.
Who's Crazier ?
(WANNA ONE's Daniel x WANNA ONE's Seongwoo)
[Sequel]
Don't Like, Don't Read
.
Seongwoo bukan tipe submissive yang senang bermanja walaupun dia sering bertingkah seperti anak kecil, membuat Daniel iri pada temannya di tempat kerja yang mengeluh mengenai pasangan manja dan sering membuat mereka terlambat bekerja. Daniel memikirkan seandainya Seongwoo yang merengek padanya untuk menunda perjalanan menuju kantor karena masih ingin bersama dengannya, tentu Daniel tidak keberatan untuk berangkat –bahkan hingga membolos satu hari–. Kehamilan pertama tidak memberikan efek besar pada Seongwoo yang sangat senang bergerak secara aktif, tidak mengubah Seongwoo menjadi orang dengan perasaan sedih, bahagia, marah, sedih, atau bahagia lagi dalam waktu kurang dari satu jam. Daniel tahu dirinya adalah orang yang tidak tahu diuntung saat dia mengharapkan Seongwoo mengalami siklus kehamilan dan menjadi lebih manja padanya di kehamila kedua ini, tidak mengambil pusing pada Taewoong dan Jaehan yang menyuruh untuk menarik kembali perkataan terkesan bodoh itu.
Daniel mengerjap dan masih menemukan Seongwoo yang memajukan bibirnya untuk merengek di hadapannya, memberi cubitan keras pada lengannya sendiri untuk memastikan bahwa dia bukan sedang berada di alam mimpi. Rasa perih dari cubitannya terasa menyengat, tapi setidaknya itu bisa meyakinkan Daniel kalau dia sedang tidak bermimpi . . .
"Kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu, selama beberapa pekan terakhir. Woojin juga lebih sering bermain dengan teman sekolahnya, jadi tidak ada yang menemaniku" Seongwoo mengujar tanpa mem pertemukan pandangannya dengan tatapan Daniel, sementara tangannya memegangi lengan pakaian Daniel. Posisi yang sama sedari lima menit lalu, saat Seongwoo menghentikan langkah Daniel dan merengek pada si Kang yang hendak berangkat kerja setelah mereka menghabiskan sarapan
"Kau tahu, kau bisa mengatakan padaku agar meluangkan waktu untukmu" Balas Daniel seraya meraih tangan Seongwoo yang berada di lengan pakaiannya, tersenyum geli karena Seongwoo masih menunduk. Tangan Daniel yang tidak menggenggam tangan Seongwoo berada di sisi kepala yang lebih dewasa, memberi usapan halus seperti usapan yang biasa Daniel berikan untuk menghentikan rengekan Woojin
"Itu sebabnya aku mengatakannya sekarang" Lirikan sengit Seongwoo hanya dilemparkan selama sekian detik, tapi berhasil membuat Daniel bergidik dengan rasa ngeri. Ah, perasaan seseorang yang sedang mengandung memang mengerikan dan sulit ditebak
"Baiklah, aku akan mencari alasan untuk meliburkan diri" Daniel menuruti keinginan Seongwoo dan meraih ponsel pintarnya di saku, melirik ekspresi kemenangan yang menggemaskan di wajah Seongwo. Daniel tahu kalau Seongwoo itu menggemaskan sekalipun dia bersikap tangguh dan tidak melakukan gaya lucu, tapi Seongwoo yang merengek dan memandangnya dengan mata berbinar ternyata lebih menggemaskan
"Kau akan berada di rumah bersamaku" Seongwoo berucap dengan riang selagi memberi dekapan dari sisi kiri Daniel, memperhatikan Daniel yang melakukan panggilan tanpa menghilangkan binar mata antusias miliknya
"Iya, aku berada di rumah bersama denganmu" Balas Daniel, usai melakukan panggilan. Merasa lega karena temannya memahami alasan dirinya bolos, dan lagi tidak ada rapat penting yang harus dihadiri pada hari ini
