Diary : Dosen vs Mahasiswi

.

.

.

.

.

.

.

Uchiha Sasuke, Haruno Sakura

.

.

.

.

.

©Aomine Sakura

.

.

.

Diadaptasi dari Webtoon : My Prewedding dan Pasutri Gaje (Juga garagara dosen ganteng jomblo :3)

.

.

.

DILARANG COPAS DALAM BENTUK APAPUN! JIKA TIDAK SUKA DENGAN CERITA YANG DIBUAT AUTHOR, SILAHKAN KLIK TOMBOL BACK! DLDR!

Selamat Membaca!

"Maukah kamu menikah denganku?"

Satu detik. Dua detik.

Haruno Sakura memandang pria yang sedang berdiri dihadapannya. Seluruh kelas memandangnya dengan pandangan tidak percaya dan bahkan ada yang sampai tidak bisa menutup mulutnya. Kelas yang tadinya ramai mendadak hening dan semua orang terdiam.

"Hah?"

.

.

.

Namanya adalah Haruno Sakura dan dia adalah mahasiswi semester dua di sebuah universitas swasta di Tokyo. Rambutnya panjang sebahu dan berwarna pink. Sedangkan matanya berwarna emerald yang menyejukan.

Turun dari kereta yang membawanya, Sakura melangkahkan kakinya menuju kampusnya. Hari Selasa dia harus masuk siang dan terkadang itu membuatnya malas.

Kampusnya sudah ramai dan dengan langkah gontai dia masuk ke dalam kelasnya. Beberapa orang yang ada di kelas mendadak hening dan menatapnya dengan pandangan aneh. Sakura mencoba untuk tidak menghiraukan mereka dan mendudukan dirinya di salah satu kursi.

Aaah! Menyebalkan!

Sakura meletakan kepalanya diatas meja dan menarik napas panjang. Di usianya yang kesembilan belas tahun, dia masih jomblo setelah kekasihnya memutuskan hubungan setahun yang lalu. Kemudian dia sibuk dengan kuliahnya dan tidak sempat mencari kekasih.

Kemudian tiba-tiba, seseorang melamarnya. Dosen paling tampan dan digandrungi di kampusnya tiba-tiba melamarnya tepat di labolatorium setelah praktikum mata kuliah Bakteriologi kemarin.

Rasanya seperti mimpi dan dia tidak mempercayainya. Tiba-tiba saja follower di akun ekstragram miliknya bertambah cukup banyak dan beberapa pesan masuk ke dalam akun media sosialnya. Dia menghiraukan semuanya dan masih shock dengan apa yang terjadi. Bahkan dia tidak tidur semalaman karena tidak percaya akan apa yang terjadi.

.

.

"Haruno Sakura."

Sakura yang merasa was-was maju ke depan untuk mengambil hasil post testnya kemarin. Dengan langkah gugup, dia melangkahkan kakinya menghampiri dosennya.

"Nilaimu sembilan puluh, Bagus."

Sakura bernapas lega. Tidak sia-sia dia belajar hingga tidak tidur untuk mata kuliah yang sulit ini.

"Tunggu dulu, Sakura."

Sakura terkejut ketika nama depannya di panggil. Tidak biasanya dosen memanggil nama depannya. Dia lebih terkejut lagi ketika dosen yang menurut beberapa mahasiswi cukup tampan meski terkadang jutek dan menyebalkan menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Ada apa, sensei?"

"Maukah kamu menikah denganku?"

Rasanya seperti waktu berhenti. Sakura hanya membuka mulutnya dan beberapa teman-temannya terdiam. Dia menatap dosennya dengan pandangan tidak percaya.

"Apa? Menikah?"

Rasanya seperti bermimpi. Jangankan dilamar, dia saja tidak pernah bermimpi untuk ditembak . Apalagi di usianya yang masih terbilang cukup muda dan masih ingin berpetualang.

"Hn. Aku tahu kamu pasti terkejut, apalagi kita tidak terlalu mengenal. Tapi, apakah orang tuamu ada di rumah hari minggu besok? Aku ingin bertemu dengan orang tuamu."

Sakura hanya bisa menganggukan kepalanya tanpa bisa mengatakan apapun.

.

.

.

"Oi, ngelamunin dosen ganteng itu?"

Sakura menolehkan kepalanya dan memandang Ino yang mendudukan dirinya di sampingnya. Menganggukan kepalanya, Sakura menjawab.

"Um ya. Bagaimana kamu bisa tahu?"

"Demi Kami-sama, kamu membuat seluruh universitas heboh. Bagaimana mungkin semua orang tidak tahu?"

"Aku bisa melihatnya."

Setiap kali melangkah, dia bisa melihat beberapa orang berkasak-kusuk tentangnya dan diam ketika dia mendekat. Rasanya dia sudah seperti seorang artis saja.

