.

.

.

In the Void © Choco_Chi

.

.

.

Cast :

Luhan

Oh Sehun [EXO]

Yasu [ABC]

.

Genre :

Hurt/Comfort; Fantasy; Spiritual; Romance;

.

Warning :

Aga pedo dikit ahaha

.

Disclaimer :

EXO punya SM Enterteiment, member hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, saya cuma pinjem nama, dan isi cerita disadur dari salah satu music video band Acid Black Cherry dengan judul Yes / イェス yang saya rubah sana sini agar pas dengan cast dan imajinasi saya.

.

[ Chapter 1 ]

.

Waktunya sudah tiba..

..kau harus mengantarkannya padaku..

Ya.

Tanpa kau beritahu pun aku sudah tahu kalau ini waktunya.

Tapi..

Benarkah sudah waktunya? Kenapa waktu terasa berjalan begitu cepat tanpa ku sadari? Padahal rasanya baru semenit yang lalu aku bertemu dengannya. Anak manis dengan mata rusa dan senyumnya yang begitu indah. Seorang anak yang mampu membuatku tersenyum, tertawa dan merasakan kebahagiaan kembali.

Kau tak bisa menolak.. kau harus menjalankan semua tugasmu. Ini sudah menjadi takdirmu sejak awal.

"...iee~ Sehunnie!"

Merespon panggilannya, aku mendongakkan wajahku ke arahnya. Menemukan wajah manisnya tengah tersenyum dengan jari telunjuk terangkat tepat ke arah rambutku.

Awalnya aku tak mengerti dengan apa yang dia maksud. Tapi setelah melihat ujung poni rambut blondeku aku menyadari sesuatu. Ada sebuah pita merah terikat di sana.

"Pita? Kau yang memasangnya?" tanyaku sambil melepaskan pita merah itu dari rambutku dan memasukkannya ke dalam saku.

Ku lihat Luhan hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum yang belum memudar. "Sehunnie manis dengan pita itu~" Godanya malu-mala kepadaku.

"Benarkah? Tapi kan wajahku ini sudah manis dari awal". Timbalku sambil mengelus rambut hitamnya.

"Tidak. Tidak. Wajah Sehunnie benar-benar menyeramkan, apa lagi saat pertama kali bertemu." Menanggapi kejujurannya itu aku menampakkan wajah yang cemberut. Berpura-pura marah untuk balas menggodanya. "Ahh? Sehunnie marah? Ja-jangan marah.. maksud—maksud Lulu ano~ itu kan dulu. Kalau sekarang Sehunnie adalah orang yang paling baik yang pernah Lulu temui. Setelah Baba, Mama dan Gege tentunya. Hehe~" Dengan gugup dan wajah yang cemas di berusaha menyelesaikan kalimatnya. Berusaha merangkai kata-kata yang ia pikir akan mampu membuatku tak marah lagi padanya.

Tapi kau salah..

"Aku bukan orang yang baik."

"Eh? Barusan Sehunnie bilang apa?" Membulatkan matanya, Luhan mendekatkan wajahnya ke arahku.

Rupanya barusan dia dapat mendengar gumamanku. Padahal sudah ku kontrol suaraku agar sekecil mungkin. "Bukan apa-apa." Ku coba untuk tersenyum dan menyentuh pipinya yang merah dengan jariku. Benar-benar anak yang manis.

Cepat.

"Aku tahu! Berikan aku waktu sedikit lagi untuk membawanya!"

"Eh? Sehunnie bicara apa?"

Gawat aku keceplosan, tak seharusnya dia mendengar semua ini. Akan lebih mudah baginya untuk tak tahu kenyataan yang sebenarnya.

"Ti—tidak papa, tak usah dipikirkan."

"Un. Kalau begitu, ayo kita main lagi!" Luhan meraih tanganku, menarik ku dengan sekuat tenaga untuk berdiri. Wajahnya yang nampak keberatan terlihat lucu dengan bibir yang sedikit mengerucut.

Aku pun bangkit, berdiri mengikuti keinginannya. Dan kembali, senyuman itu tergamabar indah di wajah polosnya. Membuatku ikut tersenyum melihatnya. Aku benar-benar tak ingin melepas genggaman tangan ini.

Tapi..

Aku tak boleh terlena terlalu lama. Aku harus menyelesaikan tugasku ini sebelum semuanya terlambat.

"Luhan."

"Hum?" Luhan menyahut dan mendongak ke arahku. "Sehunnie? Kenapa wajah Sehunnie sedih?"

"Eh? Be—benarkah?" Ku usap wajahku dengan sebelah tangan. Cukup terkejut mendengar apa yang Luhan katakan tentang ekspresi wajahku yang ia lihat. Bahkan aku sendiri tak menyadarinya.

Hah..

ini benar-benar bahaya. Aku harus segera menyelesaikan semuanya.

"Umm, Sehunnie~ Kita mau main di mana?" Luhan menarik-narik tanganku pelan. Memaksaku untuk menoleh ke arahnya. "Lihat! Tamannya sudah jauh kita lewati." Luhan menoleh ke belakang dan menjentikan jari telunjuknya. Wajahnya terlihat sedikit tak senang.

