I am Very Good Bad Boy

Naruto Hinata

Proudly present

By

Marie-chan

CHAPTER 1

"TIDAK...,"

...

...

...

Kayu-kayu penyangga kediaman atau lebih tepat disebut istana Hyuuga bergetar. Burung-burung yang hinggap di dahan-dahan pun ikut berlarian mendengar teriakan yang menandakan tanda bahaya. Bahkan langit ikut menggelegar selaras dengan teriakan yang berkumandang.

Putri bungsu keluarga Hyuuga, tepatnya Hinata Hyuuga saat ini sedang meratapi nasib masa depannya yang sangat tragis. Dengan berbantalkan bantal lembut yang diimport langsung dari negri nan jauh di mata, sang Hime menangis tersedu-sedu.

Baru saja dia mendapatkan kabar yang menghancurkan dunianya. Kabar itu disampaikan oleh sahabat pinknya yang saat ini sibuk menenangkan sang putri bulan kita.

"Hinata. Jangan menangis seperti ini. Tou-San dan Nii-San mu bisa membunuhku kalau mereka tau aku membuatmu menangis,"

Tapi, sayangnya kata-kata penenang dari sahabatnya membuat Tangisan sang putri bulan semakin kencang. Untunglah suara tangisannya dapat teredam oleh bantal yang berisi bulu-bulu angsa yang mahal. Jika tidak, dipastikan saat ini Tou-San dan Nii-Sannya akan berlari menuju kamar sang putri sambil tidak lupa membawa Katana warisan Hyuuga. Jangan di Tanya untuk apa. Karena sebelum bertanya, sudah dipastikan orang tersebut sudah bergelimangan darah.

Prinsip keluarga Hyuuga yang paling absurd. Bertindak dulu baru bertanya.

Hinata mencoba menenangkan dirinya, walaupun tidak berhasil karena suara isakan masih terdengar jelas ," Sakura... katakan pada ku.. kalau yang kau katakana itu tidak benar... Ayo Sakura... katakan padaku...,"

Sakura hanya menghela nafas berat ," Hinata. Aku juga inginnya seperti itu. Tapi ini aku dengar langsung dari orangnya..,"

Hinata memicingkan matanya tidak percaya

"Oke bukan dari orangnya. Tapi dari Sasuke. Tapi kau tau kan Sasuke dan si brengsek itu adalah satu. Apa yang dikatakan Sasuke pasti itu juga yang keluar dari mulut si brengsek itu,"

Hinata kembali membenamkan wajahnya untuk meratapi nasib hidupnya, sedang Sakura menghela nafas lelah. Bagaimana tidak lelah seharian ini dia sibuk mengurusi urusan Hinata sampai-sampai dia membatalkan kencan nya dengan kekasih nya Sasuke. Dan Hinata, sudah lebih dari tiga jam dia harus menunggu Hinata untuk meredakan tangisannya. Hinata terus menangis tersedu-sedu sesaat setelah dia mengabari bahwa sahabat paling brengsek dari kekasih tersayangnya mengincar target baru untuk dijadikan permainan cintanya. Cinta? bahkan Sakura yakin, si pirang brengsek itu tidak mengerti cinta. nafsu dan sex itu pasti. Terbukti dari berapa puluh bahkan mungkin ratusan mahasiswi yang terjerat oleh permainan sex si cassanova termahsyur universitas Todai. Dan depresi sampai bunuh diri, saat mengetahui sang cassanova mendepak mereka dengan tidak terhormatnya. Yah, lagi lagi wanita dengan logika tololnya menjadi korban.

Sakura melirik jam di dinding kamar Hinata dan sedikit terkejut. Ini sudah jam 6 sore. Bukan, bukan durasi menangis Hinata yang membuatnya terkejut. Bersahabat lama dengan Hinata membuat dia tau, bahwa sahabat mungilnya ini adalah drama queen terhebat abad ini. apapun akan selalu di dramatisirnya. Yang menjadi masalah utamanya saat ini adalah keluarga Hinata. Satu jam lagi Tou-San dan Nii-San Hinata akan kembali dari kantornya. Melihat betapa gila nya kedua laki-laki kebanggan Hyuuga itu menjaga permata mereka, bisa dipastikan nasibnya akan sama dengan tersangka yang bersiap untuk dihukum mati jika mereka melihat keadaan Hinata yang seperti orang depresi kehilangan arah. Otomatis dia harus mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang fana ini.