"Menyebalkan sekali."

"Aku tidak tahu apa yang Sasuke sensei lihat darimu." Ino menopangkan dagunya. "Padahal kamu kan biasa saja, followers ekstragram hanya seratus lima puluh, tidak pandai bergaul, tidak-"

"Ino cukup." Sakura memotong kata-kata Ino. Rasanya dia seperti tertusuk ribuan jarum. Sebegitu tidak lakunya dirinyakah? Kok nyesek ya?

"Sakura?"

Mengalihkan pandangannya menuju pintu. Dia bisa melihat seorang pria dengan pakaian rapi tersenyum di depan pintu kelasnya. Beberapa mahasiswi mulai berkasak-kusuk lagi. Bangkit dari duduknya, Sakura menghampiri kakak sepupunya itu.

"Apa yang Naruto-nii lakukan disini?" Sakura menarik tangan kakak sepupunya itu menjauh dari kelasnya.

"Ada yang menitipkan ini untukmu." Naruto tersenyum lima jari dan menyerahkan sebotol susu strawberry. "Bukannya kamu suka susu strawberry?"

"Tunggu dulu, ini dari Sasuke sensei?"

Namanya adalah Uzumaki Naruto, Putra tunggal Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Ayahnya dan Namikaze Minato memiliki hubungan darah. Dan sepupunya yang menyebalkan itu mengajar mata kuliah Biologi Dasar.

Beberapa mahasiswi cukup tergila-gila padanya, padahal menurut Sakura, kakak sepupunya itu tidak ada keren-kerennya sama sekali. Malah sepanjang dia hidup, Naruto adalah makhluk paling usil dan menyebalkan.

"Memangnya pria mana lagi yang sedang tergila-gila padamu." Naruto mengerucutkan bibirnya lucu. "Dia menghubungiku siang dan malam tanpa henti saat aku tidak mau memberikan informasi tentangmu. Awalnya aku pikir dia hanya iseng, aku terkejut saat melihat video dia melamarmu menjadi viral?"

"Hah, kami-sama." Sakura mengusap wajahnya.

"Sudah ya. Jangan lupa makan siang." Naruto mengusap rambut adiknya sebelum meninggalkannya.

Memandang sebotol susu strawberry ditangannya. Sakura merasakan sesuatu berdebar dalam hatinya.

"Kenapa aku bisa langsung luluh padamu?"

.

.

.

"Sekian kuliah dari saya. Terima Kasih."

Sakura memasukan bukunya ke dalam tasnya dan bangkit dari duduknya. Dia memang tidak memiliki banyak teman di kelas. Dia selalu bersama dengan Ino dan entah mengapa dia merasa nyaman. Dia juga cukup cuek dengan sekitarnya.

Dia bisa menebak jika beberapa teman-temannya pasti menggosipinya. Tetapi dia tidak peduli dan tidak mau tahu.

"Ayo Ino, kita ke kantin. Aku lapar sekali."

"Sama." Ino mengusap perutnya. "Aku juga lapar sekali."

"Sakura, tunggu dulu."

Menolehkan kepalanya, Sakura menatap seorang pemuda dengan rambut merah dan tato di dahinya mendekat.

"Gaara-kun? Ada apa?" tanya Sakura.

"Aku ingin menanyakan tentang tugas bahasa Inggris yang diberikan Kurenai sensei kepada kita."

"Oh, itu. Atur saja waktunya. Nanti kamu bisa menghubungiku, aku selalu siap kapan saja."

Gaara menganggukan kepalanya dan memandang Sakura yang berjalan menjauh.

"Andaikan aku lebih cepat darinya."

.

.

.

"Cara makanmu masih saja menjijikkan, dobe."

Sasuke memandang Naruto yang dengan antusias melahap ramen miliknya. Sedangkan dia hanya menyantap bekal yang dibawakan ibunya dan memesan segelas jus tomat.

Menghiraukan suara berisik dari Naruto yang sedang makan. Sasuke memandang beberapa mahasiswa yang berlalu lalang. Saat makan siang begini kantin memang sedang ramai-ramainya. Sedikit agak sulit untuk mendapatkan tempat untuk makan siang.

Kira-kira, Sakura sudah makan belum, ya?

Entah sejak kapan dia mulai jatuh Cinta pada gadis bermarga Haruno yang notabene adalah adik sepupu dari sahabatnya dan adik dari sahabat kakaknya. Enam Bulan yang lalu, dia sama sekali tidak menyadari jika Sakura berkuliah disini, karena memang dia tidak mengajar mata kuliah yang diambil Sakura semester lalu.

Dan setelah dia mengampu mata kuliah Bakteriologi, barulah dia menyadari jika Sakura berada di kelas yang diampunya. Dia bahkan masih ingat betapa cantiknya Sakura dengan sebuah pakaian kuliah berwarna merah yang dikenakannya.