"Kita memang tidak akan bermain lagi di taman."

"Kenapa? Apa Sehunnie menemukan tempat yang lebih bagus untuk bermain?"

Ku pandangi wajahnya, memaksakan kedua sudut bibirku untuk tersenyum. "Un, kau pasti akan menyukainya. Taman di tempat itu benar-benar indah, tak satu pun taman di dunia ini dapat mengalahkannya." Jawabku kemudian mengusap rambutnya dengan tanganku yang lain.

"Benarkah? Lulu tak sabar ingin melihatnya!" Serunya dengan gembira, melompat-lompat kecil setiap kami berjalan dua langkah. Tapi tiba-tiba langkah kakinya terhenti, memaksaku untuk ikut berhenti karena tangan kami masih tertaut.

"Kenapa berhenti?" Tanyaku menoleh ke arahnya. Menemukan wajah manisnya tertunduk menatap rerumputan.

"Seandainya saja Mama ada di sini, pasti Mama juga akan menyukainya. Sehunnie~ Lulu merindukan Mama."

Buru-buru aku berlutut di rerumputan, kemudian mengangkat wajah Luhan yang masih saja tertunduk.

Air mata..

"Lulu ingin bertemu Mama, kenapa Mama belum juga menjemput?" Adunya di antara isakkan kemudian memeluk tubuhku untuk menangis tersedu pada lekuk bahuku. "Apa Mama dan yang lain sudah tidak menyayangi Lulu?"

Ku balas pelukannya, kemudian mengelus punggungnya dengan pelan. "Tidak, Mama dan keluargamu yang lain sangat menyayangimu." Hiburku berusaha membuatnya berhenti menangis.

"Tapi kenapa mereka belum juga menjemput Lulu?"

"Itu karena—" Aku tak sanggup mengatakannya.

"Karena apa?" Tanyanya lagi, melepas pelukannya dari tubuhku. Sampai mata kami sekarang dapat bertemu.

"Sebaiknya kita lanjutkan perjalannannya, nanti dia akan menjawab pertanyaanmu." Jawabku kemudian berdiri, meraih tangannya lagi untuk melanjutkan perjalanan.

"Dia? Apa teman Sehunnie?" Luhan mengusap air matanya dengan sebelah tangan. Kemudian memandang ke arahku dengan wajah yang penasaran.

"Iya, dia temanku." Teman dalam melakukan tugas yang sudah menjaadi takdirku sejak awal.

"Pasti orang itu juga baik seperti Sehunnie, iya kan?"

Lidahku mendadak kelu, aku tak dapat menjawab pertanyaannya. Dia.. entah lah aku pun tak tahu harus menyebutnya baik atau jahat. Yang ku tahu selama ini dia hanyalah rekanku, yang sama-sama melaksanakan tugas yang sudah menjadi takdir kami sejak awal. Menjemput dan mengantarkan roh orang-orang ke gerbang kematian.

"Sehunnie~" Luhan menarik-narik tanganku dengan wajah yang terlihat khawatir. "Dia orang baik kan?" Tanyanya kembali.

Dan aku pun hanya bisa mengelus rambut pirangnya dengan senyum yang ku paksakan.

"Syukurlah. Lulu juga sudah yakin, pasti teman Sehunnie itu baik seperti Sehunnie~" Ucapnya penuh kelegaan, wajahnya yang tadi terlihat khawatir pun kini kembali ceria.

Baik ya?

Baru pertama kalinya aku mendengar orang yang akan mati mengatakan baik pada malaikat maut. Kira-kira apa yang dia katakan ya, kalau tahu nyawanya akan kita ambil? Benar-benar anak yang polos. Iya kan..

Sehunnie?

Diam!

Tak ada yang meminta pendapatmu!

Baik. Baik. Memang tak ada yang meminta pandapatku. Tapi kau tak perlu semarah itu, Sehunnie~

Tutup mulutmu dan berhenti memanggilku dengan nama itu! Jangan mengganggu pekerjaanku, sialan!

Cih.. sepertinya anak itu sudah benar-benar menarik perhatianmu. Ingat lah apa tugasmu, Sehun. Kau harus memberikan anak itu padaku..

Aku tahu!

"Sehunnie, apa tidak kesepian tinggal di sini sendiri?" Tiba-tiba saja sebuah pertanyaan polos meluncur dari bibirnya. Aku pun menoleh dan menautkan alisku. "Setiap hari Lulu ditemani Gege, kami selalu bermain bersama di mana pun."

Kesepian?

Apa itu kesepian? Aku bahkan tak tahu kesepian itu apa. Karena sejak diciptakan, aku selalu seorang diri. Tak pernah tahu tentang kau dan aku, kalian dan kami atau aku dan kalian. Yang ku tahu hanya aku, aku, dan aku.

Tak pernah ada orang lain.

Ah ya, aku lupa. Dia, partnerku dalam mencabut nyawa, apa dia bisa ku sebut teman?

Bodoh, ku rasa tidak. Kami bertemu hanya untuk melaksanakan tuga, tak lebih.

