By: PeDeeS
Naruto © Masashi Kishimoto
Rate: M
Pair: Sakura dan Sasuke
Warning: Typo, Frienship, AU, misteri, mungkin bikin merinding, EYD tidak tepat, non Baku, etc. Terinspirasi dari film horor 10 tahun yg lalu berjudul lewat tengah malam. Author hanya mengambil alur dan inti cerita saja. Pengembangan cerita merupakan karangan author.
Happy Reading..
.
Semenjak Sakura dan ibunya baru saja pindah ke apartemen baru, banyak hal menyeramkan terjadi. Sakura mencoba memberitahu ibunya namun ibunya tidak pernah percaya. satu-satunya orang yang mau membantu sakura utk memecahkan misterinya adalah Sasuke, teman kecilnya. Ketika semuanya terungkap, Sakura harus menghadapi kenyataan bahwa...
Prolog:
Namaku Haruno Sakura. Umurku 16 tahun dan masih duduk di bangku kls 2 SMA. Kehidupanku sebelumnya mungkin bisa dikatakan normal, dulunya aku anak yang ceria, cantik dan cukup populer di antara teman-temanku. Aku mempunyai seorang ayah dan ibu. Kedua orangku mempunyai karirnya masing-masing, ayahku Haruno Kizashi seorang pejabat daerah, sedangkan ibuku Haruno Mebuki seorang CEO di perusahaan kosmetik bermerek. Dengan status sosial kedua orang tuaku dan popularitasku cukup membuat beberapa orang iri padaku. Mereka iri pada kesempurnaan yang sudah dicap padaku. Padahal mereka semua tidak mengetahui apa-apa tentangku.
Sampai hari itu tiba. Semua media mengarah pada keluargaku. Tentang skandal video ayahku dengan sekrestarisnya. Reputasi keluargaku hancur. Ayahku dipecat dari jabatannya. Sementara ibuku, perusahaannya mengalami penurunan dan terancam bangkrut. Tidak lama setelah itu kedua orang tuaku bercerai. Ayahku memilih hidup bersama sekertaris itu. Sementara aku nemilih tinggal bersama ibuku.
Kami pindah ke luar kota untuk memulai hidup baru. Dan di sinilah kisah menyedihkan hidupku dimulai
Prolog End.
.
.
00 A.M
.
.
"Sakura, bangunlah! kita sudah sampai di apartemen baru kita." Aku membuka mataku malas. Sedikit merenggangkan otot-ototku yang kaku akibat 18 jam perjalanan dari Suna ke Konoha. Perjalanan yg cukup melelahkan karena ibuku sendiri yang menyetir mobilnya. Kalian tahu sendiri lah gimana mengerikannya ibu-ibu membawa kendaraan.
Jika ditanya kenapa ibuku menyetir sendiri, kenapa tidak menggunakan supir, padahal ibuku seorang CEO. Itu karena perusahaan ibuku yang sedang terancam bangkrut sehingga dengan terpaksa beliau memecat beberapa karyawannya, termasuk supir pribadi kami.
Jujur saja, di balik sikap yang terlihat ramah dan penyayang, ibuku sebenarnya seorang yang mempunyai tempramental cukup buruk ketika dia sedang marah, ditambah skandal ayahku membuat kondisi psikologinya bertambah buruk.
Sehingga beberapa kolega ibuku pun yang tadinya merasa iba dengan keluargaku malah menyesal karena sikap ibuku yang emosinya tidak terkendali. Siapa yang mau bekerja sama dengan orang yang tempramen tinggi dan ringan tangan seperti itu. Anehnya, ibuku tidak pernah mengingat semua kejadian yang terjadi padanya saat ketempramentalnya sedang kambuh. Pernah waktu ibuku baru mengetahui skandal ayah. Ia langsung mendatangi wanita itu dan memukulnya dengan balok kayu hingga lengan wanita itu patah. Dan wanita itu pun melaporkan ibuku ke polisi. Ibuku mendadak seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa ketika ditanya polisi. Ia mendadak amnesia. Banyak yang tidak percaya padanya saat itu tapi seorang dokter psikolog dari polisi itu membenarkan bahwa ibu berkata jujur bahwa ibuku memang tidak ingat pernah memukul wanita itu. Pengacara ibuku pun hanya mampu meringankan hukuman ibuku untuk beberapa bulan ditahan karena terdapat bukti bekas pemukulan.
