Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto.

Pairing : ItaFemKyuu, SasuFemNaru, JiraTsuna, KakaAnko dan Lainnya.

Rated : T+

Warning : Jika tidak suka tolong jangan dibaca! Fic ini mengandung unsur Gender Switch, Straight Pair, OOC, OC, typo (s)

Genre : Romance, Comedy dan lainnya.

Note : Dilarang mengcopy keseluruhan ataupun sebagian dari karya tulis saya!

.

.

Another Story of Shinobi World

Chapter 1 : Dari Chakra Menjadi Wanita

By : TheB1gBoy

.

.

-Selamat Membaca-

.

.

Seorang pria dengan dua garis keriput dibawah matanya tengah terbaring nyaman diatas kasur berukuran kecil di kamarnya. Menggunakan lengan berototnya sebagai bantal, pria tersebut terus saja memandangi langit-langit ruang tidurnya itu. Sambil terus memikirkan betapa membosankan hidupnya sekarang, dia bahkan tak pernah merasa bersemangat untuk menjalaninya. Setelah perang dunia ninja keempat berakhir sembilan tahun yang lalu, kini dunia ninja menjadi dunia yang damai. Bahkan, terlalu damai untuknya yang merupakan mantan Nuke-nin yang biasa hidup dengan penuh tantangan.

Pekerjaannya yang sekarang sebagai ketua pasukan ANBU pun tak dapat membuatnya bersemangat, ia ingin sesuatu yang dapat membuat hidupnya tak terasa hampa, ia bahkan pernah mencoba menjadi pria mesum mengikuti instruksi dari Jiraiya. Sebab, menurut suami dari Tsunade tersebut, hidup pria mesum itu penuh dengan tantangan. Ia berpikir mungkin dengan mengikuti nasehat Jiraiya, semangatnya untuk menjalani hidup dapat bertambah. Namun tetap saja, pada akhirnya ia tak merasakan apapun. Bahkan, setelah ia menuliskan seluruh perjalan karirnya sebagai pria mesum dalam novel erotis arahan Jiraiya. Ia tetap tak menemukan sesuatu yang dapat membuat semangat hidupnya bertambah.

Walaupun ia akui bahwa menjadi pria mesum telah membuat libidonya yang selama ini tertidur dapat bangkit kembali. Tapi bukan itu tujuannya, yang ia inginkan adalah sesuatu yang dapat membuat hasrat hidupnya membara, tapi sayang ―sampai akhir― ia tak dapat menemukannya. Dan disinilah ia akhirnya, menghabiskan waktu setiap pagi dengan meratapi langit-langit kamarnya.

"Haaaah..." kembali ia menghelas napas, entah sudah berapa kali ia menghela nafas bosan pagi ini. Memejamkan matanya sebentar, kemudian ia menolehkan kepalanya kekiri, kearah meja kecil disamping tempat tidurnya. Matanya terbelalak ―kaget― saat ia melihat jarum kecil pada jam tersebut sudah menunjukan pukul sembilan pagi.

"Sial. aku bisa telat nih. Kalau sampe telat. bisa-bisa congek telingaku karena kena omelan nenek Tsunade." gumamnya sambil berdiri. Lalu begegas menyambar handuk yang tergantung didekat ranjangnya, kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebulum ia berangkat ke lokasi penyegelan.

Beberapa menit setelahnya, pria itu pun keluar dari kamar mandi. Tentu saja dengan tubuh yang sudah harum dan bersih. Sambil terus bersiul, pria tersebut membuka lemari pakaian, mengambil boxer abu-abu bergambar Onigiri berserta celana panjang dan baju kaos lengan panjang, lalu memakainya, kemudian ia membuka kembali pintu lemari disisi yang berbeda, disisi tempat ia menyimpan rompi seragam ANBU.

Ya... beginilah sekarang model kostum ANBU. Tak seperti dahulu yang terlihat lebih misterius dan sederhana, sekarang kostum ANBU justru terlihat seperti kostum ninja biasa di Konoha. Yang membedakan hanya warna dan bentuk simbolnya saja, jika kostum biasa di Konoha berwarna biru untuk baju dan celananya, maka kostum ANBU berwarna hitam untuk keduanya dengan lambang kipas merah-putih di kedua bahunya. Sedangkan rompi ninja di Konoha yang berwarna hijau dengan lambang pusaran angin dibelakangnya, maka rompi milik ANBU memiliki warna hitam dengan beberapa garis strip merah serta lambang kipas merah-putih di belakangnya.

