Staats Ritter

Disclaimer : Naruto dan Highschool DxD bukan punya saya!

Rating : T

Genre : Adventure, Fantasy, Friendship.

Warning! : AU, AR, AT, AH, OC, OOC, Typo, Miss Typo, DLDR!, dan yang paling penting… Isekai!


Semua teori tentang dimensi di fic ini murni karangan author. Jika ada kesamaan teori, itu semua hanya ketidak sengajaan.


.

.

.

Di Desa Konoha, hiduplah seorang pahlawan muda bernama Uzumaki Naruto. Dia adalah pahlawan perang Dunia Shinobi ke 4 yang minggu lalu baru selesai. Naruto sekarang sedang berjalan-jalan di jalan utama desanya. Naruto juga sedang tidak menggunakan pakaian ninjanya karena masih dalam status libur sementara. Dia tidak sengaja melihat kedai ramen langganannya yang masih sepi.

"Ah, mungkin memakan beberapa mangkuk ramen Teuchi Ji-san di pagi hari yang dingin ini bisa membuatku merasa lebih baik."

Naruto memutuskan untuk pergi ke kedai Ichiraku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Naruto segera berlari ke kedai itu.

Sesampainya disana, Naruto melihat bahwa kedai itu masih belum buka. Jadi masih belum disiapkan semuanya.

"Ohayou Teuchi Ji-san, Ayame-san!" ucap Naruto semangat. Yang dipanggilpun menoleh dan tersenyum.

"Hahaha… Ohayou Naruto. Mau beli ramenkan? Tunggu sekitar 30 menit lagi. Lagipula, kedai ini masih belum buka. Apa kau tidak melihat tandanya masih tutup?" ucap Teuchi. Naruto hanya tertawa.

"Maa Maa… Tidak apa bukan jika aku datang sedikit lebih awal. Ngomong-ngomong, apa ada yang bisa kubantu? Yah, hanya duduk dan melihat membuat diriku merasa tidak enak," ucap Naruto yang tersenyum dan menggaruk bagian belakang kepalanya.

Teuchi dan Ayame berhenti sejenak dan menolehkan kepalanya ke Naruto yang masih tersenyum.

"Ya, tentu. Kau bisa membantu menyiapkan beberapa barang dan meletakkannya," ucap Ayame yang menyetujui permintaan Naruto.

Naruto langsung masuk ke dalam dapur dan mengambil beberapa barang dan meletakkannya di tempatnya. Dia melakukannya tanpa adanya arahan dari Teuchi maupun Ayame karena dia cukup hafal dengan penataan barang-barang di kedai ini. Tentu saja hal ini berkat dia adalah pelanggan tetap kedai ini dan pastinya sering datang kemari.

Setelah membantu menyiapkan Kedai Ichiraku, Naruto segera kembali ke depan dan duduk selagi Teuchi dan Ayame membuatkannya ramen favoritnya.

Setelah menunggu sekitar 4 menit, ramen pesanan Naruto datang dan siap dimakan. Naruto segera menikmatinya. Tidak seperti biasanya yang jika dia makan ramen pasti akan cepat cepat, kali ini dia makan secara perlahan.

"Fuuhh… Seperti biasa, ramen ini memang nikmat. Terima kasih ramennya Ji-san, Ayame-san. Uangnya akan kutaruh di meja saja," ucap Naruto sambil berdiri.

"Tunggu Naruto! Kau sedang diet? Tidak biasanya kau hanya makan 1 mangkuk ramen di sini," ucap Ayame sebelum Naruto meninggalkan kedainya.

"Hahaha… Tidak juga, aku hanya sedang ingin jalan-jalan. Jika aku makan terlalu banyak pasti perutku akan sakit saat berjalan bukan?" ucap Naruto.

"Baiklah kalau begitu. Oh ya, ambil saja uangmu kembali. Kau kuberi secara gratis karena tadi sudah membantu menyiapkan kedainya." Sekarang ganti Teuchi yang berbicara.

Naruto menyerngitkan dahinya.

"Ji-san ngomong apa sih? Ji-san kan berjualan, jadi aku harus membayarnya. Lagipula, ini adalah tugasku sebagai seorang ninja untuk membantu warga Desa Konoha tercintaku."

