Hai. Namaku Xi Luhan.

Aku pernah mengalami kematian. Kalian tidak percaya?

Ya, aku pernah mengalaminya disaat seseorang yang aku cintai mengkhianatiku.

Aku tidak percaya tuhan, aku hanya percaya pada takdir. saat maut berada di ujung kepalaku, aku hanya berfikir jika ini akhir dari semua kepahitan yang aku alami.

Tapi suatu keajaiban terjadi. Entah aku harus merasa senang atau sedih tapi, aku terlahir kembali.

Pasti yang kalian pikir aku sekarang adalah seorang bayi yang menangis saat dikeluarkan dari rahim seorang ibu. Salah. Aku terlahir kembali menjadi diriku lagi. Aku benci diriku karna seseorang.

Seoul, 2025.

Bunyi ceret air menggema di seluruh ruangan. Malam ini malam natal, semua orang sibuk menyiapkan segala keperluan untuk hari natal besok. Tak terkecuali Luhan, yang kini tengah menyiapkan jamuan makan malam kecil di apartement sederhananya.

Senyum di wajahnya seakan memberitahu suasana hati pria kecil itu. Dengan tangan lentiknya ia menyiapkan piring dan gelas di meja.

Suara ketukan pintu menghentikan aktifitas Luhan. Ia menoleh ke sumber suara dengan binar di matanya. Dengan sigap ia membuka apron di pinggangnya dan mengelap asal tangannya sebelum membuka pintu lalu menyambut hangat orang yang berada di balik pintu tersebut.

"selamat datang, Se- eh? Ada Irene juga?" tanya luhan bingung melihat dua orang di balik pintu apartementnya.

Luhan memandang pria yang kini duduk di hadapannya. Pria yang duduk bersebelahan dengan gadis yang kita ketahui bernama irene. Setelah menyambut kedatangan 2 orang sekaligus di apartementnya luhan mempersilahkan keduanya untuk masuk.

Luhan masih dengan pandangannya menuju pria di depannya. Matanya tak lepas dari orang yang membuat dirinya bertanya 'kenapa'.

"aku dan Irene akan bertunangan"

Tak ada kata yang terucap dari bibir mungil Luhan. Ia hanya menatap sepasang manusia di depannya. Matanya menyiratkan kekecewaan yang mendalam. Ia merasa hancur, merasa dipermainkan oleh pria yang baru saja mengumumkan pertunangannya.

Tangan Luhan mengepal, tanda ia sangat marah. Ia menahan diri untuk tidak meledak di hadapan makhluk yang tidak punya hati, menurutnya.

Ia menunduk, tersenyum pahit. Ia mengusap kasar air mata yang dengan kurang ajarnya mengalir di pipinya. Tanpa basa basi ia meraih gelas wine di depannya dan menyiram tepat di wajah pria di hadapannya.

"kau brengsek, Oh Sehun." Decih Luhan sebelum ia berlari keluar dari apartementnya.

Pria mungil itu menuruni tangga darurat untuk mencapai lantai dasar. Ia terlalu kacau untuk menunggu lift datang di lantai 21. Dengan bertelanjang kaki, ia keluar dari gedung apartement, merasakan dinginnya aspal yang sudah di selimuti salju tipis tepat di telapak kakinya.

Pikirannya kalut, hingga ia tidak tau harus kemana. Air mata tak henti hentinya keluar dari pelupuk matanya. Penampilannya mencuri perhatian orang-orang di sekitarnya.

Merasa menjadi objek perhatian, Luhan berlari ke gang kecil di samping lapangan basket yang di kelilingi pagar kawat. Ia berhenti di sana mengatur nafasnya yang terengah. Udara dingin menusuk tulangnya, apalagi saat ini ia hanya memakai t-shirt dan celana jeans selutut. Bibirnya mulai membiru, telapak tangannya mulai memutih.

"Luhan!"

Luhan menoleh saat namanya di panggil. Ia tidak bodoh karna ia sangat mengenal sekali suara itu.

Sehun berlari dan langsung memeluk Luhan dengan erat tanpa mengatakan apapun.

Tangis luhan pecah saat kehangatan mulai menjalar keseluruh badannya. Ia hanya berfikir ini adalh pelukan terakhir yang akan ia dapat dari Sehun sebelum ia menjadi milik orang lain.

"kenapa, Sehun? Kenapa?!" luhan berteriak frustasi menuntut jawaban dari Sehun.

"kenapa kau melakukan ini? Jawab, sehun!"

