Disclaimer : demi apapun, naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. saya hanya pinjam.
.
.
Fight
.
(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)
.
Fight by author03
Uzumaki Naruto x Hinata Hyuga.
Romance\Drama
.
.
.
Please.. Dont like dont read.. Thanks.
.
.
Chapter 22
.
.
.
"Kau tak serius kan Hinata?" tanya sang lelaki berambut raven memastikan. Gadis yang bernama Hinata ini tiba-tiba kembali setelah menghilang, tak lupa datang dengan sebuah kalimat "aku akan menikah."
"Bukankah kau masih terlalu muda? Kau bahkan belum lulus." sambungnya tak percaya. Hinata pasti tengah bercanda.
"Tidak, aku serius Sasuke. Aku akan menikah setelah lulus." jawab Hinata lagi.
"Siapa calonmu?" tanya Sasuke lagi. Ia yang tadi sedang sarapan di kantin malah terfokus pada Hinata diseberangnya.
Hinata terdiam. Aaaa.. Ia tak mungkin mengatakan si brengsek itu calonnya.
"Aku." Hinata dan Sasuke menatap asal suara dari seorang lelaki bersurai kuning yang kini berdiri disebelah Hinata.
Mulut Sasuke terbuka, apakah ia tengah bermimpi? Yang benar saja, mana mungkin orang ini? Apa yang terjadi selama mereka tak masuk sekolah?
Sasuke menutup mulutnya, memejamkan matanya dan menggeleng cepat. Pasti ada yang salah dengan mata dan telinga nya.
Tapi Hinata dan Naruto masih berdiri di seberang nya ketika matanya terbuka.
"Apa yang terjadi pada kalian?" tanya Sasuke aneh. Sungguhkah kucing dan anjing bisa bersatu? Hinata si keras kepala pantang mengalah begitu juga Naruto. Apa yang akan terjadi pada kehidupan rumah tangga mereka jika mereka sungguh menikah? Sasuke bahkan tak berani membayangkannya.
"Tidak ada.." jawab Hinata jujur. Memang tak ada yang terjadi. Semuanya biasa saja.
"Kecuali jika maksudmu 'dia' pingsan dengan sekali tinju, takut pada anjing kecil dan mati kutu dalam sekali kuncian. Maka ya.. Banyak yang terjadi." sambung Hinata datar yang langsung membuat Naruto mendeliknya tajam. Apa maksudnya itu?
"Ya.. Jika perempuan jadi-jadian menarik bajuku dan berkata 'jangan pergi'. menunggu 3minggu agar aku menjemputnya dan malu tapi mau. Ya.. Banyak yang terjadi."
Sasuke menatap ragu kedua manusia didepannya ketika Hinata menepis rangkulan tangan Naruto di pundaknya. Perasaannya sudah tak enak.
"Oo.. Maksudmu lelaki sialan tak tahu malu yang menyelinap masuk ke kamar seorang perempuan dan menciumnya?" Hinata menantang ketika ia membalikkan badannya menghadap Naruto begitu juga dengan Naruto.
Naruto memang berjanji akan selalu mengalah, tapi bukankah Hinata sudah keterlaluan?
"Oo.. Ya.. Perempuan yang senang aku sentuh, makanya dia hanya membungkam mulutnya agar aku terus menyentuhnya lagi." Naruto memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. Suaranya datar rapi terkesan menusuk dan mengejek.
Hinata mengangkat sudut bibirnya tapi terlihat jelas bahwa ia sudah kesal. "Disentuh lelaki yang masuk ke kamar seorang gadis tanpa izin, mengunci pintu dan melecehkan nya?" Hinata berkacak pinggang.
Sasuke masih menatap secara bersamaan Hinata dan Naruto. Apa maksud mereka? Apakah mereka berduaan di'kamar'? Apa yang terjadi?
"Bagaimana bisa dikatakan itu melecehkan, jika gadis itu sendiri 'menginginkannya.'" Naruto menekankan kata menginginkan yang cukup membuat Hinata menggertakkan giginya dan membuat Sasuke semakin penasaran. Apakah mereka melakukan hal 'itu'?
"Sasuke! Salah siapa?!" Sasuke tersentak kaget ketika Hinata tiba-tiba melontarkan pertanyaan padanya. Salah siapa? Salah apa? Masalah apa? Ia tak tahu apa-apa.
"Kau adalah Lelaki. Harusnya kau tahu bahwa gadis itu yang salah karena telah menggoda lelaki kan?" Sasuke menatap Naruto yang menatapnya seolah mengancam, 'kau harus membelaku.' eh? Sasuke tak tahu apa-apa.
"Tamu tak akan masuk bila pemilik rumah tak membuka pintu rumahnya dan lelaki itu saja lemah menggangap gadis itu mengodanya padahal dialah yang menggoda gadis itu." Hinata menantang. Lelaki sialan ini sungguh menjengkelkan.