Sekarang pria tersebut sudah rapi dengan seragam ANBU yang melekat di tubuhnya. Ia pun segera keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Sesampainya didapur, ia lalu mengambil sepotong roti di atas meja, kemudian mengoleskan permukaan roti tersebut dengan selai. Setelah menyelesaikan sarapan singkatnya, pria itu lalu bergegas keluar rumah untuk segera menuju lokasi penyegelan.

Kini pria tersebut tengah melompat-lompati atap bangunan di desa konoha sambil memegang sebuah smartphone disalah satu tangannya. Pemuda tersebut mencoba mengecek apakah ada notifikasi masuk di smartphone-nya. Ternyata ada satu notifikasi masuk yang berasal dari akun jejaring sosial miliknya. Dengan cepat ia segera membuka notifikasi tersebut, mencoba mencari tau apa isi dari notifikasi tersebut. Ternyata notifikasi tersebut hanya berisi pemberitahuan bahwa ―lagi-lagi― akun sosial media sang adik meng-like foto profil terbarunya, ―memutar bola mata bosan― kini pria tersebut lebih memilih memasukan smartphone-nya kembali kedalam saku rompinya.

Setelah setengah jam melompat-lompati gedung di Konoha, kini pria tersebut sampai di depan sebuah gedung besar berwarna putih dengan tulisan "Perserikatan Dunia Ninja" tepat diatasnya. Dengan segera pria tersebut masuk kedelam gedung, kemudian menunjukan tanda pengenalnya ke penjaga dan segera bergegas menuju basement gedung dimana tempat penyegelan berlangsung.

Didalam ruang basement berukuran besar tersebut, ternyata sudah dipenuhi beberapa orang. Ada Rokudaime Hokage dan Jiraiya yang tengah sibuk menulis pola mantra segel dilantai, kemudian ada Tsunade yang tengah duduk dikursi disalah satu sudut ruangan dengan perut "buncit"nya, lalu ada sang adik dan teman "kuning"nya yang tengah berdiri disudut lain ruangan tersebut dan jangan lupakan sang Godaime Kazekage yang berdiri dengan tegapnya di sebeleh sahabat "kuning" adiknya.

"Kau terlambat baka-aniki," sapa ramah sang adik tercinta dengan suara baritone-nya.

"Hormatlah sedikit pada kakakmu. Sasuke!" sahut sahabat karib sang adik.

"Diamlah Dobe, aku sedang tak ingin berdebat denganmu,"

"Kau..." Naruto mencoba membalas. Namun, perkataannya terpotong oleh ucapan dari kakak sahabatnya tersebut.

"Sudahlah Naruto, jangan ladeni dia... mungkin sekarang Sasuke sedang datang bulan, makanya dia jadi sensitif seperti itu," Seru Itachi seraya mendekat kearah sang adik sambil menjulurkan selember uang senilai seratus Ryo. "Ini ambil."

"Apa ini?" balas sasuke dengan alis mengerenyit heran.

"Kau buta atau apa?" balas kembali sang kakak sambil memutar bola matanya, "ini uang Sasuke! Apa kau tak bisa melihatnya?"

"Aku tau ini uang baka-aniki! Yang kumaksud itu... untuk apa kau memberiku uang."

"Uang itu untukmu membeli pembalut, kalau bisa yang ada sayapnya biar gak bocor,"

"Kau memang brengsek baka-aniki." Tangan Sasuke bergerak menyambar uang yang tadi dijulurkan oleh sang kakak. "Kau pikir aku ini perempuan apa. Aku ini masih laki-laki tampan yang normal."

"Heii... kembalikan uangku," seru Itachi saat melihat Sasuke sedang memasukan uangnya ke saku celana, "aku hanya bercanda tadi."

"Aku tak akan pernah melepaskan sesuatu yang sudah menjadi milikku."

"Baiklah, perlihatkan padaku nanti saat kau sudah membeli pembalutnya."

"Ck, uang ini tidak akan aku gunakan untuk membeli pembalut baka-aniki,"

"Lantas untuk apa kalau begitu?"

