Selama tiga hari berturut-turut Kyungsoo merasa bahagia. Jongin bersikap manis dan memberikan banyak perhatian. Seks mereka juga luar biasa. Tanpa tersadar telah genap seminggu mereka menikah tapi banyak hal yang telah terjadi.

Hari Minggu kemarin mereka pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari, tapi Kyungsoo menganggap yang mereka lakukan adalah berkencan. Mereka makan siang di restoran fast food lalu makan malam di restoran yang lezat. Jongin bilang sesekali mungkin mereka akan makan malam di restoran hotel.

Kyungsoo juga tidak kesulitan mengajak Jongin mengobrol. Mereka membicarakan pekerjaan Jongin dan pekerjaan yang dilakukan Kyungsoo sebelum dia berhenti. Meski mereka tidak begitu banyak bercerita tentang hal-hal pribadi, setidaknya ini adalah kemajuan yang bagus.

Hari ini Kyungsoo hendak pergi ke rumah Eomma. Dia akan membawa makanan untuk Eomma. Ketika dia sedang memasak, Kyungsoo merasakan ada yang memperhatikan dari belakang.

Kyungsoo berbalik dan benar saja salah satu pembantu sedang mengawasinya. "Umm... ada apa?".

Pembantu tersebut terkejut. Dia gelagapan menundukkan wajah karena malu. "Maaf. Tuan Kim Jongin-ssi memberikan perintah agar salah satu dari kami mengawasi ketika Tuan Kyungsoo-ssi memasak".

Kyungsoo teringat dengan kejadian hari Sabtu lalu ketika dia melamun dan membuat gosong masakan. "Ah. Tidak apa-apa. Aku tidak perlu diawasi".

"Ta-tapi...".

"Baiklah. Bagaimana kalau kau melakukan sesuatu disini? Terserah mau apa saja selama tidak perlu berdiri dan hanya mengawasi".

"Kalau begitu, aku akan mencuci piring".

Kyungsoo mengangguk. Dia tersenyum kepada pembantu, lalu kembali memasak.

"Siapa namamu?" tanya Kyungsoo. Situasi cukup hening dan dia tidak mau dianggap sebagai majikannya yang kasar.

"Namaku Yemi".

"Salam kenal Yemi-ssi".

Pembantu tersebut tidak lagi gugup setelah melihat keramahan dari majikan. "Tuan Kim Jongin-ssi bilang kalau mulai hari ini, empat orang dari kami akan bergantian datang kemari setiap hari".

"Oh ya? Jadi bukan hari Senin, Rabu dan Jumat saja?".

"Tidak lagi. Kami akan datang hari Senin sampai Jumat. Tuan Kim Jongin-ssi melarang kami datang hari Sabtu dan Minggu kecuali kami dipanggil".

"Ah begitu. Aku mengerti".

Jika saja hari Sabtu kemarin pembantu datang, mungkin mereka akan terkejut melihat keadaan majikan mereka. Dia sangat mengerti alasan Jongin melarang mereka datang. Jongin tidak bekerja hari Sabtu dan Minggu. Mereka bisa menghabiskan waktu berduaan.

Tapi apa bisa itu disebut berduaan? Bagaimana jika ternyata hanya Kyungsoo saja yang merasa senang mereka menghabiskan waktu bersama? Bagaimana jika bagi Jongin, weekend hanyalah hari istirahat baginya setelah bekerja dari pagi sampai malam selama lima hari?

Pikiran itu membuat Kyungsoo mengelos. Seharusnya dia tidak memikirkan hal seperti itu. Terserah bagi suaminya menganggap weekend itu apa. Selama mereka tidak diam-diaman, maka tidak jadi masalah bagi Kyungsoo.

Kyungsoo pergi ke rumah Eomma jam 12 siang. Dia akan pulang sore untuk menyiapkan makan malam. Kyungsoo memeluk Eomma erat-erat ketika dia berjumpa beliau.

