam-malam begini?" Chanyeol berkecak pinggang tak terima anak-anaknya diculik.

"Mau bagaimana lagi. Kyungsoo dan Sehun tidak mungkin melihat Baekhyun menangis begini. Anak kecil itu banyak tanya, Chanyeol." Minseok berdengus, bangkit dari sisi sahabatnya dan siap-siap memakai mantel. "Aku akan menyusul Jongdae dan pulang. Biar si kembar bersama kami dulu, kau tenangkanlah Baekhyun dan bicara baik-baik padanya."

Chanyeol mengangguk lalu mengekori Minseok untuk mengantarnya sampai pintu dengan ucapan terima kasih dan selamat malam sebagai penutup. Setelah itu, ia kembali ke kamar dan memandang Baekhyun yang sedikit memelankan tangis. Chanyeol duduk perlahan, mengusap rambut sang istri kemudian melap pipi basah kemerahannya.

"Ada apa, hm?" Suara lembut si tinggi sedikit mengusik telinga Baekhyun. Tak kuasa, ia langsung menenggelamkan diri ke pelukan suaminya.

"Hatiku sakit, Chan."

"Kenapa? Apa ada seseorang yang mengataimu aneh-aneh?" Chanyeol mengusap belakang kepala sampai ke tengkuk Baekhyun, kemudian mengecupi rambut harumnya.

"Tidak."

"Lalu?"

Baekhyun terdiam. Sulit untuk mengakui perasaan tak jelasnya ini pada Chanyeol. Ia takut ditertawakan atau bahkan diledeki oleh suaminya sendiri.

"Tadi, saat prosesi memeluk orang tua, ayah membisikkan sesuatu padaku. Aku merasa bersalah sekaligus bahagia bersamaan. Bagaimana?" Chanyeol masih fokus mendengarkan apa yang membuat perasaan kesayangannya gundah, "Ayah mengatakan maaf yang bagiku mengandung beribu-ribu makna. Aku tidak percaya ia akan mengatakan itu padaku karena seharusnya aku lah yang meminta maaf tak bisa menjadi menantu yang ia harapkan."

"Baekhyun, kau berpikir terlalu berlebihan." Si tinggi mengekeh sambil menangkup wajah berantakan istrinya, "Aku yakin ayah sedang tertidur nyenyak di rumah sementara kau menangis seperti orang gila hanya karena kata maafnya? Ya ampun, suamiku menggemaskan sekali."

"Kata itu tak berarti apa-apa bagimu tapi bagiku seperti ledakan."

"Iya. Masih mau menangis?"

"Tidak tahu, aku pikir-pikir dulu."

Tuh 'kan. Baekhyun memang lucu. Di tambah lunturan eyeliner yang membuat sipitnya hitam, bukannya seram malah membuat orang lain ingin menguyel-nguyel.

"Bersihkan dulu make up-mu kalau tidak mau mandi, lagipula sudah terlalu malam bisa-bisa kau demam. Setelah itu tidur." Chanyeol mengbrak-abrik isi tas Baekhyun untuk mengambil sebotol micellar dan kapas, lalu satu buah jar cleansing balm.

Lengkap juga ternyata.

"Aku merasakan hawa tak enak dari kata tidurmu."

"Memangnya tidur yang seperti apa?"

Baekhyun memicing saat Chanyeol kembali duduk disampingnya, menyiapkan sebuah kapas sebelum menuangkan micellar. Meskipun pria itu sibuk dengan urusan kantor jangan tuduh Chanyeol tak tahu apa-apa soal make up. Diam-diam ia cukup paham karena diam-diam pula ia sering memerhatikan Baekhyun berdandan.

"Bagaimana kalau bibirmu biar mulutku saja yang bersihkan?"

"Jangan macam-macam, Park." Dengan menggemaskannya Baekhyun menggoyangkan telunjuk sebagai peringatan, sementara matanya terpejam saat Chanyeol mengusapkan kapas.

"Lebih efektif, 'kan? Kau bisa menghemat kapas."