"Tapi kau kan sudah membantuku dan menjadi pelanggan setiaku!"

"Sudahlah Ji-san. Uangnya sudah kutaruh di meja. Arigatou gozaimasu Teuchi Ji-san, Ayame-san," ucap Naruto sambil membalikkan badan dan berjalan keluar. Sedangkan Teuchi meras sedikit aneh.

"Hanya perasaanku saja atau apa? Aku merasa seperti akan kehilangan bocah yang sudah kuanggap sebagai putraku sendiri," ucap Teuchi sedih.

"Ya, entah kenapa aku juga merasa seperti itu," balas Ayame.

.

.

.

Kembali ke Naruto, dia sekarang sedang menikmati keramaian Desa Konoha di pagi hari. Tentu karena masih pagi, desa akan lebih ramai karena udara masih sejuk jadi orang-orang akan keluar untuk sekedar berjalan-jalan maupun melakukan aktivitas lainnya.

Naruto juga sempat bertemu dengan teman-teman ninjanya yang sedang melakukan aktivitasnya masing-masing dan memberitahunya bahwa mereka berencana berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu di Yakiniku Q setengah jam lagi. Naruto hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia akan datang.

Sekarang, Naruto berjalan menuju ke atas bukit yang ada pahatan wajah hokage-hokage terdahulu.

'Naruto, aku merasakan sebuah kekuatan yang cukup besar di dalam pahatan wajah ayahmu,' ucap Kurama di pikiran Naruto.

'Eh? Benarkah? Aku tidak merasakan apapun sekarang.'

'Mungkin hanya bijuu yang bisa merasakannya. Tapi coba periksalah. Siapa tau itu adalah sesuatu yang bisa membahayakan Dunia Shinobi.'

'Benar juga. Baiklah, aku akan segera kesana.'

Naruto segera berlari menuju jalan rahasia untuk masuk ke dalam pahatan wajah hokage. Lalu dia mengambil jalan yang akan menuntunnya ke dalam pahatan wajah ayahnya.

Naruto yang sekarang sudah berada di depan pintu masuk ke dalam pahatan wajah ayahnya berjalan dengan hati-hati. Dia mengintip ke dalam dan menemukan sebuah peti berwarna perak yang menyala di bagian depannya. Nyalanya berwarna biru muda yang menenangkan dan membentuk sebuah lambang Klan Uchiha kecil seperti hologram di depan peti itu. Nyala peti itu juga membentuk setengah bola dengan diameter setengah bola dengan diameter 3 meter. Mirip seperti kekkai.

'Apa itu? Apa milik Sasuke?'

'Entahlah. Aku merasakan firasat buruk tentang peti itu. Tapi dengan lambang Uchiha disana sepertinya hanya keturunan Uchiha yang bisa membukanya.'

'Tapi ya… Kita tidak akan tau sebelum mencoba bukan?'

Naruto mendekati peti itu secara perlahan dan memajukan tangan kanannya untuk menyentuh hologram itu dan hanya menembusnya. Naruto perlahan berjalan dan membuka peti itu. Peti itu terasa berat saat dibuka. Baru terbuka setengah tetapi Naruto dilempar menjauh dari peti itu. Naruto langsung menatap peti itu horror.

"Apa-apaan itu? Kenapa bisa melemparkanku seperti itu?!" seru Naruto.

Naruto kembali mendekat ke peti itu dengan langkah cepat karena kesal. Lalu, Naruto membuka paksa peti itu sampai terbuka sepenuhnya. Dia melihat di dalamnya ada sebuah tabung yang berisi bola mata yang Sharingannya aktif. Naruto memegang dan mengangkatnya.

Saat sudah diangkat dan disejajarkan ke kepalanya, Naruto melihat bola mata itu lekat-lekat. Naruto melihat bahwa Sharingan itu berputar dan berubah menjadi Mangekyo Sharingan. Mangekyo Sharingan yang cukup familiar dengan Naruto.

Mangekyo Sharingan itu adalah milik seseorang yang telah memulai Perang Dunia Shinobi ke 4.

