Penulis : Ohdeerwillis

Disclaimer : Tuhan,keluarga mereka dan fans

Peringatan :Yaoi, boyxboy, kesalahan tata bahasa, dll

Cast : HunHan dan teman-temannya

Genre :Romance, Fluff (?)

Mari Berteman ~ ^^

Sebelum membaca, silahkan follow twitter author di Deerwillis_Oh atau invite BBM author D923E145 ^^


"You have no idea how good it feels to wake up every morning, knowing that you are mine and I am yours."- Unknown


-Warm You-

"Aku pulang." Sehun melangkah masuk setelah ia menutup pintu apartemennya. Alisnya tertekuk bingung ketika tidak mendapatkan balasan ataupun pelukan hangat yang biasa menyambutnya.

"Lu? Aku pulang." Lanjutnya lalu melangkah lagi dengan beberapa kantong kertas berisi makan malam mereka yang sedikit terlambat. Kaki jenjangnya menuju dapur dan meletakkan bungkusan di atas meja makan sebelum ia menoleh ke arah dapur dalam, menebak apakah seseorang yang ia cari berada disana, namun nihil.

Sehun membalikkan badannya lalu berjalan menuju ruang tengah dan dahinya berkerut ketika melihat keadaan ruang tengah yang gelap sebelum waktunya, menyisakan sebuah stand lamp yang menyala di ujung ruangan. Namun di detik berikutnya ia menarik kedua ujung bibirnya setelah melihat gumpalan selimut di atas sofa yang membelakanginya. Sehun sedikit mengendap, mendekati sofa dan dengan segera menutup mulutnya yang nyaris tertawa ketika melihat isi dari gumpalan selimut itu dari samping kiri belakang. Manik matanya dapat melihat sosok yang ia cari dengan boneka rusa besar dalam pelukan dan selimut besar berwarna oranye yang Sehun yakini berasal dari kamar mereka, membungkus hampir seluruh tubuh pria manis yang sedang menatap kedepan dengan takut-takut. Sehun mengikuti arah pandang Luhan dan lagi, ia menahan senyumnya ketika melihat film horror yang sedang ditonton Luhan di tv mereka. Sehun tahu, Luhan adalah seorang penakut tapi entah mengapa pria manis penyuka rusa itu masih suka menonton film horror yang menurut Sehun sangat payah itu yang berakhir membuat Luhan akan terus bergerak secara gelisah di atas tempat tidur dan menggoyangkan tubuh Sehun setiap lima menit sekali hanya untuk memastikan Sehun tidak terlelap dan meninggalkannya sendirian.

Sejujurnya Sehun tidak begitu menyukai kesukaan Luhan terhadap film horror lama yang hanya akan membuat pria manis susah tidur yang berdampak juga pada jam tidurnya karena akan terbangun setiap lima menit sekali akibat guncangan pada tubuhnya dan berakhir ia akan memeluk Luhan secara erat, membiarkan kepala Luhan tenggelam pada dadanya -tapi Sehun menyukai bagian itu- selebihnya tidak. Pria pucat itu bergeser dengan perlahan menuju bagian kanan Luhan lalu dengan pelan ia mengambil posisi duduk tepat disamping Luhan tanpa pria kecil itu sadari. Sehun mencondongkan sedikit tubuhnya lalu melirik Luhan di samping kirinya yang masih tidak bergerak dengan posisi ketakutannya dengan wajah tertutup boneka rusa dan menyisakan sebelah matanya. Sedangkan Luhan terlalu tegang sampai tidak menyadari sosok Sehun yang telah duduk disampingnya, selimut oranyenya menutup tubuhnya dengan sangat baik hingga membuat tubuhnya tenggelam secara penuh. Pria manis itu mulai sedikit pegal dengan posisi duduknya yang melipat kedua kakinya di atas sofa dari awal film dimulai namun enggan menurunkan kakinya lantaran terlalu banyak hal menakutkan yang ia bayangkan jika kakinya menyentuh karpet. Manik rusanya bergerak mencari remote untuk mengurangi suara dari tv, namun nihil. Tangan kanannya mulai bergerak meraba bagian samping tubuhnya hingga keluar dari selimutnya. Sehun melirik tangan Luhan yang meraba sofa dengan pelan, dan ketika tangan itu mendapatkan apa yang ia butuhkan, tangan kiri Sehun bergerak cepat menggengam tangan Luhan sebelum pria manis itu menarik tangannya kembali. Luhan membeku di detik berikutnya ketika merasakan tangan dingin mengenggam tangannya.

