Diary : Dosen vs Mahasiswi

.

.

.

.

.

Uchiha Sasuke, Haruno Sakura

.

.

.

.

.

.

©Aomine Sakura

.

.

.

.

.

.

Diadaptasi dari Webtoon : My Prewedding dan Pasutri Gaje (juga garagara dosen jomblo ganteng :3)

.

.

.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN! JIKA TIDAK SUKA DENGAN CERITA ATAU ADEGAN DI DALAMNYA, SILAHKAN KLIK TOMBOL BACK! DLDR!

Selamat Membaca!

"Ah.. Bosan."

Sakura membalikan badannya dan menghela napas panjang. Besok adalah hari pernikahannya dan dia gugup setengah mati. Dia bahkan hari ini hanya mengikuti praktikum sebentar dan langsung pulang. Tentu saja setelah Ino mengomelinya panjang lebar karena seharusnya dia berada di rumah sekarang.

Pernikahannya akan dilaksanakan besok. Rasanya masih seperti mimpi ketika dia akan menikah dengan dosennya. Rasanya baru kemarin dia bertemu dengan dosennya, dia bersikap acuh tak acuh, kemudian dosennya berpacaran dan masih banyak sekali kejadian yang begitu membekas dalam dirinya. Dan entah mengapa, rasa sedih menyergap hatinya.

Berjalan keluar kamarnya, dia memandang kamar kakaknya yang tertutup rapat. Telinganya bisa menangkap suara kakak iparnya bersama dengan Natsu di ruang keluarganya. Sepertinya kakaknya ada di kamarnya.

"Ne, nii-chan."

Sakura membuka pintunya kamar kakaknya dan menemukan kakak laki-lakinya sedang tiduran diatas ranjang.

"Sakura? Ada apa?" Sasori mendudukan dirinya.

"Um tidak. Aku hanya tidak bisa tidur."

"Memikirkan pernikahanmu? Semuanya akan baik-baik saja besok." Sasori menepuk kasur di sampingnya. Memberi kode agar adiknya duduk di sampingnya.

Matanya memandang adiknya yang sangat cantik dengan rambut merah mudanya itu. Rasanya, baru kemarin perut ibunya membesar dan dia bertanya, kenapa ada semangka di perut ibunya, rasanya baru kemarin adiknya lahir ke dunia. Dia masih ingat, bagaimana Sakura lahir dengan rambut berwarna merah muda dan pipi yang merah dan tembam.

Rasanya baru kemarin dia menggandeng adiknya masuk ke TK, berkelahi saat adiknya diejek, atau memakaikan sepatu pada adiknya. Dia masih ingat saat SMP dulu, dia menggendong adiknya pulang sekolah karena kakinya terluka saat olah raga. Dan sekarang, Sakura akan menikah dengan adik sahabatnya. Rasanya seperti mimpi.

"Aku terlalu gugup memikirkan bagaimana pernikahanku besok." Sakura tersenyum sendu. "Apa saat menikah nanti, aku masih bisa bertemu dengan nii-chan?"

Ah, dia merasa sedih.

Ibunya memang menyuruhnya untuk memiliki rumah sendiri pasca pernikahannya. Tetapi, dia menginginkan tinggal di rumah orang tuanya karena mengkhawatirkan Sakura. Adiknya itu sangat slebor dan membuat semua orang disekitarnya khawatir. Lagipula, ketika adiknya disakiti oleh pria bernama Yahiko, dia benar-benar murka dan tidak terima dengan perlakuan pria itu.

Dia bersyukur karena Yugao mau menjadi istrinya dan menerimanya. Dia sangat beruntung karena Yugao tidak keberatan ketika dia ingin tinggal dirumah kedua orang tuanya. Sakura malah sangat senang karena akhirnya dia memiliki teman wanita di rumah selain ibunya.

"Aku tidak yakin Sasuke mau tinggal disini." Sasori tersenyum. "Lagi pula, kalian harus punya rumah sendiri dan membangun rumah tangga kalian sendiri, Sakura."