"Ah benar juga. Ini adalah mata Obito. Kenapa bisa ada di sini ya? Seharusnya mata ini hancur bersama dengan Obito yang ditembak menggunakan Tomogoroshi no Haikotsu milik Kaguya."

Tiba-tiba Mangekyo itu mengeluarkan pendar merah kehitaman di sekelilingnya. Naruto tetap diam ditempat sambil memperhatikannya. Merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

ZINGG… ZINGG… ZING…

Sebuah portal kecil keluar dari mata itu. Portal itu menggantikan eksistensi Mangekyo milik Obito. Portalnya perlahan membesar dan terus membesar. Sekarang ukurannya bahkan sudah 10 cm.

"Ukh… Apa ini? Kurama! Kau tau sesuatu tentang hal ini?!" seru Naruto panik. Kurama yang berada di dalam tubuh Naruto juga panik.

'Entahlah Naruto. Aku sama sekali tidak tau apapun tentang hal ini. Lepaskan saja tabung itu dan menjauhlah dari sana!' perintah Kurama dengan panik.

Naruto berusaha melepaskan tabung itu tetapi dia sama sekali tidak bisa menggerakkan jari-jarinya.

"Kurama! Chakramu!"

'Maaf Naruto, aku sudah mencoba itu tadi tapi sama sekali tidak bisa. Mungkin itu efek samping karena kau terlalu lama menatap mata terkutuk itu Naruto!'

"Akh, sialan!"

Ukuran portalnya sudah membesar lagi tetapi sedikit lebih lambat dari sebelumnya. Sekarang ukurannya 15 cm.

Naruto terus menerus mencoba menggerakkan jemarinya yang hampir terkena portal itu untuk melepaskan tabungnya.

SREETT… PRAANGG…

Pegangan Naruto berhasil terlepas dan segera menjauh dari portal tersebut. Dia segera membalikkan tubuhnya dan melihat bahwa hologram yang mengelilinginya tadi berubah warna menjadi merah kehitaman. Naruto baru sadar karena sejak tadi dia hanya melihat ke arah tabung yang berisi bola mata Obito.

Naruto mengabaikan warna hologram itu dan melompat menjauh dari portal yang kini sudah berukuran 30 cm.

DUKK…

"Ayolah! Kenapa tidak bisa kutembus lagi?!"

Naruto berusaha menendang dan memukul hologram kekkai itu.

'Naruto, hancurkan dengan Odama Rasengan saja!'

"Kau gila?! Ukuran ruangan ini saja tidak lebih besar dari Odama Rasenganku. Apalagi di dalam kekkai ini! Akan kucoba dengan Rasengan biasa yang kuberi elemen angin saja!"

[Fuuton : Rasengan]

DUAARR…

Terjadi sebuah ledakan di dalam kekkai itu. Tapi tetap saja tidak berlubang. Jangankan berlubang, tergorespun tidak.

Sedangkan portal di belakang Naruto sudah membesar sampai ke ukuran 50 cm.

"Memangnya terbuat dari apa sih kekkai ini? Godoudama?!" seru Naruto kesal. Tapi dengan ucapannya itu dia mendapat sebuah ide cemerlang.

"Itu dia! Godoudama lemah terhadap Senjutsu. Gunakan Senjutsu saja!" seru Naruto dan Kurama bersamaan.

Naruto segera melepaskan Kage Bunshin yang ditinggal di apartemennya. Perlahan keluar warna orange di kedua kelopak matanya dan pupil matanya sendiri berubah menjadi seperti mata katak. Naruto kembali mengeluarkan Rasengannya.

[Senpou, Fuuton : Rasentarengan]

Naruto mengeluarkan Rasengan gandanya dan menghantamkannya ke kekkai merah kehitaman yang semakin lama semakin pekat itu.

DUAARR…

KRAAKK… KRAAKK…

Kekkai itu sedikit pecah dan Naruto menyadarinya. Naruto menambahkan lagi chakra anginnya ke Rasengan gandanya. Dan akhirnya momen yang ditunggu-tunggu datang…

PRAANNGG…

Kekkainya pecah!

Naruto baru saja akan melangkahkan kakinya tetapi jantungnya berdetak kencang.