"Kau hanya tidak melihat Eomma selama dua hari Kyungsoo" ganggu Eomma.

"Tapi aku sangat rindu. Aku belum terbiasa tinggal di rumah tanpa Eomma".

"Anak lelakiku" Eomma mengusap-usap bahunya. Eomma melirik kotak makanan yang diletakkan di meja. "Apa kau membawa makanan favoritku? Aku jadi teringat. Bagaimana masakanku kemarin?".

"EOMMA!".

"Hahaha. Kenapa kau malu? Biarkan Eomma melihat wajahmu yang malu".

Kyungsoo tidak mau tapi dia membiarkan Eomma melihatnya. Eomma tersenyum.

"Kau terlihat bahagia, Kyungsoo".

"Aku memang bahagia".

"Jongin telah bersikap baik padamu?".

Kyungsoo terdiam sejenak. "Bagaimana Eomma bisa tahu?". Bagaimana Eomma bisa tahu kalau Jongin pernah bersikap dingin padanya?

"Tentu saja aku tahu. Kau adalah putraku seorang. Anakku satu-satunya. Aku tahu segalanya tentang dirimu".

Kyungsoo merasa bersalah. "Maafkan aku Eomma. Aku tidak bermaksud menutupi dari Eomma. Tapi, Jongin tidak memukulku atau memarahiku. Dia hanya... aku hanya tidak mengerti dia".

"Aku tahu. Aku yakin dia pria yang baik. Hanya kalian berdua yang masih kaku satu sama lain. Bagaimana sekarang? Apa kalian masih kaku?".

"Tidak. Kami mengobrol tentang pekerjaan dan makanan" Kyungsoo berhenti sesaat. "Tapi kami tidak bercerita tentang diri masing-masing. Aku... aku ingin tahu apa yang ada dalam pikiran Jongin".

Eomma mencubit pipi tembam putranya karena merasa gemas. "Semuanya butuh proses. Setidaknya kalian sekarang tidak diam-diaman kan?".

"Ya. Kami membuat beberapa keputusan".

"Seperti apa?".

"Kami akan saling mengabari kami makan siang dimana dan bersama siapa. Atau jika Jongin harus makan malam di luar bersama rekan kerja. Hari Sabtu kami menghabiskan waktu di rumah. Hari Minggu kami akan berbelanja, makan siang dan makan malam di luar".

"Aww. Semuanya sangat menyenangkan di masa muda. Eomma iri. Lalu bagaimana dengan seks?".

"EOMMA! Kenapa menanyakan hal itu?!" rajuk Kyungsoo. Telinganya memerah karena malu.

"Aku perlu tahu! Aku semakin tua dan ingin segera menimbang cucu!".

"Eomma. Jangan menanyakan hal itu padaku".

"Aku mengerti sekarang. Syukurlah seks kalian berjalan lancar".

Mata Kyungsoo membulat. Bagaimana Eomma bisa menebak dengan benar lagi?!

"Oh. Aku bisa menebak hanya dari caramu berbicara dan melihat wajahmu".

Kyungsoo berpikir kalau Eomma sangat hebat!

"Iya. Aku memang hebat. Karena itu tidak perlu menutupi apapun dariku". Lalu Eomma melepaskan pelukan mereka dan mengambil kotak bekal makanan.

Kyungsoo takjub. Insting Eomma sungguh sempurna! Ini membuat Kyungsoo berpikir. Jika nanti dia memiliki anak, bisakah dia memahami anaknya dengan baik seperti yang dilakukan Eomma kepada dirinya?

Akan seperti siapa sifat si anak nanti? Seperti dia yang agak pemalu dan selalu menyimpan sesuatu dalam diri sendiri. Atau seperti Jongin yang tegas dan lebih banyak bersikap daripada berbicara?

Sebuah pesan masuk membuyarkan pikiran Kyungsoo. Pesan dari suaminya yang memberi tahu kalau dia makan siang di kantin kantor. Kyungsoo segera membalas kalau dia makan siang di rumah Eomma. Lalu Kyungsoo menatap layar ponselnya. Ini pesan pertama dari Jongin setelah mereka menikah.

