If I Leave
.
Jung Jaehyun X Lee Taeyong
Slight!Taeil Mention : Yuta, Doyoung.
.
Angst / Hurt -gagal. Romance.
Warn! Boyslove, Death Chara.
DLDR.
OOC(s), Typo(s)
.
Taechnology.
Taeyong mendudukkan dirinya menghadap balkon. Membiarkan secangkir kopi putih miliknya perlahan kehilangan uap karena udara yang dingin. Tatapan yang kosong karena rasa kehilangan. Juga rasa kecewa membekas dalam hatinya. "Tae, apa yang kau lakukan disana? Diluar dingin. Tidak baik untuk bayimu, kan?" tanya Taeil sambil mendekat ke arah Taeyong.
"Tidak ada, hyung. Hanya merenung saja." Jawab Taeyong tanpa menoleh.
Taeil menghela nafas, kemudian segera mendudukkan dirinya didekat Taeyong yang benar-benar seperti mayat hidup sekarang. "Setidaknya makanlah, Tae. Sudah dua hari kau mogok makan dan terus menangis. Kau tidak kasihan pada bayimu?" tanya Taeil. Taeyong perlahan terisak, mengeluarkan airmatanya sambil meremas gagang cangkirnya, kemudian menangis keras di bahu Taeil.
"Kenapa, hyung?! Kenapa harus dia?!"
Taeil tak bisa berkutik. Ia hanya membantu mengelus pelan bahu Taeyong agar adiknya itu tenang, "Jangan menangis, Tae. Kau tidak mau melihat dia sedih, kan?" Taeil kemudian ikut menangis. Tak bisa menahan isakannya ketika mengingat sosok adik iparnya, Jung Jaehyun.
"Aku rindu Jaehyun, hyung. Aku rindu pada Jaehyun."
"Aku juga, Taeyong. Aku juga rindu padanya." Bisik Taeil menenangkan.
.
.
Flashback
"Jae, selamat ulang tahun!" ucap Taeyong sambil menyalakan lilin di atas kue buatannya. Jaehyun yang baru saja bangun tidur mengucek matanya, kemudian me-ngerjap bingung ketika didepannya sudah berdiri Taeyong, Yuta, Taeil, dan Doyoung. "Make a wish, Jae!" teriak Yuta. Jaehyun tersenyum kecil, "Terimakasih semuanya. Aku akan membuat permohonan!"
Jaehyun berdo'a sebentar, sebelum akhirnya meniup lilin lalu mencium sang istri yang terkikik geli. "Apa harapanmu?" tanya Taeyong.
"Aku ingin dapat seorang putra." Jawab Jaehyun. Taeyong menatap Taeil, Yuta, dan Doyoung. Kemudian segera meminta Jaehyun menutup mata, "Kami punya se-buah kejutan untukmu." Kata Taeil. Jaehyun mengernyit heran, namun segera ikut kemana Taeil menuntunnya. Taeyong dan Doyoung mempersiapkan kejutannya dan Yuta merekam dengan kamera. "Tadaa!"
"Apa? Amplop? Kau mau memberiku uang?" tanya Jaehyun.
Taeyong menghela nafas, "Buka dulu baru komentar." Kata Taeyong. Jaehyun nyengir kuda, kemudian segera membuka amplop coklat yang terletak diatas meja. Matanya langsung membulat begitu membaca isinya. "H-hyung, kau-"
"Iya, Jae! Aku hamil anak kita!"
"Astaga, hyung. Aku tidak percaya!" Jaehyun memeluk Taeyong dengan erat lalu berkali-kali menciumi pipi istrinya itu dengan lembut. "Terimakasih, hyung. Aku mencintaimu.." kata Jaehyun. Taeyong mengangguk, kemudian segera mencium bibir Jaehyun pelan.
.
.
"Jae, kau tidak ada rencana liburan?" tanya Taeyong. "Ada, hyung. Aku sejak awal sudah berencana akan ambil cuti mulai besok hingga dua hari kedepan. Maka dari itu malam ini aku akan lembur agar pekerjaanku tidak menumpuk. Bagaimana?" tanya Jaehyun membelai kepala istrinya dengan lembut.
"Baiklah. Tapi janji jangan sampai kelelahan." Kata Taeyong.
"Oke. Siapkan saja barangnya! Kita akan berangkat besok pagi jam 5."
.
.
Jaehyun pulang pada pukul dua belas malam. Kemudian segera melanjutkan pekerjaannya yang masih tersisa cukup banyak dirumah hingga pukul dua dini hari. Taeyong menatap suaminya dengan khawatir, takut jika nantinya Jaehyun sakit. "Kau yakin akan pergi pagi ini? Kurasa sebaiknya kita undur saja. Aku tidak apa-apa, kok." Kata Taeyong menyajikan secangkir kopi dimeja Jaehyun. "Eh? Aku tidak apa-apa. Lagipula aku sudah pesan tiket pesawat untuk jam delapan nanti. Mana mungkin aku membatalkannya?" tanya Jaehyun tersenyum kecil.
