Kos Full Boys

Cast : Jihoon, Jinyoung (WANNA-ONE), Baekhyun, Chanyeol, Jongin (EXO), Wonwoo, Mingyu (SEVENTEEN), Taehyung, Jungkook (BTS), Taeyong, Jaehyun, Doyoung, Ten, Winwin, Yuta (NCT)

Genre : Drama, Comedy

Warning! BL (Boys Love)

Sorry for typo~~

Rated : T-M

DLDR

.

.

Happy Reading

.

.

Written by kissme0829

.

.

Chapter 3

Seorang pria berkulit putih baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya tampak basah yang dibalut dengan handuk yang berwarna putih pula.

"Yak, Chittapon, apa kau mau pulang bareng?" Tanya pria itu sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk tersebut.

"Ah.. A-aku harus pergi menemui temanku." Ucap pria bernama Chittapon atau biasa dipanggil Ten.

Taeyong melirik jam tangannya. Pukul sepuluh lewat lima belas menit.

"Semalam ini?"

Ten hanya mengangguk.

"Kau mau bertemu siapa malam-malam begini, eoh?"

"Itu.. Teman lama, ia baru saja kembali dari Italia. Tentu saja aku harus menemuinya karena besok ia sudah harus pergi lagi ke Busan."

Taeyong mengangguk mengerti.

"Jangan pulang larut malam, Ten."

"Sepertinya aku tidak akan pulang malam ini."

"Eoh? Lagi?"

"Umm.. Aku akan menginap di hotel bersama teman-temanku."

Taeyong kembali mengangguk.

"Ya sudah kalau begitu. Jangan lupa mengunci pintu depan. Aku duluan." Taeyong pun meninggalkan studio.

Tak lama Ten pun keluar dari studio tersebut. Sebuah mobil sport berwarna hitam metalik berhenti di depan studio. Ia pun masuk ke dalam mobil tersebut.

.

.

Suasana kos-kosan seperti biasanya, sudah gelap saat Taeyong pulang. Tentu saja para penghuninya sudah masuk ke kamar masing-masing. Taeyong pun membuka kulkas dan mengambil sebuah botol berisi air dingin. Ia meneguk habis semua isinya. Tak lama sebuah pintu kamar terbuka dan seseorang keluar dari kamar tersebut.

"Eoh? Kau hanya sendiri, hyung?"

Taeyong mengangguk.

"Ten pergi menemui temannya yang baru kembali dari Italia. Dan sepertinya dia menginap di tempat temannya itu."

Doyoung membuka lemari dekat meja makan dan mengambil dua cup ramen.

"Akhir-akhir ini sepertinya Ten sering tidak pulang, ne? Beberapa hari yang lalu ia bilang bahwa sepupunya sakit, lalu seminggu yang lalu juga ia bilang bahwa ia harus membantu temannya yang pindah kos-kosan."

Taeyong mulai berpikir.

Iya juga. Padahal dulu Ten sama sekali jarang keluar seperti ini. Bahkan yang Taeyong tahu semua teman-temannya berada di Thailand. Sekalinya yang ada di Korea yaitu Lisa, dan tentu saja Taeyong mengenalnya. Taeyong mengenal hampir semua teman Ten yang ada di Korea.

"Ah, berpikir positif saja. Tidak mungkin dia membohongiku."

Doyoung hanya diam saja. Ia kembali membuat ramen untuknya dan Jaehyun.

"Tolong buatkan aku ramen cup juga, Doyoung-ah."

"Aish, kau masak sendiri saja. Aku dan Jaehyun sedang menonton film horror."

"Tolonglah, Doyoung-ah. Kepalaku sedang sakit."

"Aish, baiklah." Doyoung mengambil satu cup ramen lagi dan membuatkannya untuk Taeyong.

"Dan aku akan tidur di kamar kalian malam ini, boleh kan?"

"Mwo? Ya, aku sih boleh saja. Tapi kau tanya dulu pada Jaehyun."

