annyeong byulbit ehehe..

Kali ini aku buat cerita rabin tapi dengan genre angst...

miann miaannn kalau tulisan dan bahasa berantakan.. aku mah masih amatiran :D

okaaayy...

info : hongbin disini dibawah wonshik 2 tahun yaaaa.. jadi dia seumuran dengan hyuggiieeee

aanndd enjoyyyy...


Wonshik sontak terbangun dari jam wekernya yang berdering kencang. Ia sekilas melihat ke arah jendelanya dan melihat cahaya matahari yang sudah menerangi seisi kamarnya.

"Shit!"

Wonshik menyumpah, ia tidak ada waktu untuk mematikan jamnya itu. Ia bergegas ke kamar mandi dan tersandung dalam perjalanannya kesana.

"Sshhiitt!"

Wonshik menyumpah lagi, kali ini ia meninju lantai yang tak bersalah itu.

Ia menyikat giginya dengan waktu yang cepat dan menyemprot minyak wangi favoritnya. Tidak ada waktu untuk mandi, pikirnya. Hari ini adalah hari penting baginya, ia harus menghadiri kelas profesor yang killer itu, kalau tidak ia tidak akan bisa ikut ujian kelak.

Wonshik tidak berhenti menyumpah. Ia merogoh isi lemarinya dan mengambil asal jeans dan sweaternya. Ia juga memasukkan seluruh buku yang ada di meja belajarnya ke tas ungu miliknya lalu menenteng sebagian di tangannya. Tak lupa ia mengambil handphone dan kunci mobilnya dan segera ia berlari keluar dari kamarnya itu.

"Shik-ah honey? Kau tidak sarapan? Mama membuatkanmu-"

"Bye maaaa"

Mamanya menatap anaknya itu sambil terkikik.

"Shik-ah .. shik-ah.." ia menggeleng kepalanya sambil memperhatikan anaknya itu pergi.


Wonshik berjalan dengan cepat di lorong yang sudah sepi itu. Langkahnya bergema kuat, ia masih berdoa di dalam hati agar si profesor itu belum masuk ke kelasnya.

'Satu lorong lagi satu lorong lagi satu lorong lagi satu lorong-'

Braaaakkk!

Buku-buku Wonshik terjatuh dari pelukannya. Ia menyumpah lagi, kali ini dengan nada kesal. Ia hendak memarahi lelaki di depannya itu tapi berhenti ketika ia melihat sekilas wajah cemas lelaki muda itu.

"Oh no! 'M sorry!" Tangan imut lelaki muda itu dengan cepat menyusun buku Wonshik dan menyerahkannya kembali pada si pemilik. Ia tersenyum meminta maaf pada Wonshik.

"Maafkan aku, aku juga buru-buru dan tidak melihatmu tadi"

Mulut Wonshik yang masih menganga lebar terpatung melihat ketampanan lelaki itu. Lebih tepatnya, ia merasa tidak asing dengan wajahnya.

"Umm.. bukankah, kau akan terlambat nanti?" Bisik lelaki muda itu sembari menyodorkan buku Wonshik lebih dekat.

Wonshik tersadar kalau dari tadi ia terdiam, ia terkikik pelan sambil mengambil bukunya dari tangan lelaki itu.

"Thanks" bisik Wonshik.

Lelaki itu tersenyum dan segera pamit pergi meninggalkan Wonshik. Tubuh Wonshik berputar mengikuti arah perginya lelaki yang berlesung pipit itu. Ia berharap ia akan bertemu lagi dengan lelaki berlesung pipit itu lagi nanti.


Wonshik menunggu di depan gerbang kampusnya. Matanya sibuk mencari-cari lelaki itu. Ia yakin, kalau lelaki itu pasti juniornya, karena ia belum pernah melihatnya sebelumnya.

"Hey Shikkie hyung!" Sapa Sanghyuk, tetangganya, dengan senyum lebarnya itu.

"Hey" Wonshik menyapanya kembali tanpa memandangnya. Ia masih sibuk mencari-cari lelaki yang tadi pagi itu.

Sanghyuk mengikuti gerakan Wonshik dengan berjinjit dan memanjangkan lehernya mencari-cari di kerumunan mahasiswa.

"Kau mencari seseorang hyung?"

Wonshik hanya bergumam.

"Wanita? Ooohhhhhhhhhh" Sanghyuk mengejeknya tapi Wonshik terlihat tidak peduli.

"Aww hyung! Ayolah! Siapa? Apa dia juniormu? Seangkatan denganku kan!" Sanghyuk memainkan alisnya sambil mencoba menarik perhatian Wonshik, tapi Wonshik malah mendorongnya.