"Kalau begitu, ayo bermalasan di rumah seharian" Tipikal romantis Seongwoo menjadi tipe yang tidak mengeluarkan banyak uang walaupun meningkatkan biaya tagihan listrik. Kesibukan Seongwoo memilah film untuk diputar menjadi pemandangan menggemaskan lain bagi Daniel yang memperhatikan dari sofa, tidak menolak Seongwoo menjadikan pahanya sebagai bantalan
"Kau sangat menggemaskan" Komentar Daniel saat dia menyadari Seongwoo mulai mengantuk, tidak menahan senyuman sewaktu melihat mata Seongwoo mengerjap dengan lamban
"Eung?" Seongwoo hanya menggumam untuk membalas perkataan Daniel, sepertinya dia tidak men dengar secara jelas karena rasa kantuk sudah menyerangnya dengan hebat
"Kau mengantuk. Ayo kita pindah ke kamar" Daniel tahu kalau beristirahat di sofa ruang serbaguna tidak senyaman beristirahat di ranjang kamar tidur, utamanya kandungan Seongwoo masih berada di tiga bulan pertama dan membutuhkan perhatian terbaik
"Tidak mau, posisiku sudah nyaman" Seongwoo membalas dengan racauan setengah tidur, merajuk dengan bibir yang dimajukan beberapa senti. Daniel meninggikan sudut bibirnya karena tingkah lucu dari pasangannya, tidak bisa menahan tawa kecilnya dikarenakan rasa gemas
"Baiklah, terserah padamu saja" Manik Daniel memperhatikan tangan Seongwoo yang meraih tangan nya dan memposisikan di sisi kepala yang lebih dewasa, memberi tanda kalau dia ingin Daniel mengusap kepalanya. Tingkah Seongwoo saat ini mengingatkan Daniel pada Woojin yang terbangun karena mimpi buruk dan kepalanya harus diusap agar kembali tidur dengan nyaman
"Apakah kepalaku berat?" Tanya Seongwoo tanpa mengubah posisinya yang menghadap Televisi, Daniel tidak menghentikan usapannya pada sisi kepala Seongwoo
"Tidak, hanya seberat gula kapas" Jawab Daniel yang mendengarkan dengus malas dari Seongwoo, Daniel tersenyum karena dia sendiri merasa kalau jawabannya seperti gombalan menggelikan
"Apakah aku membuatmu tidak nyaman?" Posisi wajah Seongwoo masih menghadap Televisi, tidak melihat ekspresi kaku Daniel. Kalau dia mengatakan dengan jujur, kakinya mulai kesemutan karena berada di posisi yang sama sedaritadi
"Aku merasa nyaman, karena aku bersama denganmu" Daniel melontar 'jawaban keju' lainnya yang membuat dirinya sendiri tertawa dengan geli, respon Seongwoo hanya tertawa dengan suara kecil yang cenderung samar karena dia sudah mengantuk dan separuh tertidur
"Kau sudah tidur?" Pandang Daniel turun pada Seongwoo yang tidak lagi memberi respon atau mengeluarkan racauan tidak jelas, mengabaikan credit title juga tambahan adegan lucu dari film yang sebenarnya dipilih oleh Seongwoo
"Eung, eum" Seongwoo membalas dengan racauan, ingin menimpali pertanyaan Daniel namun terlalu mengantuk untuk membuka mulutnya. Daniel mengurungkan keinginannya untuk tertawa dengan geli, karena tidak ingin mengganggu istirahat nyaman Seongwoo di pangkuannya
"Selamat tidur" Ucapan Daniel direspon dengan Seongwoo yang menyamankan posisi, membuat Daniel merasa geli karena rambut Seongwoo menggelitiknya namun tidak melontarkan protes karena ekspresi damai Seongwoo. Seongwoo tentu pernah bermanja seperti ini padanya, tapi memikirkan rengekan Seongwoo yang memintanya menemani membuat Seongwoo kelihatan lebih menggemaskan saat ini.
.
