We Love You, hyung..

.

Kim Tae Hyung-BTS,

Byun Baek Hyun-EXO (GS).

And other cast

(nama tokoh bisa berubah sebagaimana alur cerita)

.

.

EXO - BTS


.

3 jam yang lalu...

.

.

Baekhyun merapihkan beberapa pakaian milik putranya kemudian memasukannya ke dalam plastik dan di masukkan kembali ke dalam tas dengan ukuran yang yang cukup besar. Setelah itu ia menggendong Jiwon dan mengeratkan alat gendongannya.

"Ibu pulang dulu ke rumah, ibu harus mencuci pakaian kalian dan menyiapkan makanan, kau bisa menjaga adikmu sebentar kan?"

Jesper yang kala itu sedang bermain dengan lego miliknya berhenti sejenak lalu menatap ibunya dan mengangguk tanpa banyak bicara.

Baekhyun pun tersenyum, ia mengusap kepala Jesper dan mencium dahi putra pertama hasil pernikahan dengan Chanyeol.

"ibu akan kembali sore ini. jika butuh bantuan, jangan malu memanggil suster disana"

"Yaa..."

Lalu akhirnya Baekhyun keluar meninggalkan Jesper dan juga Jackson yang masih tertidur.

"anda ingin pulang?" tanya seorang suster ketika Baekhyun lewat di hadapannya.

Baekhyun berhenti sejenak, lalu menoleh dan mengangguk "aku punya banyak PR, tidak ada yang menjaga di rumah. Apakah anda bisa menjaga putraku sebentar? Aku akan kembali sekitar 2 atau 3 jam"

Suster itu mengangguk paham "baiklah, hati-hati di jalan"

"Terimakasih" sahut Baekhyun tersenyum kemudian berlalu dari hadapan beberapa perawat.

Baekhyun lalu berjalan menuju ke arah pintu lift yang berada di ujung lorong, meski barang bawaan yg di bawa cukup banyak tapi wanita itu tampak santai dan tidak mengeluh.

Ketika ia berbelok dan berhenti di samping pintu lift, Baekhun melihat seorang pasien yang sedang berdiri sambil menatap pemandangan luar dari balik jendela. Usia nya sekitar 15-16 tahun, dia sendirian sambil memegang tiang infusannya.

Cukup lama Baekhyun memandang pasien gadis itu sambil menunggu pintu lift terbuka. Lalu tak lama seorang pria yang menggunakan jas putih menghampiri mengajak anak itu berbincang. Tidak tahu apa yang di bicarakan karena pintu lift sudah terbuka dan Baekhyun segera masuk ke dalam.

.

...

.

Setibanya di rumah, Baekhyun langsung membawa Jiwon yang sedang tertidur ke dalam kamar, kemudian Baekhyun segera menuju tempat untuk mencuci pakaian yang di rasa sudah menumpuk.

Sambil menunggu pakaiannya di bersihkan di dalam mesin cuci, Baekhyun juga tidak lupa membersihkan area ruang tamu, kamar dan dapur. Meski dalam beberapa hari ini tidak ada yang menempati, setidaknya ia mencegah penumpukan debu. Mengingat besok Jackson sudah di perbolehkan pulang dan rumah harus dalam keadaan bersih.

Selang hampir satu jam, Beberapa bagian rumah akhirnya rampung di bersihkan. Namun masih ada satu kamar yang belum Baekhyun masuki. Kamar yang sudah kosong sejak terakhir Baekhyun menginap beberapa hari di rumah sakit. Meski sebenarnya tidak perlu di bersihkan karena tampaknya tidak lagi di gunakan, Baekhyun pun tetap membuka pintu kamar yang sebelumnya terkunci dan melihat keadaan di dalam.

.

-c18-

.

"Apa yang kau lakukan pada putriku?" Seokjin memandang tajam pria itu.

Namun pria itu hanya tersenyum miring "putrimu? Bukankah itu putriku juga? Jangan lupakan dulu kita sering melakukan di belakang suami bodoh mu —"

"Berani sekali bajingan sepertimu mengingat suamiku" sergahnya cepat.

Pria itu tersenyum lalu mencoba mendekati Seokjin, sehingga Seokjin berusaha menghindar dari sosok yang sudah menghancurkan dirinya.

Posisi mereka kini sudah berada dalam ruangan yang sama dimana Jungkook masih tergeletak tak berdaya disana, dan pria itu menatap seolah prihatin.

"Kau membunuh putriku" ucap Seokjin lagi yang masih tidak melepaskan tatapan tajamnya pada dokter yang katanya menggantikan posisi Seokjin di rumah sakit ini. Juga dokter yang menangani kondisi Jungkook saat ini.

Dokter Ken, dengan nama asli Jaehwan, balik memandang sosok wanita di depannya dan tersenyum remeh.

"Membunuh? Aku hanya membantunya untuk bertemu si bodoh yang dia anggap ayahnya. Dan apa? Putrimu? Bukankah ibunya hanya dokter keturunan China itu? Istri dari pria sombong bernama Junmyeon itu?"

"Jangan coba menyebut keluargaku dengan mulut motormu itu!" Seokjin sudah mulai kehabisan kesabarannya. Emosinya meluap membuat tubuhnya bergetar dan nafasnya dua kali lebih cepat dari biasa.

Namun Jaehwan tidak begitu peduli, ia hanya melihat seorang gadis tergeletak tak berdaya disana dan memandanginya dengan tatapan iba.

"Seharusnya aku memberikan racun, sayangnya dia tidak mau merasakan sakit saat bertemu si bodoh Namjoon mu i—"

Plakkk!

Sebuah tamparan keras berhasil mendarat pada pipi Jaehwan. Pria itu terdiam dan mengusap pipinya yang sepertinya mulai kemerahan. Ia mencoba menarik nafas dalam.

"Apa kau tuli? Mulut iblismu itu terlalu rendah menyebut nama suamiku"

Jaehwan terkekeh "bukankah kita adalah iblis? Jangan lupa kau mengkhianati suamimu dan bermain denganku" kalimatnya sempat terjeda karena Seokjin berusaha memukul Jaehwan namun Jaehwan dengan sigap mengunci tubuh Seokjin lalu menghadapkannya ke arah dimana Jungkook terbaring "lihat dia sayangku, dia sangat cantik, seperti dirimu, tapi kenapa kau mengabaikannya hmm? Kau menolak untuk menerimanya karena dia hasil dari hubungan kita? Bukankah kau memintanya waktu itu dan jangan lupa kau menikmatinya"

Kalimat menjijikkan itu terus terdengar tepat di telinga Seokjin, Seokjin ingin memberontak namun kekuatannya tidak sepadan karena ia terlalu lelah. Wanita itu mencoba menahan emosi dan tangisnya secara bersamaan, bersama bibir Jaehwan yang mencoba mencumbui lehernya.

"Ingat dulu tubuhmu terus menggodaku untuk menyetubuhimu, dan kita melakukannya setiap malam, lalu kau memberitahu bahwa dia muncul di dalam tubuhmu dan kau bilang dia akan menjadi alasan agar kau bisa bercerai dengannya untuk hidup bersamaku"

Seokjin mencoba menahan diri meski matanya memerah dan amarah sudah memenuhi diirnya "Aku tidak sudi hidup bersama manusia brengsek sepertimu"

"Brengsek karena aku dekat dengan seorang wanita? Bagaimana dengan dirimu yang dulu adalah kekasihku lalu kau malah menikah dengan suamimu kemudian kau dekat denganku lagi padahal kau sudah terikat hubungan dengan seorang pria bernama Namjoon? Jangan lupa kau bermain di belakangnya, bersamaku, dan dia—lihat dia Jinnie!" Jaehwan mencengkeram kedua pipi Seokjin dengan satu tangannya dan mengarahkan pada Jungkook "dia datang di dalam pernikahanmu padahal kau belum pernah di sentuh olehnya, benar itu kan? Jadi siapa iblis disini?" Tanya Jaehwan dengan suara rendahnya dan membuat Seokjin menjadi gemetar ketakutan.

"Kau membunuh suamiku" suara Seokjin terasa bergetar antara ketakutan dengan kebencian yang menguasai tubuhnya.

"Ya, aku membunuhnya, melihat bagaimana darah itu mengalir saat dia terhimpit di antara mobil itu? Padahal dia bisa saja selamat jika dia bisa lebih baik saat menyetir, tapi dia memang bodoh"

"Hentikan..." Seokjin mencoba meronta tapi Jaehwan mengabaikannya.

"Lalu gadis manis itu lahir, lihat dia, dia begitu cantik, dan hatinya benar-benar bersih, dia malaikat yang sempurna, namun kau membencinya karena kau menganggap dia kehancuranmu dan menganggap dia penyebab kematian Namjoon. Seorang bayi menjadi penyebab kematian seseorang. Pernyataan bodoh bukan?. Jadi,,, siapa iblis disini, Kim Seok Jin? Hmmm? JAWAB!"

Seokjin meringis , dalam diamnya ia menangis mencoba menahan kedua tangannya yang terasa sakit di cengkram oleh tangan Jaehwan dan rahangnya yang tampaknya juga memar karena Jaehwan mencengkeram terlalu keras.

Lalu keadaan kembali sunyi, Jaehwan tampak melakukan sesuatu di belakang Seokjin yang ternyata pria itu sedang mencoba mengikat kedua tangan Seokjin dengan dasinya. Kemudian ia mendorong tubuh Seokjin ke bawah untuk duduk di atas lantai menghadap ke arah putrinya yang mulai sekarat.