Sehun hanya diam. Dia tidak menjawab satu pertanyaan pun dari luhan. Ia merasakan sakit yang amat sangat di hatinya melihat Luhan menangis di hadapannya.

Dengan cepat Sehun menangkup pipi Luhan dan mencium bibirnya. Menyampaikan rasa bersalah dan frustasi lewat pagutan yang sedikit menuntut.

Merasa oksigen di paru-parunya berkurang, ditambah hidungnya yang tersumbat, Luhan mendorong kasar Sehun untuk mengehentikan ciuman yang sedikit memaksa itu.

"kau bilang kau akan terus memelukku! Kau menuntut agar aku hanya melihatmu! Aku sudah melakukan semuanya, Oh Sehun! Tapi kau menyakitiku! Kenapa?" tanya luhan dengan tangis yang makin menjadi.

"aku-"

Luhan berlari menjauh saat Sehun sudah membuka suara untuk menjelaskan semua. Tapi karena Luhan berfikir jika ia tidak mau terlihat lebih lemah lagi ia lari begitu saja meninggalkan Sehun yang diam mematung.

Pandangannya buram karna air mata yang menggenang. Kakinya lemas dan bergetar karna dingin. Tapi Luhan terus melangkahkan kakinya pelan menuju sebrang jalan. Tanpa ia sadar sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalan yang cukup sepi dari kendaraan.

Belum sempat Luhan menoleh dan menghindar, ia sudah merasakan pening di kepalanya. Bau anyir pun menyeruak indera penciumannya. Luhan melihat orang orang yang berlari ke arahnya, samar samar ia mendengar pekikan beberapa orang yang berteriak meminta bantuan untuk memanggil ambulans. Setelah itu hanya warna hitam yang dilihatnya sekarang. Luhan tak sadarkan diri.

.

.

.

-obsessed-

.

.

.

Seoul, 2017.

suara gemetuk sepatu yang beradu dengan lantai terdengar menggema di koridor dengan nuansa putih. Seorang pria yang kini terlihat gusar tengah menatap objek di depannya sambil mengigiti jari-jari lentiknya. Alisnya bertautan tanda ia merasa cemas.

"berapa lama lagi?" tanya pria itu pada seseorang yang terlihat seperti perawat.

"benturan di kepalanya sangat keras, mungkin Luhan masih sedikit shock. Tapi yakin lah, baek. Dia akan sadar secepatnya" balas si perawat menghibur baekhyun.

"aku keluar dulu" tambahnya, setelah itu ia berjalan meninggalkan baekhyun dengan luhan yang tidak sadarkan diri.

Baekhyun berdiri dari duduknya, berjalan mendekatin ranjang di mana luhan terbaring tak sadarkan diri.

"ck, bagaimana bisa kau seceroboh ini, rusa. Bangunlah! Jangan membuatku khawatir!" Baekhyun sengaja mengguncang lengan Luhan dengan keras agar ia membuka matanya.

Tak beberap lama, Luhan membuka matanya dengan spontan lalu menarik nafas panjang seperti orang yang kehabisan oksigen.

Ia bangun terduduk dan sedikit melotot membuat Baekhyun sedikit ketakutan dibuatnya.

"Lu! K-kau baik-baik saja?" tanya Baekhyun gemetar.

Luhan masih terdiam tak menggubris Baekhyun di sebelahnya.

"aku tidak mati?" tanya luhan pelan hampir berbisik.

Baekhyun menaikan alisnya heran. Lalu dengan enteng ia menjitak kepala Luhan yang masih terlihat bingung.

"bodoh! Rusa bodoh! Masih beruntung kau tidak amnesia atau mati! Bodoh!" omel baekhyun yang kesal melihat tingkah temannya yang seakan tidak mau hidup.

"Baek, apa aku bermimpi? Bagaimana orang yang menabrakku? Apa dia baik-baik saja"

Luhan mencari-cari sesuatu yang dapat memberikan jawaban bagi semua pertanyaan yang ada di kepala indahnya. Sampai matanya melihat benda persegi panjang yang tersembunyi di kantong celana Baekhyun.

"Orang yang menabrakmu? Maksudmu tiang lampu taman?" tanya Baekhyun heran melihat tingkah Luhan yang sedikit janggal.

Bukannya menjawab, Luhan malah merogoh saku celana baekhyun hendak mengambil ponsel milik pria bermata puppy itu.

Ia menghidupkan ponsel milik baekhyun dan langsung melihat jam.

Jam 10.45pm

Itu berarti 45 menit yang lalu dia tertabrak mobil dan tidak sadarkan diri.