Taeyong menghela nafas, "Tapi firasatku bilang kau sebaiknya istirahat, Jae."
"Tidak apa-apa, hyung. Justru aku ingin berlibur denganmu agar penatku hilang. Jadi jangan bilang apa-apa lagi, oke? Tidurlah. Nanti aku menyusul." Jaehyun mengecup pucuk kepala Taeyong kemudian kembali bekerja. Taeyong hanya melihat suaminya yang sedang fokus mengetik itu. Jae itu, benar-benar pria yang sangat kuat.
Taeyong tak bisa tidur setelahnya. Menemani Jaehyun mengerjakan tugasnya sampai pukul tiga dini hari baru kemudian Jaehyun tidur. Itupun hanya sampai jam empat karena Jaehyun harus memanasi mobil dan membantu Taeyong memasak. "Kau menyeramkan, Jae. Kantong matamu sungguh tebal." Kata Taeyong. Jaehyun terkekeh, "Engghh...Ini tidak tebal, kok. Oh, apa semua kopernya sudah siap?"
"Sudah." Jawab Taeyong pelan.
"Baiklah, kita bisa bergantian mengurus masakannya. Hyung mandi saja dulu. Ini sudah jam setengah lima." Kata Jaehyun mengambil alih masakan Taeyong. Lalu ia menghela nafas, matanya benar-benar berat sekarang. Tapi tentunya ia tak mau membuat istrinya kecewa karena menunda liburannya. "Setidaknya nanti di pesawat aku bisa tidur...Haaahh.." Jaehyun menguap.
.
.
"Semua barangnya sudah masuk?" tanya Jaehyun. Taeyong mengangguk se-mangat, kemudian segera memasang sabuk pengamannya. "Kau nanti ingin kemana saat tiba di Paris, hyung?" tanya Jaehyun sambil menyalakan mesin mobilnya. Men-coba basa-basi agar Taeyong sedikit mengabaikan rasa khawatirnya pada Jaehyun.
"Ke Menara Eiffel. Sejak kecil aku ingin kesana." Jawab Taeyong.
"Wow. Aku juga ingin kesana. Disana tempat yang romantis." Jaehyun ter-senyum kecil. Kemudian menaikkan kecepatan mobilnya, berharap suara deru mobil bisa membuatnya sedikit melek. "Jae, kau baik? Kenapa nyetirmu ugal-ugalan?" tanya Taeyong khawatir.
"Tidak apa-apa, hyung." Kata Jaehyun.
Mobil memasuki jalan tol. Artinya Jaehyun bisa dengan lebih leluasa menaikkan kecepatan mesin mobilnya. Dengan segera Jaehyun menaikkan kecepatan dan menyalakan radio sedikit kencang. "Jae, pelan-pelan!" kata Taeyong takut. "Tidak usah khawatir, hyung. Selama aku yang menyetir, itu tidak masalah." Jawab Jaehyun.
Di kilometer 127, mobil Jaehyun kehilangan kendali. Jaehyun mengantuk dan tentunya shock. Kakinya pun bingung antara mana yang pedal gas dan rem. Maka mobil sedan hitam itu keluar jalur, masuk ke jalur arah berlawanan. "Jae!" teriak Tae-yong panik. Jaehyun melihat ada truk yang bergerak ke arah mereka dengan cepat. Ia teringat Taeyong sedang mengandung anaknya, maka tanpa pikir panjang ia segera membanting stir ke arah kiri agar truk tadi menghantamnya.
"Hyung, mianhae...Saranghae..."
"JUNG JAEHYUN!"
BRUAKKK!
.
.
Saat Taeyong membuka mata, yang diciumnya adalah bau obat-obatan dan juga selang oksigen terpasang di hidungnya. "Jaehyun? Jaehyun?" panggil Taeyong. "Taeyong! Kau sudah sadar? Kau tau? Kau koma selama tiga hari." Tanya Taeil langsung memeluk adiknya itu. "Mana si Jaehyun, hyung? Dia baik-baik saja, kan?" tanya Taeyong.
Taeil memeluk Taeyong erat, kemudian segera menghapus air mata Taeyong. "Ikhlaskan, oke? Jaehyun sudah tenang disana." Taeil terisak kembali. Semua bagai mimpi bagi Taeyong. Jaehyunnya sudah pergi, meninggalkan dirinya bersama bayi mungil yang bahkan belum sempat mereka lihat bagaimana rupa wajahnya. "Jaehyun menyayangimu, Tae. Dia menyelamatkan kalian berdua." Kata Taeil.