"Sini! Aku bersihkan sendiri saja!" Secepat angin si mungil merebut semua perkakasnya dan kabur ke kamar mandi. Entah kenapa menjadi gugup, padahal bukan pertama kalinya Chanyeol menggoda seperti itu.

"Jangan kau pikir kau akan aman setelah keluar dari kamar mandi, sayang. Aku sudah sangat siap, kau tahu."

Lalu erangan tak terima Baekhyun menjadi alasan mengapa Chanyeol merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dengan kekehan.

...

"Daddy!"

Sehun berlomba-lomba dengan Kyungsoo yang berlari keluar dari rumah Jongdae setelah mendengar deru mobil. Tak ada yang membuat Chanyeol lebih excited daripada menyambut pelukan si kembar. Baekhyun menyusul setelah menutup pintu mobil dengan beberapa paper bag hadiah untuk pasangan Kim.

"Kalian tidur dengan baik?" Tanyanya pada anak-anak lalu berjinjit untuk mengecup pipi mereka yang sudah digendong oleh Chanyeol.

"Baik sekali, papa. Uncle Minseok membuatkan kami susu cokelat."

"Memangnya papa tidak pernah membuatkan kalian susu cokelat sebelum tidur?" Baekhyun mencibir sebelum menyadari sesuatu dan mamasang ekspresi terkejut, "Sehunie minum susu di gelas? Serius? Sehunie?"

Muka Baekhyun benar-benar bodoh. Chanyeol tak tahan jadi ingin cium.

"Hm-hm! Uncle Minseok bilang kalau Sehunie tidak boleh lagi menyusu pada papa karena adik bayi bisa sedih. Sehunie tidak mau adik bayinya sedih. Iya 'kan Daddy?"

Tentu si tinggi langsung mengangguk mantap.

"Wow, Minseok benar-benar luar biasa bisa memujuk Sehun." Bisik si mungil pada Chanyeol, "Tahu begitu dari dulu saja aku meminta bantuannya."

"Apa yang lebih luar biasa?" Bisik Chanyeol balik.

"Apa?"

"Sehunie kita sudah mulai membiasakan diri sebagai kakak."

Baekhyun tersenyum sambil mengusak rambut kedua putranya yang menggemaskan. Berharap, mereka jangan cepat besar, Baekhyun ingin menikmati perannya sebagai papa diwaktu-waktu seperti ini.

"Hei. Mowning, pasangan baru." Minseok mengucapkan selamat pagi yang sarat ejekan dari pintu rumah, "Jadi, ada apa denganmu semalam?"

"Alasannya menangis cukup bodoh, Seok."

"Apa-apaan." Chanyeol mengaduh ketika Baekhyun menyikut pinggangnya sadis, "Tidak ada. Aku hanya terlalu bawa perasaan."

"Begitukah?" Minseok tak yakin tapi akhirnya ia mengangguk supaya cepat selesai, "Baiklah, ayo masuk. Kita sarapan bersama."

Sehun dan Kyungsoo memaksa ingin turun dari gendongan Chanyeol untuk menggenggam masing-masing jemari orang tuanya. Lalu menarik-narik mereka tak sabaran memasuki rumah Jongdae.

"Pelan-pelan, Sehunie. Diperut papa sekarang ada adik bayi."

"Ah-hahaha, Sehunie lupa, Dad." Si bungsu reflek berhenti menarik. Kemudian menunduk untuk menyingkirkan batu yang agak besar agar sang papa tidak terpeleset.

"Uh, perhatiannya~" Baekhyun memuji sambil mencubit pipi gembil Sehun. Langsung saja bocah itu besar kepala, membuat Kyungsoo merotasikan bola mata sambil berdecih melihat dagu Sehun yang terangkat sombong.

...

Semuanya terlalu asik mengobrol sampai tidak memerhatikan Sehun yang sedang kebingungan, termasuk Kyungsoo sekalipun. Si kakak terlalu bahagia menikmati pancake sirup maple yang Minseok buatkan. Sementara Sehun sibuk mengamati kaus kakinya dan Kyungsoo yang tampak berbeda meski secara printing sama persis. Hanya saja warnanya, ugh, Sehun tidak menyukai warna merah dan ia terlihat iri dengan kaus kaki si sulung.