"Tapi.." Sakura menggantungkan kata-katanya.

"Kamu masih bisa main kerumah saat kamu senggang. Bukankah nii-san selalu ada disini? Lagipula nii-san yakin, jika Sasuke adalah pria yang baik."

Sakura memeluk kakaknya. Dia merutuki, kenapa waktu berjalan sangat cepat. Dia sudah melewati banyak hal bersama kakaknya. Mereka bertengkar, bermain game bersama, bahkan dia suka sekali meledek kakaknya yang jomblo saat sekolah dulunya. Dia adalah orang yang menangis semalaman ketika kakaknya akan menikah besoknya. Dia adalah orang yang paling sedih.

Namun, dia adalah orang yang paling bahagia ketika kakaknya memperkenalkan calon istrinya kepadanya. Saat melihat Yugao untuk pertama kalinya, dia merasa jika Yugao adalah orang yang tepat. Yugao terlihat sangat menyayangi kakaknya dan dia merasa jika kakaknya akan bahagia bersama dengan Yugao.

Yugao adalah sosok yang ramah saat dia pertama kali mengenal wanita berambut ungu itu. Yugao sangat cantik dan mengajarinya beberapa cara menggunakan make up dan mengajarinya banyak hal. Ah, dia merasa sangat sedih sekarang.

"Aku menyayangimu, nii-chan."

Sakura memeluk kakaknya dengan erat dan merasakan air matanya tumpah. Dia menjadi emosional sekali beberapa hari ini. Apalagi membayangkan jika dia akan berpisah dari keluarganya.

"Tou-chan!"

Sakura maupun Sasori melepaskan pelukan mereka ketika Natsumi berlari dan naik ke dalam pangkuan Sasori. Bocah kecil itu memang tidak bisa jauh dari sang ayah.

"Maafkan aku, Sakura. Nat-chan rewel dan dia ingin bersama dengan Sasori."

"Tidak apa, Yugao-nee. Lagipula ini sudah malam, sebaiknya aku segera tidur."

Bangkit dari posisi duduknya, Sakura berjalan menuju kamarnya. Ah, sudah waktunya dia tidur karena besok pagi pasti akan sangat melelahkan. Baru beberapa menit dia memejamkan matanya, tiba-tiba saja ponselnya bergetar.

.

.

.

Sasuke memandang ponselnya dan berdecak kesal. Sudah satu jam sudah dia mencoba menghubungi Sakura namun tidak diangkat. Entah kemana calon istrinya itu hingga tidak mengangkat panggilan teleponnya. Apakah calon istrinya sudah tidur? Mengingat besok adalah hari pernikahan mereka. Sedari tadi perasaannya tak tenang dan tak menentu. Dia mencoba menghubungi Sakura sekali lagi karena rasanya dia tidak tenang ketika calon istrinya tidak bisa dia hubungi.

Sambungan telepon terhubung, rasanya Sasuke seperti memenangkan sebuah lotre!

"Kau kemana saja, Sakura?"

"Maafkan aku, Sasuke-kun. Aku habis berbincang dengan Sasori-nii. Entah mengapa aku tidak bisa tidur dan sekarang aku gugup."

Sasuke tidak berkomentar. Seharusnya dia tahu, jika berat bagi Sakura untuk berpisah dengan keluarganya di usianya yang kesembilan belas tahun dan menikah dengannya. Sakura pasti sangat gelisah dan sedih.

Dulu, dia pernah mendengar cerita dari kakak iparnya yang hampir membatalkan pernikahannya karena gugup dan juga ragu-ragu. Bagi seorang wanita, pastilah berat rasanya untuk berpisah dengan keluarganya. Apalagi Sakura adalah anak bungsu yang mendapatkan kasih sayang penuh sama sepertinya.

"Apa kamu mau membatalkan pernikahan ini?"

