TANPA JUDUL

Naruto Milik Masashi Kishimoto

a/n tanpa judul murni karena memang tidak ada judul yang muncul di otakku wkwkwkk

Chapter 2

Hey dia sangat rakus...wkwkwk"

"Diam kau wanita jahannam!"

"Ya Ampun kau sama sekali tidak mirip Naruto! Kurasa ibumu setengah iblis."

"Diam! Diam! Kau tidak berhak mengatakan itu! Jalang!"

"Boru...sudahlah."

"Kau juga diam! Dasar ayah tidak berguna!"

Menma memijit pelipisnya, sebenarnya ia kesal dengan suasana berisik antara tante Ino dan adiknya. Sejak Baruto datang suasana emang sudah tidak enak.

Boruto adalah adiknya dari ibu yang berbeda, ia tidak ingat kapan pasti ayahnya menikah dengan ibunya Boruto, yang pasti wanita itu kurang menyayanginya. Bukan bearti dia jahat ia bukan wanita kejam tapi wanita itu baik sekali, ia lembut dan rapuh bagaikan kapas.

Tapi cintanya kepada ayahlah yang membuat dirinya memandang Menma seperti penghalang, ia tidak bisa menyayangi Menma seperti anaknya sendiri, karena itu di umur Menma yang kecil ia tahu ibu yang sering memberinya makan, yang setia merawatnya bukanlah ibu kandungnya.

Wanita itu selalu bilang kalau ia bukan ibunya, mata dan raut wajahnya selalu nampak menyedihkan setiap kali melihat Menma. Perpisahan ayah dan wanita itu juga karena dirinya, karena Naruto lebih memilihnya ketimbang wanita itu dan anak darinya.

Dan Boruto terang-terangan membencinya, Menma paham karena anak mana yang tidak menaruh benci ketika ayahnya sendiri kurang peduli padanya? Kadang Menma prihatin pada adiknya tapi kadang ia egois ingin memiliki ayah untuknya seorang diri, ia tahu ayah sangat mencintainya karena ayah tidak bisa melupakan ibunya.

Menma sekali lagi memijit pelipisnya ia melihat Boruto menghambur-hamburkan makanan yang sudah susah payah ia siapkan untuk ayah.

"Apa lihat-lihat!" bentak Boruto dengan mulut penuh, "Itu untuk makan siang ayah."

"Apa peduliku, apa ia pernah peduli aku makan apa selama ini? Ia hanya peduli pada anak jelek macam kamu."

"Boru jangan bilang begitu, ayah juga peduli padamu." Naruto mendekat menggelus kepala bocah itu, muka Boru merengut, "Ayah ingin membelanya lagi, kan?!"

"Sudahlah," ujar Menma menegahi, "Aku akan membuatnya lagi." Boruto langsung melotot pada sang kakak. "Aku yang akan masak buat ayah."

Menma tersenyum meremehkan membuat Boruto naik darah. "Kau pikir aku tidak bisa, hah! bajingan!" entah apa yang ibu tirinya ajarkan pada bocah yang mirip ayahnya itu, sehingga mulutnya selalu mengeluarkan kotoran.

Boru hampir menerjang Menma tapi tubuhnya ditangkap oleh Naruto dang membuatnya duduk dalam pangkuan sang blonde, Boruto diam lalu mukanya bersemu, diam-diam matanya berkaca-kaca Menma bisa melihatnya dan ia kembali kasihan.

"Kau tidak izin pada ibumu kalau kau kesini, kan? Makanlah setelah itu ayah akan mengantarmu pulang."perkataan Naruto membuat muka Boruto kembali kesal. "Lepaskan aku orang tua idiot!" katanya ketus.

"Wah mulutnya benar-benar penuh kotoran." Ejekan dari tante Ino menyulut kemarahan Boruto, ia mengambil sekaleng oli dan melempar ke mobil Ino yang mahal dan wanita itu menjerit. Naruto berwajah keruh, Menma memandang ayahnya dengan kasihan.

Menma melihat adiknya tertidur diantara dirinya dan Naruto dengan nyenyak, sekarang untuk sementara Boruto tinggal bersama mereka walaupun tadi dipenuhi konflik yang panjang, ayahnya yang harus bekerja keras membersihKan mobil tante Ino dan ibu tirinya yang datang meminta Boruto untuk pulang.

