JY present
Delinquent Student
.
Cast: JinHoon! OngNiel! JinSeob! HakWoong!
Jihoon, P! Jinyoung, B! Sungwoo, O! Daniel, K! Woojin, P! Hyungseob, A! Haknyeon, J! Euiwoong, L!
Rate: T+
Length: Chaptered
Disclaimer: Produce 101 members belongs to Mnet and their agencies, the plot is mine.
.
Chapter One
.
.
Warning: Typo(s), too complicated, etc.
Don't forget to RnR juseyo~!
.
.
.
Park Jihoon, siapa yang tak kenal dengannya? Siswa teladan Hanlim Multi Art Highschool yang kini menjabat menjadi ketua Organisasi Siswa sekolahnya. Nilainya bagus, tak pernah melanggar peraturan, tampan, bisa melakukan segalanya. Sempurna, title yang sudah disematkan siswa lain sejak pertama melihat Jihoon. Pria bermarga Park itu juga masuk dalam jajaran murid–murid 'terkenal' dari kelas 3 hingga kelas 1. Sebut saja Ong Sungwoo dari kelas 3–A, Joo Haknyeon dari kelas 1–F, dan Ahn Hyungseob dari kelas 2–A. Well, mungkin Hyungseob tidak sekeren Sungwoo yang tampak manly, atau Haknyeon sang seme incaran satu sekolah, mengingat ia sangat manis dan.. lambat dalam berpikir. Jihoon sendiri sampai gemas untuk tidak menceburkan sahabat 2Gnya itu ke air mancur depan gedung sekolah saat otaknya tengah berproses.
Dan kini Jihoon menyesal –sedikit– karena sejak ia berteman dengan Hyungseob, otaknya baru kali ini bekerja selambat ini. Dengan rahang separuh terjatuh, Jihoon menghentikan langkahnya di ujung koridor belakang sekolah yang sudah tak pernah dipakai lagi. Netranya terbelalak melihat segerombolan murid lain yang asyik bercengkrama disana. Jihoon pernah mendengar kabar tentang gerombolan murid berandalan yang meresahkan murid lain. Tapi sampai beberapa menit lalu sekalipun, ia tak pernah mendengar tentang kekacauan yang diciptakan gerombolan itu. Ia tak pernah menerima perintah dari kepala sekolah untuk mengurus mereka.
Jihoon sendiri awalnya ragu untuk melangkah kemari. Susah payah ia mencari informasi tentang dimana biasanya murid berandalan berkumpul, karena sumpah, Jihoon belum pernah bertemu mereka. Untung ia punya Haknyeon, informan grupnya yang tak pernah memberikan informasi meleset. Beruntunglah ia dan segala fansnya. Dan kini, disinilah Jihoon, dihadapan para murid berandalan sekolahnya. Rambut mereka di cat –okay, sebenarnya tak ada peraturan soal mengecat rambut, karena Hyungseob dan Haknyeon sendiri mengecat rambut mereka–, seragam mereka berantakan, mereka bertindik, dan mereka semua.. mengerikan. Nafas Jihoon tercekat saat mereka menoleh ke arahnya, menyadari kehadiran seseorang di 'sarang' mereka.
"Oh wow, anjing kerajaan datang kemari," itu suara pria bertubuh tinggi tegap dengan surai pink yang duduk paling ujung, terjauh dari posisi Jihoon berdiri. Jihoon yakin, ia pasti murid kelas 3, karena Jihoon belum pernah melihat wajah pria itu di angkatannya ataupun adik kelas mereka. Pria itu mengingatkan Jihoon dengan beruang dan Sungwoo. Keduanya tinggi, besar, dan ..yah mereka tinggi besar.
"Apa yang menuntunmu kesini?" Jihoon kenal suara itu, Park Woojin, siswa seangkatannya, kelasnya bersebelahan dengan kelas Jihoon. Bagaimana bisa ia disini?! Okay, mungkin dia memang pendiam dan dingin –menurut pengamatan Jihoon selama ini terhadap teman seangkatannya–, tapi tetap saja, ia tak bisa percaya! Ia harus menceramahi Hyungseob setelah ini, karena teman sebangkunya itu termasuk fans Park Woojin.