Satu..

Dua..

Tiga..

Empat..

Lima..

Dan tepat di detik kelima, pria manis itu sadar apa yang terjadi lalu menjerit dengan keras.

"AAAAAARRRRGHHHH. SETANNNNNNNN!" Pria kecil itu reflek bergerak cepat tanpa sadar kakinya tidak menyentuh lantai hingga nyaris membuatnya terjungkal dari sofa jika tangan Sehun tidak dengan sigap menarik lengan Luhan dan membuat posisi Luhan terjatuh diatas tubuh Sehun yang terdorong. Luhan terdiam di posisinya dengan kepala yang masih tertutup selimut oranye, matanya bergerak gelisah namun telapak tangannya dapat merasakan dada bidang yang menahan kepalanya. Dengan perlahan ia menarik selimut oranye dari atas kepalanya dan berharap tidak menemukan wajah menyeramkan dihadapannya,

"Sehunnnnnn." Luhan memekik senang ketika mendapatkan wajah Sehun beberapa centi diatasnya sedang menatapnya tanpa ekspresi.

"Kamu ini Sehun sungguhan kan? bukan setan?" Jari telunjuk Luhan menekan pipi Sehun lalu bergerak ke arah bibir Sehun dan mendapatkan gigitan pada telunjuknya.

"Awww, jangan mengigitnyaaa."Luhan menarik telunjuknya.

"Tunggu Luhan, posisi ini membuat tubuhku sakit." Keluh Sehun. Posisi Luhan yang menimpa tubuhnya dengan kaki yang menempel di lantai membuat punggungnya sakit karena terlipat. Tangan Sehun memeluk Luhan agar tidak terjatuh ketika ia bergerak memperbaiki posisinya dan setelahnya ia tersenyum ketika mendapatkan posisi yang nyaman untuknya dan Luhan. Posisi dimana Luhan telungkup diatas Sehun yang tangan kanannya sibuk menahan Luhan agar tidak terjatuh kesamping.

"Jadi kenapa kamu menakutiku? Kamu ingin aku cepat mati ya karena terkejut." Omel Luhan lalu mencubit lengan dalam Sehun. Pria pucat itu sedikit meringis sebelum menunduk, menatap Luhan.

"Jangan berlebihan Lu, seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kamu tidak menyambutku didepan dan lebih memilih film horror sialan itu?"Luhan memutar matanya ketika mendengar Sehun menjelek-jelekan film kesukaannya.

"Aku pikir kamu akan datang telat Sehunna, jadi aku menunggumu dengan menoton film." Balas Luhan lalu menatap Sehun yang memandangnya tanpa ekspresi.

"Baiklah, aku minta maaf jika kamu marah. Lagipula ini baru sekali jad-"

"Tiga kali Lu, tiga kali bukan cuma sekali kamu seperti ini." Potong Sehun mengingatkan Luhan.

"Baiklah baiklah, tiga kali aku seperti ini jadi aku minta maaf karena tidak menyambutmu didepan."Balas Luhan

"Dan tidak memelukku?"

"Ya, dan tidak memelukmu." Lanjut Luhan lalu menekuk bibirnya. Sehun tersenyum melihat ekspresi Luhan yang berubah menyesal, dengan cepat ia menarik tubuh Luhan naik lalu mengecup bibir pria kecil itu.

"Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat." Ucap Sehun lalu tersenyum.

"Syarat? Apa?"

"Jangan menonton horror selama dua minggu, bagaimana?" Luhan melebarkan matanya.

"Dua minggu? Aku tidak akan bisa Sehunna."Tolak Luhan.

"Kalau begitu aku belum memaafkanmu." Luhan menggembungkan pipinya.

"Baiklah, kalau begitu tidak ada tidur bersama selama dua minggu." Ucap Luhan lalu bergerak untuk beranjak dari posisinya namun tangan Sehun menahan pinggangnya, membuat wajah Luhan menempel kembali di dada Sehun.

"Eyy, mau kemana? Kenapa jadi ikut mengancam?" Sehun menaikkan satu alisnya.

"Kamu itu menyebalkan Sehunna, aku kesal." Sehun terkekeh.

"Bagaimanapun kamu tetap mencintai pria menyebalkan ini." Luhan memutar matanya malas.

"Jadi?" Luhan memasang wajah bingung dengan pertanyaan Sehun.

"Jadi apa?" Luhan bertanya balik.