Teman Woojin sering menceritakan saudara mereka yang seperti ini, saudara mereka yang seperti itu, kakak yang begini, adik yang begitu. Woojin memiliki rasa penasaran tidak terjawab mengenai perasaan saat memiliki saudara, jadi dia merasa antusias dengan memikirkan kalau dia akan memiliki adik (walau dia sempat tidak menyukainya karena pemikiran bahwa dia tidak lagi diperhatikan). Orang mengatakan orang yang sedang mengandung memiliki perasaan yang mudah berubah dan sulit ditebak, dan Woojin menemukan pembuktiannya saat Seongwoo mengandung adiknya pada saat ini, membuat Woojin merasa dia sudah memiliki adik kecil walau Seongwoo masih berada pada trimester kedua dari kehamilannya. Orang mengatakan kalau adik kecil itu sering merengek dan menangis kalau keinginan nya tidak dituruti, persis seperti Seongwoo yang meminta gula kapas dan memasang ekspresi sedih karena Daniel tidak membelikan akibat diburu waktu. Kalau adik kecil memang seperti ini, Woojin tidak mengerti bagian mana yang menyebalkan dari adik kecil.
Woojin memperhatikan Seongwoo dan mangkuk es krim di sebelahnya, ingin menerima mangkuk es krim keempat dari pelayan sebelum gerakan cepat Woojin mendahuluinya. Pandangan sedih ala anak anjing yang diberikan Seongwoo membuat perasaan Woojin goyah selama beberapa saat . . .
"Tidak boleh. Daddy sudah mengatakan, supaya Mama tidak menghabiskan es krim terlalu banyak" Tolak Woojin, sekaligus untuk meyakinkan agar dia tidak mengalah pada 'tatapan anak anjing' milik Seongwoo
"Aku hanya ingin mencoba masing-masing es krim, ini kan kedai es krim yang baru dibuka" Seongwoo melontarkan alasan, membuat Woojin memasang ekspresi datar. Kalau hanya mencoba rasa harusnya cukup dengan satu atau dua suapan, tapi bukan satu mangkuk besar yang dipesan oleh Seongwoo sedaritadi
"Hanya satu suap saja, kalau begitu" Woojin memberi kelonggaran, tidak tahan dengan 'mata anak anjing' dari Seongwoo juga berbagai pandangan dari pengunjung lainnya
"Setengah porsi?" Binar mata Seongwoo yang antusias memang lucu, mengingatkan Woojin kalau Daniel hampir tidak pernah menolak permintaannya saat dia memandang Daniel dengan mata yang dibulatkan juga penuh antusias
"Tidak, satu suap saja" Ujar Woojin, menjaga pendiriannya dengan mengalihkan pandang pada es krim yang mulai mencair. Seongwoo di depannya masih memandang dengan sorot antusias juga penuh harap, terlalu menyulitkan bagi Woojin untuk menolak dengan terus melihatnya
"Kalau begitu, lima suapan?" Manik sipit Woojin mengarah pada Seongwoo yang memandangnya dengan ekspresi bersungguh-sungguh, tatapan ragu Woojin dibalas Seongwoo dengan anggukan penuh yang kelihatan meyakinkan
"Hah, baiklah" Woojin berulang kali melirik pada mangkuk es krim di tangannya juga ekspresi Seongwoo di hadapannya, sebelum dia menghembus nafas dengan berat dan menyetujui permintaan sang Mama
"Kau memang orang paling baik dan manis yang kutemui" Riang Seongwoo seraya memamerkan deretan giginya, membuat sudut bibir Woojin ikut meninggi. Tangan Seongwoo menerima mangkuk es krim dari Woojin dan mulai meraih sendoknya
"Aku tidak masalah, kalau Daddy tahu dan menegurku karena membiarkan Mama memakan banyak es krim. Tapi, aku tidak ingin kalau gigi Mama menjadi ngilu dan membuat Mama kesulitan makan nantinya" Jelas Woojin, melihat Seongwoo yang memasukkan sendok es krim ke dalam mulut dan menghabiskannya dengan lamban. Mungkin, Seongwoo ingin menikmati juga meresapi rasa dari kedai es krim baru ini, seperti alasan yang dilontarkan Seongwoo