Kalian salah bila menganggap ibuku mempunyai kelainan jiwa seperti bipolar atau berkepribadian ganda. Kami pernah memeriksa ke dokter psikiater tapi tidak ditemukan tanda-tanda kelainan kejiwaan. Tapi entah mengapa saat ibu pulang dari tempat dokter yang lainnya ekpresi ibu menjadi aneh. Ibu sering melamun dan mengeluh sakit pada bagian kepala, dia juga bnyak meminum obat-obatan. Saat aku tanya dia selalu tersenyum dan bilang kalau ibu baik-baik saja, itu hanya obat penenang. Tentu saja aku tidak percaya, tapi aku tidak ingin memperlihatkan kekhawatiranku. Aku yakin ibu mempunyai alasan tersendiri. Aku hanya harus selalu menjaga ibuku dan selalu di sampingnya.
Banyak teman-teman yang merasa iba kepadaku namun tak sedikit pula yang senang, siapa lagi kalau bukan mereka yang sebelumnya sirik kepadaku. Aku tidak pernah memperdulikan sikap mereka. Ino dan Hinata sahabatku sejak SMP lah yang membuataku tetap tegar. Mereka tidak pernah meninggalkanku. Aku merasa beruntung memiliki sahabat sebaik mereka.
Setelah ibu keluar tahanan, ayah dan ibuku bercerai. Aku mengikuti ibuku tinggal di luar kota. Ino dan Hinata sangat merasa kehilangan. Bukan hanya mereka, ternyata teman-teman yang lain juga merasa sedih karena kepergianku. Aku tidak menyangka mereka sengaja mempersiapkan acara perpisahan khusus untukku. Mereka yang sebelumnya membenciku meminta maaf kepadaku. Entah apa yang membuat mereka bersikap seperti itu. Mungkin karena selama mereka sering mengejek dan menyindirku, aku tidak pernah membalas perbuatan mereka, itu karena aku tidak pernah peduli. Masalahku sudah terlalu banyak hingga aku lelah menanggapi mereka. Ino dan Hinata juga selalu melindungiku, mereka selalu siap membalas perbuatan orang-orang yang ingin membullyku.
Sebelum kepergianku menuju Konoha, Ino dan Hinata tetap setia menemaniku, mereka sengaja menginap di rumah dan membantu membereskan barang-barang yang ingin dibawa. "Ingat ya, kau harus selalu mengabari kami." Kata Ino sampir menyucurkan air mata, pun dengan Hinata. Aku hanya tersenyum menanggapi mereka. berlebihan memang, padahal kami masih bisa terus berkomunikasi meskipun jarak jauh. seolah kami seperti tidak akan bertemu lagi. Yah, mungkin memang akan sulit sekali bertemu, karena lokasi yang jauh dan Ino akan melanjutkan studinya di luar negri sementara Hinata, setelah tamat SMA keluarganya akan pindah keluar kota. Awalnya aku yang merasa sedih dengan rencana kepergian mereka, namun karena masalah tak terduga yang menimpaku ini, sepertinya aku duluan yang harus pergi meninggalkan mereka. aku dan ibu berhijrah ke Konoha untuk mencari kehidupan yang lebih baik lagi, mungkin.
Dan tiba lah kami sekarang di Konoha, sebuah kota yang cukup ramai penduduknya tak kalah dari Suna. Sepertinya penduduk di sini juga ramah-ramah. Terlihat saat kami baru turun dari mobil, beberapa orang yang sepertinya juga tetangga satu apartemen kami membantu mengangkut barang-barang kami. Kami tersanjung dengan sikap mereka. Ibu membeli sebuah apartemen berlantai 30. Tidak terlalu mewah namun tidak juga sederhana. Cukup besar tapi entah kenapa bulu kudukku merinding seketika saat memasuki pintu lift. Auranya suram sekali. Sepertinya bangunan ini tidak seramah orang-orangnya.
Lift sudah berhenti di lantai 13. Para tetangga kami juga masih mengikuti kami untuk membantu meletakkan barang ke kamar kami. Aku memperhatikan sekeliling. Suasana suramnya masih tidak hilang. Hanya ada 3 kamar dalam setiap lantai.
"Nyonya, nama saya Chiyo, kamar saya ada di sebrang kamar anda. Jika anda butuh sesuatu jangan sungkan padaku, ya!" Kata nenek yang bernama Chiyo ramah. Ia sengaja keluar kamar menyambut kedatangan kami.
"Baiklah, terimakasih bantuan anda." Jawab ibuku membalas senyuman nenek itu. aku pun ikut memberikan senyuman.