Seingatnya Sakura dulu adalah gadis yang tomboy dan berambut pendek. Dia juga ingat saat Sakura kecil, wanita itu suka sekali menangis saat dijahili oleh teman-temannya. Siapa yang menyangka jika wanita itu akan tumbuh menjadi wanita yang cantik bak bidadari?

"Kenyangnya!" Naruto mengusap perutnya. "Memikirkan Sakura-chan, teme?"

"Hn."

"Dari sekian banyak wanita, kenapa kamu mengajak adikku menikah?" Naruto meneguk ochanya. "Bukankah kamu mencintai Shion?"

"Aku mencintai adikmu, dobe. Entah sejak kapan. Yang pasti mungkin saat aku mengajarnya."

"Dan itu terjadi enam Bulan yang lalu," ucap Naruto. "Sakura masih sembilan belas tahun, kau pikir paman Kizashi akan merestuimu?"

"Dia harus merestuiku apapun yang terjadi."

"Dasar egois."

.

.

"Sakura, apa kamu akan menerima Sasuke sensei?"

Mereka sedang dalam perjalanan menuju kantin. Meski dia sudah meminum susu yang diberikan kakak sepupunya tadi pagi, tetapi semalam dia tidak makan karena memikirkan lamaran Sasuke yang mendadak. Jadi meski sebotol susu telah masuk ke dalam perutnya, dia masih merasa lapar.

"Tidak tahu. Ini terlalu mendadak bagiku." Sakura menarik napas panjang. "Aku bahkan tidak pernah bermimpi bisa dilamar oleh orang setampan Sasuke sensei."

"Dasar kau ini."

Kantin sangat ramai dan Sakura bingung memilih dimana dia harus duduk. Perutnya sudah berbunyi dan tidak bisa ditunda lagi.

"Sakura!"

Menolehkan kepalanya, dia menatap Naruto yang sedang melambaikan tangannya dan tersenyum lima jari. Dia menyenggol lengan Ino dan mengajak sahabatnya itu menghampiri kakak sepupunya. Namun, wajahnya sontak berubah warna ketika melihat siapa yang sedang duduk bersama dengan Naruto.

"Duduklah sini, Sakura." Naruto menepuk kursi di sampingnya.

Sakura akan mengambil tempat di sebelah Naruto namun, Ino sudah mendudukinya terlebih dahulu. Gadis berambut pirang itu menjulurkan lidahnya.

"Duduk di dekat calon suamimu, sana."

Sakura melotot dan memilih untuk duduk di samping Sasuke. Entah mengapa rasa canggung menguasai mereka berdua. Meski kantin sangat ramai dan mereka tidak hanya berdua dalam satu meja, tetapi rasanya sangat canggung.

"Sakura-"

"Oi, Sasuke!" Suigetsu memanggilnya dari kejauhan. "Jangan berduaan saja dengan calon istrimu, kita ada rapat dengan wakil rektor."

"Aku akan kesana." Sasuke bangkit dari duduknya dan menghampiri rekannya itu.

Canggung. Itulah yang dirasakan Sakura ketika Sasuke meninggalkannya. Maklum saja, dia dan Sasuke tidak terlalu dekat dan tiba-tiba saja melamarnya. Siapa yang tidak merasa canggung?

Seingatnya, dia beberapa kali bertemu dengan Sasuke tetapi tidak sering. Mungkin mereka pernah ngobrol beberapa kali, tetapi dia tidak mengingatnya. Dulu dia tidak begitu peduli dengan sekitarnya.

"Sakura, Ino, aku harus pergi mengajar." Naruto bangkit dari duduknya. "Sampai jumpa."

Sakura tersenyum dan memandang kakak sepupunya yang pergi menjauh. Kemudian pikirannya menerawang jauh, padahal dia ingin membicarakan banyak hal dengan Sasuke, tetapi entah mengapa rasa canggung seperti menjadi jurang bagi keduanya.

Mereka tidak mengenal secara dekat dan rasanya sangat sulit. Mungkin, dia akan berbicara dengan Sasuke saat waktu yang tepat.

.

.

.

.

.

.

"Sakura, selamat pagi."

Sakura yang sedang mendengarkan lagu dari Ponselnya menolehkan kepalanya. Dia memandang Ino yang datang membawa sebuah novel.

"Novel baru?" tanya Sakura melepas earphonenya.

"Sasuke sensei menitipkannya untukmu."

Menerima novel dari tangan Ino, Sakura menatap tidak percaya. Ini adalah novel Karen Rose yang selama ini dia cari. Rasanya sulit sekali mencari novel limited dan sekarang ada di tangannya. Membukanya, Sakura menemukan sebuah memo.