Jihoon masih diam di posisinya. Bibirnya terkatup rapat, tak bisa mengeluarkan jawaban untuk Woojin dan kawan kawannya yang masih setia menatap Jihoon. Jihoon ingin lari, kalau bisa. Sayang, kedua kakinya tertanam di lantai koridor yang sudah berdebu itu.
"Hyung, dia teman seangkatanmu?" Jihoon kini melotot. Bahkan ada murid kelas 1 disana! Jihoon meneguk salivanya susah payah. Ada dua murid kelas 1 disana, dan ia baru menyadarinya. Ugh, Jihoon benci efek shock ini, ia jadi tak bisa fokus. Jihoon mundur satu langkah, untung kaki kanannya mulai merespon otaknya yang menjerit sedari tadi. Biar saja ia mendapat title ketua Organisasi Siswa pengecut, yang terpenting, ia harus lari dahulu. Mungkin ia bisa berlindung dibalik Haknyeon atau Sungwoo hyungnya setelah ini.
"Dia mau kabur," suara surai pink menginterupsi. Rupanya kakak kelasnya itu menyadari pergerakan kecil tubuh Jihoon. Jihoon segera berbalik badan dan berlari saat salah satu dari mereka berdiri. Mati sudah, Jihoon pasti–
GREPP
–tertangkap. Ah, ia harusnya tak pernah menyepelekan pelajaran olahraga Lee ssaem.
"Le–lepaskan aku, kumohon! Aku takkan mengadukan kalian!"
"Kau pikir kami bisa percaya dengan ucapan dari seorang anjing kerajaan?" Jihoon tak bisa menjerit saat kelompok murid berandalan itu mendekatinya. Ia sudah gemetaran dalam cengkraman salah satunya. Jihoon mengigit bibir bawahnya kuat, menahan rasa takutnya sendiri. Ah, tampaknya belum ada yang tau soal trauma seorang Park Jihoon dengan murid berandalan. Sebenarnya ia sudah tak mau mengungkit lagi soal dirinya yang menjadi korban bullying saat ia SMP dulu, tapi tampaknya, traumanya kembali terangkat sekarang.
"Kau harus ingat kami semua, anjing kecil. Kenapa?" telapak pemuda surai pink menepuk puncak kepala Jihoon berulang. Mau tak mau Jihoon memejamkan netranya serapat mungkin.
"Karena saat kami terpanggil, kau lah yang pertama kami cari. Got it?"
Tubuh Jihoon langsung terjatuh ke lantai saat gerombolan itu pergi meninggalkannya sendirian. Tangan Jihoon gemetaran meraih ponsel di saku celananya. Jemarinya segera menekan tombol telepon dengan nafas berantakan.
"Jihoon? Ada apa?"
"H–hyung, to–tolong aku."
"Jihoon? Kau dimana? Apa yang terjadi huh?"
"Ko–koridor belakang gedung sekolah."
"Hey, apa yang–"
"Cepatlah, kumo–hon."
.
.
"Okay, jadi ceritakan padaku, cepat," Sungwoo menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya, tubuhnya yang masih terbalut seragam olahraga ia sandarkan di dinding ruang kesehatan. Maniknya menelusuri Jihoon yang masih gemetaran dalam pelukan Hyungseob. Jihoon membuka belah bibirnya berulang, persis seperti ikan yang nyaris mati.
"Be–beruang, pink, adik kelas, Hyungseob."
"Hah?" Haknyeon menegakkan punggungnya. Raut kebingungan tercetak di wajahnya. Haknyeon menoleh pada Hyungseob yang juga mengendikkan bahunya tak paham. Hyungseob 'kan sedari tadi ada di perpustakaan, tidur di meja baca paling belakang. Ia belum bertemu Jihoon setelah bel istirahat berbunyi. Teman sebangkunya itu dengan tega meninggalkan Hyungseob yang asyik tertidur sendirian di perpustakaan hingga Seo ssaem menggebrak meja dan mengusir Hyungseob keluar.