Seperti firasatnya Boruto pasti kabur dari rumah untuk bertemu dengan Naruto, ia tidak bisa mengerti kenapa ayahnya jarang mengunjungi Boruto? Apa ia merasa bersalah karena telah menelantarkan anaknya itu? Tapi aneh sekali kalau bilang telantar, Boruto secara material lebih bahagia dibandingkan dengannya.

Ibunya menikah lagi dengan lelaki kaya, dia sehat dan bebas melakukan apapun dibandingkan dirinya yang hidup serba kekurangan dengan Naruto dan berpenyakitan.

"Kenapa belum tidur, baby?" Naruto berdiri dan memeriksa kening Menma lalu ia berubah lega ketika kondisi anaknya baik-baik saja.

"Apa ibuku sangat cantik, ayah?" Naruto terkejut mendengar pertanyaan putranya. "Ada apa sayang? Kenapa mengajukan pertanyaan itu tengah malam begini." Menma tidak menjawab tapi ia mengajukan pertanyaan lain pada ayahnya.

"Kenapa ayah tidak mempertahankan Boruto dan ibu Hinata?" Naruto diam melihat anaknya yang malang, wajah Menma pucat dan sangat kurus ia merasa bersalah dengan nutrisi yang masuk ke dalam perut anaknya yang sangat sedikit.

"Aku dan ibu Boruto sudah lama bercerai, kenapa mengungkit hal yang tidak berguna begitu. Sudah ayo tidur lagi." Kata Naruto sambil menggelus kepala putranya, "Aku akan menggeser adikkmu sedikit kepinggir, biarkan ayah memelukmu agar lebih hangat."

"Tidak," tolak Menma. "Boruto akan sangat marah kalau bangun nanti, ayah lihat tadi bagaimana ngototnya ia ingin tidur ditengah-tengah." Naruto melihat putra yang satu lagi yang tidur tanpa beban.

Wajah anaknya begitu damai, tubuhnya juga berisi membuktikan bertapa nyamannya Boruto hidup, lalu matanya berpaling pada menma yang begitu terlihat perbedaannya. Lalu tanpa bisa ditahan ia merasa bersalah dan kecewa.

"Maafkan ayah sayang, Ayah selalu membuat kau menderita." Menma tidak mengerti, menurutnya ayah adalah yang terkeren dan ayahnya tidak pernah melakukan kesalahan. Namun ia tidak bertanya lagi saat melihat Naruto menyelimutinya dan mencium keninngnya dengan sayang.

Padahal yang anak kecil disini adalah Boruto tapi kenapa ia terlalu dimanja begini? Dan Menma tahu ayahnya tidak tidur malam itu.

"Mau kemana kau?" Menma melirik Boruto yang memandangnya penasaran, Menma tidak mengacuhkan adiknya ia terus sibuk merapikan setelasn jasnya, hari ini ia akan bertemu ayah Sarada.

"Kheh lucu sekali, jas itu benar-benar tidak cocok dengan orang ceking macam kau!" Menma mendelik, Boruto balas melotot padanya.

"Diamlah bodoh!" Boruto gementar karena tersulut emosi ia paling benci bila Menma mengatakan itu padanya. "Jangan berani kau menyebutku bodoh, anak jalang." Menma memutar bola matanya bosan, dulu ia pasti akan memukul adiknya kalau ia bilang begitu. Ia benci ibunya dihina, tapi diumurnya yang sekarang perkataan yang keluar dari bocah sepuluh tahun yang kekurangan kasih sayang ayahnya, baginya hanya rasa belas kasihan yang teramat dalam.

Boruto boleh mendapatkan semua yang tidak didapatnya, ayah yang kaya, kehidupan yang mewah dan tidak kekuragan makan. Tapi Boruto tidak mendapatkan ayah kandungnya, Menma yang mendapatkannya dan ia merasa bersalah dan kasihan pada bocah itu.

"Nanti antar bekal untuk ayah, aku pergi sedikit lama mungkin."

"Aku ikut! Siapa tahu kau melakukan kejahatan diluar." Menma tersenyum sinis, imajinasi adiknya ini terlalu liar. "Terserah," ujar Menma tidak peduli.

Ia tidak resah kalau ayahnya tidak mendapatkan bekal makan siangnya pasalnya Menma sudah bilang sebelumnya kalau ia akan menemui ayah kekasihnya. Ayahnya tertawa waktu ia bilang sambil menepuk punggungnya, Naruto menyebutnya 'Anakku sudah dewasa.'