"Hyung, bohong 'kan?! Jaehyun masih hidup, kan?! Dia berjanji akan mengajak aku jalan-jalan ke Paris! Kami akan pergi, hyung. " Taeyong memukul-mukul lengan Taeil sambil menangis. Kemudian meronta memanggil nama Jaehyun hingga dokter datang dan memberinya obat penenang.
.
"Taeil h-hyung...Taeyong hyung...hh...baik 'kan?"
"Jae, kuatlah! Taeyong belum sadar. Kau pasti kuat, Jae. Kau pasti kuat."
"H-hyung...bilang padanya...hh..aku...mencintai...dia...dan bayi...kami..."
"Jae, kau pasti bisa sembuh!"
"T-terimakasih...s-sudah mengisi...enam tahun...dalam h-hidupku..."
Taeil menggeleng kuat sambil memeluk Jaehyun yang banjir darah. Ia tak peduli bajunya menjadi kotor karena darah. Yang terpenting adalah Jaehyun harus bangkit sekarang. "Aku...titip...Taeyong hyung..."
"Jung Jaehyun! Bangun! Jaehyunie!"
.
Semua serasa berhenti begitu saja bagi Taeyong. Ketika ia melihat foto suami-nya bertengger manis didekat nisan yang masih baru. Foto yang dia ambil ketika dia dan Jaehyun berlibur ke pulau Jeju. "J-jae! Jaehyunie bangun!" Taeyong memeluk erat nisan itu sambil menangis pelan. Tangannya memukul-mukul gundukan tanah, menjadikannya pengganti badan Jaehyun yang ingin ia pukul sekarang.
"Bangun, Jeffrey! Kau tega meninggalkanku dan anakmu? Dia belum melihat siapa ayahnya. Siapa ayah yang sudah berjasa menyelamatkan hidupnya. Siapa ayah yang sudah membuatnya ada. Dan siapa ayah yang kuat, yang bernama Jung Jaehyun. Kenapa harus kau, Jae? Kenapa bukan aku yang pergi?" Taeyong melirih. Seiring dengan tenaganya yang terkuras habis untuk menguatkan dirinya agar mengikhaskan Jaehyun. Tapi bagaimanapun, ia tak bisa. Kenangan-kenangan indah dirinya dan Jae-hyun selama enam tahun, hangus sudah. "Terimakasih, Jay. Aku mencintaimu."
Flashback end
"Jangan menangis, Yong. Jaehyun pasti sedih kau terus begini. Kau tau? Besok adalah seminggu kepergian Jaehyun. Kau pastinya tidak mau Jaehyun melihatmu dan ikut sedih, kan?" Taeil mengelus punggung Taeyong. Taeyong terisak semakin keras, "Jaehyunie...Aku rindu Jaehyunie, hyung." Taeil mengangguk paham, kemudian mencium pelan dahi adiknya sambil mengusap air matanya.
"Jaehyun pasti juga merindukanmu, Taeyong. Dia pasti juga ingin melihat bayi kalian tumbuh dengan baik nantinya, meski tanpa seorang ayah. Jaehyun selalu ada, disini. Didalam hatimu." Taeil tersenyum tipis sambil mengusap air mata Taeyong. "Taeyong Mama orang yang kuat 'kan? Kuatlah, demi bayi kalian."
"Hyung, kenapa kau menangis? Meski aku tak bisa mencium bibirmu, tak bisa menyentuh pipi lembutmu, tak bisa menghapus air matamu, tak bisa memeluk dirimu lagi. Aku tau kau tak bisa melihatku yang menatapmu sedih, tau jika kau tak bisa dengar aku berkata 'jangan menangis', tapi percayakah kau jika aku masih bisa melihat wajah cantikmu? Kumohon, jangan menangis. Aku mencintaimu, menyayangimu. Semoga nantinya kita akan bertemu lagi di surga."
.
.
END
Ini terinspirasi dari kisah nyata, ya. Jadi ada suami yang istrinya lagi hamil dan mereka kelibat kecelakaan. Karena nggak mau istrinya kenapa-napa, dia banting setir dan biarin truk itu menghantam dirinya sementara dia meluk istrinya agar istrinya itu selamat.
Plis, saya ngetik ini sambil mewek jam 3 dini hari. Bayangin Taeyong yang besarin anaknya sendiri tanpa Jaehyun. Itu juga Yuta sama Doyoung nyempil nama doank? :''
Angstnya nggak ngefeel? Maapkan ya. Diriku emang ga berbakat buat yang sedih-sedih. Aku bisanya ngelawak(?)
Review yaa...^^v
Yang nungguin apdetan Pasutri Gaje entaran ya :' filenya ilang gue males ngetik lagi.