"Uang ini akan aku gunakan untuk membeli kuota internet," balas sasuke santai. Tangannya bergerak perlahan kearah bahu sang kakak, kemudian ia menepuk-nepuk pelan bahu tersebut, "kuota-ku sudah mau habis. Maka dari itu... aku ucapkan terima kasih untuk seratus Ryo-nya."

"Ck, jangan berlagak miskin Sasuke. Uang hasil penjualan properti Uchiha yang aku berikan padamu lebih dari cukup untuk hanya sekedar membeli kuota," Jawab sang kakak dengan nada sarkastik.

"Hei. Kalian berdua. Kalian berada disini bukan untuk berdebat hal yang tidak penting, tapi untuk membantu penyegelan Kyuubi," Seru Tsunade yang sedari awal telah lelah mendengar pembicaraan absurd kedua keturunan terakhir Uchiha tersebut.

"Maafkan kami. Nenek Tsunade." Mereka berdua menjawab dengan kompak.

"Bagus," seru Tsunade singkat, kemudian ia mengalihkan pandangannya kearah Itachi dan menatap pemuda itu datar, "dan kau Itachi. Apakah kau sudah mempelajari jurus dalam gulungan yang aku berikan padamu kemarin?"

"Tentu saja sudah nenek Tsunade," Jawab Itachi singkat sambil tersenyum tipis.

"Hmm... baguslah," balas Tsunade seraya mengalihkan pandangannya kearah sang suami yang tengah sibuk menulis pola mantra dilantai ruangan itu.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Kakashi dan Jiraiya telah menyelesaikan penulisan pola mantra tersebut. Mereka berdua kemudian berdiri, lalu mencoba memijit pinggang mereka masing-masing untuk menghilangkan rasa pegal yang menyerang akibat telah berjongkok sekian lama. Setelah merasa baikkan, mereka berdua berjalan menuju meja disebelah tempat duduk Tsunade.

Tsunade yang melihat kedua pria dewasa itu berjalan menuju kearahnya, kemudian berdiri mengambil dua buah gelas lalu menuangkan air dingin kedalamnya. Sesampainya disana kedua pria tersebut mengambil masing-masing satu gelas yang diberikan oleh Tsunade. Jiraiya langsung meminumnya sementara Kakashi lebih memilih membawa gelas itu bersamanya menuju ketempat muridnya ―Naruto dan Sasuke― berdiri.

"Kau sudah siap Naruto?" serunya kepada sang murid setelah dirinya berdiri tepat disebalah sang murid.

"Tentu Kakashi-sensei,"

"Sakura baru tiga bulan meninggalkan kita. Jadi... aku rasa... ini mungkin masih terlalu berat untukmu, kalau memang mentalmu belum siap... maka aku sarankan kita menundanya saja,"

"Tak masalah Kakashi-sensei. Karena mental, pikiran dan tubuhku sudah siap seutuhnya," jawab Naruto sambil mengeluarkan seringaian khasnya.

"Baiklah kalau menurutmu begitu," seru Kakashi seraya menepuk-nepuk bahu Naruto disertai senyum yang tulus. "Kau memang pria tangguh Naruto, aku harap Shinachiku bisa setangguh kau dan sekuat mendiang ibunya nanti."

"Aku pun berharap sama Kakashi-sensei," jawab naruto sambil tersenyum. Kemudian matanya menatap Kakashi penuh semangat. "Oh ya... bagaimana kabar Rin dan Anko-sensei? kudengar Rin sudah mulai belajar di Sekolah Ninja ya?"

"Mereka berdua baik-baik saja. Dan iya... Rin sudah mulai belajar di Akademi dari sebulan yang lalu," Jawab Kakashi sambil tersenyum dibalik maskernya.

"Oh baguslah kalau begitu," jawab naruto singkat sambil ikut tersenyum. "Kau tak ingin menambah anak lagi sensei?"

"Aku sih mau saja Naruto, tapi kau taulah bagaimana sikap Anko-sensei-mu itu. Dia bersikeras bahwa dia tidak akan mau melahirkan lagi sebelum usia Rin genap lima tahun," jawab Kakashi sambil menatap kosong gelas yang dipegangnya ―mencoba membayangkan malam-malam yang akan ia lewati dengan kehampaan dikarenakan sang istri yang enggan untuk ditiduri. Bergidik ngeri akan khayalannya sendiri, kemudian terlintas dipikirannya untuk mengikuti saran Jiraiya tentang alat pelindung yang disebut kondom ―yang katanya bisa mencegah istri dari kehamilan.