"Oh, begitu" Sendok es krim diletakkan, setelah Seongwoo menyelesaikan suapan kedua. Tentu Woojin memperhatikan dan menghitungnya agar dia bisa segera mengambil mangkuk setelah Seongwoo menyelesaikan lima suapan
"Tentu. aku mendengar cerita dari Taewoong-ajeossi, kalau Mama mengalami kesulitan makan saat Mama sedang mengandungku. Itu kedengaran buruk, jadi aku tidak melihat Mama sulit makan karena gigi ngilu setelah memakan banyak es krim" Penuturan polos Woojin membuat Seongwoo tersenyum, menyusun mangkuk es krim sebelumnya yang memberi tanda kalau dia sudah selesai makan
"Mama baru mencoba dua suap" Bingung Woojin saat Seongwoo mendorong mangkuk es krim yang mulai mencair padanya, kelihatan tidak lagi menaruh minat untuk memakan lima suap apalagi hingga menghabiskannya
"Kau hanya mencoba satu mangkuk, padahal ada banyak menu es krim yang menarik disini. Jadi, kau yang menghabiskan ini saja" Seongwoo melontarkan alasan yang direspon dengan kernyitan bingung dari Woojin, memilih tidak menanyakannya daripada menerima alasan lebih tidak dimengerti lainnya. Seongwoo memang unik, dan memiliki cara berpikir yang lebih unik selama enam bulan terakhir
"Mama benar-benar tidak ingin, lagi?" Tanya Woojin, memastikan sekali lagi sebelum dia meraih sendok es krim. Gerakan mengangguk dari Seongwoo membuat Woojin mulai menyuap es krim dalam mulutnya, merasakan es krim mengaliri mulutnya karena cairan dingin itu sudah mencair
"Apakah rasanya masih enak, setelah es krimnya mencair?" Bisik Seongwoo untuk bertanya, hanya mendapat Woojin mengernyit karena berpikir
"Krimnya sangat lembut, jadi rasa krim juga cairannya tidak begitu berbeda. Hanya saja, karena ini adalah kedai es krim, tentu aku menyukai krimnya" Komentar Woojin, kemudian, melihat Seongwoo yang membulatkan mulut tanda mengerti
"Aku tidak memperhatikan selama ini, tapi kau tumbuh dengan sangat cepat" Perkataan Seongwoo tidak mendapat respon dari Woojin yang sibuk menghabiskan es krim, terlalu berkonsentrasi pada makanan manisnya untuk menyadari pandangan hangat Seongwoo padanya.
.
Kontraksi menjelang kelahiran Woojin disambut dengan pekikan panik dari Jisung dan Hoeseung sementara Nenek Seongwoo memberi intruksi pada Daniel untuk mempersiapkan mobil, melakukan perjalanan paling berisik yang dilakukan Seongwoo bersama Daniel. Memori mengenai antusias Nenek dan teman-temannya menyambut anak pertamanya lebih membekas dari memori mengenai seberapa menyakitkan proses persalinan, beruntung dia memiliki Daniel yang tidak bosan meyakinkan juga tidak keberatan menerima cengkeraman Seongwoo di lengannya. Seongwoo bisa mengatakan dirinya adalah orang dengan tingkat keberuntungan yang begitu tinggi, karena dia merasakan kontraksi sebelum Daniel mengantarkan Woojin ke sekolah (Daniel melarang Seongwoo untuk mengantar Woojin ke sekolah, juga mengendarai kendaraan apapun). Tentu sangat merepotkan kalau Seongwoo harus menghubuni Hoeseung dan Heeseok untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit, belum lagi Seongwoo tidak membayangkan perjalanan ribut lain menjelang kelahiran anaknya.