Taeyong pun mengangguk dan menuju kamarnya untuk ganti baju dan meletakkan tasnya. Tak lama ia keluar dengan guling di pelukannya. Mereka pun masuk ke kamar.

"Yak! Hyung kenapa lama sekali masak ramennya, eoh?" Rutuk Jaehyun yang dari tadi menunggu Doyoung sambil kelaparan.

"Taeyong hyung malam ini akan tidur di kamar kita. Jadi sebaiknya kau tidur pakai bajumu atau aku tidak akan tidur di sebelahmu."

Taeyong tersenyum lebar sambil membawa cup ramen miliknya dan memeluk gulingnya.

"A-ah.. Apa-apaan ini? Tidak, tidak. Kau tidak boleh di sini, hyung." Tolak Jaehyun.

"Tolonglah, Jae. Aku sangat kesepian karena Ten tidak pulang lagi malam ini." Ucap Taeyong sambil menunjukkan aegyo yang membuat siapa saja mual melihatnya.

"Aish.. Baiklah. Hentikan aegyo-mu itu. Kau terlihat menjijikkan." Taeyong pun tersenyum senang. Mereka pun menonton film horror sambil makan cup ramen yang tadi dibuat Doyoung.

Setelah film horror tersebut selesai. Mereka pun tiduran di kasur dengan posisi Doyoung berada di antara keduanya.

"Jae.. Sebaiknya kau pakai bajumu atau aku akan tidur memeluk Taeyong hyung."

"Wae? Bukankah kau lebih suka jika aku tidur tanpa atasan seperti ini hyung?"

"Tutup mulutmu itu, Jae." Pipi Doyoung sudah bersemu sekarang. Ia melihat tubuh Jaehyun bagian atas yang tidak terbalut apapun. Tubuh Jaehyun tentu saja lebih bagus dari Taeyong, ya tentu saja karena Doyoung tahu tubuh hyungnya yang satu itu sangat kurus.

Aish mengapa aku jadi memikirkan tubuh orang lain.

Doyoung pun memutuskan untuk tidur saja. Berbeda dengan Taeyong yang masih memikirkan Ten. Ia merasa bahwa Ten bohong padanya. Entah kenapa, ia memiliki firasat buruk terhadap pria itu.

"Jae.. Apa menurutmu Ten baik-baik saja?"

"Maksud hyung?"

"Apakah menurutmu dia berbohong padaku? Kau tahu akhir-akhir ini ia seringkali tidak pulang dengan berbagai macam alasan."

"Hmm.. Sepertinya kau harus mencari tahu hyung. Aku juga khawatir pada Ten hyung."

"Tapi bagaimana caranya Jae?"

"Coba kau ikuti saja dia, hyung."

Taeyong berpikir. Ide Jaehyun ada benarnya. Tapi ia tidak mau terlalu terburu-buru. Ia takut pada akhirnya Ten malah berpikir bahwa ia tidak mempercayainya. Ia memutuskan untuk menghilangkan pikiran buruk tersebut.

"Hyung.."

"Ne?"

"Kau lihat kan? Pada akhirnya Doyoung hyung sendiri yang menghampiriku." Taeyong hanya tertawa melihat posisi Doyoung yang sekarang sudah tertidur sambil mendekap tubuh Jaehyun yang bagian atasnya tidak terbalut apapun. Itulah kebiasaan Doyoung. Memeluk tubuh Jaehyun saat tidur. Karena menurutnya tubuh Jaehyun lebih enak untuk dipeluk daripada guling miliknya.

.

.

Pagi-pagi buta seperti ini Jihoon sudah sampai di kelasnya. Ia memutuskan untuk berdiri di depan kelasnya yang berada di lantai 2 yang persis menghadap pintu masuk sekolah tersebut. Ia ingin mengetahui pria yang kemarin tidak sengaja bertabrakan dengannya.

