Pagi ini, Baekhyun terbangun di rumah—lebih tepatnya dikamar— Chanyeol. Bersama Chanyeol? Tentu saja tidak, karena Chanyeol sedang dalam perjalanan pulang dari Los Angeles. Pemuda manis itu melirik jam didinding putih yang ada dihadapannya sekilas.

7.20 pagi.

Masih terlalu pagi, bahkan anak sekolah pun belum berangkat. Baiklah, sebaiknya Baekhyun bergegas mandi saja, agar ia bisa mampir ke apartementnya untuk menaruh baju kotor sebelum berangkat ke kantor.

Baekhyun mengambil peralatan mandi dan baju ganti miliknya. Sebagai public figure, Baekhyun selalu sedia peralatan mandi dan baju santai apabila ada urusan yang mengharuskanya menginap di suatu tempat, biasanya tempat itu adalah kantornya sendiri.

Sekitar 10 menit mandi, Baekhyun sudah segar dan wangi. Dengan rambut yang masih basah, Baekhyun mengecek ponselnya. Berharap ada pesan dari yang tercinta yang hari ini akan ditemuinya.

Dan benar saja.

Senyum Baekhyun tak lepas dari bibirnya. Dengan segera Baekhyun mengeringkan rambutnya dengan handuk, dan bergegas turun kebawah. Sebetulnya sejak tadi dia sudah mendengar bunti dentingan piring dan alat masak, maka dari itu baekhyun berniat turun.

Dengan setelan celana putih panjang dan sweater biru langit, Baekhyun turun dari tangga sembari mengintip siapa yang sedang di dapur. Ternyata nyonya Park ada disana.

"Selamat pagi, eomma" sapa Baekhyun dengan lembut.

Eomma? Iya eomma. Kalian tidak salah baca. Ibu Chanyeol memang menyuruh Baekhyun untuk memanggilnya eomma. Tapi bukan berarti Chanyeol dan Baekhyun diijinkan untuk menjalin hubungan, walaupun sebenarnya sudah terjalin. Mungkin maksudnya untuk ke jenjang yang lebih seperti menikah.

"Baekhyunee~ kau bangun pagi sekali? Apa suara eomma mengganggu?" Balas nyonya Park hangat tanpa menoleh ke Baekhyun.

"Tidaak! Aku memang terbiasa bangun pagi eomma. Aku harus kekantor hari ini". Ucap Baekhyun sembari menempatkan diri disebelah nyonya Park yang sedang memotong daun bawang.

"Biar aku bantu eomma~" pinta Baekhyun dengan sedikit manja. Karena itu nyonya Park langsung melirik kearah Baekhyun dan melihat pakaiannya.

"Baiklah, ini. Potong daun bawang ini dan satu buah kimchi dikulkas bagian bawah. Arra?" Nyonya Park hanya bisa tersenyum dan kembali fokus pada adukannya di sup sujebi miliknya.

"Kau sudah wangi dan rapi sekali. Kamu begini bukan karena terpaksa kan?". Baekhyun terkekeh mendengar itu.

"Ah, tidak eomma. Aku kan berkarir sendiri, jadi aku harus mengatur segalanya dengan rajin dan tepat! Agar efisien!" Baekhyun berjalan ke lemari es dan mengambil sebuah sawi utuh besar yang sudah menjadi kimchi. "Eomma, hari ini Chanyeol pulang, pukul 3 jadwal kedatangannya. Jika eomma tidak ada kegiatan, nanti siang aku bisa menjemput eomma dan appa untuk ke bandara. Bagaimana?"

Nyonya Park menoleh cepat saat mendengar berita ini. Senyum bahagianya sampai membuat adukan kaldu sujebi itu berhenti.

"Jemput eomma dan appa pukul 2 ya?" Suara nyonya Park terdengar parau. Sedikit lebay memang, tapi Chanyeol adalah anak bungsu kesayangannya. Maka dari itu nyonya Park sangat sensitif mengenai sesuatu yang ada hubungannya dengan Chanyeol.

Baekhyun masih memotong kimchinya dengan semangat itu tersenyum menyaksikan ibu pacarnya yang terharu mendengar kabar kepulangan anaknya.

"Wuah—ahakk! Oeekk!"

Sangat pas setelah Baekhyun selesai memotong kimchi dan memindahkannya ke piring besar, Jiwon telah terbangun.

"Eomma, aku membereskan jagoan dulu ya.." dengan sigap Baekhyun mencuci tangan lalu sedikit tergesa kekamar Jiwon. Disana ia mendapati Jiwon yang sudah terduduk tengah menangis, Baekhyun melihat sekitar. Disana masih ada barang barang bibi Sohye, mungkin dia sedang mandi?

Perlahan Baekhyun menggendong Jiwon didadanya. "Baby Jiwonnie, selamat pagi sayang. Jangan menangis ututuu". Pria 26 tahun itu memainkan bibir Jiwon yang kemerahan karena menangis. Ajaib memang, tangisan bayi besar itu berhenti dan berubah menjadi tatapan mata yang sangat lama. Jiwon berkedip berkali kali, menaikkan tangannya ke dagu Baekhyun sambil membuka mulutnya.

"A-aaak. Ammaama~" mata Baekhyun memerah. Hatinya menghangat mendengar panggilan lembut dari bayi ini. Padahal sudah sering dia mendengar Jiwon memanggilnya amma, tapi untuk yang satu ini sangat berbeda. Jiwon terlihat seperti tau sesuatu yang terjadi. Seakan tau terjadi sesuatu pada amma nya.