Perlahan, Seongwoo mengumpulkan kesadarannya dengan mengingat tangisan keras dari bayinya yang menjadi pengantar tidur. Kerjapan dilakukan berulang kali untuk membiasakan retina Seongwoo dengan lampu rumah sakit yang menyilaukan, menoleh untuk mendapati Daniel memasuki ruangan dan melebarkan mata saat dia menyadari Seongwoo sudah terbangun . . .
"Ah, kau membutuhkan minum?" Daniel menawarkan, sebelum Seongwoo melontar permintaan karena tenggorokannya begitu kering
"Hm" Kepala Seongwoo mengangguk kecil, merasakan geraknya terbatas karena posisi berbaring terlentang. Tangan Daniel memegangi punggung Seongwoo untuk membantunya mengubah posisi menjadi duduk, memastikan posisi Seongwoo sudah nyaman sebelum Daniel melepas pegangannya di punggung Seongwoo dan mengambilkan gelas berisi air
"Kau melakukannya dengan baik, Seongwoo-Hyung" Ujar Daniel dengan senyum tipis, melihat Seongwoo menghabiskan air di gelas itu hingga tetesan terakhir
"Tentu, aku tidak pernah melakukan sesuatu dengan buruk. Aku melakukan segala hal dengan baik, terutama ini untuk keluargaku" Balasan Seongwoo membuat Daniel tersenyum, merasa keadaan sang 'istri' sudah baik saja hingga bisa melontar perkataan narsis seperti itu
"Benar, kau memang terbaik" acungan ibu jari Daniel dibalas dengan senyuman miring Seongwoo, menunjukkan ekspresi sombong yang menyebalkan bagi beberapa orang namun juga menggemaskan bagi Daniel
"Aku sudah tahu, kalau aku ini menarik untuk dilihat. Jadi, kau tidak perlu menatapku dengan ekspresi memuja seperti itu" Seongwoo mengulurkan tangan, ingin mengembalikan gelas pada posisi semula. Daniel mengambil gelas di tangan Seongwoo dan menempatkannya di meja, setelahnya dia mengembalikan pandangan pada Seongwoo yang menyamankan posisi dengan bersandar
"Tidak ada salahnya untuk menatap istri sendiri dengan ekspresi memuja, lagipula kau menjadi lebih menarik untuk dilihat saat aku menatapmu seperti ini" Lengkungan senyum muncul di wajah Daniel, memperhatikan Seongwoo yang mendeham canggung selagi menyembunyikan semburat merah di wajahnya
"Ucapanmu membuat jariku mengepal" Kata Seongwoo, tidak melontarkan protes saat Daniel mengusap kepalanya dengan gemas. Keduanya mengalihkan pandangan pada pintu ruang rawat yang terbuka, memperlihatkan ekspresi senang juga antusias di wajah Woojin
"Kau sudah melihat adik kecil, Woojin-a?" Pertanyaan Daniel dibalas dengan anggukan antusias dari Woojin, binar mata yang tidak kalah antusias membuat Seongwoo meninggikan sudut bibirnya
"Iya, dia sangat kecil" Jawaban polos Woojin membuat Seongwoo meragukan ingatannya mengenai jenjang sekolah dasar yang ditempuh sang anak, tingkat kegemasan Woojin tidak berkurang dari saat Seongwoo mengantarnya ke Taman Kanak-kanak. Ada saatnya dimana Woojin bersikap dewasa, tapi momen dimana dia bersikap seusianya dan menjadi menggemaskan lebih sering ditemui Seongwoo
"Woojin-ie, kau menyukai adik kecil?" Tanya Seongwoo mendapat respon ekspresi berpikir sejenak dari Woojin, namun anggukan antusias Woojin kembali menyusul dengan cepat