Tidak peduli bagaimana sifat anak mereka nanti, Kyungsoo berharap sang anak bisa seperti Jongin yang selalu menepati setiap perkataan yang keluar dari mulutnya.

-- Chapter 7 --

Kyungsoo sedang duduk di ranjang kamarnya yang berada di rumah Eomma. Dulu ini adalah kamar Jongin dan Kyungsoo baru sekali tidur di kamar ini, tetapi dia sudah menganggap kamar ini seperti kamarnya. Kyungsoo mengambil kotak pribadinya di bawah ranjang. Kotak ini telah bersamanya selama bertahun-tahun. Ketika kotak ini tidak bisa lagi dilihatnya, Kyungsoo merasakan sedikit kerisauan dalam hatinya.

Dia membuka kotak tersebut dan langsung disambut dengan bingkai foto dirinya dan sang mantan. Mereka masih sangat muda, menjalani hidup dengan bahagia. Kyungsoo sedikit gemuk saat itu dam wajahnya lebih merah berseri-seri. Sementara sang mantan berdiri tegak dan otot lengannya masih baru terbentuk tapi Kyungsoo menganggap saat itu dia sudah sangat seksi.

Kyungsoo mengambil album foto. Ada foto dimana mereka dulu kencan pertama. Liburan bersama. Party bersama teman-teman. Tentu saja di foto tersebut ada Baekhyun. Dan juga ada Sehun.

Sehun adalah sahabat sang mantan. Mereka selalu satu kelas saat kuliah. Sehun adalah sumber informan bagi Kyungsoo mengenai kehidupan belajar kekasihnya dulu. Kyungsoo akan mengomeli sang mantan jika nilainya jelek atau ketika dia malas-malasan. Kyungsoo juga akan protes jika dia mengajak kencan sementara tugas-tugasnya belum selesai.

Kyungsoo sangat berterima kasih pada Sehun. Meski merasa kesal karena Sehun lebih memilih bekerja sama dengan kekasihnya daripada sahabatnya sendiri, sang mantan juga tidak protes, terlebih setelah melihat Kyungsoonya bangga melihat dia mendapatkan nilai bagus.

Dan Sehun juga yang membuat hubungan mereka berakhir.

Saat Kyungsoo sibuk bekerja setelah dia lulus kuliah, sang mantan mengeluh pada Sehun. Dia jadi malas belajar karena Kyungsoo tidak ada bersamanya untuk menemaninya belajar. Nilai-nilainya hancur dan dia masih berkata dia ingin bersama Kyungsoo.

Sehun tentu saja cemas melihat keadaan sahabatnya. Dia menyampaikan hal tersebut kepada Kyungsoo. Itu membuat Kyungsoo marah kepada kekasihnya. Dia sedang stres dan lelah karena tahun pertama dia bekerja cukup sulit, ditambah harus memikirkan kekasihnya yang bertingkah kekanakan.

Kyungsoo tahu kalau mereka selalu bersama sejak mereka berpacaran. Tapi dia tidak mengerti kenapa kekasihnya bisa menjadi sangat bergantung kepada dirinya, hingga dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Kyungsoo tidak ada. Kyungsoo tidak mau kekasihnya begitu dan mungkin saja bisa bertambah parah.

Akhirnya Kyungsoo memilih keputusan mereka harus berpisah. Meski dia sejujurnya sangat tidak rela. Kyungsoo berpikir sebaiknya dia melepaskan sang kekasih agar dia bisa belajar mandiri. Meski Kyungsoo telah bekerja, dia tidak bisa menjanjikan kepada sang kekasih bahwa kelak mereka punya hidup yang bahagia.

Saat Kyungsoo bilang ingin mengakhiri hubungan mereka, sang kekasih menjerit tidak setuju. Dia menangis dan memohon kepada Kyungsoo untuk memaafkannya apapun kesalahannya dan memberikannya kesempatan kedua.