"Ahhpaa wencanya!!! ammama ippo! ehe" pipi bayi itu membulat saat terkekeh. Kening Baekhyun mengerut tak memahami apa yang Jiwon maksud, tapi ikut terkekeh juga.

"Iya sayang, appa gwaenchana. Amma yang tidak gwaenchana karena memikirkan appamu". Ucap Baekhyun pada Jiwon, ntah bayi itu mengerti atau tidak apa yang ia maksud. Mereka masuk kekamar mandi dengan Baekhyun yang menyiapkan air hangat ke ember mandi bayi gendut digendongannya.

"Tuan Byun? Andakah itu?" Terdengar suara wanita mendekati Baekhyun masuk ke kamar mandi.

"Eh, iya bibi. Bibi Sohye, sabun bayinya habis, bisa minta tolong ambilkan?" Dengan perasaan tidak enak, Sohye mendengus sejenak.

"Ekhm.. Tuan, biar saya yang memandikan Jiwon. Maaf malah merepotkan begini". Ucap Sohye sambil ikut berjongkok dibawah mendekati Baekhyun yang sedang melepas baju Jiwon.

"Loh, bibi.. tidak apa apa, sesekali bergantian lah. Lagipula aku masih ada waktu sebelum berangkat ke kantor. Aku mau bermanjaan dengan jagoan ini. Iyakan jagoan amma?" Ucap Baekhyun dengan semangat, tak disangka Jiwon tersenyum sambil terus terkekeh saat air hangat menyiram punggungnya. Rasanya pasti ada sensasi dingin.

Sohye tersenyum dan segera mengambil sabun mandi bayi milik Jiwon. Pandangan wanita itu tidak lepas dari Baekhyun dan Jiwon. Ia merasa, Baekhyun terlihat seperti Jiwon saat besar nanti. Wajah mereka mirip. Hanya matanya saja berbeda, mata Jiwon seperti Chanyeol, sisanya ya mirip Baekhyun.

Tanpa disuruh, Sohye kembali ke ranjang Jiwon dan membereskan tempat tidurnya. Sohye menaruh baju ganti Jiwon tepat setelah Baekhyun keluar dari kamar mandi sambil menggendong Jiwon yang ia lingkupi dengan handuk pink.

"Jiwon belum pernah setenang ini sebelumnya.." ucap Sohye tiba-tiba. Dia berdiri disamping Baekhyun sambil menatap Jiwon yang tak mau lepas dari ammanya.

"Maksud bibi?" Pekerjaan Baekhyun memakaikan popok terhenti. Pemuda imut itu menatap Sohye dengan bingung.

"Jiwon biasanya tidak mau mandi. Tapi saat dengan anda, dia sangat berbeda. Bahkan dia tidak rewel saat dipakaikan popok. Anda berdua sangat indah". Ucapan Sohye membuat Baekhyun mengalihkan pandangannya, berusaha fokus memakaikan Jiwon baju dengan lengkap. Tanpa Sohye sadari, wajah Baekhyun memerah malu.

"A—ah itu.. mungkin karena moodnya sedang baik. Benarkan sayang?" Baekhyun mencubit pelan pipi gembul milik Jiwon, dan Jiwon membalas cubitannya pada pipi Baekhyun.

"Nye—nyee~! Amama, ippo!" Bayi itu kembali terkekeh. Sungguh Baekhyun dan Sohye sangat receh sekarang. Terkekeh sendiri melihat kelakuan sibayi bulat ini.

"Dia bilang, amma yeppo!" Sohye menunjuk Baekhyun, mendengar itu Baekhyun kaget.

'tapi aku kan lelaki..' —inner Baekhyun

"S-sebaiknya kita segera makan. Bibi duluan saja kebawah. Aku mau mendandani Jiwon dulu". Sohye hanya balas mengangguk dan segera turun untuk membantu nyonya Park menyiapkan sarapan. Baekhyun akhirnya mendandani Jiwon sampai wangi dan rapih.

Tak lama, Baekhyun turun dengan Jiwon di gendongannya. Jiwon terlihat aktif. Nyonya Park menyapa Jiwon dengan gerak manja.

"Selamat pagi jagoan halmeoni~" kecupan ringan wanita paruh baya itu berikan ke pipi Jiwon. Pekikan imut Jiwon sedikit mengagetkan karena bayi itu bersembunyi didada Baekhyun setelah neneknya menciumnya.

"Eh, kok sembunyi? Adudu jagoan amma malu dicium meonyi eoh?" Baekhyun menegakkan badan Jiwon yang bersemu malu.

"Tumben sekali sih dia begini?" Tanya nyonya Park terheran.

"Iya nyonya, tadi saat dimandikan Tuan Byun, Jiwon juga tidak menangis. Dia sangat menurut dan aktif". Ucap Sohye dengan nada kebingungan.

"Amma, meonyi, ippo! (Amma, halmeoni yeppo!)" Ucap Jiwon dibarengi dengan tepuk tangan hebohnya.

Demi apapun anak ini sangat lucu sekali.

Dari arah kamar diujung ruangan, muncul Tuan Park dengan setelan baju santainya. Jiwon yang sudah duduk di kursinya pun menyapa duluan.

"Lalaboji! Mam!(harabeoji, makan)" ucap balita itu sambil menunjukkan makanannya.