"Tamu bisa mendobrak masuk dan bagaimana bisa lelaki itu menggoda gadis itu jika gadis itu tak membiarkannya?" jawab Naruto dengan matanya yang langsung menyipit. Gadis ini suka sekali mencari masalah dengannya.
"Sudahlah.. Bukankah kalian akan menikah? Jangan bergaduh." ucap Sasuke berusaha meleraikan tatapan tajam itu tapi tatapan tajam itu malah di hadiah kan padanya.
"Ha?!" Hinata menyunggingkan senyumnya.
"Menikah? Dengannya? Jangan mimpi." sambung Hinata tak sudi.
"Cih! Kau tak mengira aku mau menikah dengan gadis sepertimu kan?" jawab Naruto tak terima.
Sasuke kembali terdiam. Ia sangat sangat tak yakin pada kedua manusia ini dan kata pernikahan didalam satu kalimat.
"Cih, aku tak ada waktu untuk melayanimu." Hinata mendorong dada bidang Naruto dan melangkah pergi, melewatinya begitu juga dengan Naruto yang langsung melangkah pergi ke arah yang berlawanan dengan arah Hinata.
Lelaki sialan!
Hinata sialan!
...
Sasuke masih terdiam.
Eeee... Jadi?
Pernikahannya batal?
.
.
.
.
Delapan bulan kemudian..
Terlihat di dalam sebuah ruangan besar didalam hotal bintang lima ditingkat atas. Dimana terisi manusia-manusia berpakaian mahal nan mewah, makanan-makanan mewah diatas meja panjang, tak lupa minuman berwarna-warni dan dinding-dinding, lantai dan seluruh isi ruangan itu dihias dengan saat indah.
Semua berkumpul sebagai tamu undangan dari Hinata dan Naruto. Upacara pernikahan mereka telah dilaksanakan semalam dan hari ini adalah acara jamuan.
Jam telah menunjuk pukul 20.32
Dimana semua tamu masih terduduk dibangku masing-masing, menunggu hidangan selanjutnya dari para pelayan.
"Tolong putarkan ini." pinta sang pengantin baru yang tak lain adalah Hinata sambil menyodorkan sebuah flashdisk pada sang mc. Benda kecil dari Shion sebelum dirinya pergi. ada sebuah catatan beserta flashdisk itu yang mengatakan 'kumohon, hanya putar video didalam flasdisk ini disaat jamuan pernikahan mu. Anggaplah ini permintaan terkahirku.' Dan Hinata menurutinya, ia masih tak tahu mengapa Shion mengadukannya pada sang ayah tapi bagaimanapun. Shion adalah temannya.
"Baiklah.." jawab sang mc sambil menerima flashdisk ditangan Hinata.
.
.
.
Hinata kembali mendudukan dirinya ke bangku disebelah Naruto, dimana meja bulat ini berisi kedua orang tuanya, Hanabi, Neji dan kedua orang tua Naruto, dan Naruto tentunya.
Hinata sedikit merapikan gaun panjang abu-abu sparkle polosnya. Gaun dengan tanpa lengan, tali tipis dikedua bahunya, sedikit terbuka bagian dada, panjangnya hingga menutup pergelangan kakinya, lumayan pasbody. Gaunnya memang polos tapi berkilau dengan saat mewah dan indah, sedangkan Naruto memakai pakaian kemeja lengkap dengan jas.
Hinata menatap ke arah layar besar di depannya, menunggu sang mc memutar isi flashdisk itu. Hinata cukup penasaran soal apa itu. Semoga saja itu hal yang bagus.
Naruto menatap kearah Hinata dan menatap layar besar di depan nya dengan jarak tiga meter. Ia cukup penasaran soal apa itu. Hinata mengatakan itu dari Shion.
Tet.. Video mulai diproses dan cukup membuat mata para tertuju pada sang layar.
...
"Zzzt.. Bip..ztt.." semua alis bekerut heran pada video dilayar yang kabur begitu juga dengan suaranya.
Sang mc yang masih sibuk pada laptop didepannya turut mengerutkan alisnya, matanya tak kunjung lepas dari video didalam flashdisk yang berantakan.
"Mohon tunggu sebentar. sepertinya ada sedikit masalah pada videonya." suara sang mc lewat mic yang langsung membuat Naruto memiringkan kepalanya.
"Na.. Hinata, apakah flashdisk akan bermasalah jika terkena air?" tanya Naruto penasaran pada Hinata yang terduduk disebelahnya. Tak lama setelah Hinata menitipkan flashdisk itu, Naruto tak sengaja menjatuhkannya ke selokan dan tentunya ia tak memberitahu Hinata karena itu hanya masalah kecil.
"Tentu saja." jawab Hinata apa adanya tapi tunggu? Apa maksudnya terkena air?
" .zztt..na. Zztt.." video dilayar masih belum bisa berfungsi dengan normal tapi sang mc masih belum menyerah, ia terus saja mencari bagian yang tak rusak.
"Jangan-jangan. Kau yang merusaknya?" tanya Hinata curiga.
"Aaa.. Haha.. Tidak." jawab Naruto gugup. Ia bisa mati jika ketahuan perusak benda kecil itu.