"Papa~ Lihat, koskaki Sehunie tidak sama dengan punya Kyungsoo." Si manja mulai mengerucutkan bibir sambil menarik pakaian Baekhyun agar diperhatikan. "Papa~"

Pelan-pelan semua mata terpaku pada Sehun, termasuk Chanyeol yang tadi baru saja mengambilkan Kyungsoo air minum.

"Ada apa, hm? Mau tambah lagi pancakenya?" Tanya sang papa penuh perhatian.

"Bukan. Lihat," Sehun menggoyang-goyangkan kakinya, "koskaki Sehunie tidak sama dengan Kyungsoo dan Sehunie tidak suka." Ia merajuk.

"Koskaki?" Barulah Baekhyun merunduk untuk melihat kaki-kaki putranya dan memang benar warna kaus kaki mereka berbeda, "Oh, kaus kaki. Sama saja kok, lihat, ada gambar hamsternya juga."

"Tidak mau. Sehunie mau warna hijau!"

Minseok melirik suaminya yang pura-pura sok asik dengan sup makaroni kental dalam mangkuk. Ia tahu ini ulah Jongdae yang super jahil. Pria itu pasti sengaja memakaikan warna kaus kaki yang berbeda hanya untuk melihat Sehun merengek dan sekarang ia melihatnya di depan mata.

"Kau, 'kan?" Minseok menepuk paha suaminya gemas.

"Apa?" Jongdae memasang wajah polos seolah pun tak terima disalahkan.

"Hunnie kenapa sih selalu iri dengan Kyungsoo?" Nah, si sulung menyahut.

Perang di meja makan segera dimulai dengan Daeul sebagai orang yang paling santai di kursinya. Tak tahu keempat orang dewasa disana mulai panik.

"Bukan iri, Sehunie cuma tidak mau berbeda dengan Kyungsoo!"

"Sama saja!"

"Jangan berteriak pada Sehunie!"

"Sehunie duluan yang berteriak pada Kyungsoo! Dasar adik tidak pernah sopan!"

Semua semakin terlihat kacau karena kebetulan Kyungsoo dan Sehun duduk bersebelahan. Baekhyun terpaksa bangkit dari posisi duduk magernya untuk menggendong Sehun, tapi sebelum ia sempat menarik si bungsu, Chanyeol lebih dulu mengambil alih. Tentu, suami mana yang tidak sigap melihat istri sedang hamil tapi harus menengahi anak-anak berkelahi?

"Hei, Sehunie janji pada Daddy untuk menghormati Kyungsoo, 'kan?"

Mulut Sehun masih maju satu senti, keningnya berkerut dan alisnya nyaris menyatu saking jelek ekspresi yang diperuntukkan pada si sulung. Padahal Kyungsoo kembali menikmati pancakenya masa bodo dengan Sehun, sudah sangat terbiasa.

"Baiklah. Disini dia kaus kaki berwarna hijau milik Sehunie. Maafkan uncle, okay?" Jongdae datang dari arah kamarnya dengan sepasang kaus kaki bergambar sama tapi warna persis seperti milik Kyungsoo, lalu memakaikannya di kaki Sehun yang masih digendong Chanyeol. "Pasti frustrasi sekali memiliki anak kembar, terlebih saat membeli pakaian mereka."

"Kau tahu, aku merasakan kefrustrasian itu." Sahut Baekhyun yang kembali duduk di kursi makan, "Tapi semuanya terbayar dengan kelucuan yang mereka berikan."

"Tentu saja." Chanyeol menimpali setelah Sehun tersenyum girang mendapati kaus kaki kemauannya.

"Benar sekali. Si kembar pasti seperti anugerah untuk kalian."

Baekhyun mengangguki perkataan Minseok yang turut senang dan bahkan lelaki itu berharap jika Tuhan berbaik hati memberikannya sepasang anak kembar. Supaya Jongdae tahu rasa mengurusi anak-anak nakal. Yah, semua tahu, Daeul terlalu baik budi sampai tidak bisa membuat ayahnya sendiri jera.

