"Kenapa aku harus datang check up setiap minggu kemari? Aku kan sedang tidak sakit."

Junhui mendongak menatap Wonwoo yang terlihat menggemaskan saat sedang menggerutu seperti itu. Ia tersenyum dan mulai melepas alat pengukur tensi dari lengan pemuda cantik itu.

"Apa yang salah dengan check up setiap minggu? Setiap orang memang seharusnya melakukan pengecekan rutin terhadap kesehatan mereka paling tidak sekali dalam sebulan meskipun mereka tidak sakit."

"Kata seorang dokter bernama Wen Junhui," Wonwoo memutar bola matanya malas. "aku tidak suka ke rumah sakit asal kau tahu."

Junhui mengangguk-angguk, "Baiklah. Apa yang menyebabkan uri Wonwoo-ie tidak suka pergi ke rumah sakit?"

Wonwoo mengerang, "Jangan memanggilku seperti anak kecil, Junhui! Umurku sekarang sudah dua puluh lima tahun!"

Junhui tersenyum dan mengambil kertas kecil di atas meja kerjanya, menuliskannya dengan bolpoin. "Kau akan selamanya seperti anak kecil di mataku. Salahkan wajahmu yang begitu imut dan menggemaskan."

Wonwoo mendengus pelan, "Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Menerima pasien lainnya."

"Setelah itu?"

"Menerima pasien lainnya lagi."

"Junhui, apa kau sedang menguji kesabaranku?"

Lelaki itu terkekeh dan menyodorkan kertas kecil yang sudah ditulisinya kepada Wonwoo. "Tebuslah obat ini di apotek."

Wonwoo menerimanya dengan enggan, "Kenapa pula aku harus minum obat? Aku sedang tidak sakit."

"Ah, itu hanya beberapa vitamin. Dan kuberitahu padamu lagi agar tidak terlalu banyak begadang dan minum kopi."

Wonwoo mendengus pelan, "Kau persis seperti ayahku. Melarang ini itu. Tidak cukupkah hanya ayahku saja yang mengatakannya padaku setiap hari?"

Junhui tersenyum dan meraih telapak tangan Wonwoo, menggenggamnya dengan lembut. Diperlakukan seperti itu membuat pipi Wonwoo merona. "Dengar, aku sudah berjanji pada ayahmu akan menjagamu di Seoul. Ayahmu tidak akan bisa secara langsung mengawasimu dari Changwon, bukan?"

"Kau selalu bisa menemukan kata yang tepat dan membuatku tidak membantah."

Junhui tertawa pelan. Ia menepuk telapak tangan Wonwoo kemudian berkata, "Tebuslah obatnya. Masih ada pasien yang menungguku di luar. Setelah aku selesai bekerja, akan kujemput kau di yayasan."

Wonwoo mengangguk. Ia menerima kecupan singkat di bibir dari Junhui, membuat wajahnya jadi memerah seperti kepiting rebus.

"Aku mencintaimu." bisik Junhui.

Wonwoo menatap manik mata Junhui yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat seperti biasanya.

"Aku juga mencintaimu, Junhui."