"Kakashi-sensei!" panggil Naruto kesekian kalinya sambil menggoyang-goyangkan bahu sang guru, berharap sang guru tersadar dari lamunannya.

Sementara itu disudut lain ruangan, terlihat Jiraiya dan Tsunade yang sedang asik berbicara. Mencoba mencari kesibukan sambil menunggu sisa anggota dewan PDN (Perserikatan Dunia Ninja) yang belum tiba dilokasi.

"Seharusnya kau tak ikut denganku kesini Tsunade." Seru Jiraiya sambil meminum air didalam gelas plastik ditangannya.

"Loh, memangnya kenapa?" jawab Tsunade sambil mengerenyitkan dahinya.

"Kau sedang hamil tua, Tsunade! Aku tak mau kau jatuh sakit karena kelelahan setelah ini."

"Ck. Kau selalu saja seperti itu. Menganggapku sebagai wanita lemah hanya karena aku sedang hamil."

"Haaaa..." helaan nafas lelah dari sang suami. Jiraiya melupakan satu hal penting. Bahwa wanita hamil bukanlah lawan yang tepat untuk berdebat. "Apa kau lupa saat kau hamil Minato dulu, kau hampir pingsan setelah memaksakan diri membantu penyegelan Nibi dan Hachibi."

"Iya... aku tau... makanya hari ini aku hanya akan berperan sebagai penonton saja. Kau jangan khawatir, aku tak akan melakukan sesuatu yang nekat lagi." Tsunade terus mencoba meyakinkan sang suami agar tak menyuruhnya pulang.

"Ok. Baiklah. Kalau kau berbohong dan tetap memaksakan dirimu untuk membantu, maka kau akan kuhukum nanti malam," balas Jiraiya sambil mengeluarkan seringaian mesum diwajahnya.

"Hukum? ck. Apakah kau tak lihat kalu aku sedang hamil sekarang. Aku bahkan tak bernafsu ketika melihatmu bugil sekalipun."

"Benarkah? Bukannya wanita hamil juga membutuhkannya? Dan apa benar... kau yakin tak merindukan Jiraiya juniorku, dia ―Jiraiya junior― sudah tujuh bulan loh tak keluar dari sangkarnya."

"Ck, bukannya berkurang. Kupikir sifat mesummu itu malah bertambah setelah kita menikah," balas Tsunade dengan nada lelah. "Tidakkah kau sadar bahwa sifat mesum itu sudah menurun ke Minato. Dan kuharap anak kita yang kedua ini tak menuruni sifat mesummu itu."

"Memangnya apa yang Minato lakukan sampai kau berpikir dia menuruni sifat mesumku?"

"Di umurnya yang baru dua tahun. Dia sudah bisa membedakan antara dada besar dan kecil. Katanya... dia lebih memilih wanita ber-dada besar daripada wanita ber-dada kecil. Karena menurutnya... wanita ber-dada besar itu jauh lebih baik untuk dijadikan istri." Tsunade kemudian memijit keningnya yang terasa sedikit pusing setelah mengingat kelakuan anak sulungnya itu.

"Hmmm... dia memang benar-benar anakku." Bukannya terganggu, Jiraiya malah merasa bangga atas tingkah laku sang anak.

"Kau..." ucap Tsunade hendak menceramahi sang suami yang malah merasa bangga atas perlakuan sang anak. Namun sayang, kalimatnya harus terpotong karena kedatangan para mantan kage yang lain yang juga merupakan anggota dewan PDN.

"Maaf, kami telat." Ucap sang mantan Godaime Mizukage dengan senyum canggung. Sementara dua orang lainnya, yaitu mantan Yondaime Raikage dan mantan Sandaime Tsuchikage hanya terdiam dengan wajah datar.