"Jja! Mari makan dengan tenang kembali. Sehunie tolong jangan memancing keributan lagi, ya?"

Sehun berkedip-kedip tanda mengiyakan. Sementara Kyungsoo menuruni kursi makan sambil memegang piring pancakenya untuk menghampiri Minseok dan minta dipangku. Si sulung ogah samping-sampingan dengan anak manja. Cih.

...

Sepulang dari rumah pasangan Kim, Chanyeol tak memiliki rencana apa-apa untuk menikmati hari pertama pernikahannya bersama Baekhyun. Entah, mungkin karena mereka memang sudah pernah menikah, jadi untuk bermanis-manis pun rasanya menggelikan. Baekhyun juga seperti biasa, tidak terlalu berlebihan menuntut suaminya harus kesana, harus kemari bahkan meminta bulan madu keluar negeri.

Itu bukan gaya Baekhyun sekali. Tentu, usia mereka tidak semuda pasangan-pasangan lain. Terlebih Sehun masih sangat manja untuk ditinggal berdua dengan Kyungsoo tanpa diawasi langsung oleh papanya, bisa-bisa mereka saling jambak. Chanyeol pikir pun Baekhyun sedang hamil muda yang kemarin pernah hampir keguguran, ia takut jika istrinya kelelahan di ajak berlibur.

Mungkin sehabis lahiran nanti? Yep. Mereka bisa pergi ke Hawaii berlima bersama adik bayi.

"Kau tidak kemana-mana?" Tanya Baekhyun yang keluar dari kamar mandi memakai bathrobe ukuran tubuh Chanyeol, tentu sangat besar. "Aku akan ke kafe sebentar, tak apa, 'kan?"

"Kenapa tidak di rumah saja denganku? Kita bisa menghabiskan waktu seharian di atas tempat tidur."

Si mungil mendelik, "Aku sudah lama tidak mengurus kafe. Hani terus menghubungiku, tahu."

"Pegawaimu benar-benar tidak peka, ya? Sudah tahu boss mereka baru menikah, harusnya beri waktu untuk bersenang-senang."

Baekhyun tak menanggapi, ia sibuk memilih-milih bajunya yang tersimpan di lemari Chanyeol karena omong-omong mereka semua akan pindah kesana. Sudah disepakati bersama termasuk meminta pendapat si kembar, mereka lebih suka di apartemen Chanyeol karena luas dan keduanya bisa menempati kamar mereka dulu. Sehun girang bukan main, buktinya suara teriakan si bungsu bersahut-sahutan dengan Kyungsoo di luar kamar.

Teriak dalam artian baik, mereka sedang akur dan sepertinya menikmati permainan Pangeran dan Putri. Tentu Kyungsoo yang akan selalu menjadi sang Putri.

"Tak ada baju yang bisa kupakai disini." Baekhyun mendesah sambil menutup pintu lemari yang cukup tinggi itu, "Kalau saja koperku tidak tertinggal."

"Itu artinya kau tidak diizinkan pergi. Sini, aku ingin memelukmu." Chanyeol menepuk kasur sebelahnya. Heran, padahal sedang membalas email melalui gadget tapi tetap saja bisa modus.

Mau tidak mau, Baekhyun melangkah berat ke arah tempat tidur dan sang suami dengan cepat menyingkirkan gadget untuk menyambutnya. Dengan bathrobe super besar itu semakin menambah keimutan Baekhyun yang bertubuh mungil dan chubby. Ugh, maaf, tapi istrinya memang gendutan.

Dan itu sangat menggemaskan.

"Kapan kau akan mengambil koperku, Chan?" Baekhyun memiringkan tubuhnya untuk balas memeluk Chanyeol, mengangkat satu kakinya menimpa pinggang si tinggi.

"Hoodieku 'kan banyak, pakai saja dulu."

"Itu berarti kau tidak mau mengambil koperku?"

"Aku sedang malas kemana-mana atau aku suruh Taejoon saja, ya? Sekalian barang-barang lain yang ingin kau bawa kemari."