"Kau bicara apa, Sasuke-kun?" diseberang telepon Sakura tertawa. "Aku sudah memantapkan hatiku untuk menikah denganmu. Namun hanya saja, aku menjadi sedikit ragu-ragu. Tapi kamu jangan khawatir! Semuanya akan baik-baik saja."

Sasuke tidak bisa menahan senyumnya. Tidak salah jika dia memilih Sakura menjadi istrinya.

"Hn. Sebaiknya kamu minum susu sebelum tidur agar lebih tenang. Jangan lupa berdoa."

"Um.. Aku menyayangimu, Sasuke-kun. Jangan lupa berdoa juga dan segeralah tidur. Oyasumi."

Sambungan telepon terputus dan Sasuke tersenyum. Mungkin segelas jus jeruk dingin bisa menemaninya tidur.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kaa-san? Bagaimana make upku?"

"Sangat cantik, Sakura."

Sakura mematut dirinya di cermin. Emeraldnya memandang dari cermin ibunya yang tersenyum kearahnya. Tak berselang lama, ayahnya masuk dengan pakaian khas Jepang.

"Kaa-san, tou-san. Maaf jika Saku belum bisa membahagiakan kalian." Sakura membalikan badannya dan memeluk kedua orang tuanya. "Tolong selalu doakan Saku, kaa-san, tou-san."

"Nyahahaha... Kau bicara apa, Sakura?" Kizashi tertawa. "Tou-san percaya, jika Sasuke bisa membahagiakanmu seperti kaa-san dan tou-san membahagiakanmu. Menjagamu dari sebelum kamu menjadi cantik seperti ini, sekarang tugas tou-san sudah selesai dan Sasuke yang akan menggantikan tou-san. Berbaik-baiklah dengan Sasuke nantinya, Sakura."

Air mata membasahi pipi dara berambut merah muda itu. Mebuki mengusap sudut matanya yang berair sebelum menghapus air mata di pipi Putri bungsunya. Memang rasanya berat melepas Putri kecilnya yang kini sudah dewasa dan bahkan akan menikah dengan orang yang menjadi teman hidupnya.

Sakura benar-benar merasa dadanya sangat sesak. Sekarang, dia akan memulai hidupnya yang baru dengan pilihan hati dan teman hidupnya, Uchiha Sasuke.

"Sakura." Naruto masuk ke dalam ruang riasnya. "Sasuke sudah datang."

.

.

.

.

.

Sasuke mengenakan pakaian pernikahannya dan banyak sekali wanita yang patah hati. Terutama mahasiswi di kampusnya tempatnya mengajar. Banyak juga yang iri karena dia akan menikah. Dia tidak peduli dengan semua itu, karena dia hanya mencintai Sakura seorang.

"Mempelai wanita memasuki kuil."

Menolehkan kepalanya, Sakura masuk dengan pakaian pernikahannya dan rambutnya yang berwana merah muda tampak cantik dengan hiasan rambut yang membuat gelungan rambutnya terlihat sangat menawan. Apalagi pipi gembilnya itu yang merona merah.

"Sasuke-kun." Kizashi menatap calon suami putrinya sebelum memberikan Sakura pada Sasuke. "Aku titipkan Putri kecilku padamu."

"Hn. Saya akan membahagiakannya, paman."

Sasuke menatap lekat-lekat Sakura dan baru menyadari jika Sakura sangatlah cantik. Bagaimana mungkin dia melewatkan wanita secantik ini dulunya. Ah, dia memang tidak terlalu dekat dengan adik sepupu Naruto. Dia bahkan baru mengetahui jika Sakura adalah adik sepupu Naruto karena pria berambut kuning itu yang mengatakannya padanya.

"Kalian boleh berciuman."

"Eh, eh.."

Sakura merasakan pipinya merona merah. Meski Ino sudah memberikan latihan dan tutorial tentang cara berciuman dan sebelumnya bahkan dia sudah berciuman dengan Sasuke. Namun, di depan banyak orang seperti ini membuatnya gugup. Bagaimana ini? Dia sangat gugup sekarang.