DEGG…

'Apa yang barusan?' pikir Naruto tersentak.

Naruto menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat bahwa portalnya yang sebelumnya dalam posisi tertidur sekarang sudah berdiri dan diameternya sudah 1,5 meter dan mulai menarik sesuatu di dekatnya. Contohnya saja pecahan kekkai yang tadi di hancurkan Naruto.

WUUSSSHHH…

Angin berhembus keras dan menarik Naruto ke arah portalnya. Naruto juga sadar bahwa ada sesuatu yang menariknya. Naruto mengeluarkan chakranya dalam takaran yang sangat banyak dan mengalirkannya ke seluruh tubuhnya. Naruto berusaha sekuat tenaga untuk bergerak menjauh dari portal yang sekarang tingginya sudah hampir 2 meter itu.

.

.

.

Di sisi lain Konoha, lebih tepatnya di tempat berkumpulnya teman-teman satu angkatan Naruto, mereka merasakan sesuatu yang aneh. Mereka juga belum melihat Naruto meskipun waktu yang ditentukan sudah terlewat 10 menit yang lalu.

Sasuke yang merasakan Chakra Naruto keluar dalam jumlah besar dari arah pahatan wajah hokage ke 4 langsung berdiri dan mengeluarkan kepalanya dari jendela dan menggunakan Rinnegannya untuk melihat ke direksi yang di asumsikan. Sasuke berhasil mendapatkan atensi dari semua temannya.

Sasuke juga merasakan panas di telapak tangan kirinya. Lebih tepatnya di lambang bulan sabit yang berada di tengah telapak tangannya. Sasuke melihat bahwa lambang itu bersinar sedikit redup.

"Sasuke-kun? Ada apa?" tanya Sakura yang khawatir.

Sasuke kembali memasukkan kepalanya dan melihat ke arah semua temannya.

"Teman-teman, aku tau mungkin beberapa diantara kalian tidak terlalu mempercayai aku, tapi kita harus segera menuju ke dalam pahatan wajah hokage ke 4. Aku merasakan Naruto mengeluarkan chakra dalam jumlah besar di sana. Mungkin ada sesuatu yang penting terjadi di sana. Kita harus secepatnya ke sana. Aku tidak mau melewatkan hal penting sedikitpun!" ucap Sasuke panjang lebar dan langsung melompat keluar melewati jendela dan berlari kencang ke arah pahatan wajah hokage.

Yang lain terkejut dengan Sasuke yang barusan. Tidak biasanya dia berbicara panjang lebar. Tapi jika itu terjadi, biasanya akan terjadi hal besar.

"Ayo, kita harus segera menyusulnya!" ucap Shikamaru mengomando.

Mereka akhirnya berlari menuju ke tempat Naruto berada dengan kecepatan tertinggi mereka.

.

.

.

Sementara yang lain masih dalam perjalanan, Naruto sekarang masih berjuang dengan kemampuannya sendiri karena Kurama sedang tidak bisa membantunya.

'Ayo Naruto, gerakkan tubuhmu! Atau setidaknya jangan tertarik dulu sebelum teman-temanmu datang!'

"Teman-temanku datang?! Oh tidak!"

Naruto tertarik sedikit demi sedikit ke arah portal dari Mata Obito itu. Naruto mendengar ada derap kaki yang cukup banyak datang ke tempatnya.

DRAP DRAP DRAP DRAP DRAP…

"Jangan mendekat kemari! Pergilah, di sini sangat berbahaya!" seru Naruto.

"Tunggulah sebentar Naruto!" seru Sasuke. Mereka semakin mempercepat lari mereka.

Sedangkan Naruto sudah tertarik menjadi sangat dekat dengan portalnya.

'Kurama, maafkan aku jika kita mati. Maaf aku tidak bisa menepati janjiku untuk mengeluarkanmu dari tubuhku yang hina ini,' ucap Naruto dalam hati dengan menyesal.

'Kau bicara apa sih Naruto? Kita akan keluar dari sini dan kau bisa menepati janji sialanmu itu!'

'Hm? Janji sialan? Itu adalah janji mulia lho… Atau jangan-jangan kau suka berada di dalam tubuhku ini?'