Aku harap kamu menyukainya. Naruto bilang, kamu suka sekali dengan Karen Rose, jadi aku membelikannya untukmu. -US-

Mengambil ponselnya, Sakura segera menghubungi seseorang.

"Naruto-nii, dimana Sasuke sensei mengajar nanti?"

oOo

"Sekian untuk hari ini, terima Kasih."

Sakura memandang bebarapa orang yang keluar dari labolatorium. Dia sengaja bersembunyi di balik tembok karena tidak ingin membuat keributan. Jika dia menampakan diri, dia yakin jika semua orang akan heboh. Sudah pasti semua orang tidak akan melupakan cara dosennya itu melamarnya.

Setelah labolatorium sudah sepi, Sakura berjalan dengan pelan dan memastikan jika Sasuke hanya sendirian. Menggenggam novel yang diberikan Sasuke, Sakura melangkahkan kakinya masuk.

"Sasuke sensei?"

Sasuke yang sedang memasukan bukunya ke dalam tasnya menolehkan kepalanya. Dia terkejut memandang Sakura yang ada di dekatnya.

"Sakura? Ada apa?"

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan sensei." Sakura mencoba merangkai kata yang sekiranya pantas. "Aku ingin mengembalikan novel yang sensei berikan padaku."

"Kamu tidak suka?" tanya Sasuke.

"Bukannya tidak suka. Hanya saja kita belum saling mengenal dan sensei melamarku lalu pergi begitu saja. Setelahnya sensei memberikan semua barang-barang kesukaanku. Aku hanya merasa tidak enak saja."

"Untuk novel ini aku harap kamu menerimanya. Naruto bilang kamu sangat ingin memiliki novel itu, maka aku mencarinya. Apa aku tidak boleh menyenangkanmu?"

Sialan!

Sakura merutuki bagaimana hatinya luluh dengan begitu mudahnya. Bagaimana bisa pria yang ada di hadapannya langsung membuat hatinya luluh dalam hitungan menit.

"Oh ya sensei." Sakura memandang Sasuke. "Sebenarnya tujuan utamaku bukan untuk membicarakan ini. Soal lamaran sensei.. Aku akan menerimanya. Aku mau menikah dengan sensei."

Rasanya dia seperti kejatuhan rezeki nomplok. Innernya menari-nari kesenangan ketika mendengar penuturan calon istrinya itu. Tetapi sebagai Uchiha, dia harus tetap menjaga imagenya meski hatinya sangat senang sekarang.

"Aku akan pergi membicarakannya dengan keluargaku. Aku hanya ingin mengatakan itu saja dan sebenarnya aku ingin bertanya kenapa sensei tidak mau menemuiku. Tapi setelah aku pikir-pikir itu sudah tidak penting lagi." Sakura tersenyum. "Sebaiknya sensei segera pulang, bukankah jadwal sensei sudah berakhir?"

Saat dirinya membalikan badannya, tiba-tiba tangannya ditarik dan sebuah ciuman mendarat di bibirnya yang dipoles dengan lipstik berwarna merah muda. Sakura membulatkan matanya ketika Sasuke dengan ahli melumat bibirnya.

"Sensei.." Sakura mendorong tubuh Sasuke dan membuat benang saliva diantara mereka. "Ini.."

"Maafkan aku, Sakura. Aku mencintaimu."

Sasuke kembali melumat bibirnya dan beralih menuju leher jenjang Sakura. Tangannya meremas gundukan menantang dihadapannya dan membuka kancing kemeja milik Sakura.

"Sensei, hentikan!" Sakura mendorong tubuh dosennya sebelum mengambil tasnya. "Aku harus pergi."

Sasuke mengusap wajahnya ketika Sakura keluar dari labolatorium. Bagaimana bisa dia kelepasan hingga seperti itu. Rasanya dia sudah tidak menahannya lagi.

"Apa yang kau lakukan, bodoh."

.

.

.

Disisi lain, Sakura melangkahkan kakinya dengan wajah merona merah. Seumur hidupnya, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh seorang pria. Dan rasanya ada sesuatu yang bergemuruh di dalam dadanya.

"Kami-sama! Aku ingin segera menikah!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ada yang tau cerita ini? Entah kenapa pas baca webtoon aku jadi suka wkwkwkwkak.. Keren aja.. Dan efeknya Saku jadi ngayal kalo itu adalah Saku sama salah satu dosen ganteng yang ada di kampus *okeabaikan*

Dan entah kenapa, terciptalah fict nista ini.. *ketawasetan*

Oh ya, jangan lupa baca fict Saku yang judulnya "Love in Secret" ya! Tinggalkan review juga!

Oke, sebelum Saku menjadi gila. Silahkan berikan review yang banyak!

-Aomine Sakura-