Ia keluar dengan jas yang sama sekali tidak cocok dengannya, tapi kalau tidak memakai jas nanti bagaimana tanggapan ayahnya sarada. Di ujung gang rumahnya Sarada menunggunya sambil menyanderkan tubuhnya di mobil.

"Lama?" tanya Menma khawatir. Sarada menggeleng pelan ia tersenyum puas melihat penampilan kekasihnya. Tampan dan menawan, oh pujian seperti apa yang harus ia layangkan lagi untuk pria itu, Menma sempurna.

"Kau sangat tampan hari ini, Menma." Anak Naruto itu menampilkan cengiran menawan di bibirnya membuat Sarada terkesima dan terpesona. "Pfff... pasti matamu rabun, nona jelek." Menma mendelik pada adiknya itu, dasar mulut kotoran. Lain Sarada yang mengernyit melihat bocah di samping kekasihnya.

"Siapa bocah cebol ini? bahkan lengkap dengan mulut 'kamar mandi' nya" tanya Sarada dengan sinis menghasilkan tawa Menma dan wajah merah Boruto.

"Aku tidak cebol, nona mata empat."

"Dia Boruto," jawab Menma cepat yang menghasilkan tawa mengejek dari Sarada, "Oh dia adikmu? Kok beda ya? Kamu tampan, gagah, dan menarik tapi ia cebol dan mirip katak hahahahah."

"Sial kau perempuan." Dan pertemuan itu menjadi ajang petengkaran mulut sadis dengan mulut kotor di sepanjang perjalanan membuat Menma pusing. Menma melirik adiknya yang merengut, Boruto tidak jelek tentu saja mungkin kurang populer, sebenarnya satu-satunya yang bikin iri Menma pada Boruto adalah wajah dan tubuhnya, Boruto duplicat ayahnya. Mirip sekali baik warna rambutnya, matanya, kulitnya dan tingkahnya. Kalau ia berdiri disamping ayah orang tanpa bertanya pun tahu siapa ayahnya.

Sedangkan dirinya satu-satunya yang mirip dengan ayah adalah tanda lahir di pipinya, kulitnya putih, matanya hitam bahkan rambutnya juga hitam kata ayah ia sangat mirip dengan ibu. Naruto sangat menyukai matanya dan rambut Menma, bahkan Naruto tidak bisa melakukan sesuatu tanpa mencium kelopak matanya terlebih dahulu, dasar ayah yang berlebihan.

Begitu sampai di kediaman Uchiha, Menma tidak bisa menahan rasa terpana dengan bangunan mewah di depannya sedangkan Boruto sudah tidak ditanya lagi ia memperlihatkan wajah bodoh dan terkagum-kagum pada pemandangan didepan.

Bangunan kediaman Uchiha seperti bangunan eropa dengan halaman yang sangat luas, Menma kira ia bisa mendirikan dua lapangan bola kaki disini. Di depannya terdapat pancuran mata air yang melingkari sebuah patung megah.

"Wah mukamu tambah bodoh." Sarada masih sempat mengejek Boruto, mungkin gadis itu dendam karena Boruto mengejeknya jelek, ah adiknya mungkin tidak tahu kalau perempuan akan menaruh dendam kusumat kalau ada yang mengejek wajahnya hahaha.

Begitu masuk Menma lebih terkagum lagi, tidak hanya diluar didalam juga nuansanya tidak jauh dari Ala eropa mungkin keluarga Uchiha menyukai sesuatu yang kebarat-baratan, ayahnya saja yang keturunan barat juga tidak sefanatik ini, tapi bisa saja karena Naruto miskin.

Mereka berjalan melewati sebuah ruangan yang sangat besar, beberapa lukisan dan foto-foto besar terpasang dengan indahnya , Boruto berdecak kagum ia berbisik pelan pada kakaknya. "Kurasa kita akan tersesat kalau berjalan sendiri." Menma tersenyum geli walau tidak menampik apa yang dikatakan adiknya tapi ia lebih senang menggoda adiknya,

"Dasar menyebalkan." Boruto menyesal telah mengatakannya, setelah melewati beberapa ruangan besar lainnya Dan tak kalah mewahnya mereka sampai di ruang makan dengan meja besar dan panjang di tengah ruangan.