"Ssh!"

Sanghyuk mengejeknya dan seketika wajah Wonshik berubah seperti anak kecil yang mendapat hadiah.

"Aaah! Mana? Mana?" Ejek Sanghyuk lagi sambil memperhatikan arah pandangan Wonshik. Sanghyuk melihat Wonshik dan Hongbin bergantian.

"Oohh? Jadi... Hongbin?"

"Hongbin?" Wajah Wonshik berkerut mendengar nama itu.

"Hongbin!" Sahut Hyuk sambil melambaikan tangannya.

Lelaki yang dipanggil itu pun melihat ke arah Wonshik dan Hyuk lalu ia mendekati mereka.

"Hey! Hongbin, kenalkan.. ini hyung favoritku, Wonshik hyung!"

Hongbin tersenyum, "aah! Kau yang tadi pagi kan? Sorry, kita tadi gak sempat berkenalan. Aku Hongbin, Lee Hongbin!"

Kerutan dahi Wonshik berkurang saat ia mendengar nama lengkap Hongbin. Ia segera menjabat tangan Hongbin dan tersenyum lebar seperti idiot.

"Oh? Kalian sudah bertemu? Hmm.. hyungku ini dari tadi telah menunggumu, tau!"

Tak lama Hyuk mengerang kesakitan dan Wonshik tertawa puas karena telah menginjak kaki Hyuk. Terkadang Hyuk bisa sangat menyebalkan bagi Wonshik.

"Y-yeah.. maksudku, umm.. aku lupa berterimakasih padamu" kata Wonshik sambil menggaruk tengkuknya karena malu.

Hongbin tertawa dan wonshik menyukai suara dan cara Hongbin tertawa, itu akan menjadi hal favoritnya kelak.

"Kau lupa ya? Kau sudah berterimakasih padaku tadi pagi!"

Kali ini suara tawa Hyuk menggelegar dan membuat wajah Wonshik merah padam.

"M-maksudku.. uh, aku ingin mentraktirmu makan siang! K-kau mau?"

"Eh? Aku ikut hyung!" Sahut Hyuk sambil menarik-narik sweater Wonshik dengan tak sabar.

Wonshik memberinya tatapan tajamnya.

"Yeah okay.. aku rasa lebih menyenangkan jika ada Sanghyuk"

Sanghyuk tertawa lalu ia menarik Hongbin ke arah mobil Wonshik, sedang Wonshik berpikir kalau ia akan memberi Sanghyuk pelajaran nantinya.

Wonshik dan Sanghyuk mengantar Hongbin sampai ke rumah.

"Kalian tidak ingin masuk dulu?"

"Um.. aku rasa lain kali saja Bin.. gapapa kan?" Wonshik tersenyum sambil mengedipkan matanya.

"Uh 'kay!" Hongbin tersipu malu. Ia melambaikan tangannya sambil menunggu mobil Wonshik jauh dari pandangannya. Ia menggigit bibirnya sambil melompat kegirangan menuju rumahnya.

"Ummaaaaaa!" Hongbin memeluk umma nya sambil mengecup pipi ummanya itu.

Umma nya meletak kaca mata nya dan memeluk kembali anak kesayangannya itu.

"Gimana kuliahnya?"

"Mmmm... baik!" Senyum lebar Hongbin belum lepas dari wajahnya.

"Kau tidak mengajak teman-temanmu tadi masuk?"

"Oh. Aku rasa mereka sibuk jadi yaa... mereka hanya kirim salam saja umma"

Umma nya tersenyum dan mengangguk, "Binnie? Kau kenapa tersenyum lebar begitu?"

"Aah.. umma aku tidak tersenyum" Hongbin meletakkan kedua tangannya di pipinya sambil memijat pelan pipi nya yang terasa pegal itu.

"Hmm? Kau jatuh cinta?"

"Umma!" Hongbin menyentak kakinya dengan manja dan itu membuat ummanya tertawa.

"Hari pertama masuk kuliah dan kau sudah jatuh cinta?"

"Ummaaaaa..." rengek Hongbin lagi.

"Binnie.. umma gak larang kok, tapi umma gak mau kalau pelajaran Binnie terganggu karena dia. Paham?"

"Arrasso ummaa... saranghae"

"Me too. Ngomong-ngomong, siapa sih dia? Kenapa gak dikenalin ke umma?"

"Umma... kami masih berteman, belum tentu dia punya perasaan yang sama denganku umma"

Ummanya tertawa melihat Hongbin yang merah padam seperti itu.