"Jadi kamu akan tetap menonton film horror itu?" Tanya Sehun menunjuk ke arah tv.

"Tentu saja Sehunna, aku menyukainya." Balas Luhan lalu menatap tv yang masih memperlihatkan adegan-adegan menyeramkan menurut Luhan. Sehun terdiam memperhatikan wajah Luhan yang kembali menampilkan ekspresi takut-takutnya. Tanpa sadar tangan Luhan menarik tangan kanan Sehun yang menahan tubuhnya lalu menggunakan telapak tangan pria pucat itu untuk menutupi wajahnya dan Sehun hanya menahan senyumnya melihat tingkah Luhan lalu kembali menahan tubuh Luhan dengan tangan kirinya.

"Kamu sudah menonton itu berkali-kali Lu, bahkan aku mengingat setiap adegannya. Kenapa masih saja takut?"

"Karena aku tidak mengingat adegannya dengan baik." Balas Luhan masih dengan posisinya. Sehun menggeleng pelan lalu bergerak untuk bangun.

"Eh?" Luhan terkejut dengan pergerakan Sehun dan reflek melingkarkan tangannya di leher Sehun.

"Kita belum makan sayang, dan ini sudah sangat lewat dari jam makan malam. Jadi, berhenti menonton dan ayo makan." Ucap Sehun lalu mengambil remote yang terjatuh di lantai dan mematikan tv didepannya.

"Tapi itu belum selesai Sehunna." Luhan menatap pria yang memangkunya.

"Tidak ada penolakan, menontonnya dilanjutkan besok saja." Balas Sehun lalu berdiri dengan Luhan yang masih menempel dengan tubuhnya.

"Jadi tidak ada pelarangan nonton film horror?" Tanya Luhan tersenyum.

"Aku akan benar-benar melarangnya jika kamu seperti tadi lagi." Dan dengan sekejap Luhan menekuk bibirnya. Sehun mengarahkan kaki Luhan agar melingkar pada tubuhnya.

"Jangan seperti itu Lu." Sebuah kecupan mendarat di bibir Luhan. Pria pucat itu melangkah menuju remote yang menempel di dinding, lalu menekan beberapa tombol yang membuat apartemennya kembali terang.

"Aku tidak melihat Vivi, kemana dia?" Tanya Sehun pada pria di gendongan depannya.

"Sudah tertidur setelah makan." Balas Luhan lalu meletakkan kepalanya di pundak Sehun.

"Mengantuk?" Sehun mengusap punggung Luhan lalu melangkah menuju meja makan.

"Sedikit." Luhan berbisik.

"Baiklah, cepat makan dan segera tidur sayang." Sehun menurunkan Luhan dari gendongannya dan mendudukan pria kecil itu lalu beralih pada bungkusan diatas meja.

"Sushi?" Tanya Luhan setelah membaca nama restaurant yang tercetak diluar kantong kertas dan Sehun mengangguk.

"Tadi siang, kamu mengirimkanku pesan untuk membelikan sushi-sushi ini Lu."

"Ahh yaaa, aku hampir melupakannya." Sehun terkekeh lalu mengusak rambut Luhan pelan.

"Tapi besok kamu harus kembali memasak Lu, sudah lama aku tidak makan hasil masakanmu." Keluh Sehun yang sedang mengeluarkan bungkusan sushi.

"Jangan berlebihan Hun-ah, ini bahkan belum ada seminggu." Sehun tersenyum lalu memberikan sumpit pada Luhan.

"Karena dari itu jangan membuatnya menjadi seminggu lebih." Pria pucat itu mengambil posisi duduk didepan Luhan.

"Akan aku usahakan." Sehun mengangguk. Keduanya terpejam dan menangkupkan tangan,

"jal meokgessseumnida,"

"jal meokgessseumnida,"

.

.

.

.

Mata Sehun terbuka dengan berat ketika merasa tidak ada orang disampingnya. Tangannya meraba sekali lagi dan tidak menemukan Luhan yang seharusnya tidur disana. Pria pucat itu mengangkat kepalannya dan melihat sekitar kamarnya lalu memutar tubuhnya untuk menyalakan sleep lamp di atas nakas. Mata setengah ngantuknya menangkap pintu balkon yang terbuka, Sehun melirik jam dindingnya yang masih menunjukan pukul empat pagi.

"Lebih baik ia membangunkanku setiap lima menit sekali daripada harus berdiri di balkon jam segini." Ucapnya pelan lalu menyibak selimut yang menutupinya. Ia bangun lalu memakai sandal kamarnya dan berjalan ke arah balkon dengan wajah mengantuk.