"Aku lupa hari ini ada jadwal, si perawat bodoh itu sebentar lagi pasti akan menelepon ku" Lalu ia menatap Seokjin "berikan ucapan manis terakhir untuknya, aku pikir masih ada setengah jam sampai dia benar-benar menyusul Namjoon"

Sebelum ia pergi, Jaehwan mencoba mencium bibir Seokjin dengan paksa walau Seokjin mencoba memberontak dan menolaknya, lalu pria itu pun bersiul dan beranjak dari ruangan itu.

Seokjin menoleh ke arah dimana Jungkook berada tepat di sampingnya. Pandangannya berubah tampak memudar karena banyak air mata yang keluar.

Disana putrinya tampak pucat, nafasnya pun semakin lemah. Dalam sekejap semua kenangan muncul dan berputar di otak Seokjin, bagaimana sikap putrinya selalu ingin mendapat perhatian darinya, namun Seokjin dengan hati dinginnya tidak pernah menganggap keberadaan Jungkook.

Seokjin tahu dia salah, salah besar. Apalagi terakhir ia dengan sadar melukai perasaan Jungkook yang mencoba memberinya hadiah hanya karena sebelumnya Seokjin melihat Jaehwan berjalan di hadapannya.

Kini hanya ada penyesalan, ia sudah menghancurkan perasaan putrinya, putrinya yang cantik yang di kagumi banyak orang. Putrinya yang selalu berusaha mencintai dirinya tidak peduli sedingin apapun sikap Seokjin, Jungkook selalu menyayanginya.

Teringat saat mendiang suaminya masih ada di sampingnya, tidak peduli kebodohan apa yang di lakukan Seokjin yang sebenarnya tidak termaafkan, tapi Namjoon masih menerimanya, bahkan dia terus menjaga Seokjin saat Jungkook masih dalam kandungannya. Tidak peduli anak siapa, Namjoon telah menerimanya. Semua harta yang di miliki bahkan akan ia berikan pada Jungkook jika Jungkook sudah lahir.

Tidak dapat di pungkiri hati malaikat yang di miliki Jungkook itu menurun dari Namjoon, walau secara biologis Jaehwan adalah ayah kandung Jungkook, dan fisiknya menurun dari dirinya namun segala sifat dan keahliannya menurun dari Namjoon.

Jaehwan benar, sosok manusia dengan hati iblis adalah dirinya, Jungkook tidak bersalah. Dia anak yang baik, manis dan cantik. Seharusnya orang-orang tidak menyamakan putrinya yang cantik dengan dirinya yang berhati iblis. Seokjin tersenyum miris begitu mengingat itu semua, terutama memandang wajah anak gadisnya yang hampir sekarat.

Tidak! Jungkook tidak sekarat. Dia tidak boleh pergi. Dia masih punya masa depan dan Seokjin harus menunjukkan kasih sayangnya sebelum terlambat.

Seokjin mengumpulkan seluruh kekuatan yang ia miliki, ia mencoba bangkit dalam keadaan tangan yang terikat. Sangat sulit memang tapi ia terus mengeluarkan tenaganya dan akhirnya ia berhasil bangkit dan coba duduk sambil berusaha membuat kendur ikatan yang melilit kedua tangannya tak peduli rasa sakit itu mulai muncul dan mungkin pergelangan tangannya akan lecet dan memar kemudian.

Tapi ia kembali terjaga saat mendengar suara langkah sepatu mulai mendekat. Ia menutupi kedua tangan di balik tubuhnya. Lalu kembali menarik tubuhnya untuk mendekati darah dagingnya.

"Bertahanlah,,,," Seokjin mengambil nafas sejenak "ibu,,,yakin kau selamat"

Sreekkkk.

Jaehwan datang dan kembali menutup pintu. Lalu ia masuk dan berjalan mendekati dua orang yang mempengaruhi kehidupannya.

Pria itu berjongkok di samping anaknya, lalu tangan kekarnya menyentuh pipi Jungkook dan mengusapnya lembut.

"Jauhkan tangan motormu dari putriku" Seokjin mencoba memperingati. Meski kondisinya sangat lelah, tapi tidak untuk kewaspadaannya terhadap putrinya. Jika saja tangannya tidak terikat, maka hari ini Jaehwan sudah tergeletak tak berdaya atau mungkin tak bernyawa.

Namun Jaehwan mengabaikan, ia terus memandang wajah anak gadisnya yang tampak damai "Kau tahu? Aku terkejut saat seseorang membawakan dia kesini. Tubuhnya panas, seperti terbakar. Aku tidak tahu kenapa aku begitu takut jika melihat dia pergi. Aku langsung merawatnya, di ruangan ini. Karena disini aku bisa memperhatikannya"

Lalu tangannya beralih mengusap poni yang menutupi dahi Jungkook. Pria itu mengusapnya dengan lembut, tidak seperti akan menyiksanya namun Seokjin terus memperhatikan dengan waspada.

"Dia sadar, tapi dia tidak ingin bicara. Dia hanya berkata...bahwa dia ingin bertemu ayahnya, di surga"

Seokjin terdiam, pandangannya beralih pada wajah Jaehwan yang tidak berubah sejak Jaehwan masuk ke dalam sel karena menjadi tersangka pembunuhan suaminya secara sengaja. Menatap pria itu dengan seksama mencari sebuah kebohongan namun ia tidak menemukan celah itu.

Disana Jaehwan hanya menatap Jungkook dengan tatapan penuh kasih sayang, dan senyuman yang terlihat sangat tulus.

"Dia terus meracau. Bahkan dia mencoba melepaskan jarum infus dari tangannya, aku panik, karena darah keluar sangat banyak sampai dia pingsan. Aku semakin terkejut karena darahku cocok untuknya. Dan aku pun yakin bahwa dia adalah putriku"

"Hanya dalam mimpimu" Seokjin masih belum menerima, meski sebenarnya tidak ada tanda-tanda Jaehwan ingin melukai Jungkook, tapi Seokjin tetap tidak menurunkan sikap waspada nya saat menatap Jaehwan.6

"Tadi pagi dia sadar, aku bertanya kenapa dia ingin bertemu ayahnya di surga, dan dia menjawab karena tugas dia bersamamu sudah berakhir"

Jaehwan masih ingat bagaimana dia melihat Jungkook menatap jendela yang terbuka lebar dengan pandangan kosong. Lalu tiba-tiba Jungkook tersenyum saat melihat langit yang sedang mendung. Jaehwan pikir Jungkook sedang berhalusinasi, karena itu ia langsung meminta Jungkook untuk beristirahat.

"Jika hatiku telah mati, mungkin aku akan menceritakan bagaimana dia ada. Kenapa dia bisa di benci olehmu. Tapi aku tidak tega. Dan sayangnya dia sudah tahu semua. Dia mendengar cerita dari perawat di rumah sakit milik keluargamu. Mereka menceritakan perselingkuhan kita di belakang suamimu. Aku mengkhianatimu karena aku merasa kita tidak akan bersatu. Dan kebencianmu padaku mendarah hingga kau ingin menggugurkan dia. Aku benci ketika Namjoon menerima dia sebagai anaknya. Aku marah karena kau menolakku sedangkan kau ingin menceraikannya tapi kau justru kembali padanya. Aku marah dia berhasil mencuri hatimu Jinnie!" Jaehwan mengepal tangannya begitu ia menatap Seokjin di depannya, mengabaikan air matanya yang keluar.

"Tapi aku senang, dia telah pergi. Dia tidak pantas memiliki yang bukan miliknya. Kau dan Jungkook-adalah-milikku" ucapnya dengan perlahan dan sangat jelas. Tidak lupa dengan senyumannya yang justru terlihat menyeramkan di saat situasi seperti ini.

Lalu Jaehwan bangkit. Ia beralih untuk berada di sisi Seokjin. Mengangkat kepala wanita itu dan memaksanya untuk menciumnya meski Seokjin berusaha menghindar.

"Aku akan menyelamatkanmu, asal kau mau hidup bersamaku. Aku akan menyelamatkanmu dan anak kita"

Seokjin menyernyit. Apa yang ada di pikiran lelaki yang entah memiliki otak psikopat seperti yang ada di hadapannya ini?

Menyelamatkan? Itu mungkin sebuah penawaran yang bagus. Jaehwan akan melepaskan ikatan dan menyelamatkan Jungkook lalu mereka hidup bersama. Tapi Seokjin masih ingat bagaimana sikap Jaehwan dulu yang memaksanya kembali hingga ingin memukulnya sebelum Namjoon melindunginya, lalu apa yang terjadi pada Jungkook hari ini, dan apa yang sedang di lakukannya sekarang.

Seokjin berusaha menenangkan dirinya meski saat ini Jaehwan terus mencumbunya seakan ia adalah candu. Berusaha mencari keputusan yang pas di waktu kritis dan yang terpenting dia dan putrinya bisa lolos dari sini.

Sampai rasa penolakan itu muncul dalam pikirannya. Jika Jaehwan mengatakan ia tidak tega melihat bagaimana Jungkook depresi, mengapa dia membiarkan Jungkook untuk mengakhiri hidupnya?

"Aku...lebih sudi menyusul suamiku—bersama putriku... di surga"

Hening sesaat.

Sampai sebuah senyuman dingin muncul kembali dari wajah tampan Jaehwan membuat Seokjin mulai waspada.

Wanita itu terus berusaha melepaskan satu tangannya yang ia rasa ikatan itu mulai mengendur tapi rasa kesal muncul kemudian karena ikatan itu masih enggan melepaskan kedua tangannya.

Hingga Seokjin menyadari satu hal ketika Jaehwan mencoba mengambil sesuatu dari balik celana panjangnya.