"Ayo mam, ayo!" Tuan Park mencubit gemas pipi Jiwon, dan keduanya terkekeh.

"EHEHEE AMMAMA! Nji mayu!" Jiwon menarik ujung sweater Baekhyun dan sembunyi diperut ammanya. Sungguh pagi ini sangat ceria karena kehadiran mood Jiwon yang membuat suasana menghangat.

-𝐌𝐲 𝐒𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚𝐥 𝐅𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮-

Los Angeles to South Korea

Chanyeol PoV.

Akhirnya aku di perjalanan pulang sekarang, bersama Joohyuk dan awak kabinku. Setelah hari hari di Los Angeles yang hanya berisi ruangan dengan bau obat. Aku membencinya.

Aku rindu ibu, ayah, kakak, dan tentu saja dua malaikatku, Jiwon dan Baekhyun. Aku ingin menghubunginya sekarang. Tapi sepertinya harus kutahan. Bukan karena dipesawat tidak boleh menggunakan ponsel, tapi karena aku harus menahan rinduku karena sebentar lagi kami bertemu. Sebaiknya aku bermain ponsel untuk menenangkan hati agar bisa mengusir traumaku dari kejadian kemarin.

Bilik pesawat ini sangat luas. Jadi kutarik tuas kursi agar aku bisa tiduran. Tiduran? Yes. Aku berada di first class flight. Maka dari itu, wifi pun tersambung dengan lancar.

Pemandangan jendela yang sangat indah. Langit fajar berwarna jingga serta lautan awan putih bersih sangat menenangkan jiwaku. Aku melintasi belasan zona waktu, dan kalian harus tau. Ternyata perjalanan eksklusif ini sangat nyaman. Seandainya Baekhyun ada disini. Aku pasti akan sangat senang.

Aku memiringkan badanku menghadap jendela, menatap langit jinggaku yang kurindukan. Game di ponselku tidak seru, aku tidak jadi main game. Hey Baekhyun, bagaimana bisa sih kau tidak henti mengisi pikiranku? Hanya kau yang membuatku memiliki semangat hidup, semangat bekerja.

Jiwon juga, aku rindu jagoanku. Eomma, meskipun eomma galak, tapi aku merindukan eomma. Appa, meskipun bukan ayah kandungku, tapi dia yang selalu membantuku dikala eomma tidak berada dipihakku.Sungguh aku tidak sabar bertemu para malaikatku.

-𝐌𝐲 𝐒𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚𝐥 𝐅𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮-

"Bagaimana kondisi Jaehyun?" Pria itu terlihat tergesa keluar dari kamarnya pagi itu. Memakai jam tangan dengan sambungan telepon di ponselnya.

"Sudah membaik capt, dia sudah sadar tetapi kondisinya masih lemah". Jawaban wanita diujung sana membuat pria itu sedikit lega.

"Apa diagnosanya?" Pria tadi berjalan menuju dapurnya.

"Belum diketahui jelasnya, tapi diagnosa sementara, dia mengalami anemia". Langkah pria itu terhenti di sebelah meja makan. Dia mengerutkan kening. Sejak kapan Jaehyun mengalami anemia dan mana bisa mimisan sebanyak itu?

"Selamat pagi sayang". Sapa Luhan sembari menaruh piring dimeja makan mereka. Namun sapaan Luhan hanya dibalas telunjuk Sehun yang mengacung kearahnya memberi tanda untuk diam sejenak.

Dan yang benar saja, Luhan terdiam. Wajah bingung Sehun membuat Luhan penasaran, apakah ada sesuatu yang terjadi?

"Ah, baiklah. Terus kabari aku tentang kondisi Jaehyun, aku harus kekantor sekarang. Terimakasih pramugari Lee".

Beep

"Apa yang terjadi?" Tanya Luhan setelah Sehun menaruh ponselnya dimeja.

"Jaehyun, diagnosa sementara dia terkena anemia". Sehun menaikkan kakinya untuk memakai kaos kaki. Wajahnya masih berkerut heran.

"Hmm. Yakin tuh Anemia?" Luhan menaruh roti bakar Sehun dipiringnya. Nada bicara calon istrinya itu membuat Sehun langsung menegakkan badan.

"Jadi menurutmu, kira kira apa sayang?" Sehun kembali menatap Luhan sambil mengambil roti dan mengunyahnya dengan sangat pelan.

"Saat denganmu dia sering mengalami sesuatu tidak?" Luhan duduk berhadapan dengan Sehun. Menunggu jawaban dari prianya yang kini sedang mengusap dagu berusaha mengingat kejadian yang dialami Jaehyun.

"Sejauh ini hanya keluhan orang flu atau masuk angin, kau tau kan? Aku juga sering mengalaminya kok. Semacam sakit kepala hingga leher, muntah? Ya keluhan umum". Jawab Sehun dengan santai dan bingung.

Luhan terlihat berfikir sambil memakan rotinya juga. Dia merasa aneh. Tidak mungkin gejala gejala seperti itu membuat penyakit sampai sebegitunya.

"Apa Jaehyun sering mengalami nyeri sendi? Memar memar tidak jelas?" Luhan kembali bertanya.

"Jika nyeri sendi sepertinya iya, dia sering berulang kali meregangkan lutut di cockpit. Padahal baru sebentar terbang. Kalau memar, setahuku dia jarang terlihat memar". Jawaban Sehun membuat Luhan memiliki diagnosa juga.