Luhan terkesiap ketika merasakan sepasang tangan melingkar erat di perutnya dan kepala yang menyandar penuh di bahu kananya.

"Kau terbangun Hunnie?" Tanya Luhan pelan lalu mengusap sepasang tangan yang masih memeluknya erat.

"Aku terbangun karenamu." Balas Sehun dengan suara yang tidak terlalu jelas karena wajahnya menempel pada bahu Luhan.

"Ah, maaf karena membuatmu terbangun jam segini." Sehun mengangkat wajahnya dan menopang dagunya pada bahu Luhan.

"Kamu tahu ini jam berapa Lu?" Luhan mengangguk dan dengan cepat Sehun merebut sebatang rokok yang menyala dari jari Luhan lalu membuangnya ke lantai.

"Yaa, ken-"

"Kamu berjanji untuk tidak merokok jam segini." Potong Sehun sebelum Luhan mengeluarkan protesannya.

"Tapi Hun-ah," Sehun menggeleng lalu memutar tubuh Luhan agar berhadapan dengannya.

"Dan kamu berjanji akan mengurangi rokokmu Lu." Luhan mendesah pelan.

"Aku sudah sangat mengurangi rokokku Hun-ah, aku menurutimu." Balas Luhan pelan.

"Kamu tahu kan, ini kebiasaanku yang tidak bisa dihilangkan." Lanjutnya lalu menatap mata Sehun dan pria pucat itu balik mendesah pelan, kembali memeluk Luhan.

"Hm." Luhan menatap lantai balkon lalu memejamkan matanya sebentar. Pria manis itu tahu jika Sehun sangat keberatan dengan kebiasaan merokoknya, namun ia sendiri pun tidak bisa menghilangkan kebiasaan yang menurut pasangannya itu sangat buruk. Luhan memiliki kebiasaan merokok jauh sebelum ia bertemu dengan Sehun lima tahun yang lalu, dan menurutnya kebiasaannya itu sedikit demi sedikit berkurang karena Sehun. Alasan pria manis itu merokok adalah karena ia seorang penulis, ya Luhan adalah seorang penulis terkenal yang memiliki pen name "Little Warm Deer". Mungkin terdengar terlalu kekanakan tapi Luhan menyukainya, karena Mamanya lah yang memberikan nama tersebut dan Luhan berharap siapapun yang membaca hasil tulisannya akan merasakan "kehangatan"nya masing-masing. Walaupun menulis adalah kesukannya, terkadang pria manis itu juga merasakan hal-hal seperti tidak mendapatkan ide menulis sama sekali, dan setelahnya ia akan berdiri diatas balkon dengan sebatang rokok terselip diantara bibirnya. Kebiasaan merokok diatas balkon telah ia miliki ketika dirinya baru memulai karir menjadi penulis, karena itu ia selalu memiliki tempat tinggal dengan sebuah balkon. Menurutnya, berdiri diatas balkon dengan rokok yang menyala dan pemandangan malam atau bahkan pagi buta dapat memberikan banyak ide menulis untuknya. Selain itu, hal lain yang pria manis itu sukai adalah kopi, ya berbagai jenis kopi Luhan menyukainya, ia bahkan bisa menghabiskan bercangkir-cangkir kopi ketika sedang menulis. Bukan untuk membuatnya tetap terjaga, bukan, karena menurut Luhan kopi bukanlah sesuatu hal yang membuatnya tetap terjaga tetapi membuatnya tetap semangat dalam menulis.

Dan hal-hal tersebut adalah hal-hal yang sangat tidak disukai Sehun, pasangannya sejak empat tahun yang lalu. Berbanding terbalik dengan Luhan, menurut Sehun rokok ataupun kopi adalah hal-hal yang dapat merusak tubuh pria manis itu secara perlahan dan ia membencinya. Dan semenjak mengenal Sehun pula, frekuensi merokok dan minum kopi seorang Luhan mulai berkurang sedikit demi sedikit. Luhan tidak pernah memprotes hal tersebut, karena secara sadar ia tahu Sehun melakukan itu demi kebaikannya, kebaikan mereka berdua. Jika sebelum bersama Sehun, pria manis itu bisa menghabiskan belasan batang rokok salam sehari untuk mencari ide maka sekarang ia hanya memiliki lima batang rokok dalam seminggu dan jika sebelum mengenal Sehun, Luhan bisa menghabiskan bercangkir-cangkir kopi dalam sekali duduk untuk menulis maka sekarang ia hanya memiliki tiga cangkir kopi untuk menemaninya menulis, perubahan yang sangat besar bukan? Dan pria manis itu tidak keberatan sama sekali. Sejujurnya, ia cukup kesulitan ketika melakukan itu pertama kali namun Sehun memiliki berbagai macam cara yang membuat Luhan mau mengurangi kebiasaan yang menurut Sehun buruk itu dan secara perlahan ia mengurangi frekuensi dengan dibantu pasangannya.