"Sejak dulu, aku di kenal sebagai orang yang pelit, yang hanya menawar pertolonganku satu kali. Aku harap kau ingat. Dan jangan menyesal jika kau menolak tawaranku, sehingga sekarang aku mengabulkan permintaanmu" lalu pria itu melepaskan tangannya dari tubuh Seokjin. Ia bangkit dan berjalan mundur sampai berada tepat di samping tubuh Jungkook yang mulai melemah.

"Aku akan mengabulkan permintaanmu, setelah aku mengabulkan permintaannya...untuk bertemu dengan pria itu" Jaehwan mengangkat salah satu tangannya dan ternyata terdapat sebuah pisau lipat di tangannya.

Dengan gerakan cepat ia mengangkat lengannya lalu mengarahkan ke leher jenjang putrinya yang tidak bergerak. Namun nyatanya Jaehwan terdiam saat sebuah tangan menghadang pisau lipat yang hampir menyentuh leher Jungkook. Dan matanya melebar ketika ternyata Seokjin menghalangi pisau itu dengan tangan kosongnya sehingga membuat mata pisau itu mengenai telapak tangan hingga merobek kulit antara jari telunjuk dan ibu jarinya sehingga tetesan darah muncul melewati pisau tersebut.

Leher putih Jungkook yang bersih itu kini ternoda karena tetesan darah segar dari tangan seorang wanita yang dulu membencinya, namun kini melindunginya.

"Sudah ku bilang—jangan sentuh putriku"

Jaehwan terkesiap, bukan karena Seokjin yang rela melukai tangannya, melainkan suara yang keluar dari mulut Seokjin. Di tambah dengan tatapan mata itu. Ini seperti bukan Seokjin, melainkan seseorang yang sudah mati lebih dari 16 tahun yang lalu. Mengingatkannya tepat ketika ia ingin melukai Seokjin yang waktu itu tengah berbadan dua.

"Namjoon?"

Tangan Jaehwan yang sedang memegang pisau lipat itu tergerak mundur, bukan dari tangannya, tetapi tangan Seokjin yang terluka yang mendorongnya sehingga menciptakan luka yang lebih lebar namun wajah cantik itu tidak menunjukkan rasa sakit melainkan amarah yang memuncak.

Kini arah pisau lipat itu berbalik ke arahnya, tentu Jaehwan berusaha waspada jika pisau itu justru berubah menjadi boomerang.

Lelaki itu berusaha menahan namun nyatanya kekuatan wanita itu entah kenapa lebih besar sehingga dirinya terdorong mundur ke belakang bahkan hampir terguling namun ranjang itu menahan tubuhnya.

"Sebelum aku dan putriku pergi, aku akan mengantarmu ke neraka" ucapnya pelan bersama tatapan yang mematikan.

Jaehwan takut? Tidak. Yang di hadapinya sekarang ada seorang wanita. Wanita adalah sosok yang lemah, maka dari itu akan merasa terhina jika ia kalah dari wanita.

Namun dirinya salah. Benar yang di hadapinya kini adalah wanita, namun bagaimana jika sesuatu mencoba melindunginya dan memberikan kekuatan?

Jaehwan tetap terdorong ke belakang, punggungnya membentur ranjang beroda itu dan terdorong, lalu menabrak sampai terhadang oleh nakas, bahkan barang seperti itu juga ikut terdorong ketika Seokjin tetap mendorongnya mungkin sampai mereka tidak bisa bergerak.

Barang yang berada di nakas tumpah dan berjatuhan, termasuk obat dan juga sebotol alkohol yang tersimpan disana hingga tumpah,karena salah satu kabel tertarik secara paksa hingga menimbulkan sedikit percikan listrik. Namun percikan kecil itu nyatanya mengenai alkohol hingga api kecil muncul dan membuat ledakan yang mengenai barang-barang sekitar.

Ledakan pertama tidak begitu besar dan hanya mengenai beberapa benda yang mudah terbakar, namun terjadi ledakan yang lebih besar ketika api itu mengenai sebotol alkohol dan ledakan itu mengenai barang-barang sekitar.

Jaehwan lengah, kobaran api ada di belakangnya namun di hadapannya seseorang mencoba mendorongnya begitu kuat, hingga akhirnya kekuatannya berkurang membuat ia terjungkal dan membuat tubuhnya mendekati kobaran api yang membakar hampir sebagian kamar inap

.

-c18-

.

Hawa yang hangat langsung menyapa Baekhyun ketika ia membuka pintu kamar itu.

Hanya ada lemari, ranjang, dan meja belajar yang sudah bersih dari barang-barang. Bahkan lemari pakaian pun tampak kosong di dalamnya dan tidak ada satu benda walau hanya satu baju saja.

Benar-benar seperti kamar kosong.

Tidak banyak yang Baekhyun perbuat di dalam kamar itu. Ia hendak kembali keluar, namun langkah kakinya terhenti begitu ia melihat tempat sampah yang belum terbuang.

Baekhyun meraih wadah sampah yang berisi gumpalan kertas. Lalu membawanya menuju keluar sebelum ia menutup kembali pintu itu rapat-rapat. Begitu ia akan membuang sampah itu ke tempat sampah yang lebih besar, ada satu benda yang menarik perhatian Baekhyun.

Baekhyun mengambil satu gambar foto di dalam serpihan kaca. Foto yang menggambarkan seorang wanita memangku anak kecil yang berusia belum 4 tahun. Baekhun tertegun karena melihat foto yang di dalam tempat sampah itu adalah gambar dirinya ketika sedang mengajak Taehyung kecil untuk jalan-jalan di taman kota.

Lalu Baekhyun melihat sebuah gumpalan kertas yang yang sedikit terbuka di dalam tempat sampah itu, kemudian ia membukanya. Ternyata hanya ada sebuah coretan pensil yang menutupi gambar. Baekhyun pun kembali meremas kertas itu.

Tapi tunggu!

Baekhyun membuka kembali kertas itu. Lalu memperhatikan coretan yang terdapat pada kertas itu. Baekhyun menyernyit karena tampak tidak asing.

Lalu ia segera mencari penghapus milik putranya yang tersimpan di suatu tempat. Setelah mendapatkannya ia langsung mencoba menghapus coretan kasar itu. Cukup sulit karena pensil yang di gunakan tampak lebih tebal.

Setelah beberapa bagian terhapus, tampak sebuah gambar anak laki-laki yang sedang tersenyum lebar menampakkan giginya yang rapih dan bentuk senyumannya yang unik. Baekhyun pun tanpa sadar ikut tersenyum ketika melihat senyuman itu.

Namun senyuman Baekhyun tak berangsur lama. Wajahnya kini mulai serius dengan lipatan di dahinya yang cukup dalam. Karena sepertinya ia tidak asing dengan lukisan ini.

Baekhyun pun langsung bergegas menuju kamarnya sambil membawa robekan kertas di tangannya. Setibanya di kamar ia langsung mengambil sebuah benda yang tersimpan di dalam laci. Setelah itu Baekhyun mengeluarkan sebuah gambar yang berada di dalam frame dan menyatukan lukisannya dengan lukisan dari kertas yang di temukan di tempat sampah.

"Ini..."

Baekhyun termangu ketika melihat kedua kertas yang sengaja di robek begitu rapih di satukan kembali dan menampilkan satu gambar. Gambar dimana seorang anak laki-laki sedang memeluk wanita dari belakang. Gambar wanita yang Baekhyun kira adalah dirinya mengingat bentuk mata wajah dan bibir persis dirinya. Tapi untuk sosok anak laki-laki ini...

Jemarinya mengusap bentuk lukisan di atas kedua kertas yang sudah terpisah itu dengan hati-hati. Lalu sebuah dugaan muncul dalam pikirannya. Apakah anak laki-laki ini adalah...

'Drrrttttt drrrrtttt...dddrrrrrtttt dddrrrrttt"

Suara getar ponselnya langsung mengejutkan Baekhyun yang sedang melamun sampai ia tidak sadar menyenggol frame nya hingga terjatuh dan kaca pelindungnya pecah.

Baekhyun langsung memungut serpihan kaca itu tapi justru tanpa sengaja ia menyentuh permukaan yang tajam sehingga jemarinya tersayat dan mengeluarkan darah.

"Ahhh! Ssshhh apa-apaan ini" Baekhyun menggerutu lalu segera mengambil tisu yang berada di atas nakas dan menutup luka di jarinya itu.

Ia melihat ponselnya yang masih bergetar, terpampang nomor asing di layarnya dan Baekhyun pun langsung menerimanya.

"Hallo?"

"Nyonya Park, sesuatu yang buruk terjadi di rumah sakit. Kami harap anda segera bergegas kesini!" sahut seseorang dari ujung sana seperti orang sedang terburu-buru.

Baekhyun menyernyit dan rasa panik timbul "kenapa? Ada apa?"

"Datanglah kemari segera!"

Tuttt tuuttt tuttt.

Sambungan telepon terputus. Baekhyun menatap layar ponsel nya masih tidak mengerti. Kenapa seseorang menyuruhnya untuk kembali ke rumah sakit? Lalu bagaimana dengan pekerjaannya yang belum selesai? Lalu bagaimana dengan Jiwon? Dia masih tertidur.

Baekhyun mencoba mencari seseorang yang bisa di hubungi. Tapi ia tidak memiliki banyak teman di sekitar rumahnya karena dia kurang banyak bergaul. Bagaimana jika menghubungi Kyungsoo? Baekhyun menggeleng.

Mereka sudah cukup lama tidak bersapa, apalagi akhir pertemuan mereka memberikan kesan yang kurang baik. Sangat tidak sopan jika ia langsung meminta pertolongan Kyungsoo.

Sampai nama seseorang muncul di dalam otaknya. Baekhyun segera menekan layar di ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Hallo? Jimin"

.