Setelah itu, ketiga orang tersebut langsung berjalan kembali menuju Jiraiya dan Tsunade. Sesampainya disana mereka pun saling sapa. Setelahnya mereka pun segera bergerak menuju posisi masing-masing. Yondaime Raikage A mengambil posisi di sudut kiri atas ruangan. Sandaime Tsuchikage Onoki mengambil posisi sudut kanan atas ruangan. Jiraiya di tengah ruangan tepat di dekat pola mantra yang tadi ia gambar bersama Kakashi, sedangkan disebelahnya ada naruto yang sedang duduk dengan posisi bertapa. Lalu Kazekage Gaara di sudut kiri bawah ruangan. Sasuke di sudut kanan bawah ruangan. Sementara Itachi berada disisi pintu gerbang dimensi yang merupakan tempat menaruh hasil segelan biju nanti. Dan untuk para wanita, mereka hanya duduk santai di kursi yang tersedia diruangan itu.

"Baiklah, sebaiknya kita mulai saja ritualnya," ucap Jiraiya kepada semua orang.

"Kakashi segera gunakan elemen airmu dan bentuk air yang berada didalam tempayan itu menjadi penjara air seperti saat kau melawan Zabuza dulu." Ucap kembali Jiraiya memberi instruksi sambil menunjuk tempayan kayu bersegel yang berada didekat tempat Itachi berdiri.

Kakashi pun bergerak menghampiri tempayan yang dimaksud oleh Jiraiya. Setelah membuka penutup tempayan itu, Kakashi lalu merapalkan jurus Suiton: Daibakufu no Jutsu dan dalam sekejep air didalam tempayan bergerak-menempel pada salah satu tangan Kakashi dan membentuk bola ukuran raksasa. Sedangkan tangan Kakashi yang satunya tetap dalam posisi jurus. Kemudian Kakashi membawa bola air itu berjalan kearah naruto dan mengarahannya tepat satu meter didepan tubuh naruto.

"Bagus. Ingat Kakashi. Apapun yang terjadi kau harus terus berkonsentrasi, kau harus tetap mempertahankan jurus penjara airmu itu. Sebab, kita tak lagi mempunyai serbuk tanduk Kaguya Ootsuki yang diberada didalam air itu. Kau mengerti?"

"Tentu Jiraiya-sama."

"Baiklah, lalu Itachi...," Ucap Jiraiya sambil mengalihkan pandangannya kearah Itachi yang sedang berdiri disebelah pintu gerbang dimensi. "Rapalkan jurus yang kau pelajari dari gulungan yang diberikan Tsunade, kemudian bersiaplah untuk kemungkinan terburuk."

Itachi kemudian menunduk sekali, menandakan ia mengerti atas perkataan Jiraiya. Kemudian ia memejamkan matanya sambil merapalkan jurus dengan kedua tangannya. Setelah itu ia membuka perlahan matanya yang sekarang telah berubah menjadi Mangekyou Sharingan dengan Sklera mata yang berwarna hitam.

"Baiklah. Semuanya. Kalian sudah siap?" tanya Jiraiya kepada seluruh orang diruangan itu, yang tentu saja hanya dijawab anggukan oleh seluruh orang disana.

Kemudian Jiraiya merapalkan jurus. Lalu setelahnya pola mantra yang ia dan Kakashi gambar mengeluarkan cahaya dan berselang beberapa saat pola segel Kyuubi diperut naruto pun ikut bercahaya. Naruto menjerit, menandakan sakit dan panas yang teramat sangat dari daerah perutnya dimana pola segel Kyuubi berada. Kepalanya menengadah keatas dengan mulut terbuka, lalu perutnya condong kedepan mengarah kepenjara air serbuk tanduk Kaguya Ootsuki yang dikendalikan oleh Kakashi. Perlahan namun pasti segel diperut naruto terbuka, lalu keluarlah aliran chakra berwarna jingga dari sana, aliran chakra tersebut seperti tersedot masuk kedalam penjara air milik Kakashi, dengan perlahan aliran chakra tersebut terus berpindah dari tubuh naruto kedalam penjara air Kakashi.

Seluruh orang diruangan itu terus bersiaga sambil memperhatikan aliran chakra jingga yang bergerak mengalir masuk kepenjara air milik sang Rokudaime Hokage itu tanpa memperdulikan Naruto yang terus berteriak kesakitan. Hanya satu orang, satu orang itu saja yang terus memperhatikan Naruto dengan tatapan penuh kekhawatiran, sambil mengepalkan tangannya dengan erat mencoba menahan hasrat untuk tidak menerjang dan memeluk erat sahabat "kuning"nya itu, agar ia dapat mencoba meredahkan rasa sakit yang dialami sahabat baiknya tersebut. Sasuke merasakan sakit didadanya saat ia melihat Naruto terus berteriak dengan histeris, mulut Naruto terus terbuka aliran seliva mengalir dari kedua sudut bibirnya, suaranya yang sudah serak menandakan bahwa ia sedang berjuang melawan rasa sakit yang teramat sangat.