"Tentu, dia sangat menggemaskan. Dia bahkan lebih menggemaskan dari Junwoo, anak Paman Sungwoo dan Bibi Jisung" Orang menggemaskan mengatakan orang lainnya menggemaskan, Seongwoo tidak tahu bagian mana yang lucu hingga Daniel tertawa dengan geli saat dia mendengar perkataan Woojin. Pandangan tidak mengerti Woojin dibalas dengan gestur mengangkat bahu dari Seongwoo, turut meninggikan sudut bibir mereka meskipun mereka belum memahami alasan Daniel
"Siapa nama adik kecil?" Pertanyaan Woojin tidak ditujukan secara langsung, melihat antara Daniel yang masih melontarkan tawa kecil juga Seongwoo yang mengerjapkan mata dengan lamban (kelihatan tidur selama tiga jam belum cukup untuk memaksimalkan kondisi Seongwoo)
"Kau memiliki saran, Woojin-ie?" Pemberitahuan suster mengenai anaknya adalah laki-laki menjadi hal lain yang didengar Seongwoo sebelum dia jatuh terlelap, menjadi canggung karena dia dan Daniel menyiapkan nama bayi perempuan selama ini. Kelebihan percaya diri, dia membeli pakaian warna merah jambu untuk dikenakan pada bayinya
"Eung, Seong . . . Sa . . . Si . . . Sian" Cetus Woojin dengan penuh antusias, membuat Daniel kembali tertawa dengan gemas. Kernyitan bingung di wajah Seongwoo mempertanyakan maksud dari nama itu
"S dari Seongwoo, I dari Woojin, dan An dari Daniel" Woojin menjelaskan dari nama yang dia usulkan, saat dia menyadari ekspresi bertanya di wajah Seongwoo
"Kenapa aku yang berada di posisi akhir?" Protes Daniel dengan ekspresi –yang Seongwoo tahu– berpura kesal
"Agar lebih mudah saja" Seongwoo senang karena pemikiran mudah Woojin, tidak terlalu berat untuk anak seusianya namun juga pandai berpikir dengan cepat. Seongwoo berpikir kalau Woojin mirip dengannya untuk pemikiran santai, juga mirip dengan Daniel dalam kemampuan berpikir dengan cepat. Dia harus menunggu beberapa tahun lagi untuk mengetahui adik Woojin lebih mirip dengan dirinya atau Daniel, atau mungkin dia menjadi mirip dengan Woojin.
.~~~KKEUT~~~.
Masih adakah yang ingat aku, atau cerita ini? Udah lama baaangeet ngga update, malah update nya cuma ginian. Kesannya aku sok sibuk banget sampe baru bisa selesain sequel ini, juga update sekarang. Maaf kalo sequelnya mengecewakan, juga karakter Seongwoo dibikin terlalu manja disini. Makasih buat yang udah baca sequel ini, juga part-part sebelumnya. Aku tahu masih banyak kesalahan dan kekurangan, jadi silahkan review ^v^
Thanks to : JaeminA, sehon-ey, karih8894, Emaknya Guanlin, beobleteas, taemingkai, ryeolhyun, Jnhwngrl, parkwoojin's, daunlontar, rarararara, waffle kang, sparkyuties, kaveykey, kentangsrebus, ong, EganimEXO, mama Ong, kakaknya Ujin, RamadhanAlgifa2, Oxeye, Re-Panda68, sindijulia, anisamanoban, B-Magnae, gwangjuke, minsugaD, apelpir, dolltheworld, catcherpillar, Aulyani269, aestas7, Guest, Rihyun, SJMK95, Park RinHyun-Uchiha, hk, nomunini, Mandoo, BLUEFIRE0805, preetybeauty, tulangrusukjeno, Lee Mico Malfoy, laxyorvds, juga siapapun yang nge follow atau favorite cerita ini
.Bonus.