'Ya, aku sangat suka di dalam tubuhmu. Kau tidak perlu mengeluarkanku dari tubuhmu. Karena kau adalah sahabat pertama dan terakhirku Naruto. Maaf jika harus membuatmu dibenci oleh penduduk desa Naruto,' ucap Kurama sambil meneteskan air mata.

'Kalau begitu… Syukurlah, Kurama…' pikir Naruto dengan air mata yang mulai turun dari kedua matanya.

Saat Naruto sedang mengatakan permintaan maafnya, teman-temannya datang tapi mereka tidak bisa masuk ke dalam ruangan.

"Naruto! Bertahanlah. Aku segera ke sana!" seru Sasuke yang sekarang sedang mengeluarkan Chidori dan menghantamkannya ke kekkai tipis transparan yang sangat kuat di pintu masuk ruangan.

Naruto hanya tersenyum masam.

"Sudahlah Sasuke, aku sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhku meskipun aku sudah melapisi tubuhku agar tidak tertarik ke dalam portal ini…" ucap Naruto pelan.

Sasuke yang mendengarnya tetap berusaha sampai mengeluarkan Susano'onya. Teman-temannya yang lain juga berusaha membantu Sasuke untuk menghancurkan kekkai itu.

"Sudahlah teman-teman. Kalian hanya menghabiskan chakra kalian dengan sia-sia. Dan kumohon, dengarkan aku untuk terakhir kalinya," ucap Naruto dengan suara lemah karena chakranya yang sudah keluar sangat banyak dan tidak di suplai oleh Kurama yang tidak bisa menyalurkan chakranya ke Naruto.

Portal yang menarik Naruto bertambah kencang.

Sasuke dengan perlahan menghilangkan Susano'onya dan yang lainnya juga mulai mendengarkan Naruto. Naruto yang melihat itu tersenyum.

"Sungguh, aku sangat senang jika meninggal ada sahabat-sahabatku di dekatku. Aku sangat bersyukur bisa mengenal kalian semua. Kalian bagaikan berlianku."

Semua yang mendengarnya langsung menunduk dan meneteskan air mata. Bahkan Hinata sudah terduduk dan menangis dengan keras.

"Kalian selalu menyemangatiku, mendukungku dari belakang, dan juga sering melindungiku. Bahkan Neji juga dulu karena melindungiku. Hinata juga pernah hampir mati karena melindungiku dulu. Sekarang, kalian tidak perlu lagi mengkhawatirkanku lagi. Aku akan pergi dari sini. Oh ya, tolong beri tau Teuchi Ji-san bahwa aku sangat berterima kasih karena selalu mau menerimaku di kedainya."

Sasuke mulai terduduk dengan tangan berposisi menggedor kekkainya.

"Katakan juga kepada Kakashi-sensei atas segala bimbingannya. Terima kasih sudah mendengarkanku. Kalian semua memang…"

"… Sahabat terbaikku."

WUUNNGG… SREETT…

Naruto tertelan oleh portal. Setelah itu, portalnya hancur. Bersama dengan semua bukti yang ada.

"Naruto! Naruto!" seru Sasuke dengan linangan air matanya.

Mereka semua bersedih dengan perginya Naruto. Mereka akan kehilangan matahari yang selalu membuat Konoha cerah dan damai.

.

.

.

Di dalam celah dimensi terlihat Naruto yang terus tertarik. Naruto sedang dalam keadaan tidak sadar(pingsan). Tetapi Kurama sama sekali tidak pingsan. Kurama menyalurkan seluruh chakranya keluar untuk melapisi dan melindungi tubuh Naruto yang sekarang sedang terkena guncangan dan goresan di seluruh tubuh.

'Maaf Naruto tapi dengan ini kau tidak akan mati dan selamat ke dimensi lain yang kita tuju sekarang. Mungkin kita tidak akan bertemu lagi yang artinya aku akan mati, tetapi kau akan tetap hidup. Terima kasih atas segalanya, Naruto,' ucap Kurama yang menanamkan pesannya ke dalam pikiran Naruto.