Mulai dari lebih sering mengganti secangkir kopi dengan sebuah mug rusa berisi coklat panas atau susu pisang kesukaan Luhan untuk menemaninya menulis hingga mengurangi rokok dengan mengunyah permen karet dengan berbagai rasa buah-buahan diatas balkon dan tentunya semua itu dibantu Sehun. Pria pucat itu akan dengan senang hati membuatkan coklat panas atau susu pisang kesukaan Luhan berkali-kali selama Luhan menulis dan ia pula yang menyiapkan berpak-pak permen karet dengan berbagai rasa buah yang tentunya aman untuk gigi si rusa. Selain itu, Sehun juga menyiapkan berbagai rasa es krim untuk menemani Luhan mencari ide selain dengan permen karet dan dengan perlahan Luhan menyukai cara-cara pasangannya itu. Bahkan walaupun Sehun sedang tidak berada di apartemen mereka karena pergi bekerja, pria manis itu tetap melakukan cara-cara yang Sehun lakukan untuknya.

Tapi tetap saja Luhan tidak bisa seratus persen meninggalkan kebiasaan lamanya dan Sehun memakluminya, pria pucat itu masih mengijinkan Luhan untuk menikmati kopi kesukaannya dengan jumlah cangkir yang ditentukan dan juga ia masih mengijinkan Luhan merokok dengan jumlah tertentu pula karena pria pucat itu tidak ingin membuat Luhan tertekan. Jika boleh jujur, Luhan ingin sekali melepas kebiasaannya namun entah karena apa ia masih belum bisa berhenti total dari kebiasaan lamanya, sesekali ia tetap saja menyesap sebatang rokok diatas balkon atau menikmati secangkir caffeine yang melewati kerongkongannya dengan mulus.

"Bagaimana jika aku juga merokok sepertimu Lu?"Luhan membuka matanya ketika mendengar pertanyaan yang menurutnya aneh itu.

"Maksudnya?" Luhan balik bertanya.

"Aku juga akan merokok, sama sepertimu." Balas Sehun masih memeluk Luhan.

"Untuk apa?" Sehun melepas pelukannya lalu menatap mata Luhan.

"Agar jumlah usia kita sama." Luhan memutar matanya lalu memencet hidung mancung Sehun.

"Jangan aneh-aneh Hun-ah, bahkan sekarang usia kita sudah berbeda. Aku lebih tua darimu." Sehun menekuk bibirnya lalu mengigit hidung Luhan gemas, pria manis itu meringis.

"Aku tidak suka jika membahas usia Lu." Pria yang lebih kecil terkekeh.

"Kamu yang memulainya sayang." Luhan mengusap pipi Sehun pelan.

"Aku tahu, entah mengapa aku merasa tidak cocok denganmu jika membahas usia." Luhan mengernyit mendengar pernyataan pasangannya itu.

"Kenapa?"Sehun menggeleng.

"Entahlah, aku merasa tidak dewasa jika melihat dari usia." Lagi, Luhan memutar matanya.

"Lalu?"

"Lalu aku merasa, kamu bisa mendapatkan yang lebih dewasa dariku." Detik berikutnya Luhan tertawa. Sisi Sehun yang inilah yang Luhan sukai, entah mengapa pria manis itu menyukai sisi kekanakan Sehun yang jarang terlihat, ia menyukai ketika Sehun merajuk ataupun kesal untuk hal-hal yang tidak penting menurut Luhan.

"Dengar sayangku, bukankah kita sudah membahas ini berkali-kali bahkan mungkin ratusan kali dalam lima tahun belakangan ini? Usia itu tidak menentukan tingkat kedewasaan seseorang Hun-ah. Kamu memang lebih muda dariku tapi dirimu jauh lebih dewasa dari aku Sehunnie." Luhan mengelus lengan berotot Sehun.

"Tapi sayang, aku-"

"Kamu hanya kurang percaya diri sayang." Luhan memotong perkataan Sehun.