Sasuke menggigit bibir dalamnya, mencoba menahan lelehan air mata yang kapan saja siap keluar. Ia sungguh tak mampu, tak mampu untuk melihat sahabatnya itu menderita. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa, ia tak mungkin menunjukan perasaannya ini kepada semua orang, kalau ia melakukannnya bisa-bisa ia menjadi bahan ejekan semua orang didunia termasuk oleh baka-anikinya itu. Ia hanya bisa memendam perasaannya itu, memendam selama yang ia bisa, mungkin ia akan membawa perasaan itu bersamanya sampai ajal menjemput.

Dua jam sudah berlalu kini seluruh chakra Kyuubi sudah berpindah dari tubuh naruto kedalam penjara air milik Kakashi. Naruto terbaring lemas beberapa saat dengan segel diperut yang masih menganga. Baru saja ia mengistirahatkan tubuhnya, tiba-tiba rasa panas mendera tubuhnya kembali, Naruto membuka matanya lebar lalu mengalihkan pandangannya kearah perutnya. Ia terkejut melihat aliran chakra berwarna biru yang ia yakini adalah miliknya mengalir keluar dari sana, naruto segera berdiri dan dengan tergesa-gesa berlari menuju tempayan yang berisi sedikit air serbuk tanduk Kaguya Ootsuki bekas ritual tadi.

"Naruto. Jangan!" Pekik Tsunade nyaring saat ia melihat Naruto berlari dan mencoba merendamkan tubuhnya dalam tempayan yang berisi air serbuk tanduk Kaguya Ootsuki.

Namun Naruto menghiraukan teriakkannya. Sekarang Naruto tengah asik merendamkan dirinya di dalam tempayan tersebut.

"Haaaaahhhh..." hela nafasnya saat merasakan hawa panas pada tubuhnya perlahan mulai hilang.

Mengarahkan pandangannya kebawah, terlihatlah aliran chakra biru yang semula mencoba keluar, perlahan masuk kembali kedalam tubuhnya. Setelah itu, lubang segel yang tadinya masih menganga perlahan tertutup rapat dan diikuti dengan menghilangnya pola segel yang tercetak pada perutnya. Kini, ia bukan lagi Jinchuriki Kyuubi. Ia hanya ninja biasa sama seperti yang lainnya. Setelah merasa lega ia kemudian keluar dari dalam tempayan dan berjalan kearah Tsunade yang sejak tadi terus memanggilnya.

"Ada apa nenek Tsunade?" tanyanya santai sambil nyengir dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Kau tidak apa-apa?"

"Aku tak apa-apa kok, tadi tubuhku rasanya terbakar, makanya aku mencoba mencari air untuk meredahkan rasa panasnya."

"Haaaahhh... ya sudah. Kembalilah ke posisimu kita akan menutup segel yang ada di pe...," Ucapan Tsunade terhenti ketika matanya tak melihat lagi perut menganga Naruto atau tanda segel yang tadinya berada disana. "Loh, segelmu hilang kemana Naruto?"

"Oh... itu, tadi saat aku berendam dalam tempayan. Segelnya ikut menghilang beserta hawa panas yang aku rasakan."

"Oohhh...," Gumam Tsunade sambil melipat kedua tangannya didepan dada. "Ya sudah, sebaiknya kau bantu yang lain untuk memindahkan chakra Kyuubi kedalam ruang dimensi."

"Baiklah nenek Tsunade." Jawab Naruto sambil berjalan kearah Kakashi dan yang lainnya.

Disana terlihat semua orang sedang berusaha membantu Kakashi menggerakan penjara airnya ke arah pintu dimensi. Penjara air yang semula terasa ringan mendadak menjadi berat layaknya besi seberat ratusan kilogram. Naruto terus memperhatikan kegiatan pemindahan tersebut sambil terus berjalan kearah Sasuke yang sedang bersiaga mem-backup Gaara yang tengah mengalirkan chakra ketubuh Kakashi.

