Hongbin menahan tawanya sambil melihat foto-foto dirinya dengan Wonshik. Hubungan mereka telah berjalan lebih dari 3 bulan sekarang. Hongbin suka melihat-lihat foto mereka, terkadang ia bernostalgia sendiri sambil tersenyum-senyum sendiri. Seperti sekarang ini, ia bahkan tidak sabar menunggu hari esok, karena ia akan bertemu dengan Wonshik esok.

Handphonenya bergetar menandakan sebuah chat masuk. Hongbin dengan cepat membuka pesan itu. Matanya yang penuh semangat itu membaca pesan dari Wonshik dan dalam hitungan detik ia membalas pesannya.

Hongbin menggigit bibirnya mengingat bibir Wonshik yang selalu menciumnya di pagi hari. Dan jantungnya berdebar-debar menunggu ciuman dari Wonshik esok hari.

Ding
"Tidur! Atau aku akan muncul dari layar handphonemu sekarang juga!"

Hongbin terkikik membaca chat Wonshik yang konyol itu.

"Oh ya? Coba saja!"

"Kalau aku bisa... kau harus memberiku ciuman!"

Hongbin kaget membaca itu, ia memang belum pernah mencium Wonshik duluan. Selama ini hanya Wonshik lah yang selalu mengambil alih.

"Aku yakin? Kau pasti sedang membayangkan ciumanku sekarang?" Goda Wonshik ketika Hongbin belum membalas chatnya.

"ENGGAK!"

Hongbin ingin menjerit dan tertawa kuat secara bersamaan. Ia menggigit bibirnya dan menunjang kakinya dengan geram. Perasaan cinta ini selalu membuatnya seperti itu, membuatnya jadi salah tingkah.

"Hmm.. kau yakin? Karena kau selalu merintih Binnie. Dan jangan mengelak lagi!"

Wajah Hongbin merah padam. Hongbin yakin, Wonshik pasti sedang tertawa sekuat-kuatnya. Wonshik memang suka menggodanya.

Tiba-tiba hpnya berdering lagi dan kali ini Wonshik meneleponnya. Hongbin dengan cepat menjawabnya.

"Hahahahhahahahahhahahaha"

"Kim Wonshik!" Geram Hongbin ketika Wonshik masih tertawa kuat.

"I'm sssorr.. sss... sssorrry" kata Wonshik di sela tawanya.

"Berhenti tertawa atau aku akan tutup teleponmu!"

Wonshik masih tertawa lagi. Suara tawa Wonshik terdengar seksi bagi Hongbin.

"Ugh! Shikkie! Aku bilang berhenti!"

"Fineeee babeeeeeee" Wonshik menghela nafas, lalu ia malah membuat suara "muach" dengan kuat.

"Yah! Kim Wonshik! Semakin malam semakin genit saja! Ugh! Sudahlah! Night Shikkie!" Ujar Hongbin yang hendak menutup telepon.

"Hey! Hey! Babyyy tunggguu-"

Hongbin mengakhiri teleponnya sambil terkikik. Tak lama Wonshik meneleponnya kembali.

"Binnieeee" rengek Wonshik dan kali ini Hongbin yang tertawa.

"Yes Shikkieee"

"Kau tidak marah kan?"

"Gak kok. Tapi please berhenti mengejekku!"

Wonshik tertawa pelan, "tapi itu kenyataannya kan? Kau sedang memikirkanku kan?"

"Well.. yeah. Sebenarnya aku sedang melihat foto kita."

"Hmm oh ya? Kau merindukanku?"

"Mmm, no!" Jawab Hongbin cepat.

"Mmm, aku gak percaya! Akan kubuktikan besok!" Tantang Wonshik lagi.

"Kau ingin membuktikan apa?"

"Bahwa kau merindukanku!"

Hongbin tertawa, "bagaimana caranya?"

"Kau pasti akan tersenyum lebar saat melihatku besok!" Jawab Wonshik dengan bangga.

Hongbin mendengus kuat, "aku tidak akan tersenyum lebar padamu besok, Wonshik-ah!"

"Kalau aku benar, kau harus menciumku Hongbin-ah!" Bisik Wonshik dengan suara paraunya.

"Okey! Akan aku buktikan kalau aku memang tidak merindukanmu, dan aku tidak akan tersenyum padamu besok!"

"Okeeey... dan sekarang, tidurlah Bin-ah, dan mimpi yang indah babe"

"Kau juga Shikkie"

Hongbin tidak bisa berhenti tersenyum malam itu. Ia semakin tidak sabar bertemu Wonshik besok, ia juga terus mengingatkan dirinya untuk tidak tersenyum pada Wonshik besok.

Sayangnya, Hongbin menemukan Wonshik di kamarnya pagi itu. Wonshik yang sedang memandanginya tidur tadi tersenyum melihat sudut mulut Hongbin yang miring ke atas.

"Morning princess" bisik Wonshik.

Hongbin tersenyum lebar padanya sambil menguap, lalu tiba-tiba ia teringat tentang tantangan mereka semalam. Hongbin segera menutup mulutnya dan menatap Wonshik yang tertawa dengan sinis.

"Kau ngapain disini?" Tanya Hongbin dengan pura-pura kesal sambil bersandar di kepala tempat tidurnya.

"Aku membawakanmu sarapan. Aku juga sudah minta izin pada umma mu. Dia juga senang banget tadi"

Hongbin melirik ke samping, dia benar, Wonshik membawakannya sarapan.

"Oh thanks" Hongbin mencoba sinis pada Wonshik, tapi itu sulit karena Wonshik malah melakukan aegyo padanya. Dalam hitungan ke tiga, Hongbin tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia tertawa sekuat-kuatnya hingga air matanya jatuh dari sudut matanya. Wonshik menatap Hongbin dengan sombong, ia menunggu Hongbin mengakui kekalahannya.

"Ingat janjimu semalam Binnie" ujar Wonshik ketika Hongbin berhenti tertawa.

"Ugh! Gak adil! Kau tau kan, kalau aku tidak tahan melihatmu aegyo!" Hongbin mulai memukuli pundak Wonshik dengan pelan.

Wonshik dengan cepat menarik kedua tangan Hongbin lalu duduk di atas tempat tidur Hongbin. Ia mendekatkan wajahnya dan berbisik, "sekarang, aku mau hadiahku". Wonshik mengerutkan bibirnya sambil menutup matanya.

"Erm no! Aku harus sikat gigi dulu Shikkie"

"Aku mau sekarang Binnie!" Ujar Wonshik dengan manja.

"Shikkie! Aku harus sikat gigi dulu"

"Gak mau! Aku maunya sekarang Binnie"

Hongbin menggerutu dan perlahan mencium Wonshik. Ia bisa merasakan Wonshik tersenyum di mulutnya, lidah Wonshik yang perlahan menyentuh bibir Hongbin, Hongbin merintih pelan dan kemudian Wonshik mendorong tubuhnya kembali berbaring di tempat tidur.
Hongbin segera mendorong tubuh Wonshik dan menahan wajah Wonshik sekuat tenaganya.

"Cukup! Umma akan melihat kita nanti!"

Wonshik merengek manja, ia menarik satu tangan Hongbin dari pipinya dan mencium Hongbin lagi.

Hongbin benar, ummanya mengintip mereka secara diam-diam. Ia tersenyum sambil menggeleng kepalanya.
'Dasar anak-anak jaman sekarang!'


Annyeong yeorobun..

Thank you for reading and left reviewnya

Fluff nya sampe sini ya.. selanjutnya mungkin agak angst *ambil napas dalam-dalam.. miiiaaannhhheeee