Suaminya itu mengangkat dagunya sebelum mendaratkan ciuman di bibirnya yang berwarna pink. Rasanya sungguh lembut dan memabukan. Tiba-tiba, Sasuke melepaskan ciuman mereka dan mendaratkan ciuman di dahinya.

"Kita lanjutkan nanti."Sasuke tersenyum geli.

"Mou, Sasuke-kun bodoh!"

.

.

.

.

"Ah.. Lelahnya."

Sakura turun dari mobil suaminya dan meregangkan lengannya. Setelah pesta pernikahan mereka dilaksanakan. Sasuke mengajaknya pindah ke rumah baru yang dibeli oleh Sasuke. Saat dia menanyakan tentang rumah ini, Sasuke mengatakan jika dia ingin memberikan kejutan untuknya dengan membeli rumah ini tanpa sepengetahuannya. Manis sekali.

"Sakura, kita keluarkan sisa barang-barang kita besok saja."Sasuke membawa koper dan beberapa tas mereka yang berisi pakaian dan keperluan mereka malam ini.

"Aku akan mandi dulu."

Sakura menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Mengganti pakaiannya dengan gaun malamnya, dia memandang sekelilingnya. Rumah ini sungguh besar dengan beberapa perabot yang terlihat mahal. Dengan tiga kamar tidur yang masih kosong. Sakura bisa membayangkan akan ada anak-anak mereka yang berlarian di rumah mereka nantinya. Pasti sangat lucu.

"Sakura, sudah selesai mandinya?" Sasuke berjalan sembari mengalungkan handuk di lehernya. "Aku akan mandi dan mengecek pintu dulu. Kamu ke kamar sajalah."

Berjalan menuju kamarnya, Sakura memandang kamar mereka yang sangat rapi. Sepertinya suaminya sangat mencintai kerapian, karena hampir semua barang-barang yang ada tertata sangat rapi. Mendudukan dirinya diatas ranjang yang empuk, Sakura menghela napas panjang dan memikirkan bagaimana malam pertama mereka nantinya. Pastinya, mereka akan melakukan ritual tersebut kan?

"Sakura?" Sasuke masuk ke dalam kamarnya. "Belum tidur?"

"Eh oh.." Sakura menjadi gelagapan. "K-kita tidak melakukan 'itu'?"

Sasuke merasakan pipinya bersemu merah. Dia bukannya anak remaja yang masih polos. Dia bahkan mempunyai 'harta karun' yang menemani malam panasnya. Tetapi, ini adalah yang pertama baginya.

"Sakura."

Sasuke melumat bibir Sakura dengan lembut sebelum ciumannya berubah menjadi ganas. Sakura meremas rambut Sasuke dan membalas ciuman suaminya dengan tak kalah hotnya. Tangan Sasuke meraba tali gaun malam Sakura sebelum menurunkannya, ciumannya berpindah ke leher Sakura sebelum mencium belahan dada menggiurkan milik Sakura.

Dada Sakura memang tidak sebesar dada Bintang porno. Namun, saat dia meremasnya, sangat kenyal dan pas di genggamannya. Miliknya sudah menegang dan minta di puaskan. Malam panjang mereka akan segera di mulai.

.

.

.

.

.

.

.

"Sasuke-kun, bangun."

Sakura meregangkan tubuhnya dan menutup tubuhnya yang telanjang dengan selimut. Meski mereka sudah dua hari menikah, namun dia dan Sasuke tidak mendapatkan cuti. Apalagi dia memang tidak menginginkan cuti.

Dia tidak menyangka, jika Sasuke sangat ganas diatas ranjang. Dia bahkan kewalahan menghadapi keganasan suaminya saat di atas ranjang. Bahkan, suaminya selalu meminta jatah setiap saat.

"Umh.."

Sasuke membuka matanya dan menatap Sakura yang tersenyum.

"Aku malas."