Hinata mulai menyiapkan suaranya untuk marah. Pasti lelaki brengsek ini yang melakukannya.
"Hinata, jangan berani membuat masalah." Hinata langsung terdiam ketika mendengar suara ancaman ayahnya yang seolah tahu apa yang ingin ia lakukan.
"Hinata, maafkan aku." Hinata akan mengangap bahwa Naruto mengakui kesalahannya. (Jadi jangan salahkan author :v)
...
Naruto menghela nafasnya ketika Hinata mengabaikannya. Sialan.. Padahal ia sudah mengaku dan ia kan tak sengaja. Mengapa Hinata suka sekali marah padanya?
Hinata mengatup giginya dengan kuat didalam mulutnya, menahan amarahnya. Sekarang ia jadi tak tahu apa isi video itu. Naruto sialan!
"Cczttt.. Jadi. Kuharap.. Zzztt tak lagi bingung mengapa a-aku melakukan zzztt." Hinata langsung menatap layar yang masih dengan video kabur tapi suaranya sudah terdengar. Tapi tidak. Tahu apa? Melakukan apa? Apa yang Shion maksud. Hinata tak mengerti.
"Hinata, maafkan aku.." bujuk Naruto sambil meraih tangan Hinata tapi Hinata langsung menarik tangannya menjauh.
"Ayah, ibu. Aku akan berbicara pada Hinata dulu." ucap Naruto pada semua manusia yang terduduk dimeja yang sama dengannya.
Tanpa bersuara Hinata kembali menepis tangan Naruto yang meraih tangannya.
"Hinata, ayah tak ingin ada masalah disini. Selesaikan masalah kalian diluar." ucap Hiashi yang mau tak mau membuat Hinata beranjak pergi. Jika saja tak ada ayahnya disini dan acara sialan ini dan jika ia tak sayang ayahnya. Ia sudah menghancurkan Naruto beberapa menit lalu.
Hinata langsung membelakangi Naruto ketika ia keluar dari ruangan pesta. Untung saja tak ada orang disini, jadi tak akan ada masalah jika ia bergaduh disini.
"Hinata, aku minta maaf. Itu tak sengaja." pujuk Naruto ketika ia berdiri dihadapan Hinata. Ia bersumpah, ia sungguh tak sengaja.
"Gara-gara kecerobohanmu, aku jadi tak tahu apa yang dia katakan." Hinata menusuk dada Naruto dengan jari telunjuknya. Tak ada lagi kesempatan kedua untuk menghilang kan rasa bingungnya.
"Lupakan saja hal itu. Lagipula ada baiknya segala sesuatu menjadi rahasia." jawab Naruto yang merasa bersalah tapi tak tahu harus melalukan apa.
"Jangan bergaduh disini. Kita berbicara dirumah saja ya?" bujuk Naruto. Ia tak mau bergaduh dengan Hinata dihari pertama setelah pernikahannya. Ia tahu ia salah, tapi kalian tahu bagaimana Hinata jika sudah marah. Meraka akan langsung bercerai. Naruto tak mau hal itu terjadi.
Hinata masih terdiam dan terus berpikir. Ia tak pernah berpikir sebelumnya ketika ia kesal tapi entahlah, saat ini otaknya tiba-tiba saja berfungsi tanpa alasan yang jelas.
Tanpa berbicara sepatah katapun ia melangkah masuk melewati pintu dan langsung diekori Naruto tapi langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara Shion dari layar didekatnya. "Dan sekarang Hinata." Shion menegaskan kalimatnya sambil menunjuk kearah kamera.
"Aku menantangmu untuk mengucapkan kau cinta pada Naruto. Disini, saat ini juga." Hinata tersentak kaget dengan tantangan Shion itu. Shion tahu Hinata tak mungkin melakukannya. Seketika saja kemarahan Hinata tadi lenyap entah kemana, lebih tepatnya lupa.
Hana tersenyum tipis saat ia melihat Hinata didekat pintu yang terlihat terkejut begitu juga dengan Hiashi. Hmm.. Tak buruk. Hinata pasti mendengar tantangan ini.
"Neeee-chan.. Lakukan." Hana mendelik tajam pada teriakan dengan nada bodoh Hanabi barusan. Sejak kapan dia berbicara dengan nada begitu?
"Ha.. Aku tahu kau tak akan melakukan nya. Tapi sekali ini saja Hinata. Untukku. Katakan kau mencintai Naruto." Hinata menundukan wajahnya yang semakin memerah. Seketika saja otaknya kembali tak berfungsi. Tidak! Semua orang akan bertepuk tangan dan mengejeknya.
Naruto memilih berdiri dihadapan Hinata dan membuat Hinata mengangkat kepalanya, menatapnya begitu juga dengan semua mata yang sadar akan mereka didekat pintu.
"Hinata, aku mencintaimu." wajah Hinata semakin memerah, bukan karena ungkapan Naruto tapi karena tepuk tangan dan sorakan yang menurutnya mengejek itu. Naruto harus berterima kasih pada Shion. Hal ini pasti akan membuat Hinata lupa akan masalah tadi.