...

.

Baekhyun akhirnya bisa pergi ke rumah sakit sendiri, walau sebenarnya ia merasa amat bersalah karena meninggalkan Jiwon di rumah. Tapi setidaknya ada yang menjaganya.

Nama Jimin yang langsung muncul karena setahu Baekhyun yang ia kenal di sekitar rumahnya hanya Jimin. Itu pun karena Taehyung. Ya, putera sulungnya.

Mulanya Baekhyun ingin meminta Taehyung untuk menjaga Jiwon, tapi Baekhyun baru menyadari bahwa putranya sudah tinggal bersama ayahnya sekarang. Dan akan mustahil karena dia sendiri yang sudah 'mengusirnya' lalu memintanya untuk kembali.

Baekhyun menggigit bibirnya sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Rasa paniknya semakin menjadi dan ia tidak dapat menenangkan dirinya sendiri. Tidak tahu hal apa yang membuat perasaannya cemas sampai ia tidak sengaja menggigit bibirnya hingga berdarah.

Namun rasa sakit dan perih pada bibirnya teralihkan ketika pemandangan sesuatu membuat matanya melebar. Baekhyun melihat kepulan asap hitam berasal dari sebuah gedung. Gedung yang menjadi tujuan Baekhyun sekarang. Gedung yang menjadi tempat dimana Jackson dirawat.

.

-c18-

.

Tidak ada yang bisa Baekhyun pikirkan saat ini selain kondisi kedua putranya yang berada di dalam gedung rumah sakit, terlebih bagian yang terbakar dekat dengan dimana Jackson di rawat.

Ia mencoba untuk menerobos ke dalam gedung tapi banyak petugas yang mencoba menghalaunya karena banyak api yang belum di padamkan.

"Bagaimana aku bisa tenang jika anak-anakku ada disana?!" Baekhyun teriak frustasi , emosinya meninggi karena petugas itu terus menghalanginya.

"kami mengerti tapi anda harus tetap tenang, jika anda masuk kesana maka-"

"Maka aku akan ikut mati? Begitu?! Lalu kenapa kalian yang khawatir jika aku mati? Kalian tetap hidup kan?!"

"Ya tapi.."

"BIARKAN AKU MENCARI ANAKKU SENDIRI!"

"Ibu..."

Suara yang tak asing langsung membuat Baekhyun beralih ke arah lain. Ia melihat ke sekitar dan melihat putranya turun dari gendongan seseorang dan berlari ke arahnya.

"Jesper!" Baekhyun segera memeluk Jesper begitu erat, seakan telah berhasil mengambil alih putranya dari malaikat maut.

Emosinya tumpah. Baekhyun tidak dapat membendung air matanya karena salah satu putranya selamat. Lalu seorang perawat datang menghampiri untuk meminta Jesper agar anak itu di tangani oleh medis.

Namun tak lama Kemudian ia teringat putranya yang lain, Baekhyun kembali menoleh ke arah lain ke arah dimana banyak orang keluar dari gedung dan berbaur ke halaman rumah sakit. Dan pada saat itu pula ia mendapati putranya berjalan ke arahnya.

"Jackson!" Baekhyun langsung mengambil alih Jackson, ia memeluk dan mencium putranya dengan hati-hati karena tangannya masih terpasang jarum infus.

"Syukurlah kau selamat nak. Ibu takut, ibu khawatir, maafkan ibu karena terlalu lama meninggalkan kalian, maafkan ibu,,," Baekhyun masih memeluk erat putranya itu. Perasaan lega langsung menyeruak dan membuat Baekhyun semakin menangis terharu karena kedua putranya selamat dari kobaran api.

"Permisi nyonya, biarkan kami mengurus putra anda" salah seorang perawat yang lain menghampiri Baekhyun.

Awalnya Baekhyun menolak karena masih ingin memeluk putranya karena mereka semua selamat. Sangat kecil kemungkinan jika mereka bisa selamat karena kamar rawat inap mereka menjadi tempat yang ikut di lalap api, jika saja...

Tiba-tiba saja sesuatu membuat Baekhyun terdiam. Baekhyun menoleh ke arah lain. Ia merasa sepertinya ada putranya yang lain disini.

"Tolong jaga anak-anakku" pinta Baekhyun setelah menyerahkan jackson pada salah satu perawat untuk di tangani juga.

Jesper sudah mendapatkan alat bantu pernafasan. Untuk Jackson, dia juga sudah dapat alat bantu pernafasan dan penanganan di tempat yang lebih aman. Bersama Jesper tentunya.

Baekhyun bangkit dan diam-diam memisahkan diri dari kedua puteranya. Ia mencoba mengedarkan pandangannya ke sekitar, ke segala arah yang masih bisa di tangkap oleh Indra penglihatannya.

Di lihatnya gedung rumah sakit yang masih mengeluarkan asap hitam tebal dan sesekali mengeluarkan kobaran api dari balik jendela. Baekhyun memandang dengan wajah ngeri, tidak dapat di bayangkan bagaimana jika anak-anaknya terperangkap di dalam sana. Bahkan sampai detik ini pun ia tidak tahu apakah di dalam sana masih ada orang atau tidak.

Lalu Baekhyun mulai berbalik dan berjalan ke arah lain. Melewati kerumunan orang-orang yang masih penasaran dengan gedung yang terbakar karena pandangan mereka yang tidak teralihkan.

Ia mencoba mencari seseorang, seseorang yang sepertinya sudah menjadi sasaran emosi Baekhyun Tempo lalu. Kemudian ia tidak bertemu dalam beberapa hari ini. Dan kini sepintas Baekhyun melihatnya ketika membawa Jackson.

Ya putranya. Putra sulungnya, dia berada disini bersama kedua adiknya, anak yang menjadi pelampiasan emosi Baekhyun ada dan membantu menyelamatkan putranya yang lain!

Baekhyun mengusak rambutnya frustasi. Penuhnya orang-orang di halaman rumah sakit membuat Baekhyun tidak bisa menemukan Taehyung saat ini. Sehingga ia memilih berjalan keluar dari kerumunan, mendekati pembatas yang di buat para petugas.

Dan dalam sepintas Baekhyun tidak sengaja melihat putranya masuk kembali ke dalam gedung yang terbakar sehingga membuat sorot matanya melebar dan terkejut.

"Taehyung!" Serunya kemudian Baekhyun berlari menyusul putranya yang masuk ke dalam, mengabaikan perintah larangan dari petugas yang mencoba mengamankan sekitar.

Baekhyun terus berlari menyusul putranya yang sudah lebih dulu naik ke atas gedung. Entah berada di lantai mana sekarang, Baekhyun terus berlari. Apa yang akan dilakukan Taehyung sekarang? Kenapa dia masuk ke dalam gedung? Baekhyun tidak tahu. Yang ia lakukan sekarang adalah ingin membawanya kembali keluar.

Dan juga...Karena dia tidak ingin kehilangan salah datu keluarga kecilnya lagi.

Ya, Baekhyun menyesal, ia ingin menarik kata-kata yang sudah terlanjur di ucapkan. Baik pada Kyungsoo, ataupun pada putranya sendiri. Apakah ia bisa menarik kata-katanya?

Apakah mereka akan memaafkan keegoisannya?

.

-c18-

.

Sudah lebih dari satu jam wanita itu duduk di salah satu kursi sambil memandang pemandangan langit siang dengan segelas kopi hangat dengan asap yang masih mengepul.

Satu tangannya memegang ponselnya yang terus ia putar layaknya mainan. Sesaat ia terhenti lalu kemudian membuka ponselnya.

Sudah beberapa hari ini ia tidak berkomunikasi lagi dengan sahabatnya, Baekhyun. Kyungsoo tidak mau menyebut mantan sahabat meski Baekhyun dengan lantang mengakhiri pertemanan mereka, karena bagaimana pun Kyungsoo tetap menganggap Baekhyun adalah sahabat bahkan saudarinya.

Dilihatnya layar ponselnya yang menampilkan gambar seorang wanita dengan seorang balita. Terakhir mereka saling berhubungan tepat sebelum pertemuan terakhir mereka.

Meski Baekhyun menyatakan bahwa pertemanan mereka berakhir, tapi Baekhyun tidak memblokir satupun kontak milik Kyungsoo. Namun bukan itu yang Kyungsoo pikirkan saat ini. Tapi Taehyung.

Ucapan yang di lontarkan Baekhyun terakhir kali padanya sangat menusuk hati Kyungsoo, tapi tidak lebih sakit dengan membayangkan sosok Taehyung yang dulu duduk di hadapannya dan menanyakan perasaan ibunya. Bagaimana jika Taehyung mengetahui apa yang di ucapkan Baekhyun tentang dirinya?

"Bibi? Ada apa? Kau baik-baik saja?" Suara Yoongi di hadapannya membuyarkan lamunan Kyungsoo saat itu juga.

Wanita itu langsung duduk tegap dan tersenyum kecil, namun ia merasakan sesuatu di bawah kelopak matanya dan Kyungsoo langsung mengusapnya.

Air mata? Apa dia baru saja menangis?

Yoongi yang melihat keanehan pada Kyungsoo langsung ikut duduk di kursi seberangnya dan menatapnya cemas "ada apa?"

Kyungsoo menggeleng, lalu tersenyum, senyum canggung tentunya.

"Apakah bibi habis bertengkar dengan paman? Perlu pembelaan?" Tanya Yoongi dengan wajah polosnya. Sejujurnya ia belum pernah mendengar suami istri itu bertengkar selama ia bekerja di kedai ini.

Kyungsoo tertawa kecil, namun suara seraknya terdengar dan menandakan ia benar-benar baru saja menangis.