Glek. Memikirkan leher jenjangnya berpisah dengan kepalanya, membuat Sakura memutar otaknya untuk mencoba menghentikan tangisan Hinata.

"Ayolah Hinata. Ini tidak buruk seperti yang kau sangka,"

Oke sepertinya pemilihan kata-kata itu salah. Yah memang benar Hinata menghentikan tangisannya. Tapi, Hinata yang satu ini paling tidak mau dihadapinya. Hinata yang memandangnya dengan mata melotot tajam. Bukan. Bukan takut. Tapi lebih ke geli. Sakura harus menahan tangannya untuk tidak mencubit pipi gembil sahabat bunnynya yang saat ini digembungkan karena kesal. Bibirnya sudah mengerucut malah menambah kesan multiple imut. Pantas saja si brengsek itu terpesona. Ya ampun. Gadis ini. untuk dia straight.

"Ini tidak buruk? Ini neraka Sakura. Kau tau kan si B******K itu," Hinata mengkamuflasekan perkataan kasarnya. Hinata paling benci mengeluarkan kata-kata kasar. Karena baginya mengeluarkan kata-kata kasar sama dengan merusak pribadinya. Dan merusak pribadinya sama saja dengan merusak kecantikan alami yang diperolehnya secara turun-temurun. She is Hime and she knows it.

"lagipula Sakura, Dia tidak mungkin serius menyukaiku. Dia pasti hanya ingin tubuhku saja. dan kau tau kan Sakura. Tubuh dan hati ku hanya akan ku serahkan pada calon suamiku tercinta. Dan kau tau juga kan, bagaimana pria idamanku kelak,"

Hinata langsung duduk tegak dan mengapit kedua tangannya diatas dada. Senyum indahnya langsung terbit bersamaan dengan kepulan awan impian tepat dia atas kepalanya. Disana Hinata dengan seorang pria yang wajahnya di blur, dan bersama kedua anak-anaknya sedang berlari ditaman bunga yang sangat indah,

Sedang Sakura hanya memutar bolanya bosan melihat drama yang sedang dimainkan Hinata sekarang. Yah Hinata dan impiannya. Whatever.

"Dia pastinya adalah pria baik, lembut dan pengertian. matanya teduh seperti embun dipagi hari. Setiap hari dia akan mengucapkan kata cinta sambil mengecup keningku dengan lembut saat aku memakaikan dasinya untuk dia pergi bekerja. Dia juga akan menjagaku dari seluruh marabahaya yang ada didunia ini. baginya aku adalah satu-satunya yang terindah di dunia ini. setiap minggu aku dan dia berserta dua anak kami yang lucu serta anjing kami yang bernama Leonardo akan menghabiskan waktu senggang kami bersenda gurau sambil memakan masakan yang aku buatkan dengan penuh cinta,"

Hinata mendongengkan impian hidupnya. Bahkan entah kenapa saat Hinata menceritakannya, dari balik jendela cahaya matahari seakan masuk mengamini kisah semunya

Sakura yang terbiasa mendengar cerita semu Hinata hanya bisa menguap lebar. Dia bersyukur, saat remaja novel kesukaannya adalah Sherlock holmes. Bukan harlequin bodoh yang merusak system otaknya seperti sahabatnya ini.

Bagi Sakura yang menunjang emansipasi wanita masa kini, sosok Hinata yang menganggap ibu rumah tangga adalah pekerjaan paling mulia, memang sangat absurd untuk difahami. kepribadian yang sangat bertolak belakang inilah yang terkadang membuat ramai orang disekeliling mereka merasa bingung,kenapa mereka berdua bisa bersahabat sampai saat ini.