Luhan kembali melirik layar ponsel dan melihat tanggal yang tertera otomatis di lockscreen.

24 Desember

Luhan membuang nafas lega. Ia berfikir, jika jam dan tanggal berbeda dari apa yang ia ingat, itu berarti ia benar benar mengalami kehidupan setelah kematian.

"syukurlah, hanya mimpi" ucap luhan lega.

"kau mimpi? Mimpi apa?" tanya Baekhyun yang merebut ponsel dari tangan Luhan.

"aku bermimpi, aku di bohongi oleh Sehun dan aku tewas mengenaskan tertabrak mobil. Hahaha" luhan tertawa renyah mengingat itu.

"Sehun? Siapa?" Baekhyun memiringkan kepalanya lucu.

"ahhh ayolah baek, sehun itu-" Luhan menghentikan perkataannya saat ia menyadari ada yang sedikit janggal dengan temannya ini.

Ia kembali memandang sekitar, memandang Baekhyun di hadapannya dan kembali merebut ponsel milik Baekhyun. Dengan gusar ia membuka menu dan menuju ke kalender.

Nafasnya terhenti sejenak melihat apa yang tertera di layar ponsel milik Baekhyun.

24 Desember 2016.

Luhan benar benar di beri kesempatan hidup dua kali. Akan tetapi ia harus mengulang semua kisahnya.

Luhan POV

Pagi ini aku terbangun karena alarm alami dari bibir indah ibuku. Seperti biasa, ibuku akan terus teriak membangunkan ku jika aku tak kunjung bangun.

Hari ini tepat 15 hari semenjak aku mengalami kejadian aneh. Aku memang sadar jika aku telah tertabrak mobil waktu malam natal, tapi tiba-tiba aku terbangun di masa 9 tahun silam.

Aku tidak mengerti arti kata 'renkarnasi' tapi mungkin itulah yang aku alami sekarang. Bedanya aku adalah renkarnasi diriku sendiri. Aneh bukan?

Kembali ke aktivitas pagi.

Tak ada yang berubah, ibuku masih sama. Rumahku.. ah ya, aku ingat ini rumahku waktu aku masih kuliah di semester awal dan belum mengenal Sehun. Karna saat mengenalnya aku dan dia tinggal di sebuah apartement sederhana.

What the hell! Aku mengulang lagi pelajaran semester awal?! Oh ayolah, di tahun 2025 aku hampir dapat predikat sarjana! Tapi kenapa aku mengalami kejadian ini? Benar-benar!

Aku bergegas mandi, dan memakai pakaian yang sudah disiapkan ibuku. Tidak perlu bingung dengan semua ini, karna setiap hari ini lah aktifitasku.

Tapi apa kalian tau apa yang aku pikirkan?

Oh Sehun.

Mungkin takdirku sedang diubah. Jika mungkin begitu, aku akan lebih hati-hati dengan si albino dan dunianya itu.

Oke, mandi sudah, sarapan dan bergegas ke kampus.

Aku ingin semuanya baik-baik saja. Aku ingin semuanya terlihat normal. Jadi aku bertingkah seolah olah tidak terjadi apapun terutama dihadapan Sehun. Ya jika aku bertemu dengannya. Semoga saja tidak.

Luhan POV

Luhan berjalan menuju halte dan duduk menunggu bis datang. Sesekali pandangannya menjalar ke penjuru jalan mengingat-ingat.

"Sehun! Ayolah! Aku sudah membuatkannya untukmu!"

Luhan membeku saat mendengar suara wanita memanggil nama seseorang yang sangat amat ia hindari. Luhan menoleh, melihat Sehun yang tepat berdiri di sampingnya dengan wanita yang Luhan sangat kenali, Irene.

Dengan tampang angkuh, Sehun melirik Luhan yang terpaku memandangnya. Sadar jika sehun meliriknya, Luhan berlari menjauh dari sana dan memilih menaiki taksi.

"makan saja sendiri, irene. Dan berhenti mengejarku" Sehun berjalan santai menjauhi irene dengan kotak bekalnya.

To Be Continue.

Hello, readers! Thanks udah nyempetin baca ff unfaedah ini. Cuma mau lurusin aja nih, ff ini dibikin karna saya terinspirasi sebuah film boys love cina yang judulnya obsessed. Bagi readers yang belum nonton, ini film rekomen banget dari saya wkwkwk. Karakter seme dan ukenya itu sehun dan luhan banget makanya saya ga ragu buat jadiin mereka cast di ff ini.

Oke, ini mohon reviewnya ya, readers^^

Maaf jika banyak typo.