"Jika belum mau cerita sekarang, tidak apa, aku bisa menunggu." Ucap Yoongi dengan tersenyum lembut. Lalu ia melirik cangkir yang sedang di pegang Kyungsoo "kopinya tinggal sedikit? Mau aku buatkan yang baru?"

Kyungsoo menggeleng pelan "tidak perlu. Duduklah disini. Temani aku. Aku sedang merenungi kesalahanku tahun ini"

Ada suara tawa kecil terdengar dari mulut Yoongi. Menurutnya terdengar aneh jika Kyungsoo merenungi kesalahan. Karena bagi Yoongi, Kyungsoo adalah orang yang sangat baik. Sangat bijak saat berbicara dan tidak pernah menyinggung perasaan orang lain. Bagaimana bisa wanita di hadapannya ini menangis seolah telah melakukan dosa besar?

"Tidak ada manusia yang suci, Yoongi. Jadi jangan menatap aneh seperti itu" protes Kyungsoo. Ia tahu apa yang ada di pikiran Yoongi saat ini.

"Bukan begitu,,, hanya saja aku selalu berbuat dosa tapi tidak sampai menangis seperti itu" dan tentu saja ucapan tersebut mendapat tatapan tajam dari Kyungsoo "tapi aku selalu menyesal jika berbuat salah. Apalagi dengan Taehyung"

Kyungsoo kembali terdiam saat nama Taehyung disebut. Pandangannya langsung berubah begitu dalam namun tidak di sadari Yoongi, karena dalam keadaan apapun mata Kyungsoo selalu seperti itu.

Tapi sepertinya lebih baik tidak ada yang mengetahui hal itu selain dirinya. Ya, Kyungsoo ingin menutupi hal ini rapat-rapat meski pada akhirnya tanpa Kyungsoo beritahu pun anak itu sudah tahu lebih dulu.

'Drrrttt drrrtttt'

Atensi Kyungsoo beralih pada suara asing di dekatnya. Ternyata suara dari ponsel Yoongi. Yoongi langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.

"Apakah kekasihmu sedang Merindukanmu?" tanya Kyungsoo spontan ketika melihat wajah Yoongi bersemu saat menatap layar ponselnya.

Mendengar pertanyaan itu tentu membuat Yoongi salah tingkah, namun ia tahan dengan tersenyum kecil.

"sepertinya dia sedang santai karena selalu mengirim pesan" gumam Kyungsoo, sedikit menyindir karena Yoongi sering mengecek ponselnya.

"Ya. Dia di suruh mengasuh anak bayi. Dan sekarang dia bertanya bagaimana cara membuat susu" sahut Yoongi begitu polos.

Kyungsoo menyernyit keheranan "mengasuh bayi? Apakah kalian sudah ingin memiliki anak? Yak Yoongi! Jangan bilang sekarang kau sedang-"

Yoongi hampir saja menjatuhkan ponselnya ketika Kyungsoo bertanya seperti itu. Sungguh itu adalah pertanyaan konyol bagi pasangan yang baru menjalin hubungan belum sampai setengah tahun.

"Waahh bagaimana mungkin..." suara Jongin menginterupsi dan seketika kedua wanita itu menoleh karena penasaran. "bukankah rumah sakit besar memiliki pengamanan khusus? Bagaimana mungkin bisa terbakar. Ya ampun...bagaimana kabar kondisi pasien disana" sambungnya ketika Jongin masih betah menyaksikan acara berita di TV.

Kyungsoo hanya berkedip menyaksikan berita yang baru saja di bahas suaminya. Bagi Kyungsoo hal tersebut sudah biasa. Besar atau mewahnya sebuah bangunan tidak menjamin akankah selalu aman. Jadi Kyungsoo tidak begitu heboh mendengarnya.

Lalu wanita itu melanjutkan menyeruput kopi panasnya secara perlahan, tapi sayang kopi panas itu sedikit tumpah karena Kyungsoo terkejut ketika Yoongi tiba-tiba berdiri lalu membuka serbet nya dan bergegas keluar tanpa berpamitan.

"Yoon—gi,,, ck! yang benar saja, ada apa dengan anak itu? Pergi tidak ijin. Selalu seperti itu. Seperti habis bertemu hantu"

.

-c18-

.

"Taehyung!" seru Baekhyun ketika sekilas melihat Taehyung berada 1 lantai di atasnya atau ketika sedang menaiki anak tangga.

Baekhyun tidak habis fikir kenapa anaknya bisa cepat sekali berlari sedangkan Baekhyun sudah cukup kewalahan untuk menyusulnya. Tapi beberapa orang yang berteriak memanggil dari belakangmencoba ingin menyusulnya dan membuat Baekhyun seakan ingin melarikan diri dari kejaran dan kembali menyusul Taehyung.

Lalu saat Baekhyun berada di sisi gedung bagian tengah, di seberang sana ia melihat Taehyung masih berlari menaiki tangga kemudian sosok itu hilang saat sudah berada di tangga lain. Baekhyun sudah mencoba berteriak dan memanggilnya namun Taehyung tetap tidak menggubris panggilannya dan pergi entah kemana. Baekhyun pun kembali mempercepat langkahnya sampai ia berlari kembali menyusul Taehyung.

Namun ketika ia juga sudah berada di lantai selanjutnya, nafasnya sedikit sesak dan pandangan matanya terbatas karena kabut asap menutupi lorong ruangan.

Baekhyun mencoba meraba benda sekitar, menghalau asap yang mencoba mengenai wajahnya. Dan kembali berjalan ketika merasa tak ada yang menghalangi jalannya.

Batuk kadang muncul ketika ia menghirup asap secara berlebih, namun Baekhyun segera menutup jalur nafasnya agar tidak keracunan nantinya. Dan kakinya pun terus berjalan tidak peduli ke arah mana asal ia bisa segera menyusul putranya walau sebenarnya Baekhyun sudah kehilangan jejak Taehyung.

Perasaan khawatir, cemas, marah seakan berkumpul dalam dirinya saat ini. Apa yang di lakukan anak itu? Kenapa ia terus memaksa ke dalam padahal disini tidak cukup aman. Ataukah...

Tapi, begitu Baekhyun tiba di lantai berikutnya merasa yang ia pijak adalah lantai teratas, lalu Baekhyun kembali berjalan cepat ke ruangan yang lebih luas meski ada beberapa titik api yang belum sepenuhnya padam.

Namun sesuatu mengejutkan Baekhyun hingga langkahnya terhenti dan membuka matanya lebih lebar.

Di ujung sana, tepat dekat sebuah ruangan yang memiliki pintu yang lebih kecil dari yang lain, Baekhun melihat sesuatu yang membuatnya tidak mampu berkedip. Bahkan untuk berteriak pun rasanya sulit.

Meski kepulan asap membuat pandangannya tidak maksimal, tapi Baekhyun melihat dua orang laki-laki tengah berdiri membelakanginya di depan sebuah pintu yang sedikit terbuka dengan cara paksa. Seseorang disana tak lama tumbang dan tergeletak di atas lantai, sedangkan salah satunya tengah menggenggam sebilah pisau dengan bercak darah disana.

Baekhyun mencoba untuk berjalan meski langkahnya terasa berat dan lambat. Di depan matanya terjadi sesuatu yang membahayakan, tapi Ia malah semakin mendekat tanpa mempedulikan apa bahaya yang terjadi di depannya. Namun langkah kakinya semakin melambat ketika jarak mereka semakin dekat, dan Baekhyun tidak dapat menutupi rasa terkejutnya ketika melihat sosok orang yang tergeletak di depan sana.

Pakaian yang di kenakan yang begitu mirip, bahkan Baekhyun masih mengingatnya begitu jelas. Dan sosok yang di kejarnya tadi kini sudah berada di hadapannya, tergeletak tak berdaya dengan darah yang terus keluar dari tubuhnya.

Baekhyun terduduk di samping sosok yang tergeletak disana. Energinya langsung terkuras dalam sekejap. Kekuatannya seolah hilang dan Baekhyun hanya bisa menatap nanar.

Jemarinya bergerak mencoba memastikan yang ia lihat hanyalah ilusi seakan Baekhyun meyakinkan diri bahwa ia terjebak di dunia lain. Namun nyatanya ketika ia menyentuh wajah sosok itu rasanya begitu nyata, terasa betul di ujung jemarinya.

"Tttae...hyung" Baekhyun termangu tidak menduga bahwa yang ia lihat di hadapannya ini adalah putranya.

Anak laki-laki yang belum satu jam ia lihat masih ada di depannya. Baekhyun yakin putranya tadi sedang berlari di depannya. Ia tidak berhalusinasi, Baekhyun masih dalam keadaan sadar.

"I—ibu..."

suara parau itu terdengar begitu jelas. Membuat atensi Baekhyun teralihkan dan menatap sosok putranya yang kini tergeletak di depannya.

"Tt...Taehyung?"

Baekhyun menyentuh wajah Taehyung dengan kedua tangannya, menyentuh di setiap sisinya. Melihat mata yang tajam itu terbuka sedikit dan tampak sayu menatapnya.

"Ibu...maaf..."

Baekhyun Menggeleng "tidak, apa yang perlu di maafkan?"

Perasaan cemas itu muncul, Baekhyun meraih tangan Taehyung dan menggenggamnya erat. Lalu mengarahkan ke pipinya.

"Ibu...jika aku pergi...ap..pakah, ibu akan ...mema—afkan,ku?"

Baekhyun menyernyit, ia menggeleng cepat. Semakin Menggenggam erat tangan Taehyung dan menciumnya.