"Ide bagus. Hmm, tubuhmu enak sekali dipeluk." Si mungil makin mengusel-ngusel seperti ulat bulu yang menggeliat di atas daun, lalu tiba-tiba matanya terbuka menatap Chanyeol yang sudah bernafsu entah sejak kapan. "Chan, sepertinya aku sedang ingin mengemut."

Alis Chanyeol menukik, "Punyaku?"

"Ya terus punya siapa?"

"Tumben tanpa harus kupancing dulu?"

Mulut Baekhyun mengerucut, "Habisnya adik bayi yang kepengin."

Selalu saja. Adik bayi yang tidak bersalah itu dibawa-bawa untuk menutupi kebohongan papanya. Padahal memang Baekhyun sendiri yang sedang ingin mengemut sesuatu, besar dan bisa mengeluarkan cairan. Membayangkannya saja sudah bikin liur menetes. Chanyeol bangkit secara tak langsung menurunkan kaki Baekhyun di atas tubuhnya. Ia duduk di pinggir ranjang menunggu sang istri mengambil posisi di antara dua kakinya.

Melakukan hal-hal mesum dengan latar suara si kembar boleh juga.

"Kau belum mengunci pintunya."

"Mereka tidak akan masuk."

Chanyeol menjawab yakin, jadi Baekhyun menuruni ranjang dan berlutut di hadapan suaminya dengan ikatan bathrobe yang mulai berantakan. Tak apa, mungkin nanti juga akan Chanyeol buang kemana-mana. Si tinggi memegangi pundaknya, membuat gerakan mengelus naik turun menunggu Baekhyun berperang dengan pengait dan resleting celana yang entah kenapa sepertinya sulit dibuka. Tersangkut? Baekhyun gemas bukan main. Mulutnya sudah tidak sabar.

"Daddy..?"

Sebuah panggilan halus mengudara bersamaan dengan jemari Baekhyun yang baru saja berhasil membuka pengait. Keduanya tak berkutik, saling pandang dengan sirat masing-masing. Perlahan Baekhyun memiringkan badan untuk melihat ke arah pintu yang berada dibalik punggung Chanyeol. Disana menyembul kepala Sehun dan Kyungsoo tengah mengerjap-ngerjap.

"Papa sedang apa?" Tanya si bungsu tak tahu menahu.

Baekhyun membuat ekspresi sebal sambil berusaha mengaitkan celana suaminya kembali.

"Papa sedang membenarkan celana Daddy, sayang. Kalian sudah selesai main?"

"Ung." Angguk Sehun kemudian membuka pintu kamar orang tuanya lebih lebar agar Kyungsoo bisa masuk, "Kami bosan, Dad."

"Bosan? Memangnya Kyungsoo ingin jalan-jalan kemana?" Setelah Baekhyun enyah menuju lemari untuk mengambil hoodie, Chanyeol langsung membawa si kembar kepelukannya dan jatuh ke atas ranjang. "Kalian mau pergi ke desa lagi memanen stroberi?"

"Tidak. Kyungsoo mau.. ung.. Sehunie, katakan pada Daddy." Sehun tersentak setelah ditunjuk kakaknya, "Kok Sehunie? 'Kan Kyungsoo yang mau ke rumah nenek."

Kyungsoo pun kaget karena dengan tampang polos Sehun sudah membongkar keinginannya tanpa filter.

"Ke rumah nenek? Nenek Yoona?"

"Bukan. Itu.." Chanyeol tersenyum kecil kemudian bangkit duduk menyilakan kaki, membiarkan si kembar duduk dimasing-masing pahanya.

"Kenapa tidak jujur saja? Daddy tidak marah kalau Kyungsoo bilang ingin bertemu dengan nenek Sooyoung." Si tinggi mengusap rambut putranya sayang.

"Kyungsoo takut sama kakek."

"Ung! Kakek itu jahat, Dad." Sehun menyela kuat.

"Eits, sejak kapan anak-anak papa berani mengatai orang lain jahat?" Baekhyun menyusul duduk di ranjang setelah menganduki rambutnya. Sehun segera menutup mulut dengan kedua tangan merasa bersalah.

"Maaf, papa."