"Ayo jawab dia.."
"Jawab."
"Jawab."
"Jawab." semuanya langsung bersorak dan bertepuk tangan. Menunggu jawaban Hinata.
Sedangkan dilayar menampilkan Shion dengan tatapan bingungnya yang sedikit kabur tapi masih terlihat jelas bahwa wajah Shion seolah mengatakan apakah dia sudah melakukannya? Sungguh?
Blussssssshhh! Hinata sungguh merasa wajahnya akan meledak pada sorakan yang tak kunjung henti itu.
"Aa-aku. Aku aku aku tidak! Mengapa aku. Tidak!" ini memalukan. Semua orang akan mengejeknya.
Blamm!
...
Krik krik. Krik krik.
Semua manusia langsung terdiam ketika Hinata berlari pergi. Apakah sang pengantin baru saja melarikan diri? Naruto juga membeku, lagi-lagi ia melakukan hal yang memalukan. Bagaimana bisa gadis yang baru saja menjadi istrinya kabur tanpa membalas ungkapan cintanya. Sangat memalukan! Ia menarik kata-kata terima kasihnya untuk Shion barusan.
Hana tersenyum lucu.. Well well.. Yang Hana lakukan saat di posisi ini adalah mengusir semua tamu dan menghajar suaminya. Kenangan yang sungguh indah bukan? Haha..
"Kau tak berpikir kau berhasil mengalahkanku waktu itu kan?" Hana membuka matanya dan menoleh ke lelaki disebelahnya.
Itu suaminya.
Hana menatap lurus kedepan dan kembali tersenyum tipis. "Baiklah.. Aku tak melakukannya." sambungan dari waktu itu adalah Hiashi berhasil memenangkannya dan tentunya acara berakhir dengan aman.
.
.
.
.
23.12
Blammm.. Hinata masuk ke kamar yang baru menjadi miliknya semalam siang dengan menghempas kuat pintu kamar itu.
Naruto hanya bisa mengekori Hinata dan menunggunya untuk berhenti bergerak. Ternyata dia masih ingat soal flashdisk itu. Dia langsung memasang wajah marah ketika Naruto dan Hinata berada didalam mobil untuk pulang kerumah baru mereka.
"Hinata, berhentilah marah. Ini hari pertama pernikahan kita." bujuk Naruto ketika Hinata mendudukan dirinya ke pinggir ranjang dan membuang wajahnya kesamping. Naruto cukup frustasi soal ini. Hinata sangat egois tak memikirkan dirinya yang tak sengaja.
"Oo.. Salahkan saja orang yang membuatnya kacau." jawab Hinata yang kemudian membuang wajahnya lagi.
"Hina"
Krrrriiinnnngg.. Ucapan Naruto terpotong pada bunyi dibalik dompet yang terus menempel di telapak tangan Hinata.
Klik. Hinata menekan tombol hijau dan menempelkannya ke telinga kirinya.
"Hallo, Sasuke. Ada apa?" sapa Hinata menormalkan suaranya. Ia tak ingin Sasuke khawatir karena hari pertama pernikahan mereka sungguh buruk!
"Apa kau baik-baik saja?" suara dari seberang sana. Sasuke cukup khawatir karena sedari di acara tadi, Hinata dan Naruto terlihat tak baik. Jika iya, maka Sasuke sudah menduganya. Sudah ia katakan. Mereka adalah anjing dan kucing. Sasuke hanya takut jika besok ia akan menjadi saksi perceraian kedua manusia ini dan besoknya lagi mereka akan menikah lagi.
"Ak-hei! Kembalikan ponselku." marah Hinata pada Naruto yang tiba-tiba merebut ponselnya dan menekan tombol akhiri panggilan.
Naruto terus memajukan badannya hingga badan Hinata terpaksa mundur tak lupa mengangkat tinggi ponsel Hinata agar Hinata tak bisa mengapainya.
"Kau bisa memasang senyum dan suara itu pada lelaki itu? Tapi tidak padaku?" Ucap Naruto ketika ia mengehentikan laju wajahnya yang kini berjarak 10cm dari wajah Hinata. Ia marah, ia cemburu, ia kesal, ia kecewa. Hinata tak pernah mengunakan otaknya ketika dia marah tapi dia bisa tiba-tiba jinak pada lelaki itu. Naruto marah. Seberapa dekat mereka dan mengapa ia baru tahu hal ini?
...
Sejak awal hingga kini. Hinata bersumpah, hanya saat ini saja ia takut pada tatapan Naruto yang sebelumnya tak pernah ia lihat ini.
"Dia baik padaku." jawab Hinata sambil menolehkan wajahnya kesamping. Ia takut sekali pada cara mata biru itu menatapnya.
Naruto meraih dagu Hinata dan memaksa wajah Hinata menatapnya.