"Haaaa~ Akhirnya bisa tidur di kasur." Aku teriak kegirangan menghempaskan badanku ke atas kasur empuk. Aku memejamkan mata, entah kenapa tiba-tiba terasa aura dingin menyelimuti, dan ketika aku membuka mata aku melihat seperti ada bayangan hitam sekilas tepat di sampingku. Aku mengucek mataku pelan dan membuka mata lagi. Tidak ada apa-apa di sana. Mungkin hanya perasaanku saja yang lelah karena perjalanan panjang ini. Bulu kudukku kembali merinding.
.
"Sakura, bangunlah. Ini hari pertamamu sekolahmu sayang." Teriak ibu dari dapur. Sepertinya ibu sedang membuat sarapan. Aroma nasi goreng buatan ibu yang sangat aku sukai.
"Baik." aku merapikan tempat tidurku dan lekas ke kamar mandi.
Saat ini aku sedang sarapan bersama ibuku. Entah kenapa perasaan khawatir menyelimuti. Sepertinya dari tadi ibu memperhatikan sikap anehku.
"Apa kau khawatir dengan sekolah barumu?" tanya ibu. Tepat sekali.
"Aku hanya takut tidak bisa beradaptasi dengan teman-teman di sana."
Ibu menggenggam erat tanganku. "Sakura anak ibu yang kuat. Kita sudah melewati berbagai cobaan. Ibu yakin kau bisa melewati semua ini."
Terasa hangat hatiku mendengar nasihat ibu. Aku pun memeluk ibuku erat. emeraldku mulai berkaca-kaca segera ku hapus. Aku tidak ingin ibu melihat air mataku. "Sudah-sudah sebaiknya kita lekas berangkat ke sekolah. Setelah mengantarmu, ibu ingin ke tempat teman lama ibu." Aku hanya mengangguk mengikuti perintah ibu.
Sampai lah aku di sekolah yang teramat asing bagiku. Suasana di sini berbeda di sekolahku dulu. Bila dulu aku bersekolah khusus putri, maka di sini aku bisa melihat murid laki-laki karena ini SMA campuran. Aku mengikuti langkah wali kelasku. Beliau bernama Kakashi. Apa bapak ini sedang sakit, ya? Kenapa dia mengenakan masker? Entahlah, kenapa aku harus peduli.
Beberapa pasang mata tampak memperhatikanku. Aku bisa mendengar mereka tengah membicarakanku. "Bukankah itu Haruno Sakura?" "Ia benar, kasihan dia?" "kenapa harus kasihan?" "cantik sekali ya" "kenapa dia di sini?" "tapi sayang nasipnya." Sepertinya aku harus kembali bersikap acuh dengan orang-orang yang membicarakanku. Aku sudah terbiasa. Aku hanya ingin hidupku kembali tenang tanpa ada yang mengganggu. Aku hanya balik tersenyum dengan mereka yang menatapku. Setidaknya itu bisa menghindari dari masalah.
"Baiklah, Sakura, perkenalkan dirimu!" perintah guru Kakashi di depan kelas.
"Nama saya Haruno Sakura, saya pindah dari SMA XX. Senang bertemu dengan kalian, semoga kita berteman dengan baik." ucapku seraya membungkukan badan. dan lekas duduk di tempat yang sudah guru Kakashi tunjukan.
Bel istirahat berbunyi. Aku lekas pergi meninggalkan kelas karena sepertinya murid di kelasku ingin menghampiriku. Bukannya aku sombong tidak mau berbaur, hanya saja aku butuh sedikit ketenangan dan tidak ingin terlalu mencolok di sini. mereka masih berusaha mencegatku keluar. "maaf teman-teman, sepertinya aku ingin ke toilet dulu." Ucapku bohong agar mereka tidak salah paham. Mereka pun menyerah dan sepertinya mengerti dengan kondisiku.
"Sakura, kau tinggal di mana?" tanya seorang gadis kecepol dua bernama Tenten yang duduk di depanku. Sepertinya dia anak yang baik.
"Tinggal di Apartemen X." Jawabku. Tapi sepertinya ekpresinya sedikit berubah mendengan jawabanku.
"Benarkah? Aku pikir kita searah."
"Tidak apa-apa, lain kali kau bisa menemaniku jalan-jalan di Konoha kalau kau tidak sibuk."