Sakura membulatkan matanya ketika Sasuke memeluknya dan menenggelamkan kepalanya di perpotongan lehernya.

"Sasuke-kun."

"Aku tidak mau mengejar. Kita lanjutkan saja."

"Sasuke-kun! Aku ada ujian hari ini, ne." Sakura mengecup Puncak kepala Sasuke. "Aku akan mandi dan membuat sarapan, pastikan kamu bersiap, ne."

.

.

.

Saat Sasuke sudah siap dengan pakaian mengajarnya, onyxnya memandang istrinya yang sedang sibuk dengan ponselnya. Sakura tampak cantik dengan balutan kemeja berwarna pink yang tampak cocok di tubuhnya.

"Ada apa, Sakura?"

"Ada akun fake yang mengechatku dan mengatakan jika aku tidak pantas untuk menjadi istrimu. Yah, begitulah."

"Ck, diamkan saja. Lagipula dia sangat pengecut." Sasuke meneguk kopi hitamnya.

"Tapi, aku merasa jika Ama menyukaimu dan tidak suka denganku." Sakura menerawang jauh. "Dia selalu ada saat aku bertanya tentang materi yang tidak aku mengerti saat di kelas. Seolah-olah tidak boleh melihatku bersama denganmu."

"Jangan cemburu seperti itu." Sasuke mencium Puncak kepala istrinya. "Katamu ada ujian?"

"Oh iya! Aku lupa!"

Sasuke tidak bisa menahan senyumnya. Rasanya hari-harinya menjadi lebih berwarna. Tetapi mungkin, konfliknya baru akan dimulai.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

-Owari-

Haloooo.. Selamat puasa bagi yang menjalankaaaaannnnnn! Yah yah, lebaran masih lama ya hahahhahaa.. Akhirnya tamat juga ya, hehhee.. Oke, Saku gatau ini Bagus atau nggak, memuaskan atau nggak, tapi semoga reader suka!

Sampai ketemu di cerita lainnya!

Oh ya, untuk cerita Saku yang di plagiat. Mungkin butuh waktu lama untuk kembali uplod ya.. Harap dimaklumi, karena kita nggak tahu kapan plagiat itu datang. Oke, jd untuk cerita 'My Slave is My Love' bakal Saku uplod tapi tunggu mood dulu, harap bersabar ya.. Hehe..

Dan untuk kalian plagiator entah dimana kalian berada Untuk kalian yang baru menulis dan ingin menulis dan mendapatkan ide secara instan dengan plagiat cerita orang, percayalah, kalian akan merasa puas jika itu karya kalian sendiri dan hasil imajinasi kalian sendiri. Meski tema pasaran, kata-kata pas-pasan, rasanya ada kepuasan sendiri ketika kalian berani mempublish karya kalian sendiri.. 'Wah, ini cerita gua ya.. Hahha.. Lucu banget.."

Sampai sekarang, Saku masih suka geli kako baca cerita Saku yang pertama dan masih acak-acakan. Karena dalam menulis, progress dan ide adalah yang utama.

Percayalah, karena sesuatu yang instan tidak akan bertahan.

Dan inilah alasan kenapa Saku gak mau pindah lapak ke sebelah dan suka sekali di ffn..

Karena solidaritas mereka bener-bener luar biasa. Bukan berarti di tempat lain gak solid ya.. Tapi Saku bener-bener merasakan gimana kita yang nggak saling mengenal, ketika Saku share jika cerita Saku di plagiat, mereka berbondong-bondong buat bantu report dan banyak yang memberi dukungan. Padahal Saku nggak kenal dengan mereka, tapi kita saling membantu. Inilah yang membuat kenapa Saku betah di ffn..

Dan terima kasih banyak untuk kalian yang sudah membantu atau memberi dukungan. Saku benar-benar tidak bisa membalasnya dan semoga kebaikan kalian mendapat balasan dari Tuhan. Terima kasih!

Salam hangat,

-Aomine Sakura-