"Kita menjalani ini cukup lama dan seharusnya tidak ada lagi alasan yang membuatmu berpikiran seperti itu sayang." Lanjut Luhan lalu tersenyum. Sehun menatap mata Luhan lalu ikut tersenyum.

"Entahlah, terkadang pikiran itu datang begitu saja dan itu cukup mengangguku Lu." Luhan mengangguk lalu menyisir rambut Sehun kebelakang dengan jarinya.

"Kalau begitu jangan diperdulikan, karena itu bukan masalah untuk kita berdua Hun-ah."Sehun mengangguk lalu mengambil tangan Luhan yang sedang menyisir rambut berantakannya dan mengecup telapak tangan pria yang lebih kecil.

"Aku akan berusaha tidak memperdulikannya asalkan kamu juga harus menghilangkan kebiasaan burukmu itu." Luhan mengedikkan bahunya.

"Aku tidak janji." Sehun melipat bibirnya.

"Yaa! Jangan katakan seperti itu."

"Lalu aku harus mengatakan seperti apa?"

"Katakan "aku akan melakukannya" seperti itu." Luhan terkekeh mendengar jawaban Sehun.

"Aku tidak mau."Sehun menaikkan satu alisnya.

"Kamu mengodaku sayang?" Luhan memasang wajah bingung yang dibuat-buat.

"Aku bahkan tidak melakukan apapun yang bisa mengodamu Hun-ah." Balas Luhan menahan senyumnya.

"Tapi aku merasa kamu mengatakan yang sebaliknya Lu." Luhan mencubit pipi Sehun.

"Terserah saja." Sehun tersenyum lalu mencium bibir Luhan dan pria yang lebih kecil mendorongnya pelan.

"Aku habis merokok Hun-ah." Ucap Luhan sebelum pria pucat itu protes.

"Tapi aku tidak peduli." Balas Sehun lalu mencium Luhan kembali dan ia dapat merasakan Luhan tersenyum diantara ciuman mereka. Sehun melumat pelan bibir Luhan dan ia dapat merasakan sisa nikotin yang tertinggal di bibir merah pasangannya itu dan ia mencoba tidak memperdulikan hal tersebut. Satu hal yang Sehun sukai dari bibir Luhan adalah, ia tetap berwarna merah cerah walaupun sesering apapun Luhan merokok selain itu, bibir itu akan terasa manis ketika Luhan tidak merokok.

Keduanya melepas tautan mereka ketika merasa kehabisan oksigen menyisakan benangan saliva antara mereka.

"Waktunya kembali tidur rusa kecil." Bisik Sehun pelan dan Luhan hanya tersenyum.

"Gendong aku."Luhan merentangkan tangannya.

"Baiklah." Pria yang lebih tinggi menerima rentangan tangan Luhan dan dengan perlahan menggendong si pria rusa didepannya.

"Kamu hanya punya waktu tidur sejam Hun-ah." Sehun melirik jam dinding yang menunjukan pukul lima pagi ketika menidurkan Luhan diatas kasur.

"Tidak masalah." Balasnya lalu menutup pintu kaca balkon dan dengan segera menyusul Luhan untuk kembali tidur.

"Selamat tidur sayang." Ucap Sehun lalu memeluk Luhan.

"Selamat tidur jagoan." Balas Luhan lalu menenggelamkan kepalanya di dada bidang Sehun.

..

.

.

Sehun menarik laci kedua meja kerjanya, tangannya mengambil sebuah buku bersampul coklat yang cukup tebal. Ia tersenyum ketika membaca judul buku itu, "Warm You" dua kata yang cukup singkat tapi sangat berarti untuk pria pucat itu. Sebuah buku yang selalu ia simpan sejak lima tahun yang lalu di laci kedua meja kerjanya, dan sebuah buku yang membuka kisah baru dalam hidupnya dengan sang penulis, "Little Warm Deer".

-Throwback-

"Apa kau sudah membaca novel yang kuberikan minggu lalu Hun?" Sehun menoleh ke seseorang yang bertanya padanya.

"Hyung? Sejak kapan kau disana?" Tanya Sehun bingung ketika mendapati Suho yang tengah duduk disalah satu sofa di ruang kerjanya.

"Sejak lima belas menit yang lalu." Balas Suho lalu menyesap cangkir kopinya.

"Dan kenapa aku tidak tahu?"

"Karena kau terlalu fokus dengan computer itu." Tunjuk Suho dan Sehun mendesah pelan.