"Ti...tidak, ibu akan membencimu, ibu membencimu jika kau pergi" sahutnya pelan. Dengan suara serak karena isakan yang sudah tidak bisa di tahan.

Tapi tidak ada jawaban lagi. Mata tajam itu justru terpejam. Memutuskan pandangan pada ibunya yang masih berada di sisinya.

Baekhyun tercekat. Suaranya seakan tertahan. Ingin berteriak namun tidak bisa. Melihat bagaimana mata itu terpejam pelan membuat Baekhyun menggeleng cepat seakan menolak apa yang akan terjadi.

"Ti—tidak, jja-ngan...ke-kenapa kau bodoh sekali, kenapa kkau nekat kesini, huh?! Ibu bilang jjjangan! kkkenapa,,,, kenapa kau berusaha ingin pergi?!" ucap Baekhyun dengan tangis yang terus keluar. Ia mengarahkan tangan yang tergenggam itu untuk menutupi luka di dada yang terus mengeluarkan darah. Walau Baekhyun tahu apa yang dilakukannya ini hanyalah sia-sia.

Ia memejamkan matanya. Menundukkan wajahnya dan membiarkan air mata itu jatuh. Semakin menunduk dan ia mengangkat sedikit kepala Taehyung kemudian ia memeluknya erat.

Kejadian ini, kejadian ini pernah ia alami. Dan kejadian ini terulang kembali. Melihat bagaimana Taehyung menjadikan tubuhnya sebagai tameng demi seseorang. Dan kali ini juga Baekhyun terlambat untuk mencegahnya. Membiarkannya terluka, bahkan lebih parah.

Jahat kah dirinya? Apakah dia pantas disebut sebagai ibu?

Namun suara teriakan dari dalam sana mengalihkan perhatian Baekhyun. Membuat genggaman tangan itu terlepas. Baekhyun menoleh ke arah pintu yang terbuka secara paksa. Sosok pria tadi sudah berada di dalam, dengan suara wanita yang mencoba berteriak ketakutan. Itu yang Baekhyun dengar.

Baekhyun mencoba bangkit, membaringkan tubuh Taehyung dengan hati-hati, lalu ia berdiri dan melihat keadaan sekitar dengan perasaan takut. Dan dalam sekejap ia terperangah ketika seorang wanita di dorong dan terbanting tepat di hadapannya. Baekhyun bergidik ngeri karena banyak luka yang di alami wanita itu. Di tambah luka memar di bagian tubuh dan juga wajahnya.

Wanita itu meringkuk, seperti janin yang berada di dalam perutk ibunya, seolah sedang meminta perlindungan kepada siapapun yang mengetahui kondisinya.

Lalu kemudian seorang pria, dengan sebilah pisau penuh darah di tangannya, keluar dari ruangan itu. Pakaian yang sebagian terbakar, luka lecet yang menghiasi wajahnya membuat Baekhyun beringsut mundur ketakutan.

Tapi pria itu tidak menghiraukan keberadaannya, dia hanya berjalan mendekati wanita yang sedang menahan sakit disana. Persis seperti pemburu yang berhasil mendapatkan buruannya.

"Tt..tolong" suara wanita yang sedikit bergetar itu terdengar. Seakan dia mengetahui keberadaan Baekhyun disana.

Tapi Baekhyun takut, ia takut jika pria itu melukainya dan akan membunuhnya. Baekhyun terlalu penakut. Ia hanya bisa bergerak kembali mendekati Taehyung, mencoba menariknya dan menjauhkan putranya dari orang yang sudah mencelakai putranya itu.

Lalu pria itu mendorong tubuh wanita yang sudah tidak berdaya dengan kakinya, membuatnya terlentang dan memperlihatkan luka yang di alami wanita itu secara jelas, membuat Baekhyun menutup mulutnya dan menatapnya ngeri dan ketakutan.

Wanita yang tergeletak itu terlalu lemah, membiarkan pria itu mencengkeram bagian lehernya. Dan tiba-tiba wanita itu menoleh ke arah Baekhyun secara perlahan, membuatnya terpaku dan menatap pasrah seakan tahu bahwa ajalnya akan tiba.

Pria itu kembudian mengangkat tubuh wanita itu dengan cara mencekik lehernya dan menyeret wanita yang sudah tidak berdaya itu seperti barang yang tidak berharga.

Baekhyun menyebarkan atensinya mencari sesuatu yang bisa ia gunakan, dan ia melihat sebuah tabung pemadam berada tak jauh dari tempat mereka. Ia segera meraih tabung pemadam itu lalu kemudian Baekhyun berlari menyusul pria itu dan...

'Bugggghhhh!

Wanita itu terlepas dan tubuhnya jatuh lemas. Sedangkan darah segar keluar dari kepala pria yang terjatuh disana dengan sebuah tabung pemadam di dekatnya dan pisau yang berada di tangannya pun tergeletak jauh.

Baekhyun menarik nafas cepat, menatap sosok pria yang terkelungkup disana. Lalu beralih melihat kedua tangannya yang memerah karena ia berhasil melempar tabung itu hingga mengenai kepalanya.

Lalu baekhyun segera mendekati wanita itu kemudian menariknya menjauh dari sosok pria itu. Membaringkannya dengan hati-hati di samping Taehyung.

"Putriku...di dalam ada putriku" ucap wanita itu terbata-bata.

Baekhyun mulanya tidak mengerti siapa yang di maksud wanita itu, namun ia segera bangkit dan berjalan menuju ke arah pintu disana tepat yang di tunjuk oleh wanita itu. Dan disana terlihat seorang gadis juga tergeletak tak berdaya. Beruntung gadis itu terlihat tidak di dapati banyak luka.

Namun sayangnya Baekhyun tidak dalam kondisi waspada. Ia tidak menyadari sosok pria itu sudah mulai bangkit dan berjalan terseok-seok ke arahnya.

Dalam sekejap tubuh kecil itu terdorong dan membentur tembok cukup keras membuat pandangan Baekhyun perlahan mulai buram karena merasakan sakit yang begitu sangat.

Rasa sakit itu seolah menarik semua nafas dan suaranya. Membuat tenggorokannya tercekat dan tubuhnya tak mampu bergerak. Sehingga membuat pria itu kembali berulah dengan mencekik leher Baekhyun lalu menariknya dan kembali membenturkan tubuhnya ke tembok untuk kedua kalinya dengan cukup keras.

Terasa amis karat bergerak di atas permukaan kulitnya. Pandangannya semakin kabur. Tapi Baekhyun masih melihat pria itu bergerak, namun kali ini bukan ke arahnya melainkan menuju ke arah putranya dan wanita yang sudah hampir kehilangan kesadarannya.

Baekhyun berusaha bergerak dengan kekuatan terakhir yang ia miliki meski nyatanya sangat sulit. Ia mencoba merangkak dengan tangan dan kaki yang sudah bergetar karena tidak kuat menopang tubuhnya yang sudah lemah.

Lalu melihat pria itu berdiri di samping putranya dan wanita yang sudah tidak sadar, pria itu mencoba mengangkat kakinya dan menahan tubuhnya yang sudah tidak bisa tegap bersiap untuk melakukan sesuatu yang mungkin lebih fatal.

Kaki yang terangkat itu mencoba bergerak lurus ke arah satu pusat yang berada di bawah kakinya. Entah itu pada wanita yang ia incar atau kepada putranya. Baekhyun mencoba mengangkat tubuhnya dan dengan tenaga terakhir yang ia miliki, mengabaikan punggungnya terasa sakit yang begitu menyakitkan, Baekhyun langsung mendorong tubuh pria itu sehingga membuat pria itu terdorong mundur dan terjatuh.

Dan dalam sekejap sesuatu membuat Baekhyun ternganga.

'Bwaaarrrrrrrrrr!'

Hembusan angin dengan api besar itu muncul dari arah yang tidak Baekhyun ketahui, mengenai tubuh pria itu dan melenyapkannya dalam kobaran api sehingga pria itu tanpa sadar berlari seakan menghindari tubuhnya yang di selimuti api. Namun kenyataannya ia melompat dan terjun ke lantai dasar rumah sakit.

Meski pandangan matanya mulai buram, Baekhyun dapat melihat kejadian tadi secara jelas. Dimana api-api kecil yang berada cukup jauh dan di sekitar hanya meninggalkan asap, tiba-tiba muncul kobaran api seperti halnya api yang baru saja di nyalakan di atas perapian dan di siram oleh bahan bakar kemudian tertiup oleh angin yang begitu kencang.

Tapi sesuatu mengalihkan perhatiannya dari kobaran api di sampingnya, tepat sebelum pria itu lompat dan terjun ke lantai dasar. Ia melihat sebuah cahaya putih dan terang berada di hadapannya. Cahaya itu seolah mencegahnya dari percikan api yang terbilang besar agar tidak mengenai tubuhnya dan dua orang yang berada di sampingnya.

Dan di ujung sana, Baekhyun melihat satu cahaya dari dalam api yang berkobar. Seakan tengah menyiksa pria itu dengan panas api yang membara.

Baekhyun yakin, ia tidak sedang berhalusinasi. Meski ia sudah tidak bisa bangun tapi Ia masih sadar, ia masih bisa melihat putranya, wanita itu, dan gadis yang di dalam. Lalu kedua cahaya di hadapannya. Baekhyun tidak bermimpi.

"terimakasih...sudah melindungi istriku"

.

-c18-

.

Ada cerita yang mengatakan bahwa, orang yang sudah mati maka arwahnya tidak akan tenang untuk menuju atas langit jika orang yang ia tinggalkan tidak bisa merelakannya.

Ia akan terus berada di sampingnya, menemaninya, dan menjaganya sampai orang yang di kasihinya bisa mengikhlaskannya.