"Dari gejalanya sih, itu seperti gejala hemofilia". Luhan menatap Sehun dengan tak yakin. "Tapi jangan percaya dengan diagnosaku. Aku belum melihat dan memeriksanya! Itu hanya spekulasiku". Kata Luhan sambil mengucir rambut tanpa poninya keatas, memamerkan leher jenjangnya.

"Baiklah baiklah. Hmm aku khawatir pada Jaehyun, Lu". Luhan mengusap tangan Sehun lembut.

"Tidak apa apa Sehun. Dia akan baik baik saja!" Luhan menyemangati pilot tampannya itu dengan senyuman centil.

"Kamu, pagi pagi pamer leher, mau kumakan? Membangkitkan gairah saja!" Tiba tiba Luhan memundurkan badannya dan bersandar dikursi.

"Dasar mesum! Kamu tidak boleh makan aku dulu, ada baby disini. Nanti baby marah!" Ucap Luhan sambil mengusap perut ratanya. Ah trimester awal sangat mengganggu Sehun.

-𝐌𝐲 𝐒𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚𝐥 𝐅𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮-

Seoul, 12.35

"Aku suka lagu pertama! Minseokkie bagaimana?" Baekhyun berseru riang.

"Apa lagu itu tidak terlalu kekanakan?" Tanya Changmin memastikan.

"Kekanakan bagaimana? Ini lagu ceria.. aku suka.. jadikan side track, bagaimana?" Baekhyun memutar kembali demo lagu tersebut.

"Aduh, iramanya ear-catching sekali!" Kali ini Minseok menimpalinya. Beberapa staff pun menggerakkan kepalanya dengan asik, karena dentuman tempo yang dirasa menggugah hati untuk bergerak mengikuti irama. Tanpa mereka sadari, Changmin yang duduk dimeja op sedang tersenyum ringan.

"Baiklah, aku percaya padamu. Tapi title track tetap Ballad ya?" Ucap Changmin setelah menghampiri Baekhyun dan mengusap kepala pemuda itu pelan. "Semoga target kita tercapai. Kucukupkan pertemuan hari ini. Terimakasih kerjasamanya". Changmin melenggang pergi dengan kaki jenjangnya.

"Minseokkie aku mau menjemput Chanyeol siang ini. Aku akan pergi sebentar lagi". Ijin Baekhyun pada managernya, yang langsung ditimpali heboh oleh si pemuda bapao.

"Hah? Chanyeol pulang hari ini? Oh astaga aku turut senang! Kau menjemputnya sendiri?"

"Tidak dong~ bersama ibu dan ayah Chanyeol. Mungkin dengan Yoora noona, tapi dia belum mengabari. Padahal sebentar lagi aku menjemput mereka". Ucap Baekhyun centil sembar berberes barang.

"Hey hey hey.. Ternyata Baekhyunku sudah mendapat lampu hijau eoh?" Minseok mencolek lengan Baekhyun jahil. Dibalas cubitan oleh si manis Byun tersebut.

"Kau ini! Hih! Tidak tau. Aku masih belum bicara serius masalah itu.. ntahlah". Senyum Baekhyun tiba tiba berubah masam. Minseok mendekatinya sambil mengusap bahu Baekhyun yang sudah dia anggap adik sendiri.

"Bersabarlah. Aku tau kalian bisa mendapatkan hati keluarga Chanyeol. Disini kalian berdua sama sama berusaha". Ucapan semangat Minseok yang sederhana itu sangat menenangkan Baekhyun.

"Terimakasih ya Minseok-ie". Keduanya tersenyum berhadapan.

Setelah berpamitan dengan Minseok dan menutup absensi, Baekhyun segera pergi ke rumah Chanyeol untuk menjemput Tuan dan Nyonya Park.

Sesampainya diparkiran rumah Chanyeol, Baekhyun melihat Yoora dan Hong sedang turun dari mobil. Sepertinya mereka barusan sampai. Sesegera mungkin Baekhyun menghampiri mereka berdua.

"Noona! Hyung!" Yoora menengok sambil melambaikan tangan heboh pada Baekhyun yang barusaja menyapanya dan suami.

"Baekhyunee! Kau sudah datang? Ini kan baru pukul setengah dua? Pekerjaanmu sudah selesai ya?" Tanya wanita itu sambil menggandeng tangan Baekhyun.

"Sudaah~ hanya meeting sebentar saja kok. Lagian aku sudah berjanji pada eomma. Jadi harus kutepati! Ah, kalian berdua ikut menjemput Chanyeol kan?" Tanya Baekhyun sambil masuk kerumah Chanyeol. Yoora mengangguk tanda mengiyakan.

"Iya, tapi aku dan oppa menggunakan mobil sendiri karena setelah ini kami akan ada acara pernikahan teman Hong oppa di Myeongdong". Baekhyun ber-oh ria dan bertemu nyonya Park disana.

"Ah, kalian sudah datang. Eomma membuat pudding strawberry. Ayo dimakan dulu? Kalian harus mencobanya!" Nyonya Park menggandeng Yoora disusul suaminya dan Baekhyun.

"Eomma, Baekhyun ke kamar Jiwon dulu ya?" Baekhyun berseru dari tangga untuk naik ke kamar Jiwon.

"Ajak Jiwon kesini untuk makan pudding bersama ya! Kami tunggu" suara sepatu bergesekan dengan ubin tangga terdengar setelah nyonya Park menyuruh Baekhyun.