"Seperti yang kau tahu hyung, akhir-akhir ini pekerjaanku terlalu banyak."Balas Sehun lalu menyusul Suho duduk di sofa.

"Kau butuh beristirahat Hun, jangan terlalu memaksa." Suho menyenderkan punggungnya sedangkan Sehun hanya bisa mendesah pelan.

"Lagipula kau memiliki banyak karyawan disini."Lanjutnya lalu menatap Sehun yang tengah memijit pangkal hidungnya.

"Aku ingin, hanya saja aku merasa harus mengerjakannya secara langsung." Suho mengangguk mengerti lalu mengeleuarkan dua lembar kertas dari saku jasnya.

"Ini untukmu, kau butuh istirahat." Sehun menoleh ke arah tangan Suho yang memegang dua lembar kertas dengan ukuran berbeda.

"Ambilah."Suho menggoyangkan dua lembar kertas itu.

"Apa ini?" Tanya Sehun bingung lalu mengambil dua lembar kertas pemberian Suho.

"Tiket pesawat ke China dan tiket meet and greet di China." Sehun mengernyit bingung.

"Meet and greet? Siapa?"

"Meet and greetnya little warm deer." Balas Suho lalu menyesap kopinya lagi.

"Hah? Siapa?"

"Little warm deer Hun, pendengaranmu bermasalah ya."Suho menggelengkan kepalanya.

"Tunggu, siapa dia? Kenapa aku harus menghadiri acara yang bahkan aku tidak tahu siapa itu tadi? Little? Apa?"

"Little warm deer Hun." Sahut Suho mulai kesal.

"Nah itu, siapa dia?" Gantian Suho memijat pangkal hidungnya.

"Dia penulis novel yang aku berikan padamu minggu lalu."

"Novel?" Sehun nampak berpikir,

"Ahh buku diatas meja itu? Jadi itu pemberianmu hyung? Kau tidak meninggalkan note atau apapun disana jadi aku kira itu milik seseorang yang tertinggal." Lanjut Sehun lalu menunjuk sebuah buku diatas meja kerjanya dan Suho hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Jadi kau belum membacanya?" Sehun menggeleng.

"Aku bahkan baru menyentuhnya sekali dan mengira akan ada yang mengambilnya." Balas Sehun lalu berdiri dan membuka kulkas di ujung ruangannya, mengambil sekaleng soda.

"Astaga jadi untuk apa aku memberikannya padamu." Sehun menarik pembuka kaleng lalu meneguknya.

"Aku tidak tahu hyung, kau tidak memberitahuku terlebih dahulu." Suho menghembuskan nafasnya kasar, tidak percaya dengan adik sepupunya ini.

"Kalau begitu mulailah membaca novel itu sebelum kau berangkat ke China lusa, setidaknya kau mengetahui isinya."Sehun melangkah menuju meja kerjanya lalu mengangkat buku yang cukup tebal bersampul coklat itu.

"Apa kau gila hyung? Kau tahu aku tidak suka membaca buku seperti ini, dan juga ini terlalu tebal, sampulnya tidak menarik sama sekali." Ucap Sehun sarkastik lalu melirik sampul buku yang bertulis "Warm You" diatasnya.

"Kau terlalu menilai dari sampulnya Hun, novel itu tidak seperti apa yang kau pikirkan. Tidak ada roman picisan yang kau benci disana, dan juga buku itu bisa mengubah cara pandangmu terhadap banyak hal, salah satunya terhadap sampul buku itu." Balas Suho lalu menegakkan punggungnya dan Sehun mendesah , meletakkan bukunya kembali.

"Jadi kau memberikanku tiket-tiket ini agar aku bertemu dengan si rusa kecil itu hyung?"

"Terserah kau mau menyebutnya apa, tapi kau harus bertemu dengannya secara langsung. Dia orang yang ramah dan juga kau bisa bertukar pikiran dengannya karena ia memiliki pemikiran yang bebas, cocok denganmu yang memiliki otak yang sempit." Sehun mengangkat kepalanya.

"Yaaa! Sejak kapan aku memiliki otak yang sempit?" Sehun protes dengan ucapan kakak sepupunya itu.

"Kau memang adik yang tidak sopan." Ketus Suho setelah mendengar ucapan Sehun dan pria pucat itu hanya terkekeh.

"Jadi kau pernah bertemu dengan si rusa itu sebelumnya?" Tanya Sehun lalu kembali duduk di kursi kerjanya.