"Kau tak pernah melihatku marah kan? Kau bisa melihatnya sekarang. Aku adalah suamimu. Aku tak suka perbedaan cara kau memperlakukanku dan dia." Naruto menaikan suaranya satu oktaf pada kata dia. Ia marah. Ia sangat marah saat ini. Dan ia tak pernah semarah ini sebelumnya apalagi pada Hinata.
Hinata terdiam. Naruto benar-benar marah dan hal itu membuat otaknya menuntutnya untuk tak melawan tapi siapa tahu mulutnya akan mendengarkan otaknya atau tidak?
"D-dia baik padaku. Dia tak pernah memberiku masalah. Mengapa kau malah marah padaku padahal kau tahu apa penyebab aku marah." jawab Hinata cepat.
"Apa kau akan tetap marah padanya jika dia sudah meminta maaf?" Hinata terbungkam. Jawabannya adalah tidak. Ia tak pernah marah pada Sasuke.
...
Dan kini ia baru sadar bahwa sikapnya terhadap Sasuke dan Naruto sangat berbeda. Mengapa?
Naruto kembali memaksa mengangkat wajah Hinata yang tertunduk.
Ternyata benar. Hinata memperlakukan Sasuke berbeda dengan cara Hinata memperlakukannya. Dadanya terasa sakit sekali mengetahui hal ini. Mengapa Hinata baik sekali pada lelaki itu?
Lagi-lagi Naruto memaksa mendongakkan wajah Hinata yang hendak ia tundukkan. Hinata masih ingat jelas bahwa Sasuke pernah mengatakan jangan terus bergaduh dengan Naruto dan minta maaf meskipun kau merasa tak salah, karena hal itu masalah akan cepat selesai.
Hinata memejamkan erat kedua matanya dan berpikir keras. Tidak. Kata-kata maaf tak bisa keluar dari mulutnya.
"A-aku.. Itu bukan urusan mu."
Braacckk!
Naruto melempar kuat ponsel Hinata kelantai hingga ponsel itu berhancur keping dan cukup mengagetkan sang pemilik. Harusnya Hinata tak mengeluarkan kata-kata itu. Naruto tahu Hinata hanya asal menjawab tapi dia juga harus sadar bahwa Naruto tengah serius saat ini.
"Aku suamimu. Tentu saja itu urusanku. Aku selalu mengalah padamu tapi apa? Kau menjadi semakin besar kepala. Aku tak suka sikapmu itu." mengapa pernikahannya buruk sekali? Ia mencintai Hinata. Ia tak menyesal dengan pernikahan ini tapi tak bisakah setidaknya Hinata menenangkannya bukan menambah amarahnya? Ia sudah mencoba untuk mengerti Hinata tapi mengapa Hinata tak mau melakukan hal yang sama?
"Aku tak pernah menyuruhmu menyukainya. Sudah kukatakan Sasuke itu temanku, kau tak perlu marah hanya karena aku baik padanya." jawab Hinata asal. Lagi-lagi mulutnya menjawab seenaknya saja. Naruto pasti sangat marah kini.
"Kalau begitu mengapa kau tak menikah dengannya saja." Naruto memilih melangkah pergi, menjauh dari Hinata.
Blaaammm! Hinata tersentak kaget ketika pintu kamarnya terhempas kasar. Ia menyentuh dadanya yang terasa sakit. Mengapa ia baru sadar jika sikapnya pada Naruto dan Sasuke sangat berbeda? Naruto pastilah marah soal ini. Ia terlalu egois pada Naruto dan harusnya ia tak lakukan hal itu. Dan mengapa Naruto tega sekali mengatakan hal barusan? Naruto tahu Hinata mencintainya bukan Sasuke. Dadanya terasa pedih sekali.
Blaaamm! Hinata kembali tersentak ketika mendengar suara hempasan pintu. Apakah Naruto pergi?
Tanpa sadar, Hinata langsung berlari pergi menghampiri pintu rumah di lantai bawah dan ia melihat Naruto masuk kedalam mobil yang terparkir didepan pintu.
"Jangan pergi." pinta Hinata dengan air matanya yang langsung mengalir. Dadanya sakit sekali. Mengapa Naruto malah mau meninggalkannya disini?
Naruto yang terduduk dikursi pengemudi terdiam, ketika ia melihat tangisan Hinata diambang pintu.
"Hiks.. Maafkan aku jika aku sangat egois. Kumohon jangan pergi. Hiks.." Hinata tak bisa lagi berpikir dengan benar. Yang ia tahu ia hanya tak ingin Naruto melewati pagar rumah mereka. Iya, ia sadar, ia tahu, ia rasa, ia memang bersalah pada Naruto. Jadi Hinata mohon. Jangan pergi. Hinata minta maaf karena baru menyadarinya sekarang.
Naruto membenturkan keningnya ke setir. Ia sungguh keterlaluan. Bagaimana bisa ia membuat Hianta menangis dihari pertama pernikahan mereka? Ia sungguh merasa sangat kejam.