Baekhyun memasuki kamar Jiwon yang terbuka. Betul saja, disana ada Jiwon dan Sohye. Dari bajunya, Baekhyun sudah yakin bahwa Jiwon telah bersiap.

"AMMAA!!" Jiwon yang baru selesai disisiri Sohye pun langsung heboh dan berlari tergopoh kearah Baekhyun.

"Jiwonnie~" Baekhyun langsung menghampiri dan memeluk Jiwonnya.

"Tuan, Jiwon tak berhenti bertanya keberadaan anda sejak tadi pagi anda berangkat. Saya sampai bingung". Keluhan bibi Sohye hanya dibalas kekehan oleh Baekhyun.

"Aduh.. Jiwonnie, jangan merepotkan bibi begitu lagi. Ya?" Baekhyun menggendong Jiwon, dan tak disangka Jiwon membalas teguran Baekhyun dengan memajukan bibirnya imut. Oh, bayi ini berlagak sedih ternyata.

"Anyio. Nji a nakal! (Aniyo, Ji tidak nakal)" ucap bayi berpipi bulat tersebut digendongan Baekhyun. Ternyata anak ini berusaha menampik segala tuduhan. Pintar juga.

Tak berapa lama, mereka langsung turun dan memakan pudding yang telah dibuat nyonya Park. Dimeja makan, mereka semua berkumpul, tak terkecuali bibi Sohye.

Disana Baekhyun memangku Jiwon sambil menyuapinya. Sesekali Baekhyun membercandai bayi gembul tersebut dan diikuti gelak tawa dari yang lain.

Lagi lagi hati nyonya Park menghangat. Melihat kedekatan Baekhyun dan Jiwon yang sedalam ini. Bahkan nyonya Park pernah merasakan bagaimana berisiknya Jiwon saat Baekhyun tidak ada didekatnya. Ntah Jiwon menangis, atau selalu bertanya dimana Ammanya.

Pudding pink dimangkuk wanita paruh baya tersebut hanya tertepuk sendok tanpa dimakan. Suara denting sendok dan mangkuk keramik tersebut mencuri perhatian yang lainnya.

"Eomma?" Yoora menyentuh pundak ibunya yang barusaja tertangkap basah sedang melamun menatap Jiwon.

"A—ah. Maafkan eomma. Ayo dihabiskan puddingnya! Eomma sudah membuatkan sendiri untuk Chanyeol. Jadi jangan khawatir dia tidak kebagian!"

Baekhyun menatap ibu Chanyeol dengan sedikit heran. Sebetulnya sejak dulu dia tidak paham apakah nyonya Park ini setuju atau tidak setuju atas hubungannya dengan Chanyeol?

Jika setuju, mengapa dia tidak mengijinkan Chanyeol dan dia ke jenjang yang lebih serius? Tapi jika dia tidak setuju, mengapa dia membiarkan Baekhyun sedekat ini dengan keluarganya?

Sungguh ini sangat membingungkan hati dan pikiran pemuda Byun itu. Dia tidak paham apalagi yang harus dilakukan.

'Tuhan, jika benar Kau labuhkan aku pada seorang Park Chanyeol, maka dekatkanlah. Apabila bukan Chanyeol yang kau labuhkan untukku, kumohon jangan ada rasa sakit yang terlalu mendalam. Amin.' itulah doa singkat Baekhyun. Selalu terpanjat dikala dia merasa khawatir akan hubungannya.

Seoul to Incheon, 14.15

Baekhyun satu mobil dengan Nyonya Park, bibi Sohye, dan Lee ahjusshi. Bibi Sohye duduk didepan menemani Lee ahjusshi yang sedang menyetir. Sementara nyonya Park duduk disamping Baekhyun yang sedang bermain dengan Jiwon.

Dimana Tuan Park? Ayah tiri Chanyeol tersebut ada rapat mendadak dikantor kampusnya. Jadi, beliau tidak menjemput Chanyeol hari ini. Dan tadinya, Baekhyun mau mengantar nyonya Park menggunakan mobilnya, tapi kata ibu 2 anak tersebut, lebih baik Baekhyun berangkat bersama menggunakan mobil keluarga, dengan dalih agar tidak merepotkan.

"Baekhyun, eomma boleh bertanya?" Sungguh nada yang seram untuk membuka sebuah topik. Sebetulnya Baekhyun sedikit kaget, tapi dia berusaha santai saja.

"Ada apa eomma? Tanya saja tidak apa apa".

"Sejauh apa hubunganmu dengan Chanyeol?"

Pertanyaan ini membuat Baekhyun sedikit tersentak. Bahkan Baekhyun sempat membuang muka ke jendela disebelah kanannya.

"Jawab saja, karena eomma berharap kau menjawabnya dengan jujur". Sebetulnya nadanya lembut, tetapi pertanyaanya keras.

"E—eh itu. Ya, seperti yang eomma lihat. Seperti ini.. hehe" mampus—inner Baekhyun.

"Kalian cuma berpacaran kan? Belum ada lamar melamar?" Baekhyun menggeleng. Setidaknya dia menjawabnya dengan jujur.