"Tentu saja, aku pernah bertemu dengannya, mungkin tiga kali?" Suho nampak berpikir.

"Tiga kali?" Suho mengangguk.

"Aku salah satu penggemarnya, aku memiliki banyak koleksi bukunya jadi aku mengikuti meet and greetnya." Sehun menaikkan satu alisnya.

"Mengikuti meet and greetnya? Si rusa itu berapa kali mengadakan meet and greet?"

"Setiap dia merilis buku baru, dan juga ia mengadakan meet and greet di negara berbeda. Asal kau tahu Sehun, bukunya telah dicetak dalam beberapa bahasa berbeda." Sehun cukup terkejut namun ekspresinya tidak berubah.

"Jadi dia bukan orang Korea?" Suho menggeleng.

"Bukan, tapi lancar berbahasa Korea dan juga ia menulis beberapa buku dalam bahasa Korea."Sehun mengangguk paham dengan ekspresi yang sama dan itu membuat Suho cukup kesal.

"Aku tidak peduli, apapun alasannya kau harus mendatangi acara itu. Lagipula semua perjalananmu aku tanggung." Sehun berdecih.

"Kau kira aku tidak mampu hyung?" Suho terkekeh lalu berdiri.

"Anggap saja sekarang seperti itu, jadi hargai kakak sepupumu ini." Sehun memutar matanya sebal.

"Terserah kau saja hyung." Suho mengangguk lalu merapikan dasi dan jasnya.

"Kalau begitu aku pergi dan ingat lusa kau harus pergi ke China."Ucap Suho sebelum meninggalkan ruang kerja Sehun.

"YAYAYA." Sehun menatap buku bersampul coklat itu dengan malas.

"Jadi sehebat apa dirimu rusa kecil?" Guman Sehun menatap buku itu.


-TBC-

..

..

..


HOLAAAA~~~~

ADA YANG KANGEN AKU GAK? #PEDEBANGETLAU #ABAIKAN #TAPITETEPPINGINDIKANGENIN ((

Akhirnya aku kembali lagi nulis FF :")))) cukup senang sih tiba-tiba ada keinginan buat FF yang gejelas ini wkwk tapi semoga kalian suka dan tidak kecewa ya sama FF ini :)

Dan yahhh ini dia FF HunHan berikutnya setelah edisi HunHan ultah jadi tadinyaa niat pingin buat ini jadi oneshoot dan di publish pas tanggan 20 mei kemren jadi bisa ala ala 520 gitu dewwhhhh~~

Tapi apa daya aku banyak tugas dan sempet drop jadi ketunda buat FFnya dan juga gajadi publish kemaren -_- gapapa lah ya lewat sehari jadi 521 ala si Lay wkwk (yang gak ngerti harus buka weibo si Lay)

Dan kenapa gak oneshoot? Jadi ternyata ditengah produksi #cielaahh aku dapet beberapa ide dan ternyata ide-ide itu membuat FF ini semakin panjang :") jadi kalo aku jadikan satu pasti PANJAAAANGGGGGG BANGED sepanjang jalan kenangan #apasihthorrrrrr ya gitulah pokoknya, jadi aku putuskan untuk menjadikannya part tapi tenanggg GHAES ini mungkin bakal END di part 2 jadi gak bakal lama-lama gituw dechhh~~

So begitulah chitchat unfaedah kali ini ) maafkan aku karena kalian membuah beberapa menit untuk membaca ini wkwkw

OH IYA JADI INGET~

Makasihh ya buat teman-teman semua yg sudah ngobrol2 syantieekk sama aku di BBM ;) aku seneng deh wkwkw tapi maaf ya kalo gak gercep balesnya karena ini dan itu #SOKSIBUK

Ya pokoknya begitulaahhh,

Sudah ah chitchatnya, jangan lupa untuk review FF ini ya dan jangan lupa follow twitter author (nyari temen) dan invite BBMnya

Di (et)Deerwillis_Oh dan D923E145

Kita bakal ngobrol2 syantikk disana ;) okay? Okayin ajalah yaaa~

Sekali lagi Ditunggu reviews, Chat dan twit kalian yaaa~

karena aku sangat menghargainya , dan buat kalian yang ada ide atau mau ngasih saran buat FF selanjutnya, kalian bisa langsung tulis ya di Reviews atau bisa kirim email ke Ohdeerhunhan gmail (dot.) com. Karena aku bakal senang hati membalasnya ^^

Sekali lagi terimakasih Chingu ^^ See you on my next FF SARANGHAE~