"Kakek kami Madara sangat menyukai kota kelahirannya, inggris. jadi jangan heran dengan semua yang kau lihat ini, duduklah." Ujar Sarada yang mendapat anggukan dari Menma.

Boruto langsung duduk di tempat yang disukainya, Menma melotot pada adiknya agar lebih sopan, tapi sepertinya Boruto tidak peduli. Tidak lama kemudian para pelayan berdatangan menyiapkan makanan untuk mereka, Boruto terbuka-tertutup mulutnya saat melihat berbagai hidangan mewah kelas eropa yang disediakan didepannya. Ia langsung menyemot daging tanpa tahu malu membuat Menma berdehem tapi Boruto tersenyum polos seakan-akan tidak mengerti kode dari kakaknya.

Menma mengeram jengkel sekarang ia tahu kenapa Boruto berbuat begitu, pasti ia ingin mempermalukan dirinya, sial sekali.

"Kenapa adikmu itu?" Sarada juga sepertinya terganggu, Menma harus berdoa agar ayahnya Sarada tidak mengambil hati pada tingkah adiknya tapi kalau tidak maka ini mungkin perjalanan sulit bagi kisah cintanya. Padahal ia ingin menjalin cinta seperti pasangan-pasangan umumnya tanpa memikir hal-hal rumit tapi sayang ia malah terjerat dengan gadis Uchiha ini, dan ia bukanlah pria pengecut kalau meninggalkan Sarada hanya karena masalah begini.

Beberapa waktu kemudian ayah Sarada muncul dengan aura kebangsawannya, bergitu berkelas dan berwibawa tipe-type pembisnis ulung. Sebelumnya Menma sudah tahu siapa ayah Sarada, Sasuke Uchiha lelaki yang begitu tersohor dan memiliki sifat bangsawan, benci keributan dan sikap-sikap rendahan seperti tidak sopan dan tidak tahu malu.

Matanya tajam melihatnya, menilainya. Menma langsung berdiri dan membungkuk sebagai penghormatan, selanjutnya mata hitamnya melirik Boruto yang makan dengan tidak manusiawi ia nyegir lebar saat ayah sarada memandangnya.

Ingatkan Menma untuk memukul bocah sialan itu, ia melotot memberi kode lebih keras tapi bocah kuning itu menyeringai melihat wajah khawatir kakaknya. "Yo paman," sapanya kurang ajar ia bahkan mengangkat tangannya yang masih memengang paha ayam. Menma menggepalkan tangannya kuat-kuat.

Karena makan terburu-buru Boruto tersendak, ayah Sarada tiba-tiba mengambil air putih dan menyodorkan pada Boru yang langsung di minum bocah itu dari tangan Sasuke, Sarada Dan Menma Cuma bengong melihatnya apalagi sampai Sasuke duduk disamping bocah itu bahkan sekali-kali membersihkan mulut adiknya yang kotor,

Hampir semua makanan enak ditarik kedepan Boruto sedangkan di depan Menma dan Sarada hanya makanan sisa dari yang tidak sukai Boruto.

Pertemuan malam itu tidak bisa digambarkan Menma dengan baik, karena ayah sarada mengacuhkannya dan lebih peduli pada adiknya ia bahkan memperlakukan Boruto seperti raja kalau ia tidak menyebutnya seperti suami.

Sasuke tidak bicara sepatahpun pada Menma ia lebih memilih mengajak Boru entah kemana dan meninggalkan dirinya dengan Sarada dengan tanda tanya. Saat tiba waktu pulang Sarada menyuruhnya untuk tidak khawatir dengan sikap ayahnya.

"Wow paman itu benar-benar lelaki hebat! Ia menunjukkan aku kamarnya dan memberikan pemukul baseball yang ada tanda tangan Alex Rodriguez!! Dan kau tahu kan, bertapa mahalnya ini oh apalagi tanda tangan Alex Rodriguez dia atlik baseball favoritku."

Hampir dari sepanjang jalan Boruto memuji ayah Sarada dengan seribu kebajikan karena sebuah pemukul basseball itu, ia merasa aneh kenapa ayahnya Sarada bisa sangat baik pada adiknya.