"Terimakasih sudah menjaga Jiwon kami dengan sangat baik. Bahkan melebihi eomma dan Chanyeol, padahal ia ayahnya sendiri. Kau tau? Eomma sangat senang semenjak ada dirimu. Jiwon kembali menjadi anak yang aktif, dan Chanyeol juga tidak lagi introvert. Eomma ingin kau menjaga mereka lebih lama. Itu juga jika dirimu berkenan. Bagaimana? Bisa?" Ucap nyonya Park dengan jelas. Mata Baekhyun melotot sembari menatap ibu Chanyeol dengan bingung. Disini ibu Chanyeol ingin dia tetap disamping Chanyeol, kan?

"Tapi bukan berarti eomma mendukung hubungan kalian sepenuhnya. Apa kau mampu?" What? Menyuruh Baekhyun menjaga Chanyeol dan Jiwon, tetapi tidak mendukung hubungannya? Memangnya Baekhyun seorang asisten rumah tangga? Nyonya Park sungguh tidak bercanda dengan kata katanya.

Mana ada yang mampu bertahan jika kau memiliki hubungan dengan seseorang, dibiarkan mesra tetapi ternyata tidak ada kata restu terucap? Apakah ini saatnya Baekhyun untuk mundur saja? Jujur saja, Baekhyun sakit mendengarnya.

"Baiklah eomma. Baekhyun bersedia".

Baja apa yang ada dalam hati Baekhyun? Seorang pemuda kecil nan manis ini ternyata sudah memiliki tekad yang kuat untuk bertahan demi cintanya.

Nyonya Park sedikit kaget mendengar jawaban Baekhyun. Ternyata pria ini tidak mudah dilumpuhkan.

What?

Tidak tidak. Maksudnya tidak mudah dilumpuhkan tekadnya. Nyonya Park tidak berniat menyingkirkan atau bahkan membunuh Baekhyun. Jujur saya, wanita yang hampir menginjak kepala 6 itu sangat sayang pada Baekhyun. Tapi kenyataannya beliau harus tetap tegas demi hidup anak anaknya. Jika menurutnya belum pantas, maka ya tidak pantas.

Senyum wanita itu melengkung selepas mendengar jawaban Baekhyun. Entah sudah berapa kali nyonya Park senyum begini semenjak Baekhyun bercengkrama dengannya. Sejujurnya, Baekhyun masih bingung dengan maksud nyonya Park. Tapi yasudahlah, jalani dulu saja.

Keluarga itu telah sampai di bandara Incheon, yang lumayan ramai pada saat itu. Kebetulan musim liburan. Dua mobil terparkir indah di VIP area, dimana tidak semua bisa parkir disana karena letaknya yang berada tepat didepan pintu kedatangan.

Jiwon di gendongan Baekhyun sedang bermain dengan kalung emas putih milik ammanya. Baekhyun mengenakan masker hitam saat itu, untuk sekedar berkata jaga dari para mata kamera.

Keluarga Park —termasuk Baekhyun, CIAAA— duduk di lounge sekitar setengah jam. Pesawat Chanyeol sudah mendarat, membuat keluarga Park tidak sabar menanti kedatangan pangerannya. Jiwon yang bosan tiba tiba melepaskan diri dari Baekhyun dan berjalan jalan asyik sendiri, dengan penjagaan Baekhyun dan bibi Sohye tentunya.

"Jiwonnie, jangan jauh jauh sayang". Baekhyun berusaha mengejar Jiwon yang berjalan terlalu jauh, jarak keduanya sekitar 10 meter lebih, membuat Baekhyun tergesa.

"Hap! Dapat!" Seseorang menggendong Jiwon dengan cepat. Awalnya Baekhyun hampir kaget kalau kalau Jiwon diculik, tapi ternyata itu Chanyeol. Dengan heboh, Jiwon berteriak senang.

"Appaapa! Appaaa!!!" Teriakan balita itu membuat keluarga Park menoleh. Chanyeol berjalan menuju nyonya Park yang sedikit tergesa menghampirinya, kemudian memeluk ibu kandungnya itu.

"Chanyeol-ah. Kau sungguh sungguh hampir membunuh ibu!" Pelukan itu mengerat, tangis wanita paruh baya itu pecah saat memeluk anak tampannya.

"Hehe, ibu jangan begitu. Aku kan sudah disini. Aku sangat merindukan ibu". Pelukan lembut itu diakhiri dengan kecupan lembut Chanyeol di dahi ibunya. Sambil menyamankan gendongan Jiwon, Chanyeol memeluk Yoora, noonanya. Hingga yang terakhir dia menatap seorang pemuda mungil didepannya yang sedang bersusah payah menahan air mata. Mereka saling menatap, sampai akhirnya Chanyeol memberikan gendongan Jiwon pada Yoora, kemudian berlari memeluk Baekhyun dengan sangat amat erat.

Keduanya berpelukan erat tanpa suara. Airmata mereka pun ikut menetes dalam diam. Semua yang ada disana hanya melihat dengan haru.

"Idiot" itu kata sambutan dari Baekhyun untuk Chanyeol. Sungguh romantis ya? :)

Kekehan terdengar dari bibir Chanyeol. Mereka merenggangkan pelukan disusul Baekhyun mengusap dada dan bahu Chanyeol dengan lembut.

"Aku tidak apa apa, jangan khawatir". Ucap pilot tampan itu sembari mengusap pelan airmata Baekhyun yang masih menetes. "Aku sudah disini, Baekhyun. Aku rindu sekali". Hanya anggukan yang diterima Chanyeol. Baekhyun bukannya tidak suka dengan kembalinya Chanyeol, tetapi dia terlalu bahagia sampai ia kehabisan kata kata.