Hanya saja Kyungsoo tidak mengatakan kalau alasan dia memutuskan hubungan mereka adalah agar sang kekasih bisa maju dan mandiri meski tanpa dirinya. Dia tahu jika dia mengatakan itu, sang kekasih akan berkata dia akan berusaha mengubah dirinya selama mereka tidak berpisah. Saat itu Kyungsoo sedang stres dan dia tidak bisa memilih cara yang lain. Kyungsoo tetap berkata mereka harus putus.

Awalnya Kyungsoo berpikir meski mereka telah putus, dia tetap akan menghubunginya untuk menanyakan keadaan dan memberikan semangat kepada proses belajarnya. Tapi sungguh tidak terduga, sang kekasih yang berubah status menjadi sang mantan, memutuskan hubungan sepenuhnya kepada Kyungsoo. Tidak hanya dengan Kyungsoo, tetapi juga kepada Sehun.

Sang mantan tidak pindah universitas atau pergi. Dia tetap berada di tempat yang sama tapi sangat berubah. Dia menjauhi semua teman-temannya termasuk Sehun. Tapi Sehun tidak tahu apa yang sedang dilakukan sahabatnya.

Menurut Baekhyun, Sehun dan sang mantan bertengkar hebat. Dia menyalahkan Sehun yang telah membuatnya putus dengan Kyungsoo. Seandainya Sehun tidak memberitahu Kyungsoo, mungkin saja mereka masih bersama.

Sehun merasa sangat bersalah hingga dia juga memutuskan hubungan dengan Kyungsoo. Akhirnya Kyungsoo tidak tahu apapun lagi mengenai keadaan sang mantan yang ditinggalkannya tanpa memberitahu alasan yang jelas.

Hingga saat ini Kyungsoo masih merasa menyesal. Semua ini bukan salah Sehun. Melainkan kesalahan dirinya sendiri. Dia merusak persahabatan seseorang. Dia membuat sedih seseorang yang dicintainya dan mencintainya.

Jika saja seandainya dia tidak memilih jalan berpisah, akan bagaimana nasib mereka sekarang? Apa mereka masih bersama seperti muda dulu? Bersama Baekhyun dan Sehun, menjalani masa-masa bahagia seperti dulu...

-- Chapter 7 --

Kyungsoo sedang memainkan piano di ponselnya lagi. Dia duduk di sofa sembari menunggu Jongin pulang untuk makan malam bersama. Kyungsoo berhenti bermain musik saat dia bekerja di perusahaan orangtuanya. Kini dia tidak lagi bekerja dan tidak punya kegiatan berarti, dia merasa cukup rindu dengan pekerjaan yang lama.

Kyungsoo suka memainkan piano jika dia ingin. Sambil bermain dia membiarkan pikirannya kosong. Setelah selesai, dia tidak akan ingat hal apa saja yang dipikirkan sebelumnya. Saat ini dia sedang berpikir tentang pertanyaannya tadi siang yaitu bagaimana jika dia dan sang mantan tidak berpisah.

"Aku pulang".

Kyungsoo sedikit terkejut. Pintu rumah berada di lantai bawah, dia tidak mendengar suara suaminya sudah pulang. Dia mematikan ponsel lalu bangkit berdiri.

"Hai. Aku akan menghangatkan makan malam sekarang".

"Tidak usah terburu-buru. Aku mau mandi dulu". Lalu Jongin naik ke lantai atas ke kamar mereka.

Kyungsoo telah selesai menyiapkan makan malam, hanya tinggal menata sedikit agar terlihat rapi. Dia mendengar langkah kaki Jongin menuruni tangga menuju ke dapur.

"Apa Eommonim sehat?".

"Ya. Eomma sehat". Kyungsoo menunggu Jongin untuk bertanya lagi, tapi tidak ada. Kyungsoo pikir mungkin suaminya hanya berbasa-basi.

"Kau...".