Saat sampai didepan rumanya malam sudah menyapa, ia yang ingin mengambil kunci jadi kaget karena rumahnya tidak terkunci, ia membuka pelan-pelan pintunya takut ada pencuri didalam. Namun hal yang ia temukan lebih membuat ia kaget karena ayahnya sedang dicium oleh seseorang yang Menma kenal itu sebagai suami tante Ino. Ia menutup keras pintu menghalangi Boruto untuk melihat pemandangan itu.

"Kalian sudah pulang?" sambut Naruto sepertinya ayahnya kaget saat ia membanting pintu tadi, Naruto tersenyum bodoh dibelakang nampak paman Sai dengan wajah menyedihkan, ia langsung masuk menarik Boruto yang berteriak menghentikan Menma agar tidak menyeret dirinya, namun Menma tidak mendengar terus menyeret adiknya.

Boruto kalap ia memukul lengan Menma keras membuat kulit lelaki yang tidak pernah mendapat kekerasan itu memerah kulitnya. "Mandi sana." Katanya dingin, Boruto menyipitkan matanya. "Kau dendam padaku gara-gara tadi? tapi kan paman tidak marah." Sebenarnya Boruto sedikit menyesal bertingkah begitu dihadapan ayah pacar kakaknya, tapi ia juga tidak mau diperlakukan dengan kejam oleh kakak tirinya itu.

"Mandi." Ucapan dingin Menma kembali mengudara, Boruto menyerah dan menuruti kata-kata itu. Setelah itu menma kembali kedepan.

Disana ayahnya bersama Sai sedang berbicang serius, muka paman Sai menyedihkan dan matanya berkaca-kaca. "Aku bisa berperan seperti ibu untuk anak-anakmu, Naruto."

Naruto menangkup kedua pipi Sai dengan hangat seolah melindungi wajah tampan Sai dari cuaca dingin. "Bicaralah dengan Ino, tanpa komunikasi kalian akan semakin sulit memperbaiki keadaan."

Paman Sai nampak murung, ia menaruh tangannya di atas tangan Naruto. "Aku dan Ino...sulit Naruto. Aku mencintaimu dan aku tahu kau mencintaiku." Naruto menarik nafas dan membawa tangannya menepuk bahu rapuh Sai.

"Kau tidak mencintaku kau hanya lari dari masalahmu dengan Ino, dan aku memanfaatkan itu darimu." Sai mendongak pada Naruto seakan ia tidak percaya dengan perkataan lelaki itu.

"Dan kau salah mengartikan perasaanku aku tidak mencintaimu, kau mirip dengan orang yang sangat kucintai orang yang melahirkan Menma. Wajahmu memang mirip dengannya tapi kau dan dia berbeda." Setelah itu Naruto memeluk Sai dengan sayang. "Maafkan aku Sai."

"Tidak masalah Naruto mau kau anggap aku apa? Aku lebih nyaman denganmu."

Dan Menma memutuskan untuk menghentikan acara mengupingnya, ia sudah tahu hubungan diam-diam ayahnya dan paman Sai. Karena itu ia benci dengan paman Sai dan Ino. Bagi Menma kedua orang itu memanfaatkan kebaikan ayahnya. Tapi ternyata ia salah, ayahnya juga agak brengsek disini berhubungan dengan seseorang karena mirip dengan ibunya.

Menma tahu ayahnya sangat mencintai ibunya. Ayah lebih memilih dirinya ketimbang Boru dan ibu tiri karena ayah lebih peduli buah cintanya dengan istri pertamanya, kan? dari pada anaknya dari ibu Hinata.

Lalu ingatan sedikit berputar pada ibu yang tidak diketahui wajahnya yang kata ayah tadi sedikit mirip paman Sai, apakah...apakah saat ayah dan ibu bersama, apakah ayahnya juga brengsek? Dan ibu lebih memilih melepaskan Naruto dan dirinya.

Menma merasa pusing, kondisi penyakitnya kadang tidak memperbolehkan ia stress berlebihan atau tidak kepalanya akan sakit dan tubuhnya akan lemah. Ia berbaring di ranjang berusaha mengusir khayalan-kayalan yang menobrak masuk ke kepalanya sebelum sebuah handuk basah mampir di mukanya.

"Orang yang suka memerintah orang lain mandi, sebaiknya mandi terlebih dulu." Menma hanya mengeluarkan kata andalannya "hn" saat melihat wajah adiknya yang kesel.

tbc