Kang Daniel dan Ong Seongwoo, congratulations for your debut!
.

.

.

Sequel:

Beberapa tahun kemudian.

.

.

.

"AYAAH!," teriak Jinyoung nyaring dari kamarnya.

Bagai sudah terlatih, spontan terdengar sahutan serentak dari dua bagian rumah yang berbeda. "Ayah yang mana?"

"Yang rambut pink, yang jelek." kata Jinyoung, muncul di ruang tamu, sebuah dasi melilit tidak rapi melewati leher dan bahunya. "Sekali-sekali tunjukkan pengalaman kerja ayah untuk hal yang berguna."

Daniel muncul, sudah berpakaian lengkap dan rapi dengan setelan jas dan kemeja kantor nya, seperti setiap pagi saat ia akan berangkat kerja. Tangannya langsung dengan cekatan merapikan dasi Jinyoung. "Kamu sudah tujuh belas tahun belum bisa juga pakai dasi sendiri," omelnya, "masih tega meledek ayahmu yang tua ini?"

"Ayah bukannya tua," sahut Woojin dari depan pintu kamarnya, ia sudah dipakaikan dasi dengan rapi, tapi kemeja nya masih berantakan diluar celana. "Ayah cuma tidak muda lagi saja."

"Bukannya sama saja tuh?" ucap Daniel, pasrah diledeki anak-anaknya.

Seongwoo muncul di belakang Woojin, ia merapikan kemeja anak itu ke dalam celana dan mengancingkan ujung lengan kemejanya. "Waktu kecil dulu kau anak yang sopan dan imut," kata Seongwoo sambil terkekeh, "siapa yang mengajarimu jadi savage seperti ini?"

"Siapaaaa yaa," ujar Woojin, ia memeletkan lidahnya ke arah Seongwoo, lalu berlari kabur dengan cepat saat Seongwoo hendak memakaikannya jas. "Aku nggak mau pakai jas nya!"

"Hari ini hari kelulusan abangmu, kau harus tampil rapi dan pakai jas nya, titik." kata Seongwoo, berlari mengejar Woojin ke kamarnya. "Anak bandel."

"Malah kejar-kejaran berdua," gerutu Jinyoung, memutar kedua bola matanya. "Huh? Ayah ngapain?"

Daniel berdiri di depan Jinyoung, tersenyum bangga menatap anak sulungnya dari atas hingga bawah. "Dulu kau cuma setinggi pinggang ayah saat umur 6 tahun, ayah tidak percaya sekarang tinggi kita hampir sama."

"Berarti beberapa tahun lagi aku akan lebih tinggi dari ayah," kata Jinyoung terkekeh, "Woojin, bocah! Keluar sini! Aku tidak mau telat datang ke acara kelulusanku cuma gara-gara kau bertingkah!" teriaknya.

Woojin keluar dari kamarnya dengan wajah lesu, jas nya baru dipakai di tangan kiri saja. "Jeleeek kalau pakai jas, di TV aktor-aktor cuma pakai kemeja nya sajaaa.." rengek Woojin, Seongwoo memangkap tangan kanan Woojin dan langsung memakaikan jas nya. "Ibuuuuuuuuuuuuuuu."

"Woojiiiiiiiiin," Seongwoo meniru rengekan Woojin dengan nada menyebalkan yang sama, "Aku masih heran kenapa kau tidak memanggilku 'ayah' saja biar sama seperti Jinyoung."

"Kalau dua-duanya dipanggil 'ayah' nanti bakalan membingungkan." Woojin tersenyum menyeringai. "Lagian kita semua juga tau kalau Seongwoo yang mengurus rumah. Ayah taunya cuma pergi kerja saja setiap hari, membosankan! Tidak asik."

Jinyoung tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi masam Ayahnya. "Aku kan kerja mencari uang untuk kalian," protes Daniel.

Seongwoo mencubit kedua pipi Woojin pelan, "Pakai sepatu sanah," katanya. Ia menghampiri Daniel yang cemberut dan ikut mencubit kedua pipinya. "Jangan ngambek, jelek tau."

"Jelek tapi kamu sayang, hm?" balas Daniel, tersenyum lalu mencium pipi kiri dan kanan Seongwoo bergantian, lalu mencium bibirnya sekilas.

"Udah cukup, please," kata Jinyoung datar, "Orangtua ku tercinta, tolong biarkan mataku tetap suci dan bersih."

"Permintaanmu di kabulkan khusus hari ini!" ujar Seongwoo tertawa. "Sekarang ayo pergi, sebelum kita terlambat."

Anak-anak langsung berlarian ke mobil untuk berebut tempat duduk di depan. Seongwoo juga hendak menyusul, tapi tangannya di tahan oleh Daniel, yang menatapnya sambil tersenyum. "Hei," kata Seongwoo, tersenyum juga. "Kenapa?"

"Nggak apa-apa," kata Daniel. "Hari ini anak kita lulus SMA."

"'Anak kita'," ulang Seongwoo sambil terkekeh geli.

"Hehe, bener kan?" ujar Daniel, tangannya menggenggam Seongwoo erat. "Keluarga kita."

Seongwoo tertawa lagi, tawa yang sama seperti saat ia pertama kali datang di rumah ini. Kali ini, suara tawanya tidak lagi mengingatkan Daniel akan masa lalu, atau kenangan bersama orang yang dicintainya dulu. Kali ini, Seongwoo adalah Seongwoo, orang yang dicintainya sekarang. Semua rasa kehilangan, hampa, sakit hati, dan rindu sudah di isi oleh kehadiran Seongwoo. Antara pagi hari, secangkir kopi, makan malam bersama, kedua anaknya, senyuman hangat dan tawa mereka, Seongwoo hadir dan membuat segalanya jadi lebih baik.

"Makasih," ucap Seongwoo, mendahului Daniel.

"Buat apa? Harusnya aku yang bilang makasih.."

"Makasih karena sudah membiarkanku bergabung dengan keluarga kita. Kalian harta paling berharga untukku." Kata Seongwoo tersenyum, ia menarik tangan Daniel menuju pintu depan. "Ayo jalan, semakin cepat kita sampai disana, semakin banyak hal-hal memalukan dari masa kecil Jinyoung yang bisa kuceritakan ke teman-temannya."

"Dasar sadis," ujar Daniel sambil tertawa, mengikuti Seongwoo keluar rumah. "Usil banget."

Pintu rumah tertutup, dan suara tawa mereka sayup-sayup masih terdengar dari luar. "Usil, tapi kamu sayang, hm?"

.

.

.

End.

.

.

.

(sekali lagi) Congratulation for debuting in Wanna One, daniel dan seongwoo! jinyoung juga! woojin juga! (eh) (woojin yang mana dulu nih) (heehee)

awalnya ngejagoin ongniel sejak acara nexen baseball, iseng aja ngeship, nggak nyangka mereka berhasil sejauh ini. terimakasih buat semua momen mereka, makasih udah jalan bareng lari-larian di subway, makasih udah selalu support satu sama lain. top11 ku gak semua berhasil, karena dunia memang kejam dan gak adil, tapi makasih buat pelukan legendaris kalian di akhir it makes everything better.

masih ada waktu yang panjang sebelum desember 2018.

enjoy your journey.