Daniel seharusnya tahu minuman apa yang disediakan oleh Taewoong dan Jaehan pada ulangtahun pernikahan mereka, belum lagi dengan peringatan untuk tidak membawa anak kecil pada perayaan mereka adakan sedari pukul sembilan malam. Daniel seharusnya mengawasi Seongwoo dan mencegahnya melakukan pertandingan minum dengan Jisung, membuat wajah keduanya menjadi merah dengan gumaman berantakan. Daniel harus berhenti mengatakan 'seharusnya' seolah dia tidak menyukai situasinya, karena nyatanya dia tidak berhenti tersenyum saat mendengar gumam berantakan Seongwoo sepanjang perjalanan pulang. Daniel juga menyukai bagaimana Seongwoo menempel padanya saat mereka tiba di apartemen mereka, walau tubuhnya sempat kaku saat Seongwoo menciumi lehernya sewaktu dia masih berusaha mengunci pintu dengan tangan kanan (karena tangan kirinya harus menopang Seongwoo yang bergantung seperti Koala).
Seongwoo menggerutu dengan rasa pening di kepalanya sebelum dia melontar gerutu karena nyeri pada bagian bawah tubuhnya, dia hanya memikirkan dua kemungkinan. Dirinya mabuk dan bertingkah memalukan pada Daniel, atau Daniel memanfaatkan kesempatan dirinya yang mabuk. Eung, baiklah, jawabannya tentu kemungkinan pertama . . .
"Kau menuruti permintaan Woojin pada akhirnya" Seongwoo membenturkan wajah pada dada Daniel, mencium aroma maskulin dari tubuh Daniel. Parfum Daniel sudah memiliki aroma maskulin, ditambah dengan bau keringat juga aroma dari 'aktifitas mereka' semalam
"Eung?" Tidur Daniel terusik dengan gerakan di bagian depan tubuhnya, membuka mata kirinya untuk melihat Seongwoo kembali menempel seperti koala
"Kau tentu sangat menyayangi Woojin" Ucapan Seongwoo memasuki pendengaran Daniel, si Kang hanya mengerjap setengah sadar
"Apa?" Bingung Daniel, menyerah untuk memaksakan otaknya bekerja demi memahami ucapan Seongwoo
"Akhirnya, kau menuruti permintaan Woojin" Untung saja Seongwoo bukan mode mengajaknya bermain teka-teki, dan segera menjelaskan
"Ini belum tentu langsung berhasil" Daniel merapatkan matanya, tidak mempedulikan cahaya terang dari matahari menyusup antara kain tirai
"Kalau begitu, ayo lakukan lagi" Nada antusias Seongwoo seperti perintah tidak langsung agar Daniel kembali membuka mata
"Alkohol dari minuman semalam sangat kuat, sepertinya. Kau ingin aku memesan sup dari kedai seberang jalan?" Tangan Seongwoo menarik Daniel sebelum dia beranjak dari kasur, mendusel kepalanya pada dada Daniel dan tersenyum lebar tanpa melepas tatapan darinya
"Danyel-ah~" Mungkin Seongwoo masih dipengaruhi alkohol, membuat tingkahnya menjadi berkali lipat lebih manja dari yang biasa. Mungkin juga aroma alkohol dari Seongwoo mempengaruhi pikiran Daniel, membuat dia menerima tawaran Seongwoo
"Kau tidak boleh merasa menyesal juga merutuk padaku nanti, saat bagian bawah juga pinggangmu nyeri" Daniel memberi peringatan, mengingatkan sang submisif kalau saja dia tidak berlaku lembut
"Eung, aku mengerti-nyang" Bertingkah seperti kucing lucu, Seongwoo menciptakan senyuman kecil di wajah Daniel. Daniel memang pecinta binatang yang berlaku manis pada hewan kecil, tapi Daniel juga penggila Seongwoo yang menggilainya.
Masih, Seongwoo masih memiliki pemikiran unik yang seringkali tidak dipahami oleh Daniel hingga Daniel meragukan letak kewarasan dari pasangan hidupnya yang dipilihnya itu. Jikapun Daniel mengatakan kalau Seongwoo gila, maka dia lebih gila karena memaklumi juga menyukai setiap hal yang dilakukan atau setiap kalimat yang dikatakan olehnya.
.Bonus End.
(Aku ngga bisa nulis adegan yang macem-macem, intinya gitulah pas pembuatan adeknya Ujin)