"Beruang pink apa– oh, apa maksudmu Daniel?"
"D–aniel?"
"Murid kelasku, dia juga dijuluki beruang. Dan rambutnya, oh astaga, aku benci rambut pink itu," Sungwoo memutar bola matanya jengah. Mengingat bagaimana perpaduan antara Daniel dan surai pink kebanggaannya itu membuatnya kesal setengah mati.
"Ya! Dia! Hyung, dia hyung!"
Sungwoo mengangkat alisnya heran. "Dia kenapa?"
"Dia–"
–"Karena saat kami terpanggil, kau lah yang pertama kami cari. Got it?"–
Jihoon menelan salivanya. Ingatan tentang bagaimana Daniel tersenyum dan mengucapkan ancaman itu terngiang di kepala Jihoon. Bagaimana jika ia mengadu? Lalu apa? Ia akan di pukuli seperti dulu saat teman–teman SMPnya memukulinya? Jihoon meringis. Ia bahkan masih ingat dengan rasa sakitnya hingga saat ini.
"Dia kenapa, Jihoon?"
Jihoon menggeleng ragu. "Ti–tidak, maafkan aku hyung."
"Katakan saja hyung, ada apa?" Jihoon menoleh pada Haknyeon, memperhatikan bagaimana adik kelasnya itu menatapnya dengan raut merana.
"Ti–tidak, aku.. lupa mau bilang apa."
"Jihoon."
"Ya, Sungwoo hyung?"
"Kau ketularan Hyungseob ya?"
.
.
Sungwoo kembali ke kelasnya dengan raut kesal. Jihoon yang ia khawatirkan justru hanya meringis dan berkata bahwa ia tak apa. Haruskah ia melempar sepatunya pada Jihoon? Waktu istirahatnya terbuang percuma hanya untuk mengkhawatirkan Park –sialan– Jihoon. Sungwoo mengernyitkan dahi saat menyadari bahwa hanya ada seonggok benda dengan wana pink yang ia kenali di kelasnya. Itu Daniel.
"Kemana yang lain?" Daniel mengangkat kepalanya, netranya memperhatikan Sungwoo sejenak. Kedua bahunya terngakat, tanda bahwa tak ia tak tau kemana seluruh anak kelasnya pergi. Sungwoo mengerjap. Ia baru ingat, Jihoon menyinggung soal Daniel tadi. Apa ia harus bertanya? Ini kesempatan yang bagus.
"Daniel."
"Ada apa?"
"Kau tau Park Jihoon?"
"Park Jihoon? Ketua Organisasi Siswa kita?"
"Oh, kau tau?" Sungwoo duduk di hadapan Daniel. Untung Seungcheol belum kembali, jadi ia bisa duduk di kursi pria Choi yang berada tepat di depan meja Daniel. Daniel memundurkan tubuhnya, bersandar nyaman pada kursinya sendiri.
"Aku rasa semua siswa tau dia, Sungwoo."
"Ah, kau benar," Sungwoo mengusap tengkuknya canggung. Sebenarnya, ia tak terlalu dekat dengan Daniel. Ia hanya tau bahwa Daniel itu bermarga Kang, dengan surai pink andalannya, dan sangat suka memakai jas sekolah –salah satu atribut seragam– yang gerahnya bukan main. Ah, pria itu juga suka tersenyum seperti tupai dan punya banyak fans.
"Apa kau bertemu dengan Jihoon akhir–akhir ini?"
Daniel mengernyitkan dahinya heran. Kepalanya ia miringkan lucu. "Hah? Bertemu adik kelas itu? Di kantin mungkin? Aku sering melihatnya makan dengamu."
"Ah bukan, hari ini. Apa kau bertemu dengannya?"
Daniel melirik pintu kelasnya, raut berpikir terlukis di wajahnya. "Hari ini ya? Entahlah, aku tidak ke kantin hari ini, Ong. Kurasa aku tidak bertemu dengannya."
"Di toilet? Koridor? Perpustakaan? Koridor belakang sekolah?"