"Hiks.. Aku akan melakukan apapun yang kau pinta. Aku janji hiks... akan berubah. Jangan pergi kumohon." satu tangan Hianta terkepal didepan dadanya. Ia tak kuasa menahan sakit di dadanya dan air matanya yang terus saja mengalir deras. Ia takut sekali jika Naruto akan meninggalkannya. Ia tak mau hal itu terjadi. Otaknya, perasaannya, tubuhnya langsung mengejar Naruto sebelum dirinya sempat berpikir. Ia hanya tak mau Naruto meninggalkannya. Ia ingin Naruto disini. Ia mencintai Naruto dan ia tak ingin Naruto lebih jauh lagi darinya. Hinata membuang rasa egoisnya tanpa sadar saat ini. Ia mengaku. Ini salahnya, ia egois pada Naruto. Ia tak pernah memikirkan perasaan Naruto meskipun Hinata mencintainya. Hinata tak akan mengatakan seharusnya kau membujukku bukannya pergi karena ia tahu, kini ia sadar. Ia salah dengan apa yang ia lakukan ini. Naruto sudah sepantasnya marah. Ia terlalu egois pada Naruto.
...
Naruto tak bisa berdiam diri dengan tangisan dan ucapan Hinata pun keluar dari dalam mobil dan memeluknya erat.
"Maafkan aku." ucap Naruto menyesal. Ia tahu Hinata tak bisa berpikir dengan benar ketika marah tapi ia malah membentak Hinata bukannya menenangkannya. Ia sungguh merasa sangat jahat. Kecemburuannya sungguh membuatnya marah.
"Hikss.. Jangan tinggalkan aku." Hinata mengenggam erat kedua sisi jas di pinggang Naruto dengan air matanya yang langsung membasahi kemeja didada bidang Naruto.
"Maafkan aku, aku tak akan meninggalkanmu." jawab Naruto menyesal sambil mengelus lembut punggung istrinya. Ia sungguh merasa sangat bersalah.
"A-aku berjanji tak akan melakukannya lagi. Hiks.." Naruto senang kata-kata ini keluar dari mulut Hinata. Ia senang jika Hinata menyadari hal ini dan tidak berkeras kepala padanya seperti biasanya.
Naruto mengecup kening Hinata dan kembali mengelus lembut punggungnya.
"Aku mengerti.."
Harusnya saat ini Hinata menampar Naruto seperti biasanya karena Naruto telah membuatnya menangis tapi kali ini, ia tak bisa. Naruto serius saat ini dan dirinya juga serius. Ia tak mau memperpanjang masalah ini dan membuat Naruto marah lagi dan meninggalkannya...
.
.
.
.
Tiga hari kemudian.
Matahari bersinar terang dibalik awan. Cuaca yang tak begitu panas dan lumayan dingin. Jam telah menunjuk pukul 12.21
Terlihat dua manusia beda insan tengah berdiri dihadapan sebuah makam.
Hinata dengan gaun cream selututnya dan Naruto dengan celana panjang dan kaos hitamnya.
Mereka menundukkan kepalanya dan tengah berdoa. Semoga orang yang berada didalam makam ini selalu baik-baik saja dan maaf karena tak bisa mengetahui apa yang ingin dia katakan didalam video itu.
.
.
.
.
"Yoo.. Naruto. Hinata." panggil sang paman iciraku semangat ketika ia melihat Hinata dan Naruto terduduk bersebelahan di bangku milik keduanya.
"Paman.." panggil Hinata dengan senyumnya.
"Ramen?" Naruto langsung mengangukkan kepalanya.
.
Beberapa menit kemudian..
"Makanlah sepuas kalian. Aku akan mentraktir kalian." ucap sang paman sambil menghidangkan dua mangkuk ramen ke depan Hinata dan Naruto.
"Terima kasih paman." jawab Hinata senang.
...
"Haaa~ siapa yang menyangka hal ini akan terjadi?" tanya sang paman tak percaya. Dua manusia yang sering bergaduh di kedainya menikah?
Hinata tersenyum tipis. Ia juga tak pernah membayangkan hal ini. Bagaimana bisa kami saling memiliki rasa ketika hal yang kami lakukan hanyalah bergaduh?
"Tapi kuharap kalian selalu berbahagia. Jangan terus bergaduh. Dan Hinata, jangan terlalu memasalahkan hal kecil." Hinata hanya tersenyum tipis atas ucapan sang paman. Ia tahu.. Ia tak akan mengulanginya lagi.. Ia sadar ia selalu marah pada Naruto meskipun itu hanya masalah kecil tapi tidak pada Sasuke. Jadi, Hinata sadar bahwa ia tak boleh begitu. Ia tak akan lagi mempermasalahkan masalah kecil yang akan membuatnya bergaduh dengan Naruto.
"Aku mengerti paman.." jawab Hinata yang kemudian melahap pelan mie ramen nya.
"Hmmm.. Sepertinya seseorang telah melupakan temannya setelah menikah." Hinata menghentikan laju sumpit ditangannya dan menoleh kebelakang. Ia melihat seorang lelaki dan seorang gadis bersurai pink.