"Yak! Jihoon-ah. Kenapa kau tadi meninggalkanku? Kau bahkan tidak sarapan di rumah."

"Aku sedang malas."

"Bohong. Tidak biasanya kau akan rajin sekali ke sekolah pagi-pagi seperti ini."

"Bae Jinyoung bisakah kau diam?"

Jinyoung terdiam mendapat jawaban seperti itu dari Jihoon. Ia pun kembali masuk ke kelasnya. Tak lama setelah itu, mata Jihoon sedikit menyipit melihat seorang pria yang ia cari-cari baru saja masuk ke dalam sekolah itu. Mata Jihoon mengikuti setiap pergerakan pria itu. Pria itu pun masuk ke dalam kelas 3-2.

"Yak! Jihoon-ah, selamat pagi!" Hyungseob yang baru saja datang langsung meneriakkan nama temannya yang jelas-jelas berada di depannya.

"Kau mengagetkanku saja."

"Kau sepertinya sedang menatap seseorang.."

"Aniya.."

"Bohong. Kau pasti menyukai sunbae itu, kan?"

"Sunbae? Sunbae yang mana?" Jihoon tidak tahu siapa pria yang dimaksud Hyungseob.

"Yang kemarin tidak sengaja bertabrakan denganmu."

"Ah.. Itu.. Aniya.."

"Sepertinya kau benar menyukainya. Aku sudah mencari tahu tentangnya."

"Benarkah? Boleh aku mengetahuinya?" Tiba-tiba sikap Jihoon berubah. Ia sangat penasaran dengan pria yang kemarin bertabrakan dengannya.

"Huh, sekarang kau makin terlihat bahwa kau menyukainya."

"Aniya, aku hanya penasaran dengannya."

"Aku akan memberitahu tentangnya kalau kau sudah memberikan nomor telepon Jinyoung." Bisik Hyungseob.

"Ck. Ini sudah ku minta nomornya. Dia straight, sebaiknya kau jangan main-main kalau tidak mau sakit hati. Apa kau tahu betapa sulitnya meminta nomornya, eoh?"

.

.

Semalam…

"Bae.. Umm.."

"Wae?"

Jinyoung yang sedang mengerjakan prnya, berhenti lalu melihat ke arah Jihoon yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.

"Bolehkah aku meminta tolong?"

"Apa?"

"Temanku–"

"Tidak. Aku straight." Jawaban telak dari Jinyoung membuat Jihoon terdiam. Padahal ia belum menyelesaikan kalimatnya.

Jihoon pun menyerah. Ia pun kembali fokus membaca novel. Jinyoung pun juga kembali fokus mengerjakan prnya. Saat tengah malam, Jihoon sedikit terbangun akibat suara pintu kamar lain terbuka dan tertutup beberapa kali. Saat matanya terbuka, ia melihat wajah di hadapannya. Wajah Jinyoung yang terlihat tampan saat tidur. Tiba-tiba ia teringat Hyungseob. Lalu ia melihat handphone milik Jinyoung yang berada di meja samping tempat tidur mereka. Tetapi ia harus melewati tubuh Jinyoung terlebih dahulu jika ingin mengambil handphone tersebut. Ia terlalu malas untuk turun dari kasur.

Dengan perlahan-lahan Jihoon mengambil handphone Jinyoung. Ternyata layarnya dikunci. Untung saja Jihoon sempat melihat Jinyoung saat beberapa kali membuka kunci layarnya yang menggunakan pola. Dengan cepat ia segera mengetik nomor teleponnya. Tak lama handphone miliknya berbunyi menandakan bahwa nomor Jinyoung sudah masuk ke handphonenya. Ia pun segera meletakkan kembali handphone milik Jinyoung.