Baekhyun memencet hidung Sehun sebelum si bungsu ingin pindah ke pangkuan papanya. Mereka mulai asik berdua, meninggalkan Kyungsoo yang masih mempertahankan keinginannya ke rumah sang nenek. Chanyeol masi menunggu agar Kyungsoo mengatakannya langsung. Jika diingat memang sudah sangat lama anak-anak tidak main dengan Sooyoung, karena ibunya lebih sering menemani sang ayah yang notabene tidak menyukai si kembar.

Bahkan saat di pesta kemarin, Kyungsoo dan Sehun selalu bergaul dengan pasangan Kim dan juga Changmin. Tidak berani mendekati Sooyoung karena Seunghyun kadang menatap mereka tajam. Chanyeol tahu, tapi tidak terlalu ambil pusing karena takut Seunghyun bisa saja berubah pikiran tiba-tiba.

"Lebih baik Kyungsoo siap-siap, kita akan ke rumah nenek sekarang."

"Benar, Dad?" Mata si sulung membulat penuh binar girang. "Kyungsoo akan pakai baju bagus hari ini!"

Kyungsoo langsung bergegas turun berlomba-lomba dengan Sehun yang hampir menendang perut Baekhyun. Hampir. Kalau sempat tertendang mungkin Chanyeol akan memarahi si bungsu sampai menangis seperti kemarin-kemarin.

"Apa?" Tanya si tinggi saat Baekhyun menatapnya dalam-dalam dengan bibir yang dikerucutkan.

"Kenapa kau malah mengajak mereka? Yang tadi belum selesai."

"Pfftt. Semalam kau tidak mau kuapa-apakan, sekarang malah agresif."

Baekhyun hanya membalas cibiran.

...

Sooyoung menunggu antusias di pinggir teras rumah bersama suaminya. Seunghyun? Yep. Saat Chanyeol menelpon, pria itu tiba-tiba menjadi semangat ingin melihat cucu-cucunya. Tapi tentu tidak dinampakkan secara gamblang, meski begitu, Sooyoung cukup paham dengan gerak-gerik suaminya yang malu-malu tapi mau.

Klakson mobil terdengar memasuki area rumah dan Sooyoung semakin tak sabar menautkan kedua tangannya dengan senyum yang seakan merobek bibir sampai ke telinga. Teramat bahagia, ini kali pertama sejak terakhir kali Baekhyun bersama Kyungsoo dan Sehun main ke rumah. Sungguh sangat dinantikan momen seperti ini.

Chanyeol keluar dari mobil pertama kali lalu di susul Baekhyun yang terlihat waswas ketika membantu si kembar turun. Kyungsoo hampir kelepasan berlari menuju Sooyoung jika ia tidak melihat tatapan jahat Seunghyun pada mereka.

"Astaga, akhirnya kalian datang." Sambut wanita paruh baya itu dan masih menunggu ditempat, "Kemarilah cucu-cucu nenek yang nenek rindukan."

Sehun menyikut Kyungsoo dan sang kakak menatapnya ragu. Tapi Sehun si keras kepala dan berandal langsung menarik Kyungsoo untuk mendekat pada nenek.. tentu juga kakek. Sepanjang lagkah, Seunghyun terus malancarkan sinar laser pada si kembar padahal ia ingin sedikit lebih ramah tapi tidak tahu caranya bersikap. Sampai tersisa satu meter, Kyungsoo menghempas tangan Sehun dan hendak berbalik menuju papanya yang berdiri di dekat mobil sebelum..

"Hei, tidak mau permen?"

Dua tangan Seunghyun yang sejak tadi berada di balik punggung akhirnya terulur tidak sabar. Baekhyun kaget dan Kyungsoo jauh lebih kaget, permen itu sama persis seperti yang pernah ia berikan pada sang kakek tempo lalu saat bertemu di perusahaan.

"Kemarilah, nak. Cucu-cucuku."

"Kakek!" Bukan Kyungsoo, malah Sehun berlari antusias dan masuk ke dalam pelukan Seunghyun saat pria itu berjongkok. "Kakek sudah baik pada kami?"

Kyungsoo masih mengerjap-ngerjap di tempat sehingga Sooyoung menariknya.