"Bagaimana keadaanmu Naruto? kau tak apakan? kau masih merasakan sakit? sebaiknya kita kerumah sakit setelah ini. Sambil menunggu aku selesai, sebaiknya kau istirahat saja dulu didekat nenek Tsunade dan jangan dulu mencoba untuk membantu kami." Ucap Sasuke kilat saat Naruto sudah berdiri di sebelahnya.

"Bisa kau hentikan itu Sasuke. Kau membuatku takut, perkataanmu itu membuat aku merasa seperti seorang istri yang tengah dikhawatirkan oleh suaminya." Balas Naruto sambil bergidik ngeri melihat Sasuke yang tengah memandanginya.

"B-b-bukan itu maksudku Dobe, aku masih normal." Jawab Sasuke gugup dan sedikit berbohong. "Aku hanya mencoba menjadi sahabat yang baik."

"Ck, aku hanya bercanda Teme, jangan dianggap serius seperti itu."

Kini mereka berdua kembali memperhatikan proses pemindahan chakra Kyuubi kedalam ruang dimensi. Terlihat wajah Kakashi sudah sedikit memucat, keringat terus mennyucur dari dahinya, dan tepat dibelakangnya ada Gaara yang tengah menyalurkan chakra-nya ketubuh Kakashi, sementara itu Jiraiya dan kedua kage lainnya mencoba membantu Kakashi mengerakkan penjara air miliknya menuju pintu gerbang ruang dimensi dengan perlahan.

Itachi yang sedari tadi berdiri tegap di posisinya, tak melepaskan pandangannya kearah chakra Kyuubi yang tengah berada didalam penjara air milik Kakashi. Chakra tersebut membentuk lingkaran utuh dan tak bergerak sama sekali sedari tadi. Namun, tiba-tiba chakra tersebut bergejolak kemudian berputar searah jarum jam dan sesaat kemudian terdengarlah bunyi berdesing dari chakra tersebut. Bunyi tersebut makin lama makin terdengar nyaring membuat seluruh orang didalam ruangan menatap heran kearah chakra tersebut.

"Apa yang terjadi?" tanya sang Sandaime Tsuchikage Onoki yang berada disebelah kanan penjara air Kakashi.

"Entahlah, aku pun baru pertama kali melihat ini." Jawab Jiraiya yang berada didepan penjara air Kakashi.

Perlahan suara desingan yang sedari tadi mengganggu pendengaran itu menghilang, lalu setelahnya diikuti dengan berhentinya putaran bola chakra tersebut. Berdegup sekali layaknya jantung, chakra tersebut kemudian membentuk tulang belulang, lalu organ dalam, kemudian urat nadi yang menjalar keseluruh bagian tulang, lalu dengan perlahan tumbuhlah daging yang menutupi tulang belulang beserta isinya.

"Apa-apaan ini." Gumam sang Yondaime Raikage A saat melihat kejadian unik yang baru pertama ia lihat semasa hidupnya.

Setelah proses pembentukan itu selesai, maka terlihatlah seorang gadis berkulit putih dengan rambut jingga panjang tengah memeluk lututnya sendiri sambil terus melayang dalam penjara air milik Kakashi.

.

.

-To Be Continued-

.

.

Keterangan :

1. Sklera adalah bagian putih pada bola mata

.

.

Author Note :

Holla... salam kenal semuanya, akhirnya saya bisa jadi author juga disini... wkwkwk :D

Setelah sekian lama menjadi reader akhirnya saya memberanikan diri untuk menjadi author, sempet perang batin juga sih waktu mau publish ni cerita, saya takut kalau cerita saya tidak disukai para pembaca disini, tapi rasa takut itu masih kalah dengan rasa penasaran saya untuk menjadi author dan akhirnya saya beranikan diri untuk mempublish cerita ini.

Dikarenakan ini cerita pertama saya, jadi saya harap kebesaran hati para reader maupun author lainnya untuk memberikan saran yang dapat membuat karya tulis saya menjadi lebih baik.

Mungkin hanya itu saja Author Note untuk chapter ini, jika suka dengan cerita saya silahkan vote, follow, komen dan sebagainya... :)

Sampai jumpa lagi di chapter selanjutnya...bye :D