Setelah itu dia tertarik keluar dari tubuh Naruto dan entah tertarik ke dimensi mana karena di celah dimensi kita bisa saja masuk ke dimensi manapun. Kurama tertarik lebih cepat dari pada Naruto yang hanya terombang-ambing.

Naruto terombang-ambing di celah dimensi entah seberapa lama. Naruto tertarik masuk ke dalam suatu dimensi setelah chakra yang menutupi tubuhnya menghilang.

.

.

.

'Uughh… Aku berada di mana sekarang? Kenapa tubuhku terasa sakit semua? Kurama… Apa kau tau sesuatu?'pikir Naruto.

Tidak ada jawaban.

'Hoi Kurama! Apa kau tau sesuatu?!'

Tetap tidak ada jawaban. Naruto segera memutuskan untuk memasuki pikirannya yang lebih dalam. Setelah sampai di tempat Kurama, Naruto tidak melihat tanda-tanda dari rubah oranye raksasa itu.

"Hoi Kurama! Kau dimana sih?! Jangan bercanda!" seru Naruto kepada Kurama yang tidak ada di tempat itu.

Tiba-tiba keluar sebuah tayangan di depan Naruto. Isinya adalah pesan terakhir Kurama sebelum Kurama tertarik keluar dari tubuh Naruto. Naruto kembali menunduk dan terjatuh.

"Tidak tidak tidak. Ini tidak mungkin terjadi. Bagaimana mungkin aku selamat setelah tertarik masuk ke dalam portal itu?! Atau jangan-jangan ini adalah dimensi lain itu?!"

Naruto terus berspekulasi sampai dia mengingat bahwa ibunya dulu juga tidak mati setelah Kurama ditarik keluar dari tubuhnya.

"Tapi, bagaimana mungkin aku hidup tanpa Kurama?! Sejak kecil aku selalu mengandalkannya. Kurama!"

.

"Kurama!" seru Naruto terbangun dari komanya dan terduduk di atas ranjang yang di tempatinya sekarang.

"Hah… Hah… Hah…" nafasnya tersenggal-senggal karena baru saja mendapatkan fakta yang cukup untuk membuat dirinya depresi.

DRAP DRAP DRAP…

Datang seorang pria tampan berambut pirang sebahu. Dia bernafas dengan tidak teratur karena baru saja berlari. Saat melihat Naruto bangun wajahnya terlihat sangat senang. Senyumnya mengembang begitu lebar.

"Syukurlah kau bangun nak. Kukira kau tidak akan bangun!" ucap pria itu.

Naruto menoleh ke arah pria itu.

"Berapa lama aku pingsan paman?" tanya Naruto pelan.

"Pingsan? Oh maaf, tapi kau lebih tepatnya ku beri status koma. Kau koma selama 3 minggu. Cukup cepat untuk ukuran orang koma bukan?"

"Tunggu… 3 minggu?!" seru Naruto membulatkan matanya.

"Ya, 3 minggu. Aku menemukanmu 3 minggu yang lalu."

"Jadi nak, siapa namamu? Berapa umurmu dan tanggal berapa kau lahir?" tanya pria itu lagi.

"Namaku Naruto Uzumaki. Umurku 16 tahun dan aku lahir pada tanggal 10 Oktober."

"Jadi begitu… Naruto, perkenalkan namaku adalah Michael Stenz. Umurku 25 tahun dan aku lahir pada tanggal 7 Juli. Oh ya, panggil kakak saja. Aku merasa sangat tua jika kau memanggilku dengan sebutan paman."

"Lalu bagaimana Stenz…"

"Michael…"

"Oke, bagaimana Michael Nii-san menemukanku?"

"Jadi begini…"

Flashback (3 Minggu lalu)

Michael POV

Aku sedang pergi mencari beberapa tanaman herbal untuk kujadikan stok dan jaga-jaga bila ada sesuatu yang membutuhkan karena pekerjaanku sebagai seorang priest. Meskipun aku bisa menyembuhkan seseorang dengan sihirku tetapi untuk pengobatan lebih lanjutnya tetap menggunakan obat. Tidak mungkin juga kan seseorang harus selalu datang kepadaku saat sakit meskipun gejalanya sama. Jadi obat akan sangat berguna dan membantu pekerjaan dan para pasienku.