"Sasuke?" panggil Hinata ketika Sasuke mendudukan dirinya disebelah Hinata dan tentunya gadis pink itu terduduk disebelah Sasuke.
Naruto memanyunkan bibirnya. Ia tak suka lelaki itu.
"Siapa gadis itu?" tanya Hinata penasaran. Hmhmhm.. Jangan jangan!?
"Dia Sakura. Sakura Hinata. Hinata Sakura." Sasuke mengenalkan dan gadis yang bernama Sakura itu hanya tersenyum malu. Dia sangat cantik..
"Sakura? Teman mu? Aaaataauu pacarmu?" Hinata memancing dengan senyum menggodanya. Lelaki ini sudah memiliki kekasih? Sejak kapan?
"Rahasia." jawab Sasuke lucu yang membuat Hinata menyipitkan matanya.
.
.
.
14.32
"Waaaaahh.. Indah sekali.." ucap Hinata kagum pada banyaknya deretan pohon Sakura ditaman yang telah bermekaran entah sejak kapan. Lihatlah banyaknya bunga sakura yang jatuh hingga hampir menutupi rumput-rumput hijau yang rapi dan indah di tanah.
Oh.. Dan saat ini hanya ada Naruto dan Hinata karena taman ini masih tutup. Jadi, sudah dipastikan bahwa Naruto dan Hinata menyelinap masuk.
Hinata sedikit memutar badannya agar ia bisa melihat Sakura dibelakangnya, disekelilingnya. Ia menghirup panjang oksigen dan ia dapat mencium wanginya bunga Sakura disekitarnya. Rasanya sudah lama sekali ia tak ke taman hingga ia lupa kapan bunga Sakura bermekaran.
"Dulu aku sering kesini dan tidur." ucap Naruto yang tiba-tiba muncul disamping Hinata yang telah berhenti berputar.
"Aku baru tahu?" tanya Hinata penasaran.
"Dulu sebelum aku bertamu denganmu." sambung Naruto yang membuat Hinata menganguk mengerti.
"Disini sangat indah." ucap Hinata yang masih kagum dengan sekitarnya.
"Aku akan menanam semua ini di halaman rumah kita untukmu." ucap Naruto yang langsung membuat Hinata tersenyum lucu. Naruto romantis sekali..
"Terima kasih.." jawab Hinata sambil menarik tangan Naruto dan mengengamnya erat. Rasanya nyaman sekali. Tangan besar yang hangat nan nyaman.
Naruto melingkarkan satu tangannya ke pinggang Hinata, menarik Hinata mendekat dan mengecup lembut bibirnya. "Aku mencintaimu." ucapnya ketika wajahnya berjarak beberapa cm dari wajah Hinata.
"Hmm.." guman Hinata yang langsung membuat Naruto memanjangkan bibirnya.
"Harusnya kau bilang kau juga mencintaiku." ucap Naruto yang langsung melahap bibir mungil Hinata. Hinata sudah menjadi miliknya. Ia tak akan melepaskan Hinata meskipun hanya sekali. Tak akan. Akan ia lakukan apapun agar Hinata selalu disampingnya.
Satu tangan Hinata mengengam sisi baju di dada Naruto, wajahnya yang sedikit didonggakan terus saja membalas ciuman yang Naruto berikan.
Kedua tangan Naruto melingkar di pinggang Hinata. Menarik semakin dekat tubuh Hinata hingga tubuh mereka menempel.
"Naruto.. Tempat ini akan buka sebentar lagi. Aku tak mau ada yang melihat kita." Ucap Hinata tak enak. Tak mungkin kan kalian menyuruh Hinata bermesraan ditempat umum?
"Kalau begitu,, Mari kita pulang kerumah." Naruto mengendong Hinata ala bridel style yang langsung membuat Hinata tersenyum lucu. Tak buruk.
.
.
.
Bukan nya pulang. Kedua manusia tadi malah melanjutkan aksi mereka didalam mobil yang masih terpakir didekat taman tadi.
"Naruto, akan ada yang melihat kita." ucap Hnata malu sambil mendorong pelan dada bidang Naruto.
"Tak akan ada yang bisa melihat kita." Naruto menurunkan sandaran kursi di sebelah kursi pengemudi yang langsung membuat Hinata terbaring dan membuatnya yang terduduk diatas paha Hinata menindihnya.
Naruto terus saja mengecup jejang leher Hinata.
"Mmhhppp.." desah Hinata tertahan ketika Naruto membungkam mulutnya dengan mulutnya dengan satu tangannya yang masuk kedalam gaun Hinata dan meraba kulit mulusnya.
"Aku tak akan melepaskan mu." ucap Naruto yang kemudian memainkan lidahnya di leher Hinata. Naruto lega.. Akhirnya Hinata resmi menjadi miliknya. Ia tak lagi harus menahan dirinya karena Hinata terus saja menggodanya(menurut Naruto sendiri)
Naruto mengecup seinci demi seinci badan Hinata yang kini hanya ditutupi bra pink dan celana dalam pink.