"Ammama, nyujimaah!(amma, uljima)" Jiwon berontak dalam gendongan Yoora sambil mengayunkan tangannya kearah Baekhyun. Dengan segera Baekhyun mengusap airmatanya sendiri lalu mengambil Jiwon dari gendongan Yoora.

Chanyeol ikut mengusap kepala Jiwon dan menciumnya sekilas. Bayi gembil itu mengusap pipi ammanya dengan gemas, lalu mengomel kepada appanya, seakan appanya yang membuat ammanya menangis. Nyonya Park dan Yoora terkekeh melihat kelakuan Jiwon.

"Oh iya, sepertinya kita harus bergegas karena Yoora dan Hong akan ke pesta pernikahan, dan eomma akan ikut mereka berdua. Jadi, Baekhyun dan Chanyeol pulang bersama Jiwon dan Sohye ya". Ucap nyonya Park tiba tiba, membuat Baekhyun melotot.

"Eomma ikut ke pesta pernikahan?" Pertanyaan Baekhyun hanya dibalas anggukan dan senyum dari nyonya Park.

"Iya, eomma tiba tiba mau ikut. Yasudah, kami duluan ya? Hong oppa sudah menunggu di mobil. Sampai junpa nanti malam!" Nyonya Park dan Yoora telah menghilang dari keramaian, menyisakan bibi Sohye, Baekhyun, dan Chanyeol yang sedang menggendong Jiwon sekarang. Mereka beranjak pergi dari airport.

Didalam mobil mewat itu, Baekhyun duduk dikursi tengah bersama Chanyeol yang tak melepaskan genggaman pada submissive nya, bahkan sesekali mencium punggung tangan Baekhyun. Didepan sana, Jiwon sudah tidur dalam gendongan bibi Sohye. Pandangan Baekhyun kosong menatap jendela. Dahinya berkerut.

"Sayang, ada apa?" Suara baritone tersebut menggugah pikiran Baekhyun.

"A-ah tidak. Oh, iya. Eomma membuat pudding dirumah. Kau harus makan ya?" Baekhyun sungguh pintar berakting. Tapi Chanyeol lebih pintar membaca mimik wajah seseorang. Apalagi Baekhyun.

"Baiklah". Hanya itu yang Chanyeol katakan sembari mencium pipi kekasihnya.

Sesampainya dirumah, Chanyeol langsung merebahkan diri disofa ruang tengah. Bibi Sohye langsung masuk kekamar bersama Jiwon karena Jiwon tertidur. Sementara Baekhyun langsung menuju dapur untuk membawakan susu dan pudding strawberry milik Chanyeol.

"Chanyeol-ah. Ini buatan eomma. Makanlah". Ucapnya sambil meletakkan nampan itu dimeja rendah depan Chanyeol. Captain pesawat airbus tersebut hanya meliriknya sekilas sambil tersenyum, lalu mengulet sejenak.

"Lelah hm?" Tanya Baekhyun sembari mengusap jidat Chanyeol yang tegas akibat rambutnya yang dinaikkan.

"Tidak kok. Kan sudah ada dirimu, Baekhyun". Chanyeol membalas dengan suara tidak jelas. Baekhyun memutar matanya malas. Biarpun begitu, dalam hatinya dia melayang kok.

"Makanlah segera! Aku mau keatas dulu". Baekhyun mengambil sepatu dan tas milik Chanyeol lalu membawanya kekamar prianya tersebut. Setelah langkah Baekhyun terdengar menjauh, Chanyeol langsung memakan pudding ibunya.

Chanyeol tau sesuatu telah terjadi antara Baekhyun dan ibunya. Pria itu menatap pudding sisa didepannya dengan intens. Dia menyunggingkan senyum miringnya.

'aku tau maksud ibu, dengan sangat jelas' ucap Chanyeol dalam hati. Senyumnya menyeramkan. Setelah menyelesaikan potongan puddingnya, Chanyeol langsung naik kekamarnya. Disana ada Baekhyun yang sedang membereskan barang-barang Chanyeol.

"Halo cinta. Ah, rajinnya kekasihku". Ucap Chanyeol cengengesan. Terdengar decihan dari bibir Baekhyun.

"Sudah kusiapkan air hangat, kau berendamlah agar rileks". Balas Baekhyun tanpa menatap Chanyeol yang sekarang masih tersenyum bodoh kearah pria mungil tersebut.

"Aku sangat mencintaimu".

Cup

Chanyeol mencuri sebuah kecupan dibibir Baekhyun. Awalnya Baekhyun kaget namun akhirnya dia berusaha menenangkan hatinya. Dan yang benar saja, Chanyeol langsung masuk kekamar mandi, dan berendam di bathup dengan air hangat yang sudah disiapkan Baekhyun.

"Dasar kekanakan". Umpat Baekhyun saat Chanyeol sudah masuk kamar mandi.

Sekitar setengah jam, akhirnya Chanyeol keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dipinggangnya. Dipinggir ranjang, Baekhyun sedang mengecek schedule nya sambil mengemil Doritos.

"Bilangnya diet, tapi malah mengemil malam malam. Dasar kaum yang harus dimengerti". Celoteh Chanyeol pada Baekhyun. Dengan cepat Baekhyun menoleh dan memasang wajah emosi.