Daniel tertawa, kedua gigi kelincinya mencuat dari balik bibirnya. "Untuk apa ke koridor belakang, Sungwoo–ya? Disana sudah tidak dipakai 'kan?"
Sungwoo mengerjap. Kepalanya ia tundukkan kebawah, memperhatikan meja Daniel saat ia merasa pipinya memanas. Sejak kapan tawa Daniel bisa semanis itu? Sungwoo menggigit bibirnya tanpa sadar.
"Ada apa memangnya? Aku seperti di wawancarai saja."
"Ah tidak tidak, tidak ada apapun."
"Apa Park Jihoon sahabatmu itu terkejut melihatku? Mungkin dia tak sengaja melihatku saat aku tak menyadarinya, Ong."
"Ah!" Sungwoo menepuk dahinya pelan. "Kau benar, bisa saja seperti itu ya?"
Daniel kembali tertawa. "Jangan bilang ia memanggilku beruang pink?"
"Semua orang akan bilang begitu saat melihatmu, bodoh."
"Tidak, kau tidak memanggilku beruang saat aku duduk disebelahmu dulu," Daniel memajukan tubuhnya, telapaknya mengacak surai cokelat Sungwoo gemas. Ingatkan Sungwoo untuk bernapas secara normal please.
"Yah, semua orang juga memanggilku beruang asal kau tau."
"Oh? Kita bisa jadi pasangan beruang kalau begitu."
"Yak! Memikirkan rambut pinkmu saja aku sudah muak!"
"Kau memikirkan rambutku? Atau jangan–jangan kau memikirkanku juga?"
"Kang Daniel!"
.
.
Jihoon melangkah masuk ke dalam toilet dengan pandangan kosong tak bernyawa. Hyungseob sebenarnya mau menemaninya tadi. Tentu saja Jihoon menolak dengan keras, ia bukan anak TK yang perlu ditemani ke dalam toilet 'kan? Sahabat 2Gnya itu hanya bisa mengerjap saat Jihoon meninggalkannya dengan wajah cemberut parah. Untung Jihoon tidak menjitak kepala Hyungseob karena kesal.
"Astaga!" Jihoon menahan nafasnya saat tiba–tiba seseorang menarik tubuhnya hingga menabrak dinding toilet. Ia jamin, punggungnya akan memerah setelah ini. Jihoon mendongak, menatap sosok yang kini meletakkan kedua tangannya di samping tubuh Jihoon, menahan pergerakan pria Park itu.
"Jangan berbicara macam–macam, ingat?"
"Apa yang– Kau...k–kau.."
"Kami murid yang baik, sunbae," nafas Jihoon tercekat di tenggorokannya saat siswa yang lebih tinggi dihadapannya mendekatkan wajahnya pada wajah Jihoon. Ia bisa merasakan bagaimana nafas halus siswa dihadapannya menyapu epidermisnya.
"Takkan ada yang percaya dengan aduanmu. Paham?"
Secepat kilat Jihoon mengangguk kecil. Lututnya kembali bergetar saat ia menatap iris sehitam jelaga siswa dihadapannya. Sial, ketua Organisasi Siswa mana yang selemah Jihoon! Dan apa–apaan barusan? Bukankah dia adik kelas yang tadi ada di gerombolan Woojin? Kenapa ia berpenampilan serapi ini sekarang?! Bukannya ia tadi.. ah sial, kepala Jihoon pusing memikirkannya.
.
.
.
–TBC–
a/n: HEY~~ JY kembali uw! Dan lagi, dengan FF baru.
Why? Karena ide untuk FF Different sedang mampet semampet mampetnya.
Yaudah deh gapapa ya, bawa FF yang baru diketik dari kemarin.
.
Iya serius baru kemarin mulai nulis ini FF wkwk.
Maafkan kalau chapter ini belum 'wow'. Karena di chapter selanjut selanjutnya, pasti udah mulai enak dibaca kok:"
Ah iya, launching FF ini langsung dua chapter sekaligus aja. Why? Karena chapter selanjutnya updatenya kurang cepet.
Maklum, bentar lagi ulangan ehe.
.
Don't forget to RnR juseyo!
XOXO,
Jinny Seo [JY]