Hinata terdiam sambil terus menikmati sentuhan Naruto di kulitnya. Ia sangat suka pada sentuhan hangat yang Naruto berikan.
.
.
.
.
.
.
Hari demi hari terus saja berganti. Jam kini telah menunjuk pukul 22.14
Terlihat seorang lelaki bersurai kuning memeluk dari belakang istrinya yang tengah mencari sesuatu dilemari besar dipojokan ruangan.
"Hinata, katakan kau mencintaiku." hanya satu kalimat yang lebih dari cukup membuat wajah istrinya bersemu merah.
Naruto membalikkan badan Hinata dan kembali memeluknya. Ayolah.. Naruto mengatakan aku mencintaimu setiap hari dan Hianta tak pernah mengatakannya selama ini.
"Jika tidak aku tak akan melepaskan mu malam ini." ancam Naruto cemberut ketika keningnya menempel dikening Hinata.
Sejujurnya selama satu tahun ini sejak mereka menikah, Hinata telah mengumpulkan keberanian untuk mengeluarkan kata-kata itu tapi ternyata berhadapan langsung memang tak semudah mengumpulkan keberanian. Tapi tak ada salahnya kan mengatakan ia mencintai suaminya sendiri?
Hinata memejamkan matanya yang kemudian membukanya, menatap mata sumainya.
Belum sempat ia berkata Naruto malah sudah melahap bibirnya.
"Boruto kita masih kecil." bisik Hinata pada Naruto sambil melirik kearah bayinya yang tertidur dibox bayi dibawah ranjang.
"Tambah sepuluh lagi tak masalah." Naruto kembali melahap jejang leher Hinata. Kedua tangannya yang terus mengelus lembut pinggang hingga paha Hinata yang hanya tertutup gaun tidur.
Hinata mau tak mau terus melangkah mundur hingga berbaring ke samping ranjang karena suaminya terus saja mendorongnya pelan dan menindihnya
"Ayo katakan." paksa Naruto sambil kembali melahap bibir Hinata. Satu tangan Naruto yang kini mengelus lembut pinggang, perut hingga buah dada Hinata yang tak terbungkus bra.
"Ahh..." Hinata mendesah ketika Naruto terus saja menjilati jejang lehernya.
Kedua tangan Hinata melingkar ke leher Naruto ketika Naruto kembali melahap bibirnya. Selama ini Naruto manja sekali pada Hinata tapi jangan kalian kira mereka tak pernah bergaduh. Tentu saja mereka pernah, tapi yaaa.. karena beberapa alasan, kegaduhan itu tak lama.
"Ayo katakan.." paksa Naruto lagi ketika ke menjauhkan wajahnya dari wajah Hinata yang lagi-lagi membuat Hinata bertemu merah. Naruto cukup frustasi. Apa begitu sulitnya bagi Hinata untuk mengatakan aku mencintaimu?
.
Hinata menatap dalam mata Naruto. Baiklah, hanya sekali. Ia telah membulatkan tekadnya.
"A-aku..." Sudah Hinata katakan, melakukannya lebih sulit.
Naruto masih sabar menunggu ungkapan cinta dari istri tercintanya.
...
"A-aku mencintaimu!" ucap Hinata cepat yang kemudian memejamkan matanya. Meredakan jantungnya yang langsung mengila.
Naruto menyingkir dari badan Hinata yang langsung membuat Hinata mendudukan dirinya. Hinata rasa wajahnya akan meledak.
"Yeeeess!" Naruto tersenyum bahagia. Ia sangat sangat senang.
"Hah! Aku menang! Aku berhasil membuatmu mengucapkannya!" pekik Naruto senang yang langsung membuat Hinata terdiam.
... menyesali perbuatannya beberapa menit lalu. See? Perasaan seorang perempuan tak akan salah. Dugaannya selama ini benar. Naruto akan mengejeknya.
"Akhirnya. Perjuanganku tak sia-sia.. Haha! Aku menang! Kau mencintaiku! Aku memang keren. Tak ada yang bisa menolakku. Bwuaahahaha!"
Blusssshh!
.
.
Lelaki sialan!
.
.
.
.
Dan kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya..
.
.
.
.
Tamat..
.
.
Akhirnya.. Ee.. Abis ini author ada fic one shot yang me perlihatkan sedikit kelanjutan dari semua fic author.. Ya begitulah..
O.. Jika kalian tanya soal shion.. AAuthor maaf bangat.. Tiba-tiba otak author blank bangat.. Udh beberapa hari pikir scene shion tetap aja blank. Jadi terpaksa author hapus scane nya biar ga ngaco ceritanya. Maaf bangat..
.
Moga suka..moga bagus. Maaf kalau ga bagus..
Ya.. Jika kalian penasaran apa yang terjadi setelah ini, nantikan one shot nya..
Lol.. Bagi yang nunggu lemon.. Masih bulan suci jadi gakboleh.. Wkwkw.. Maaf kalau mengecewakan..
Bye bye