"Serius, dengan senang hati. Eh ngomong-ngomong, bukannya aku menakut-nakuti, tapi kata orang-orang dulu apartemen X itu cukup angker, loh." Seketika bulu kudukku berdiri, ingatanku langsung mengarah kejadian kemarin saat baru tiba di sana. "Tapi kau tenang saja, itu dulu. Beberapa bulan yang lalu sudah di panggil orang pintar untuk membersihkan tempat itu kok. Aku yakin, apartemen itu sekarang pasti ramai kembali." Lanjutnya.
"Be.. benarkah? Syukurlah. Kalau boleh tahu kenapa dulu angker?" sebenarnya aku takut menanyakan ini tapi aku tidak bisa membendung penasaranku lagi.
"Aku juga tidak tahu karena itu terjadi sejak dulu dan sekarang sudah aman, kok." Tenten meyakinkan. Aku hanya bisa berharap semoga apa yang Tenten katakan benar.
Bel pulang sudah berbunyi. Aku segera memasukan barang-barangku dan lekas pulang. Sepertinya aku terlalu banyak membawa buku sehingga tas pun tidak muat lagi. Kelas mulai sepi, sepertinya aku terlalu lamban bergerak karena buku-buku ini. Tanpa sadar aku menabrak seseorang. Bukuku akan terjatuh dengan cantiknya kalau saja orang yang ku tabrak ini tidak segera menangkapnya. Aku segera mengambil buku dari tangannya dan menunduk minta maaf tanpa melihat wajahnya.
Ia langsung pergi dan terdengar jelas di telingaku ia bergumam "Menyebalkan."
Mataku melebar. Kata-kata ini. Apa mungkin. Sasuke-kun? Aku segera menoleh ke belakang melihat ke arahnya. Ia segera berbelok ke arah lain. tanpa sadar aku mengikutinya. Suara itu, punggung itu. semuanya berbeda, padahal aku tidak melihat wajahnya. Kenapa aku mengira itu Sasuke-kun?
Aku mengikutinya menuju luar sekolah. Sial, aku terlihat seperti penguntit. Ia berhenti di sebuah danau. Dia masih membelakangiku. "Sa..Sasuke-kun?" ragu-ragu aku memanggil, lelaki yang dipanggil pun akhirnya menoleh.
"Hn. Sakura, ya?" dia tersenyum ke arahku. Teman kecilku, Sasuke-kun. Benarkah itu dia. Aku memperhatikan seragamnya. Seragam yang sama seperti aku kenakan. Apa dia sekelas denganku? Aku menatapnya cukup lama. Sudah berapa tahun kami tidak bertemu.
"Kita satu kelas. Tempat dudukku tepat di sebelahmu. Sepertinya kau membutuhkan waktu yang lama untuk mengenaliku."
Suaranya sudah berubah menjadi agak berat, badan yang sudah melebihi tinggiku. Ucapan 'menyebalkannya' dan wajahnya yang semakin tampan. Kenapa aku baru menyadarinya. Teman kecil sekaligus cinta pertamaku. "Sasuke-kun." Aku menjatuhkan buku-buku dan segera memeluknya erat. tanpa terasa air mata jatuh di pipiku. Aroma tubuhnya yang ku rindukan. Aku sangat merindukannya.
Dia pun membalas pelukanku. Seakan ia mengerti apa yang aku rasakan. Ia mengusap-usap punggungku. "Menangislah, tumpahkanlah segalanya.." Aku yakin dia juga sudah mendengar berita tentang keluargaku. Beruntungnya aku masih dipertemukan orang-orang yang masih menguatkanku menghadapi masalah.
Sasuke Uchiha teman kecilku. Kami tumbuh bersama sampai kami SMP. Keluarganya juga merupakan pengusaha sukses. Waktu kecil kami selalu mencari markas persembunyian yang hanya kami berdua yang tahu. Saat itu kami berjanji untuk datang ke markas tersebut, aku menunggunya semalaman dan hampir membuat khawatir seisi rumah akhirnya Sasuke tidak pernah datang. Ibuku bilang Sasuke sudah pindah ke luar kota karena pekerjaan orang tuanya. Aku sangat kesal padanya karena tidak memberitahuku sebelumnya. Padahal malam itu aku susah payah mengumpulkan tekad untuk menyatakan perasaanku padanya. Kami sama sekali tidak berkomunikasi lagi sejak saat itu. apakah aku akan menyatakannya sekarang? kurasa tidak. Aku juga butuh penjelasannya..
T.B.C / END ?
Sejujurnya masih ragu mau lanjut atau gak. Takut banyak gak suka.
Silahkan kasih jawaban di review ya
PeDeeS, 120517