Namun nyatanya Baekhyun tidak mempercayai hal seperti itu. Suatu hal yang mustahil arwah orang yang sudah meninggal masih bersama orang yang masih hidup.

Ia belum ikhlas menerima kepergian suaminya. Hingga saat ini. Tapi nyatanya ia tidak pernah merasakan kehadiran suaminya. Jadi cerita itu baginya hanya tahayul.

Baekhyun berjalan sendiri di tengah hamparan Padang rumput dengan satu pohon rindang. Kemudian ia duduk menyender pada batang pohon yang besar itu. Ia memejamkan mata, merasakan semilir angin sejuk menerpa wajahnya.

Sampai suara canda tawa dari ujung sana terdengar oleh telinga Baekhyun. Ia membuka matanya dan mendapati ketiga putra kecilnya tengah berlari menuju ke arahnya. Ia tersenyum melihat pertumbuhan putra-putranya itu.

Namun tidak hanya ada ketiga putra kecilnya yang sedang berlari menuju ke arahnya. Baekhyun melihat sosok anak muda berjalan pelan di belakang Jesper, Jackson dan Jiwon.

Dia Taehyung, Berjalan begitu santai seakan anak itu datang setelah berhasil mencari adik-adiknya yang sudah bermain jauh.

Lalu tubuh Baekhyun terdorong karena ia mendapat pelukan yang begitu erat dari ketiga anaknya. Bermanja seolah mereka masih seperti anak bayi.

Hanya mereka.

Baekhyun melihat Taehyung berdiri disana, tidak bergerak untuk sekedar menghampiri. Baekhyun menyernyit karena Taehyung hanya tersenyum ke arahnya.

Lalu tiba-tiba sosok lain muncul dari belakang Baekhyun, ia berjalan dengan tubuh tegap dan kekarnya. Baekhyun ingat siapa pemilik tubuh itu. Tubuh yang selalu menopangnya ketika ia merasa lelah atau sedih. Milik seseorang yang begitu mencintainya dan menerima segala kekurangan yang di miliki Baekhyun.

Park Chanyeol. Pria yang menerima kondisi Baekhyun apa adanya.

Chanyeol terus berjalan ke arah dimana Taehyung berdiri seakan tidak menyadari keberadaan Baekhyun. Tapi nyatanya Baekhyun salah. Begitu sudah berada dekat dengan Taehyung, Chanyeol menoleh dan tersenyum ke arahnya sehingga membuat Baekhyun terpaku dan tidak mampu berkata-kata.

Tapi setelah itu, Taehyung menunduk ke arahnya dari sana, sebuah senyuman menyusul kemudian hingga akhirnya Taehyung berbalik badan dan anak itu berjalan, bersama Chanyeol ke arah yang berlawanan dari Baekhun.

Baekhyun berusaha memanggil, berteriak sebisanya. Namun nihil. Kedua sosok itu sudah menjauh bahkan tidak terlihat sejauh Baekhyun memandang.

"Taehyung!"

Baekhyun membuka mata dan menyadari keanehan di sekitarnya. Banyak tirai yang menggantung di tengah ruangan, selain itu Baekhyun tidak melihat gambar lukisan dia dan Chanyeol di dinding. Bertanda Baekhyun tidak sedang berada di rumah, dan sesuatu yang mengganjal terasa pada tangannya.

Infus?

"Baekhyun?" ucap seseorang dari dekat pintu. Lalu ia mendekat dan berdiri di samping Baekhyun.

"K...kyungsoo" Baekhyun memandang sosok wanita di sampingnya, menatapnya tidak mengerti.

Kyungsoo tersenyum. Ada sedikit air mata di balik kelopak matanya namun kemudian segera ia tepis agar ia tidak terlihat sedang menangis. Tapi matanya yang membengkak justru membantah apa yang Kyungsoo tutupi.

"Kenapa lama sekali? Kau tidak rindu putra-putramu?" protes Kyungsoo dengan menunjukkan tatapan kesal pada Baekhyun. Mengingat sudah hampir 3 hari Baekhyun tidak sadarkan diri setelah ia di temukan di dalam gedung.

Tapi kemudian Baekhyun merasa sesak pada dadanya. Melihat wajah Kyungsoo seolah mengingatkan kembali segala sifat buruk baekhyun yang tidak Baekhyun sadari dan membuat emosi itu memuncak dan tangis itu pecah ketika Baekhyun mencoba memeluk Kyungsoo.

"Maaf...aku sudah menyakitinya, aku menghancurkan perasaannya, aku menghancurkan semuanya, aku...menghancurkan anakku sendiri. Aku melukainya, Kyungsoo...maafkan aku..."

Kyungsoo menggeleng, lalu ia segera menunduk, meraih tubuh Baekhyun yang terbaring dan memeluknya erat. Tangis itu terasa pilu, menunjukkan emosi, luka dan penyesalan menjadi satu. seperti gunung Merapi yang begitu lama mengumpulkan magma dan mengeluarkannya bersama bebatuan yang yang menghalang. Membuat langit yang cerah berubah mendung, petir yang muncul dan badai keluar dari dalam asap hitam. Menciptakan suasana penuh emosi dalam ruangan itu.

Baekhyun merasa bersalah dengan apa yang pernah ia lakukan. Kesalahan itu terlalu dalam dan tidak mungkin termaafkan. Tapi sebagai sahabat, Kyungsoo mengerti apa yang di rasakan Baekhyun. Ini bukanlah kesalahannya. Dia hanya wanita, dengan emosi yang tidak dapat di jelaskan atau bahkan di mengerti meski pada sesama.

"Seharusnya aku mendengarnya, seharusnya aku langsung menghubunginya, seharusnya aku memanggilnya, tapi aku terlambat. Aku menghancurkan perasaannya, Kyungsoo...aku membunuh anakku sendiri..."

Kyungsoo hanya mengelus bahu Baekhyun yang masih bergetar hebat, membiarkan sahabatnya menumpahkan rasa penyesalan itu.

Cukup lama Kyungsoo mendengar umpatan kekesalan Baekhyun untuk dirinya sendiri. Membiarkan seluruh tangisnya keluar tak tersisa. Hingga akhirnya keadaan berangsur tenang secara perlahan. Baekhyun mencoba melepaskan pelukan itu dan melihat ke keadaan sekitar.

"Dimana anak-anakku?" tanya Baekhyun dengan suara seraknya.

"Mereka di jaga oleh perawat disi-"

"Taehyung" sela Baekhyun cepat.

Kyungsoo diam dan tidak langsung menjawab, ia hanya melihat ke arah pintu lalu menunduk.

"Ada apa?" tanya Baekhyun curiga melihat ekspresi wajah Kyungsoo yang berbeda. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Puteranya itu.

Tapi Kyungsoo menggeleng tenang "tidak, tidak ada apa-apa. Dia sedang istirahat"

"Tapi...terakhir kondisinya parah. Orang itu, orang itu mencoba membunuh Taehyung. Aku harus melihat keadaannya. Akhhh..." tiba-tiba Baekhyun merasa sengatan yang amat hebat pada punggungnya ketika dia mencoba untuk berusaha bangun bahkan untuk duduk.

Kyungsoo langsung dengan sigap membaringkan kembali tubuh Baekhyun dan mengelusnya.

"Kondisimu belum baik. Kau harus banyak beristirahat" Kyungsoo kembali meraih selimut dan menutupi tubuh Baekhyun. Lalu mengusap kepala itu begitu lembut.

Baekhyun terus menggeleng, ia memegang tangan Kyungsoo erat dan menatap penuh memohon "Tapi aku mau melihat dia Kyungsoo..aku harus melihat putraku, aku takut terjadi apa-apa..."

"Dia baik-baik saja Baek... dia-"

"Aku melihat Chanyeol membawanya!" Seru Baekhyun dengan suara nyaring dan membuat Kyungsoo terkejut dan terdiam seketika.

"Aku bermimpi Chanyeol membawa Taehyung pergi. Aku tidak mau itu terjadi. Aku tidak mau" tambahnya dengan wajah ketakutan.

"Ssstttt tenang lah. Aku akan coba tanya perawat disini. Tenanglah"

.

-c18-

.

"apakah Baekhyun sudah sadar?" Youngjae, yang juga menemani Kyungsoo menunggu Baekhyun dan menjaga ketiga Puteranya yang lain bertanya ketika Kyungsoo keluar dari ruangan menuju tempat kerabat Baekhyun berkumpul.

Kyungsoo tidak langsung menyahut, ia memilih mengambil sekaleng minuman lalu berjalan menuju sofa dan duduk di atasnya.

"Kyungsoo..." panggil Youngjae lagi penasaran.

"Dia langsung bertanya keadaan Taehyung" sahut Kyungsoo. Dan Youngjae langsung terdiam.

"Dia juga berusaha untuk bangun tapi luka di punggungnya belum sembuh. Dokter pun memberinya obat penenang karena Baekhyun terus menangis" sambungnya menjelaskan.

Youngjae mendesah pelan, ia menoleh ke arah dimana balita sedang tertidur lelap dengan botol susu di sebelahnya.

Sedangkan di ruangan lain tampak dua orang pria dan seorang wanita tengah berdiri di balik tirai tembus pandang, memandangi seorang anak laki-laki yang berbaring dengan berbagai alat medis yang terpasang disana.

Tidak ada tanda-tanda ia akan sadar atau sekedar menggerakkan bagian tubuhnya. Bahkan dokter pun tidak bisa memastikan bahwa ia bisa sadar kembali atau sekedar bertahan lebih lama.

Sedangkan disana Yoongi kembali tidak dapat menahan tangisnya setelah terakhir ia mencoba menahan ketika Taehyung mendapat penanganan medis.