Namun saat ia akan kembali ke posisi tidurnya, tiba-tiba badan Jinyoung bergerak. Sehingga Jihoon yang sedang berada di atas tubuh Jinyoung jadi kehilangan keseimbangan. Wajahnya dan wajah Jinyoung pun bertemu. Jaraknya hanya beberapa centi saja. Mata Jinyoung masih tertutup, berbeda dengan mata Jihoon yang sudah hampir keluar. Jantungnya berdegup sangat kencang.

Tiba-tiba saja mata Jinyoung terbuka dan mata mereka saling berpandangan.

"Apa yang kau lakukan Hoon?"

Jihoon yang tersadar langsung mengerjap-ngerjapkan matanya dan kembali ke posisi semula. Kali ini ia tidur membelakangi tubuh Jinyoung. Pipinya sudah sangat merah. Dan jantungnya makin berdegup kencang.

.

.

.

Mengingatnya saja sudah membuat jantung Jihoon kembali berdegup kencang. Bahkan pipinya memperlihatkan rona merah yang sangat kontras dengan kulit putihnya.

"BAE JINYOUNG!"

Seorang pria berlari dari ujung koridor sambil meneriaki nama Jinyoung. Untung saja sekolah masih sepi, sehingga tidak banyak siswa yang merasa terganggu. Pria bernama Park Woojin itu langsung masuk ke kelas Jinyoung tanpa permisi.

"Aish! Berisik sekali pria itu. Masih pagi sudah bikin keributan. Bagaimana bisa Jinyoung berteman dengan pria pecicilan seperti itu. Bahkan sifat mereka sangat tidak cocok."

"Ck, sudahlah. Sekarang beritahu info pria tersebut kepadaku. Aku kan sudah memberikan nomor Jinyoung."

"Baiklah.. Jadi, pria itu bernama Lai Guanlin."

DEG

Jantung Jihoon rasanya berhenti berdetak mendengar nama tersebut. Ternyata benar pria itu adalah Guanlin.

"Ia merupakan murid pindahan saat kelas 1 dari Taiwan. Orangtuanya merupakan pengusaha besar di Taiwan. Ada gosip yang mengatakan bahwa dia diadopsi oleh orangtuanya yang sekarang. Karena katanya, orangtuanya dulu meninggalkan Guanlin setelah keduanya bercerai. Tapi itu hanya gosip. Kau tau lah, jaman sekarang ini semua orang senang sekali menyebarkan rumor yang tidak tidak. Oh iya, kuperingatkan sebaiknya kau jangan dekat-dekat dengannya."

"K-kenapa?"

"Karena dia termasuk dalam daftar anak nakal di sekolah ini. Bahkan tidak ada yang berani mendekati dia. Sekolah tidak bisa mengeluarkan dia seenaknya. Karena yayasan sekolah ini milik orangtuanya itu."

Jihoon hanya mengangguk pelan. Ia tidak menyangka ternyata benar, itu adalah Guanlin miliknya. Tidak ada yang berubah. Bahkan saat mata mereka bertemu, Jihoon masih mengenali mata itu.

Jihoon pun terdiam dan langsung masuk ke kelas. Ia kembali ke tempat duduknya sambil memikirkan sesuatu.

"Yak! Besok-besok jika main truth or dare jangan seperti ini Bae. Orangtuaku benar-benar khawatir saat mereka mencariku. Untung saja eomma tidak marah. Sebaiknya kau ganti nomor jika tidak ingin dikejar-kejar yeoja seperti itu. Aku duluan."

Woojin berlari meninggalkan kelas Jinyoung. Jinyoung hanya mengangguk kecil. Tiba-tiba..

BRUK!

"Yak! Kau itu dari tadi pecicilan sekali, sih." Hyungseob menggerutu saat Woojin berlari keluar kelas dan tidak sengaja menabrak dirinya sehingga keduanya terjatuh.

"Kau saja yang ngapain diam berdiri di tempat seperti itu."

"Ini kelasku. Terserah aku mau dimana."

"Ck, yak! Sebaiknya kau tidak usah terlalu bawel seperti perempuan."