"Kyungsoo tidak mau permen dari kakek?" Tanya sang nenek pada si sulung yang menatap takut-takut pada Seunghyun. Melihat kakeknya tersenyum tapi mata masih nyalang seperti itu jauh lebih mengerikan.

"B-bolehkah?"

"Tentu. Kakek punya dua, satu untuk Kyungsoo."

Sooyoung menatap haru suaminya yang sudah lebih lunak pada si kembar, malah terlihat berusaha ingin lebih menempel pada Kyungsoo karena si sulung masih sedikit takut. Seunghyun sebenarnya lembut, hangat dari dalam, hanya saja iblis terlalu menguasainya sampai bisa membenci.

Baekhyun meremas jemari Chanyeol ketika menggenggamnya mendekati kedua mertua. Masih sangat membekas perkataan maaf Seunghyun kemarin yang begitu tulus meskipun hanya satu detik. Sekarang ayah mertua tidak memandangnya seperti ia seorang jalang lagi, seolah sudah siap mengakui bahwa lelaki mungil itu menantu satu-satunya.

"Ayo, kita masuk. Kakek punya beberapa hadiah untuk Kyungsoo dan Sehunie."

Seunghyun berbalik memasuki rumah sebelum sempat Baekhyun menyapa membuat hatinya mencelos. Ternyata ia salah, Seunghyun belum bisa menerimanya. Chanyeol langsung menenangkan sang suami, menggoyang-goyangkan tangan mereka dengan senyum seorang pria.

"Tak apa, sayang. Pelan-pelan. Aku yakin ayah hanya belum tahu bersikap padamu karena anak-anak lebih mudah dirayu ketimbang orang dewasa."

Sooyoung mengangguk sambil mengapit lengan Baekhyun dan mereka bertiga memasuki rumah bersama si mungil ditengah-tengah.

"Ibu seperti mimpi, seolah sedang berada dalam memori beberapa tahun yang lalu."

"Memori yang seperti apa, bu?"

"Saat kau dan Baekhyun datang pertama kali ke rumah kita, memberitahu ada bayi kembar dalam perutnya. Sekarang, bayi kembar itu sedang tertawa di pelukan ayahmu." Sooyoung menyandarkan pelipisnya di kepala Baekhyun sambil menatap punggung Seunghyun yang berjalan di depan.

Baekhyun melirik Chanyeol yang juga menatapnya, genggaman jemari mereka semakin erat tanpa sadar membuat perasaan si mungil melumer. Pertama kali ia rasa begitu menyenangkannya dicintai oleh keluarga seperti hari ini, dimana kaki-kaki berpijak untuk kedua kalinya di rumah Seunghyun dan Sooyoung.

Dalam hati, Baekhyun tak banyak berharap. Tak apa jika ayah mertua tak menganggapnya asal mau mengakui si kembar, tak apa jika hubungan mereka tak membaik asal Seunghyun membiarkan Chanyeol tetap bersamanya.

Baekhyun hanya ingin kehidupan normal, seperti hari kemarin.

.

.

[end]

.

.

Notes:

4k yang diketik dari November dan rampungnya Januari.

Susah bats nyari momen yang bagus buat chapter terakhir. Aku geli sendiri pas baca ulang. Monmaap ga sesuai ekspektasi bebih q :(

Makasi banget udah nemenin Everythings Back to Normal dari awal. Nemenin Baekhyun yang single parent, nemenin Uco sama Sehunie yang berisik huhu, nemenin sambil ngehujat Chanyeol dan Luhan, nemenin Papih Siantar Top dan Mamih Uyong, nemenin pasangan Kim, nemenin Om Taejoon yang sekalinya muncul seupil doang huhu dan tentunya nemenin accuuu~

Suka nggak suka kalian harus terima kalo ini adalah ending terburiqqq yha :(

Dan karena fanfik ini udah ceklis dari tanggung jawab, kalian muncul dong, rindu akutu pengin liat kalian satu-satu ehe.

Buat after story yang aku sebut-sebut kemarin, mungkin bakal cuma satu chapter combo ya.

Sampai jumpa! Sayangi fanfikku yang lain juga ya! Terima kasih^^