Perasaan bersalahnya muncul karena terakhir ia tidak bisa mengantar Taehyung ke rumah sakit untuk menjenguk adiknya. Dan yang membuat Yoongi tidak bisa tenang adalah ucapan Taehyung yang mengatakan akan pergi jika ibunya bisa memaafkannya.

Lalu tangisnya itu tumpah, tidak peduli ia sedang berada di ruangan yang hanya berisi alat medis penunjang kehidupan pasien yang sudah kritis.

Jimin pun langsung memeluknya, membiarkan tangis itu tumpah. Lalu kemudian membawanya keluar membiarkan seorang pria tengah berdiri disana. Memberikan waktunya untuk dapat melihat putranya.

Ya, Daehyun tidak beranjak dari tempat itu. Ia seperti patung yang terus mengawasi kondisi putranya. Memastikan putranya tidak akan pergi.

Melihat kondisi putranya sekarang mengingatkan terakhir ketika ia menemukan Taehyung bersimbah darah bersama Baekhyun yang sudah tidak sadarkan diri. Daehyun yang terkejut hanya bisa menjatuhkan lututnya dan memandangi dua orang yang pernah ada di kehidupannya. Bahkan ia kalah dengan anak buahnya yang bisa segera bertindak melakukan pertolongan.

Air mata itu pun tidak bisa tertahan. Untuk kesekian kalinya Daehyun menangis dalam diam. Rasa sakit itu muncul, karena dalam waktu terakhir ini ia tidak bersama putranya.

"Kau, putraku. Tapi... kau justru seperti ayah tirimu, mempertaruhkan nyawa demi orang lain"

.

-c18-

.

Seminggu kemudian pasca kebakaran di rumah sakit, kondisi Baekhyun mulai membaik. Dia mulai bisa tenang setelah perawat datang untuk memberitahu kondisi Taehyung di luar sana. Meski sebenarnya rasa khawatir dan rindu itu terus muncul.

Tapi ada sebuah fakta lain yang harus Baekhyun terima. Benturan yang ia terima yang membuat ia tak sadarkan diri itu membuat beberapa tulang di belakang tubuhnya mengalami trauma, hingga besar kemungkinan bahwa Baekhyun akan sulit untuk berjalan dengan normal.

Kecewa? Marah? Tentu. Baekhyun bahkan hendak menyerang sang dokter tapi Kyungsoo di bantu perawat lain segera menenangkan Baekhyun.

Karena Baekhyun sudah lebih baik, sekarang hanya Youngjae yang menjaga Baekhyun disana karena Kyungsoo tidak bisa meninggalkan keluarga juga kedainya lebih lama.

"Makanlah, setelah itu minum obat" titah Youngjae meletakkan nampan dengan banyak makanan di depan Baekhyun.

Kemudian wanita itu kembali menggendong Jiwon dan menyuapi makanannya.

Baekhyun yang melihat itu merasa terharu. Melihat istri dari mantan suaminya mau merawat dirinya dan putranya. Mungkin hal seperti ini jarang terjadi, jangankan istri dengan mantan istri bisa akur, orang yang sudah bercerai pun akan sulit untuk saling memberikan senyuman.

Tapi Baekhyun beruntung, seorang wanita berstatus istri mau merawat keluarga wanita yang pernah menjadi istri suaminya. Bahkan Youngjae membiarkan Daehyun terus menjaga kondisi Taehyung.

"Youngjae.." panggil Baekhyun.

Youngjae menoleh cepat "ya?"

"Terimakasih." Ucap Baekhyun sambil tersenyum.

Youngjae menyernyit tidak mengerti "apanya?"

"Terimakasih untuk semuanya. Kau mau membantu keluargaku. Kau tidak terlihat sungkan merawat anak-anakku. Kau dan Daehyun mengajari ku semuanya" tambah Baekhyun menjelaskan.

Youngjae yang semula tidak mengerti, namun akhirnya ia tersenyum dan mengangguk "sejujurnya aku sendiri tidak tahu, aku hanya melakukan ini dan aku percaya padamu dan juga suamiku. Lagipula, perceraian hanya sebuah kata. Bercerai dalam hubungan bukan berarti kita saling membenci kan? Aku hanya ingin menunjukkan cinta kepada anak-anak" jelasnya.

Tak dapat di pungkiri, Baekhyun menunduk dan tersenyum. Lalu ia mulai mengambil sendok dan mencicipi sedikit bubur untuk mengalihkan perasaan hangatnya itu.

"Makanlah yang banyak, jangan lupa aku juga punya anak yang harus aku urus" canda Youngjae disana.

Baekhyun pun tertawa kecil lalu mengangguk "jika aku sembuh aku akan mengasuh anakmu"

"Kita akan mengasuh anak kita bersamaan" sahut Youngjae di sambut dengan anggukan cepat dari Baekhyun.

Sayangnya suasana santai mereka tidak berangsur lama ketika seseorang muncul dari balik pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Kedua wanita itu saling menoleh bersamaan dan melihat Jimin masuk dengan wajah seriusnya.

"ah Jimin. Ada apa?" tanya Youngjae.

Tapi Jimin tidak menyahut karena melihat ibu kandung Taehyung dalam keadaan sadar. Ia tidak berani untuk mengatakan kedatangannya.

Mengerti apa yang terjadi, Youngjae setenang mungkin bersikap layaknya tidak ada sesuatu yang buruk terjadi. Dia menyimpan botol susu Jiwon dan menggendong bayi itu.

"Pasti Bambam berulah lagi ya, anak itu tidak bisa tenang walau ada ayahnya" lalu Youngjae berdiri dan segera beranjak dari kamar inap. Tapi sebelum keluar, Youngjae kembali mendekati Baekhyun yang memandangnya dengan wajah kebingungan "habiskan makanannya, aku akan kembali" lanjutnya kemudian segera keluar dan menutup pintu itu rapat-rapat. Meninggalkan Baekhyun sendirian disana.

Tapi Baekhyun bukanlah anak kecil yang bisa di kelabuhi. Ekspresi wajah Jimin dan Youngjae seakan mengatakan bahwa sesuatu yang buruk terjadi namun mereka tidak ingin mengatakannya.

Bambam berulah? Baekhyun tidak bodoh kalau sekarang adalah jam sekolah dan seharusnya gurunya lah yang melapor, bukan Jimin.

Dengan cepat Baekhyun langsung meraih tombol darurat dan menekan tombol itu berkali-kali, sampai dua perawat masuk kemudian masuk dengan tergesa-gesa.

"Tolong bawa aku ke tempat putraku di rawat. Sekarang!"

.

-c18-

.

"detak jantungnya mulai melemah. Kondisinya semakin menurun" ucap Jimin saat ia dan Youngjae berjalan menuju ruang isolasi.

Nafas Youngjae tak terkendali, semakin ia melangkah lebih cepat, nafasnya semakin memburu dan mulutnya menggerutu karena tiba-tiba saja ia merasa ruang tempat Taehyung di rawat semakin menjauh.

"Apakah dokter sudah menanganinya?"

"dokter sudah memeriksanya, tapi kondisinya semakin memburuk"

Lalu mereka berdua bersamaan tiba di tempat Taehyung di rawat. Tapi suasana berbeda ketika Jimin terakhir meninggalkan ruangan tersebut yang semula cukup tegang dan kini berubah dengan isak tangis yang mendominasi.

Jimin dan Youngjae masuk ke dalam ruangan itu. Di lihatnya Yoongi yang terduduk di lantai sambil menutup wajahnya, sedangkan Daehyun menutupi wajah dengan kedua lengannya yang menyender pada brankar tempat Taehyung berbaring.

Langkah kaki mereka melambat karena melihat beberapa perawat membuka satu persatu alat yang menempel pada tubuh Taehyung. Dan satu alat yang menjadi objek yang pertama mereka lihat saat masuk ke dalam menunjukkan garis lurus tanpa adanya gerakan sedikitpun.

Youngjae yang masih belum percaya dengan apa yang terjadi mencoba menghentikan perawat yang hendak berjalan keluar. Menatapnya seakan meminta penjelasan.

"pasien...tidak tertolong"

.

.

.

.

tbc

.

gimana? emosinya udah naik belum? hehehe

jujur aja sih, sebelumnya aku mau skip adegan awal mula terjadi musibah kebakaran di rumah sakit karena cerita yang aku buat itu ada unsur dewasanya dan aku inget rating ceritanya yang aku buat itu T, dan terfokus pada hubungan ibu dan anak. Tapi karena aku takut kalian bingung kok ceritanya bisa gini, kok bisa kaya gitu, Taehyung kenapa, Baekhyun bagaimana, Jin sama Jungkook sebenernya ada apa, jadi aku gak skip ceritanya cuma beberapa adegan aku ubah senetral mungkin walau ada sedikit adegan yang... tapi gapapa kan ya,,, ngedit ulang cerita yang udah di buat itu ternyata susah.. ehehehe

Dan juga aku mohon maaf untuk chapter selanjutnya kemungkinan update nya bakal lama, tapi gak lama banget, semoga paling lama sebulan ya, bukan setahun kaya part sebelumnya, hehe. soalnya sekarang sudah new normal jadi aktifitas pekerjaan pun mulai merangkak bangkit menuju kesibukan di dunia nyata, jadi bakal susah nyari waktu luang buat ngetik cerita. tapi jangan khawatir karena aku udah buat stok cerita dan sekarang lagi bikin ending ceritanya. yap, sebentar lagi akan menuju ending cerita, jadi harap bersabar...

jaga kesehatan ya semuanya, sampai jumpa di chapter selanjutnya. salam...