"Leonardo. Jantan? Bukannya kau ingin anjing betina. Patricia? Bagaimana dengan Patricia?"

Cahaya Hinata langsung meredup. Dia paling benci kalau ada yang sedang menganggu mimpinya. "Itu impianku. Yang penting kan aku punya anjing. Terserah dia itu jantan atau betina. Patricia atau Leonardo," Hinata kembali melototkan matanya yang sememangnya sudah besar.

"Intinya. Kau harus membantuku. Aku tidak ingin impianku ternoda karena ulah manusia kuning jelmaan i**lis itu," Kata Hinata sambil memukul-mukul bantal dipelukannya. Membayangkan bahwa Naruto itulah yang dia pukul.

Sakura mendesah pasrah. Ini dia yang menjadi masalahnya. Si kuning itu adalah sahabat baik kekasihnya. Sahabat baik dari buaian sampai membuai. Sasuke itu walau sikapnya acuh tak acuh, dia selalu membela berada di pihak Naruto. Bahkan setelah mereka berpacaran, Dia sendiri tidak bisa berada di tengah-tengah persahabatan mereka. dan kalau dia berada di pihak Hinata, otomatis dia akan selalu bertentangan dengan kekasihnya. Dan ini yang paling tidak dia inginkan.

"Aku harus membantumu bagaimana? kau tau sendiri kan makhluk jelmaan kitsune itu sangat pantang ditolak. Kalau kau semakin menolaknya, kau akan semakin diburunya,"

Hinata kembali mendelik tidak suka mendengar pemilihan kata sakura. Diburu? Memang dia hewan buruan apa.

"Kalau menurutku. Bagaimana kau menerimanya saja dulu?"

"KAU GILA. Kau ingin membantuku apa ingin menjerumuskanku. Apa kau ingin hidupku seperti wanita zaman Heian yang tertindas dan terzalimi oleh pria yang haus akan kekuasaan duniawi," Air mata Hinata kembali berlinang di kedua bola matanya. "Aku tidak mau. Aku tidak mau. Sakura jahat. Sakura tidak sayang Hinata lagi," dan lagi-lagi sang Hime kembali melemparkan tubuhnya di bantal sambil menangis tersedu-sedu.

Sakura menghela nafas lelah. Dia hanya menepuk-nepuk pelan punggung Hinata. Bukannya Sakura jahat, hanya saja dia tidak tau cara yang ampuh untuk mengusir makhluk biadap itu dari hidup Hinata. Dia tau tipe pria seperti Naruto itu seperti apa. Menganggap penolakan wanita adalah tantangan baginya untuk menundukkan wanita itu. Dan setelah dapat, dia akan menelantarkan wanita tersebut dan kembali memburu wanita lain yang lebih menantang. Pria sejati yang menganggap bahwa hidup adalah tantangan.

"Lalu kau ada saran lain? Kalau Ino disini, dia juga akan memberikan saran yang sama sepertiku,"

Hinata masih membenamkan wajahnya di bantal. Air matanya masih terus menerus tumpah. Bahkan bantalnya terasa berat karena menyerap air mata yang sedari tadi dia keluarkan. Dalam hati dia merutuki si bajingan Uzumaki itu. Yang dikatakan Sakura memang benar. Tapi jangan berharap dia menyerah. Demi impian masa depan suami idaman, anak-anak yang lucu dan anjing yang bersahabat, dia akan melawan Uzumaki Naruto sampai titik darah penghabisan. Jangan panggil dia Hyuuga jika melawan Uzumaki saja dia tidak bisa.

.

.

.

HUACIM

Naruto menggosok-gosokkan hidungnya yang tiba-tiba saja terasa gatal. Ini bukan karena dingin. Walaupun saat ini dia sedang duduk di ranjang king sizenya tanpa sehelai benang yang menutup tubuh kekarnya, dan hanya di lapisi selimut tebal yang menutupi bagian bawah pusarnya, tapi dia yakin, bukan dingin lah yang menjadi penyebabnya. Entah kenapa dia punya insting yang kuat saat ini seseorang pasti sedang membicarakannya. Seseorang yang baru-baru ini menjadi penghuni rutin dalam otaknya. Gadis imut nan mempesona.