Saat aku pergi ke hutan dan memetik beberapa tanaman, aku mendengar sebuah gemuruh padahal langit masih cerah. Lalu aku pergi keluar dari hutan dengan tanaman herbalku yang sudah terkumpul cukup banyak.

Jalan pulang dari hutan harus melewati padang rumput yang cukup luas, jadi aku bisa melihat apa yang akan terjadi dengan langitnya. Setelah berjalan sedikit lama di padang rumput, aku melihat langit sedikit menggelap tepat di atas posisiku. Aku memasukkan keranjang yang berisi tanaman herbal ke dalam lingkaran sihir penyimpanan.

Setelah itu aku berlari sedikit menjauh dari tempat yang kuasumsikan akan ada sesuatu besar yang akan terjadi. Baru 3 langkah berlari, ada sebuah meteorid yang berdiameter 3 meter keluar dari celah dimensi yang robek di langit rendah. Lebih tepatnya sekitar 5 meter di atas permukaan padang rumput yang sedang kupijaki sekarang. Meteorid itu cukup besar dan aneh. Tapi karena keluar dari celah dimensi aku rasa itu adalah sesuatu yang wajar.

Meteorid itu jatuh secara diagonal menjauh dariku. Aku mengeluarkan lingkaran sihir transparan yang bahkan hampir tidak terlihat di tempat yang ku perhitungkan menjadi tempat jatuhnya meteorid itu.

[Light Magic : Fog of Silence]

Setelah aku menyebutkan sihirku, dengan cepat keluar asap tipis yang sangat banyak dari lingkaran sihir yang kuciptakan tadi.

DDDRRRRR…

Meteorid itu jatuh dengan keras. Meskipun sudah kuberi kabut itu tetap saja getarannya terasa. Setidaknya hanya aku mungkin yang merasakannya. Aku segera berlari mendekatinya. Siapa yang tau jika aku menemukan sesuatu yang hebat.

Aku melihat bahwa meteorid itu mengeluarkan kabut hangat yang lumayan banyak tapi itu tidak menghancurkan niatku untuk pergi ke sana. Aku melihat ada seorang bocah berambut pirang yang meringkuk di inti meteorid itu.

Apakah dia adalah seorang alien atau apa?

Aku melihat bocah itu mendapat banyak luka di seluruh tubuhnya. Mungkin Kami-sama menitipkan bocah ini kepadaku. Kalau begitu lebih baik kubawa dan kurawat saja. Setelah itu aku mengeluarkan bocah itu dari dalam meteorid. Setelah kubaringkan ke tempat yang lebih baik, aku berniat menyimpan meteorid yang sangat langka ini.

[Gate : Blank Dimension]

Meteorid yang ada di depanku ini langsung menghilang seluruhnya karena terjatuh saat kubuka gerbang dimensi buatanku yang gerbangnya keluar di bawah pecahan meteorid itu.

Setelah semuanya hilang, aku segera menggendong bocah pirang itu lalu pulang untuk segera mengobati luka yang di derita bocah itu.

Michael POV end

Flashback end

"… Nah, seperti itulah ceritanya," ucap Michael dengan senyumannya.

Naruto kembali menundukkan kepalanya dan mencengkram erat selimutnya. Michael mendekat dan mengelus punggungnya.

"Ngomong-ngomong, kau berkata umurmu 16 tahun tapi tubuhmu kecil sekali. Bahkan tidak lebih besar dari bocah berumur 13 tahun," ucap Michael heran.

Naruto bingung dan menyibakkan selimut yang menutupi dirinya. Dan… Naruto melihat tubuhnya kembali seperti saat masih berumur 13 tahun.

"Hah?! Bagaimana hal ini bisa terjadi?! Atau mungkin ini salah satu efek samping dari kejadian itu?" gumam Naruto terkejut. Naruto mengatakannya dengan suara yang dipelankan.

"Tidak perlu menutupinya. Aku tau kau tidak berasal dari dunia atau dimensi ini. Tapi aku masih bingung, apa kau seorang penjelajah dimensi?"