Kyungsoo berbalik saat Jongin berhenti bicara. "Hmm? Apa?" tanya Kyungsoo sambil tersenyum.

"Kau... sering ke rumah Eommonim".

Senyum Kyungsoo memudar. Dia tidak tahu harus berkata apa. Apa maksud dari pertanyaan suaminya? Apa dia tidak boleh...

"Aku tidak melarangmu kesana! Sama sekali tidak melarang". Jongin segera meluruskan sebelum menjadi masalah.

Syukurlah, batin Kyungsoo. Tapi dia masih tidak bisa mengeluarkan suaranya.

Jongin gusar. "Aku... aku hanya berpikir kalau alasan kau sering datang ke rumah Eommonim... mungkinkah karena kau merindukan beliau? Apa kau ingin Eommonim tinggal bersama kita?" Jongin segera menambahkan maksud dari perkataannya.

Ah ternyata begitu maksud suaminya. "Aku memang merindukan Eomma. Mungkin aku belum terbiasa tinggal di rumah tanpa Eomma. Tapi!".

Kyungsoo sedikit meninggikan suaranya sebelum Jongin memotong. Dia melihat Jongin hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu.

"Tapi, aku mengenal Eomma. Aku tahu beliau tidak akan mau tinggal bersama kita".

"Kita bisa membujuk beliau untuk tinggal bersama kita".

"Aku yakin Eomma tetap akan menjawab tidak mau. Nggak apa-apa. Jika aku merindukannya, aku akan ke rumah Eomma". Kyungsoo menundukkan kepala. "Tapi itu jika kau tidak keberatan jika aku...".

"Aku tidak keberatan. Aku tidak melarangmu untuk sering mengunjungi Eommonim. Hanya...". Jongin berjalan mendekati suaminya. "Apa kau pikir kau butuh supirku untuk mengantarmu?".

"Tidak perlu. Aku sudah terbiasa membawa mobil sendiri sejak kuliah".

"Itu waktu yang berbeda... Tapi baiklah... Aku tanya sekali lagi. Apa kau yakin tidak mau mengajak beliau tinggal bersama kita? Rumah ini besar dan kau pasti merasa kesepian setiap saat".

"Aku yakin Eomma tidak mau. Aku juga tidak merasa kesepian. Dan...". Kyungsoo terdiam. Dia menggigit bibir bawah. "Aku tidak masalah jika hanya ada kita berdua di rumah ini".

Kyungsoo segera membalikkan badannya lagi karena merasa malu. Dia baru saja mengatakan kalau dia ingin berduaan saja dengan suaminya di rumah mereka. Yang berarti bebas melakukan apa saja di rumah, termasuk seperti kejadian hari Sabtu kemarin.

Jongin memutar kembali tubuh Kyungsoo menghadap kepadanya. Jongin memeluk pinggang Kyungsoo. "Aku juga tidak masalah berduaan denganmu".

Lalu Jongin menciumnya dengan lembut. Ciuman itu sungguh membuai Kyungsoo. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher Jongin karena Kyungsoo merasa dirinya akan terjatuh.

Mungkin ini adalah pertama kalinya mereka berciuman sejak mereka menikah. Biasanya mereka hanya berciuman untuk melakukan senggama. Ciuman kali ini sungguh berbeda. Seolah-olah kedua hati mereka telah menyatu dan mereka saling mencintai.

Tadi siang Kyungsoo memang berpikir bagaimana jika seandainya dia dan sang mantan tidak berpisah. Namun dia tidak akan menyesali pilihannya di masa lalu, karena dia mendapatkan suami seperti Jongin sebagai pengganti.

Hubungan mereka masih kaku. Jika Jongin berkata tidak maka tidak. Kyungsoo juga masih kesulitan mengutarakan pikirannya.

Akan tetapi Jongin tetap adalah suaminya. Dia tidak akan mengganti Jongin dengan siapapun.

-- Chapter 7 --

Tbc

Sore ja.

Wish you have a happy life everday