"Apa sih? Sok tau sekali. Aku makan ini karena sponsor. Daripada aku makan besar?" Wah ternyata sikecil mengajak ribut. Baekhyun mengalihkan perhatiannya lagi pada ponselnya, tanpa sadar Chanyeol mendekatinya lalu membekap badan mungil itu dari belakang.

"Sayang. Jangan terlalu galak begitu, kamu tidak merindukanku ya?" Tanya Chanyeol dengan nada yang dibuat manja, membuat Baekhyun bergidik ngeri.

"Apa? Lepaskan tanganmu. Badanmu belum kering, Park! Keringkan dulu!" Perintah Baekhyun tidak didengar Chanyeol. Hingga akhirnya Chanyeol menarik dagu Baekhyun lalu mencium bibir simungil dengan agak kasar.

"H—hmmnh?!" Baekhyun sedikit mengerang sembari menahan badan Chanyeol yang sekarang berpindah posisi menjadi menindihnya diatas ranjang. Ciuman Chanyeol semakin mengganas saat Baekhyun sedikit menjambak rambut belakang prianya.

"Hmmphh s—sudahhmph!" Ucap Baekhyun terbata ditengah ciuman ganas Park Chanyeol. Dengan sedikit tenaga, Baekhyun mendorong dada Chanyeol.

Smooch

Bibir keduanya terlepas. Baekhyun menatap Chanyeol dengan puppy eyes. Sementara Chanyeol disana menatap heran sambil mengatur nafasnya.

"Ada apa?" Tanya Chanyeol.

"T-tidak apa apa. Jangan seperti tadi.." pinta Baekhyun.

"What? Why? Kau tidak menyukainya?"

"B-bukan begitu. Hanya saja aku belum mau.."

Baekhyun membuang mukanya, mengalihkan pandangan dari mata tajam prianya. Rambut basah Chanyeol menyentuh belakang telinga Baekhyun saat Chanyeol menciumi leher mulusnya.

"Chanyeol, kumohon.. jangan sekarang" pinta Baekhyun sekali lagi, sambil menggeser posisinya menjauh dari Chanyeol.

Sigh

Chanyeol menyerah. Pria tinggi itu beringsutbke ranjang lalu membekap tubuh Baekhyun dengan lembut.

"Apa yang eomma katakan padamu?" Pertanyaan Chanyeol sungguh menohok, bagaimana ia tau?

Chanyeol merasakan tubuh dalam dekapannya ini tersentak. Berarti memang benar ada sesuatu antara ibunya dan Baekhyun. Baekhyun tidak mengatakan apapun, dia hanya diam.

"Berjuanglah bersamaku, aku yakin kita bisa mendapatkan restu orang tua kita, terutama eomma ku". Senyum Chanyeol berubah menjadi seringai kecil tanpa sepengetahuan Baekhyun.

-o-

"Eomma sudah bertanya pada Baekhyun?"

"Sudah. Dia bilang Chanyeol belum melamarnya".

"Kenapa ibu tidak biarkan saja mereka bersama? Baekhyun sudah berkorban banyak untuk Jiwon dan Chanyeol. Aku sangat yakin mereka cocok".

"Yoora, kau tidak tau maksud eomma".

"Eomma, Chanyeolie sudah dewasa dan berhak mendapatkan apa yang dia mau".

"Eomma hanya masih dilema akan kehadiran Baekhyun, dia seorang public figure. Eomma khawatir akan reputasinya nanti".

Yoora menoleh kebelakang menatap ibunya.

"Eomma.. khawatir pada Baekhyun?" Hanya anggukan yang Yoora dapat. Jari jari nyonya Park bertaut resah. Pikirannya kalut.

"Baekhyun sudah melakukan apa yang dia bisa eomma, apakah eomma tidak melihat setelaten apa saat Baekhyun mengurus Jiwon? Bahkan aku kaget eomma".

"Maaf memotong, tapi betul apa yang dikatakan Yoora. Kemarin saat Jiwon jalan jalan denganku, dia sangat berisik. Tapi setelah kembali kerumah, dia langsung memanggil Baekhyun lalu dengan cepat dia bisa tertidur. Dia seperti memiliki chemistry dengan pria itu. Berkali kali moment antara Baekhyun dan Jiwon terlihat sangat manis". Suami Yoora menambahkan.

"Betul apa yang dikatakam Hong oppa, eomma. Eomma bayangkan sepadat apa jadwal Baekhyun bekerja, tapi ia sempatkan kerumah untuk bertemu Jiwon".

Sigh

"Tidak tau. Eomma belum bisa".

"Eomma, restui mereka. Cukup sekali Chanyeol pernah mengorbankan cintanya demi eomma dan appa.."

"Berkorban demi eomma dan appa? Apa maksudmu Park Yoora?!"

-𝐌𝐲 𝐒𝐩𝐞𝐜𝐢𝐚𝐥 𝐅𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮-

.

.

.

.

.

.

.

TBCin gak neh??

Wkwkw hai. Gimana kabarnya? gils, aku apdet gada sebulan. Pencapaian yang sungguh indah. Maaf gais aku lagi anu banget mentok nulis serius. Tapi tuh kalo ga lanjutin, aku berasa punya utang. Sumpah. Wkwk

Btw jangan lupa vote dan comment ya. Plis liat kalian respon tuh aku merasa sangat amat dihargai.. jadi aku yang emang notabebe ke dunia orens/ffn buat release my stress tuh jadi beneran ilang stressnya... jadi, jangan lupa buat ninggal jejak yaa :"((( i love you banget gais.. see you on the next chapt!