Naruto langsung menoleh ke arah Michael dengan terkejut.

"Bukan, tapi tunggu, penjelajah dimensi?! Memangnya ada yang seperti itu?!" tanya Naruto.

Michael tersenyum.

"Tentu saja ada. Tapi mereka sama sekali tidak ada yang kembali. Ah ya, berbicara tentang hal itu, bulan depan akan ada orang yang akan melakukan perjalanan dimensi lagi. Baru saja ada pengumuman tentang hal itu."

Naruto merasa bahwa ada kesempatan bahwa dirinya bisa kembali lagi ke dunia atau dimensi asalnya.

"Michael Nii-san, sekarang aku berada di mana?" tanya Naruto.

"Sekarang kau ada di Frieden, desa yang terletak di dekat perbatasan Kerajaan Paz dan Mizgard. Tapi Frieden masih termasuk di Kerajaan Paz sih."

"Lalu, bagaimana dengan dunia ini?"

"Kau berada di sebuah dunia yang kami para penduduknya menyebutnya Staats Ritter atau bisa disebut juga dunia ksatria. Dunia ini penuh dengan sihir dan hal-hal menakjubkan yang pastinya dapat membuatmu yang bukan berasal dari dunia ini takjub dan terheran-heran."

Naruto membulatkan matanya. Setelah itu, Naruto mencoba untuk menggerakkan kakinya dan menurunkannya dari ranjang. Dia merasa cukup kuat untuk berjalan.

"Kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk berjalan."

"Tidak, aku merasa cukup kuat untuk berjalan."

Naruto memaksa dirinya untuk berdiri. Dan memang bisa berdiri tapi langsung jatuh. Beruntung karena jatuhnya kebelakang, jadi kembali terduduk ke ranjangnya.

"Sudah kubilang bukan? Kau itu baru bangun dari koma. Istirahatlah terlebih dahulu."

Mereka kemudian berbincang-bincang tentang Staats Ritter.

.

.

.

Di Desa Konoha Sasuke dan teman-temannya masih terlarut dengan tertelannya Naruto ke dalam portal. Tapi Sasuke segera berdiri dan berjalan menjauhi semua temannya yang masih terlarut dengan kesedihan.

Sasuke memang merasa sangat kehilangan karena satu-satunya orang yang bisa dan pantas disebutnya saudara meninggalkannya. Tapi Sasuke merasa janggal dengan portal tadi. Sesaat sebelum hancur, dia bisa melihat sebuah kilatan cahaya yang membentuk lambang Klan Uchiha. Tapi Sasuke juga sudah berpikir bahwa dia adalah keturunan Uchiha terakhir. Jadi tidak mungkin ada Uchiha lain yang dapat melakukan hal itu. Kecuali ada yang dengan sengaja ingin menjatuhkan nama Uchiha lagi.

Hanya satu klan yang dapat melakukan hal itu dan hanya satu klan yang dapat menguasai Sharingan selain Klan Uchiha. Jadi, asumsinya hanya satu…

"Ōtsutsuki!" seru Sasuke dengan kilatan kemarahan di kedua matanya.

.

.

.

[To Be Continued]


Yo minna, kembali lagi dengan Sylvathein dengan fic gaje baru. Yang lain belum kelar tapi udah publish fic baru (T_T)

Oh ya, pasti ada yang tanya/protes kok tangan kiri Sasuke masih ada? Yah emang kuadaain lagi (:3). Lihat, di warning sudah kucantumin. AR (Alternate Reality). Dan pasti juga ada beberapa hal yang bikin reader bingung tapi itu memang bagian dari plot. Yah, mungkin itu saja yang bisa ku bahas di chapter ini.

Oh ya, kalau ada yang nungguin TLT, tenang. Masih dalam proses pengerjaan.

Terima kasih sudah membaca.

Silahkan Follow jika ingin tau perkembangan fic ini…

Favorite jika suka…

Dan yang pasti Review jika ada yang ditanyakan atau mau ngomongin apapun. Saran, kritik, kata-kata penyemangat, atau bahkan flame pasti bakal kuterima.

-Special thanks to Phantom no Emperor-

.

.

.

REVIEW PLEASE!