Memikirkan itu membuat dia terkekeh kecil membayangi wajah frustasi gadis incarannya. Pasti saat ini dia sedang menangis tersedu-sedu.

"Apa yang kau pikirkan?"

Naruto menghentikan lamunanya dan memandang ke depan. Saat ini didepannya sudah berdiri seorang wanita yang berdiri tegak dengan senyum menggoda dengan hanya memakai pakaian dalam keluaran brand ternama Victoria secret ditambah lekuk tubuh yang tidak jauh dari model aslinya, dan jangan lupakan high heels yang memperindah kaki jenjang wanita tersebut, dipastikan wanita ini mampu meluluhkan kaum adam dengan hanya sekali kedipan.

Bukannya membalas pertanyaan wanita itu, Naruto dengan santainya menikmati pemandangan yang disuguhkan wanita tersebut. Naruto akui, wanita didepannya benar-benar memuaskan untuk dipandang dan juga dinikmati. Dan itu sudah terbukti saat sepanjang malam mereka melakukan olahraga peningkat birahi di ranjang yang ditiduri Naruto saat ini. Rambut bergelombang sebatas pinggang dengan dada dan bokong yang padat benar-benar tipe idaman Naruto untuk memuaskan nafsunya. Bahkan bagian tubuh di bawah pusarnya ikut bereaksi menyetujui usulan itu.

Tapi senyuman itu mungkin tidak akan bertahan lama

"Kau masih disini?"

Mantra terakhir Naruto membuat senyum menggoda itu luntur seketika digantikan tatapan tidak percaya.

Naruto hanya terkekah melihat ekspresi wanita itu. ekspresi ini lah yang selalu muncul saat dia dengan entengnya mengusir wanita yang menemaninya tidur. Cukup lelah sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi. Dia juga harus memenuhi kebutuhan biologisnya, dan bermain dengan pelacur jauh dari kata aman di bandingkan dengan teman-teman satu kampus yang sedikit lebih pintar mengenai keamanan sex. Yah tapi tidak cukup pintar untuk menyadari bahwa hubungan di atas ranjang yang mereka lakoni hanya bersifat sementara, bukan permanen.

"Kita sama-sama dewasa. Jadi aku tidak harus menjelaskan panjang lebar. Ku harap kau faham dan mengerti," naruto mengambil rokok dan pematik di samping nakas tempat tidurnya. Dengan santai dia menghisap rokoknya dan melepaskanya.

"Jadi selama ini. hubungan kita hanya sebatas permainan bagimu?"

Wanita tersebut memandang Naruto dengan sorot mata yang terluka. Jelas terluka. Dia memberikan segalanya untuk pemuda ini. walaupun pemuda ini bukan yang pertama baginya, tapi dia benar-benar tulus menyukai Naruto.

Lagi-lagi Naruto hanya terkekeh pelan. Hubungan? Apa semua wanita ini bodoh. Hanya di beri perhatian sedikit, langsung ingin mengikatnnya kearah serius. Dia mematikan puntung rokoknya lalu bangkit dari tempat tidurnya. Tanpa memperdulikan ketelanjangannya, Naruto melewati wanita didepan dan berdiri di meja rias kamarnya. Perlahan dia membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan tanpa memperdulikan bahwa sedari tadi wanita tersebut terus memandangnya dengan tajam menuntut penjelasan.

Jangan tanyakan Naruto. Dia malah merengangkan otot dan melakukan push up dengan meja rias sebagai sandaran tangannya.

Geram. Wanita itu menggertakan giginya kuat menahan amarah dan rasa malu. Tubuh telanjang atletis didepannya tidak lagi memberikan getaran nafsu. Melainkan amarah yang hebat. Tahu bahwa harga dirinya sudah hancur, dekat cepat wanita itu memunguti sisa pakaian yang berceceran di lantai akibat malam panjang yang mereka habiskan bersama.