"Sehunnie~ apa itu teman Sehunnie?" Aku yang tengah memusatkan pikiran menoleh ke arah Luhan yang tiba-tiba saja menghantikan langkahnya. Tangan kirinya nampak terangkat dengan jari telunjuk menjentik pada suatu arah. Aku pun langsung mengalihkan pandanganku pada apa yang dia tunjuk.

Rupanya kami sudah sampai.

Di depan sana, nampak seseorang berjubah hitam sama sepertiku tengah berdiri di anak tangga terakhir sebuah gerbang. Gerbang besar berukir emas dan perak yang begitu indah dengan daun pintunya dari permata besar yang bercahaya. Gerbang yang memisahkan antara kehidupan dan kematian.

"Sehunnie dia benar-benar baik kan?" Luhan semakin mengeratkan genggamanya pada tanganku. Bisa ku tebak, saat ini dia tengah ketakutan pada makhluk berjubah hitam itu yang kini berjalan semakin mendekat.

"Ayo, dia sudah lama menunggumu" Ucapku kembali mulai melangkah, enggan untuk menjawab pertanyaannya. Luhan pun mengikuti langkahku walau dengan berat hati, bisa ku pastikan dari cara dia melangkah yang begitu pelan.

Setelah kami berdiri berhadapan, makhluk berjubah hitam itu mebungkukkan tubuhnya dan berlutut di hadapan Luhan.

"Sehunnie?" Luhan menatapku saat tangan makhluk itu meraih pergelangan tangannya yang bebas. Aku pun langsung membuang muka dan pura-pura tak peduli.

"Tugasku sudah selesai, ikutlah bersamanya" Ucapku tanpa melirik sedikit pun.

"Ta—tapi Sehunnie, Lulu tidak mau~ Lulu ingin bersama Sehunnie saja~" Rengeknya semakin mengeratkan genggaman tangannya pada jemariku. Dan yang bisa ku lakukan hanyalah menundukkan kepala dalam kebisuan. Berusaha mengalihkan pandanganku saat sosok itu mulai berdiri dan menarik tubuh Luhan dari sisiku. "Sehunnie Lulu mohon~" Dan genggaman tangan itu terlepas. Tubuh Luhan terampas dari sisiku.

"Cepat bawa dia pergi, Yasu".

Maaf.. tugasku sudah selesai, Luhan.

Wajah itu.. kenapa tak bisa hilang dari otakku? Cara dia berbicara, bagaimana dia tersenyum dan tertawa benar-benar tak bisa ku lupakan. Gambaran-gambaran apa saja yang telah kami lakukan tak berhenti berputar dalam otakku, silih berganti membentuk rangkaian film membahagiakan.

Tunggu.. membahagiakan?

Sebenarnya apa yang ku katakan? Lucu, benar-benar lucu. Bahagia.. bahkan aku tak tahu bahagia itu seperti apa rasanya. Bosan dan hampa, hanya itu yang ku tahu selama ini.

Hah..

Lalu perasan yang ku rasakan ini disebut apa? Kenapa sejak menganal anak itu bibirku tak mau berhenti membentuk senyuman? Kenapa saat dekat dengan anak itu hatiku terasa nyaman? Kenapa saat melihat anak itu tersenyum hatiku terasa menghangat?

"Bye bye.. Sehunnie".

Lagi-lagi suara itu mengiang di telingaku.

Sebenarnya apa yang terjadi padaku!?

Bahkan saat anak itu mengatakan selamat tinggal aku tak melihat wajahnya, tapi kenapa raut kesedihan itu bisa tergambar?

Apa ini...

Kenapa harus secepat ini?

Bahkan dia belum mengerti apa hidup itu sebenarnya.

"Bye bye.. Sehunnie"

"Tidak, Luhan.."

Ini tak boleh terjadi!

Aku tahu ini salah, aku tahu ini melawan takdir dan aku tahu Ia akan murka karena pembangkanganku ini. Tapi.. aku benar-benar tak bisa membiarkannya.

Luhan..

Terlalu dini baginya untuk direnggut dari orang-orang yang mencintainya.

Dia masih berhak menerima cinta keluarganya lebih lama. Dia masih berhak merasakan indahnya hidup di dunia. Dia masih berhak meraih kebahagiaan di masa depan dengan tangannya sendiri.

Bukan seperti ini..

Luhan, aku harap semuanya belum terlambat.

Kau harus hidup!

.

.

[TBC]

.

.

Author Note :

Hayoh loh angkatan kolot yang dulu pernah atau sekarang masih suka sama aliran musik Visual Kei—seperti sayamasih inget ga sama MV-nya? Btw ini faanfic remake, remake dengan cast SagaxShou [A9] yang belum pernah dipublikasikan karena stak di bagian akhir haha

Dan buat dede-dede emeezzz, yang bingung apa itu Acid Black Cherry, gimana MV Yes sebenernya, silahkan cari aja di YouT*be. Selain MVnya bagus, lagunya juga enak didenger.

.

.

Choco_Chi—

5/6/2017

.

.

Mind to review?