"Mwo? Apa kau bilang? Dasar pria pecicilan, pergi kau dari sini!"

"Tanpa disuruh pun aku akan pergi. Dasar pria bawel!"

Woojin pun kembali berlari saat tak lama suara bel masuk berbunyi.

.

.

.

Makan malam baru saja selesai. Hari ini bagian Yuta dan Winwin yang mencuci piring milik semua penghuni kos-kosan. Semua sudah masuk ke kamar masing-masing kecuali Mingyu dan Wonwoo yang sedang asyik menonton TV di ruang tengah.

"Hyung.." Winwin berbisik ke arah Yuta. Bibirnya yang terlalu dekat dengan kuping Yuta, membuat Yuta merinding saat hembusan napas keluar dari mulut Winwin saat ia berbicara.

"Yak! Tidak usah terlalu dekat Win. Waeyo?" Yuta kembali menyabuni piring-piring kotor.

"Winwin ingin bertanya sesuatu."

"Hm.. Apa?"

"Apa hyung pernah menonton film dewasa?"

Pertanyaan Winwin hampir saja membuat Yuta melepaskan piring yang sedang ia bilas. Bagaimana bisa anak ayam miliknya memberikan pertanyaan seperti itu.

"W-waeyo kau bertanya seperti itu?"

"Aniya.. Winwin hanya penasaran saja." Winwin memindahkan piring yang baru saja dibilas Yuta ke lemari yang ada di sebelahnya.

"T-tentu saja. Siapa yang tidak pernah menonton hal seperti itu. Coba saja tanya kepada Mingyu atau Wonwoo."

Yuta hanya asal bicara saja. Tetapi, tiba-tiba Winwin pergi dan menuju ke arah Mingyu dan Wonwoo.

"Mingyu hyung, Wonwoo hyung, apa kalian pern–hmmpph"

Baru saja Winwin ingin bertanya kepada mereka berdua, tiba-tiba Yuta membungkam mulutnya dari belakang.

"Ah… Lupakan lupakan. Jangan dengarkan apa kata Winwin ya." Yuta segera menarik Winwin kembali ke wastafel dapur.

Mingyu dan Wonwoo hanya saling bertatapan bingung melihat kedua adik-kakak yang aneh tersebut.

"Kurasa Yuta hyung sudah terkena error seperti Winwin ya, hyung? Hahaha.."

"Yak! Kau tidak boleh seperti itu. Winwin itu anak ayam kami.." Jawab Wonwoo sambil kembali menonton TV.

Winwin melepaskan tangan Yuta dari mulutnya.

"Yak! Yuta hyung! Mulut Winwin jadi basah kan."

"Kau kenapa bertanya seperti itu kepada mereka, eoh?"

"Kan tadi hyung yang suruh. Hyung ini bagaimana sih. Dasar pikun."

Yuta kembali melakukan aktivitas mari-mencuci-piring-segunung-ini.

"Aku tidak benar-benar menyuruhmu melakukan itu, Win."

"Hm. Baiklah.. Winwin tidak pernah nonton film dewasa, hyung."

Yuta mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Tentu saja Winwin yang manis itu belum pernah. Anak ayam polos seperti itu mana mungkin mendahuluinya.

"Hmm.. Kalau begitu hyung pernah bermasturbasi?"

Pertanyaan Winwin kali ini benar-benar bisa membuat Yuta memecahkan gelas yang sedang ia cuci.

"Yak! Winwin! K-kenapa kau bertanya seperti itu, eoh?"

Yuta mencoba berusaha tenang.

"Aniya.. Kata– OMO! Bukan, bukan apa-apa kok. Hehe.." Winwin membalikkan badannya.

Ia berbisik kepada dirinya sendiri sambil menjitak kepalanya sendiri.

"Aish! Winwin pabo!"

"Mwo? Kata siapa? Siapa yang berbicara macam-macam kepadamu, eoh?"

"T-tidak kok hyung. Jungkook tidak bilang apa-apa ke Winwin."