Selesai dia melakukan push up, dia membuka ruangan pakaiannya yang mewah dan mengambil handuk kering di raknya dan melilitkannya ke pinggang berototnya. Keluar dari ruangan tersebut, Naruto berjalan menuju kearah kamar mandi. Dari sudut matanya Naruto dapat melihat bahwa wanita itu sudah selesai merapikan dirinya.

Wanita itu sudah selesai merapikan dirinya. Dia kembali menatap Naruto yang saat ini sedang berjalan menuju kamar mandi. Hati kecil wanita itu berharap bahwa sedikit saja Naruto mau memandangnya. Tapi harapan itu hanya semu semata. Dia tertawa kecil saat Naruto memunggunginya dan sibuk dengan urusannya sendiri. Dalam hati dia merutuki kebodohannya yang terjatuh dengan pria brengsek seperti Naruto.

Dia menghapus air matanya dan berjalan keluar. Tapi tidak sebelum dia menyumpahi Naruto. "Ku harap suatu saat akan ada satu wanita yang membuatmu terjatuh. Jatuh sampai kau kehilangan kewarasanmu. Dan saat itu kau tau apa itu arti sakit yang sesungguhnya,"

.

.

.

Semenjak Hinata mengetahui bahwa Uzumaki Naruto sang buaya darat menaruh perhatian padanya. Atau lebih tepatnya pada tubuhnya, Hinata sebisa mungkin menghilangkan hawa keberadaannya di daerah-daerah yang rawan akan Naruto.

Seperti, Hinata tidak lagi menemani Sakura menemui kekasihnya di Faculty of Economics, karena tau bahwa fakultas itu adalah Fakultas tempat si Kuning itu menuntut ilmu atau lebih tepatnya menyebar benih beracunnya dan kenyataan bahwa Sasuke yang kekasih Sakura adalah sahabat kental si brengsek nombor satu di Universitas Todai, membuat Hinata dengan lambang silang besar menegaskan bahwa dia tidak akan pernah lagi menginjakkan kakinya ke fakultas itu lagi.

Dia bahkan sekali lagi menolak dengan tegas menggunakan bold dan underline bahwa dia tidak akan pernah lagi menerima ajakan Sakura untuk menemaninya jika ingin berkencan dengan Sasuke pada malam minggu.

Bahkan acara malam minggu itu harus berubah menjadi acara kerohanian untuk menghilangkan kesialan dalam diri Hinata.

Yah jadi disinilah Hinata, di temani pelayan-pelayan pribadinya, sedang bersemedi dengan khusyuk di bawah kolam kecil yang berbatasan dengan alam dengan air terjun yang menjadi penghias suasana yang sepi. Suasana dingin yang sangat menusuk ditambah hanya menggunakan Kimono putih yang tipis, tidak membuat niat Hinata surut. Baginya siksaan Neraka yang akan menantinya di masa depan, cukup membuat nya panas di cuaca sedingin ini.

.

.

.

.

T. B. C. guys...

hi ketemu lagi dengan cerita baru. untuk kali ini ada dua cerita baru. satu yang sad satu lagi yang humor. mungkin yang sad, ceritanya hampir sama kayak cerita sad sebelum- sebelumnya. cuma di sini ada beberapa sudut pandang dari tema cerita pasaran yang selalu kita dengar. untuk yang satu ini, tangan saya gatal mau buat cerita humor tentang Naruto. inspirasinya mungkin dari novel kesukaan saya yang saya baca waktu SMP. CEWEK, karangan Esti Kinasih. mungkin kalau ada yang tau novel ini pasti tau karakter Bima dan Fani. hahahah. di sini Karakter Hinata dan Naruto hampir sama. tapi ini ngak cerita kebut gunung kok. ini lebih ke cerita Hinata dan Naruto yang mencari cinta sejati. okay sekian cuap-cuapnya. oh ya sebenarnya cerita ini saya publish di lapak Orange. dengan judul yang hampir sama. udah itu aja. bye.