Lagi-lagi Winwin salah berbicara. Ia malah menyebutkan nama Jungkook. Ia menjitak kepalanya sendiri lagi.

"Apa? Jungkook? Dia bilang apa, eoh?"

Yuta benar-benar akan memecahkan gelas ke kepala Jungkook saat ini juga. Tiba-tiba Winwin langsung memeluk Yuta.

"Aniya! Hyung.. Jungkook tidak salah. Winwin yang ingin tahu tentang film dewasa. Winwin bertanya sama Jungkook. Jangan pukul Jungkook, hyung. Pukul Winwin saja.. Hiks.."

Emosi Yuta langsung meredam. Melihat adiknya yang tiba-tiba saja memeluknya sambil menangis. Ia pun langsung mengelus kepala Winwin.

"Baiklah. Maafkan hyung. Hyung terlalu terbawa emosi. Maaf ya, Win."

"Hiks.. Winwin yang salah hyung.. Kalau saja Winwin tidak penasaran dengan film dewasa, pasti Jungkook tidak akan memberitahu apa itu film dewasa.. Hiks.."

Adiknya benar-benar terlihat polos. Bagaimana bisa ia memukul adiknya sendiri. Yuta pun mengeratkan pelukannya.

"Sudah sudah.. Sebaiknya nanti kau ceritakan semuanya sama hyung, ne?"

Winwin hanya mengangguk.

Tanpa mereka sadari seseorang sedang menatap mereka sambil bertolak pinggang. Matanya malas melihat adegan adik-kakak yang saat ini sedang berpeluk-pelukan layaknya acara TV yang mempertemukan kedua saudara yang hilang bertahun-tahun. Dia adalah Kim Doyoung.

"YAK! APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAN? SELESAIKAN TUGAS MENCUCI PIRING KALIAN!"

.

.

Jeon Baekhyun48 siapa yaaa…. Bakal diceritain di chapter-chapter selanjutnyaaa
hyunelf13 #TeamJihoonUke iyaa, kasian si winwin:') Jungkook sudah besar..
Gjh13 Emang si Jungkook doang emang
vkooknokookv huhuu ikuti saja alurnya yaa~~ hehe makasihh semoga terhibur dengan ff ini~ Iyaa, disini VKook kakak adek kayak YuWin..
nunim Taeyong disini seme~~ #TeamTaeyongSeme
Chikuma Aihara Iyaa~~ udah di lanjut yaaa
7D Huhuuu Jungkook sudah menodai Winwin emang haha, untungnya gak ngadu kok, tapi liat kelanjutannya di next chap yaaa
Alphadreiz Iyaa gapapa kok~~ Hehe iyaa ini otp fav author jugaa.. Iyaa winwin si anak ayam hehe, hmm mantannya apa bukan yaaa.. Ini udah dilanjut kok
Winkdeeper jihoon… (isi sendiri) hahaha liat di next chap apa yg bakal winwin lakuin hehe
binihoshi hmhm bisa jadi bisa jadi hehe.. masa sih kependekan:') iyaa insyaallah author panjangin yaa chap chap selanjutnya
Michiyo Park hehe disini emang awalnya aku bikin jihoon lebih diem karena konfliknya~~ ditunggu jeojangnya jihun/? Padahal winwin dan kookie seumuran, tapi rasanya winwin jauh dibawah kookie yaa haha #SaveYuta
kalilaamara masih jauh kok hehe.. anak ayam belum bisa naena/?

.

.

Author's note: Mianhamnidaaaaaa author baru bisa update lagi. Dikarenakan waktu itu pas mau upload datanya tiba-tiba ilang dan author harus ngetik ulang:') Mungkin banyak dari kalian udah pada males bacanya wkwk.. Tapi gapapa ke depannya author bakal lebih cepet updatenya, sekali lagi mianhamnidaaaa~~~ Jangan lupa review yaaa~~~