"Jadi?"

"Huh?"

"Jadi inti dari kisah menggelikanmu ini apa? Terkadang aku bingung bagaimana bisa kau yang katanya puncak mata rantai satu sekolah bisa setolol ini!"

"Mata rantai? Kau kira aku ini apa? Aku bukan kanibal!"

Jimin memutar bola matanya tak peduli. Ia masih memainkan sedotan di gelas jusnya, menunggu Taehyung melanjutkan ceritanya.

"Baiklah, intinya aku akan menjadikan dia kekasihku. Bagaimana? Rencanaku bagus bukan?"

Jimin sungguh tidak bisa menahan dirinya lagi. Alhasil sendoknya melayang ke dahi sahabatnya itu.

"Rencana your ass! Rencana macam apa itu Kim? Itu rencana paling bodoh abad ini. Aku menyesal duduk disini bersamamu, sungguh"

Jimin menyeruput jusnya dengan ganas. Tidak peduli dengan temannya yang berteriak-teriak sakit di depan sana, persis wanita yang diperawanin. Jimin tidak serius dengan kata-katanya pada Taehyung tadi. Hanya saja, ia sedikit kesal. Bagaimana tidak? Taehyung menyeretnya begitu bel istirahat berbunyi, mendudukkannya dengan paksa, dan menjejali kepala Jimin dengan segala macam kisah cinta menggelikannya pada salah satu adik kelasnya.

Menceritakan bagaimana pertemuan pertama mereka, bagaimana menggemaskannya Jungkook saat ia menghampirinya, dan bagaimana ciuman pertama mereka di apartmen Taehyung.

Dan itu sangat irasional untuk Taehyung. Selama belasan tahun mereka tumbuh bersama, ini pertama kalinya Taehyung terlihat begitu bersemangat menceritakan orang lain, dengan senyum kotak yang tak pernah lepas dari bibirnya.

"Sebenarnya siapa Jeon Jungkook yang kau maksud itu?"

Taehyung secara ajaib berhenti bersikap gila kemudian kembali duduk manis di depan Jimin.

"Benar. Siapa dia sebenarnya?"

"Kim Taehyung, jangan membuatku menyeretmu ke kamar mandi wanita lagi. Sekalan kau di grepe mereka"

Taehyung hanya tertawa keras. Sangat keras hingga mengundang perhatian orang lain. Taehyung menedarkan matanya.

"Disana. Pintu masuk sebelah kiri"

Jimin sontak membawa matanya ke arah itu. Serius? Itu Jeon Jungkook yang diceritakan Taehyung? Jimin kira, Jungkook itu tipe manusia pendiam, manis, menggemaskan, dan seakan mengundang siapapun untuk melindunginya. Nah ini, bukannya ingin melindungi, malah ingin mencari perlindungan darinya.

Caranya mengusak surai hitamnya menjadi semakin berantakan tidak terlihat selucu yang di ceritakan Taehyung. Jimin memindai tubuh pemuda itu dari atas kebawah. Mata bulatnya menyorot tajam seperti ingin mengeluarkan sinar laser kapan saja, telinganya di lengkapi pierching kiri kanan, almamaternya tidak dikancing, tidak memakai dasi, kancing kemeja putihnya ia buka sekitar tiga hingga memperlihatkan kaos hitam di dalamnya, celananya cukup normal jika saja tidak ada robekan di lutut kirinya, satu-satunya yang normal darinya hanyalah sepatu dan yeah wajahnya cukup tampan.

"Ey.. jangan memandangi kekasihku seperti itu, Jim! Mau kucolok mata sipitmu itu?!"

Jimin balas memperhatikan penampilan sahabatnya. Tidak jauh berbeda sebenarnya. Hanya saja, Jimin tidak tahu kalau menggemaskan dalam kamus Taehyung adalah tipe seperti Jungkook.

.

[Cute Boy]

.

Jimin memandang jengah pada Taehyung yang tersenyum gila ke arah tempat duduk Jungkook. Pemuda itu duduk santai dan menyantap makan siangnya, sendirian. Saat ditanya kenapa Taehyung tidak menghampirinya, si idiot itu hanya mengatakan kalau ia tidak ingin Jungkook tidak nyaman.

Dan mari kita lihat, senyaman apa Jeon Jungkook dengan dua orang siswi yang menghampirinya, Oh, jangan lupakan tiga siswa yang terkenal buruk di sekolah.

"Sepertinya kekasihmu itu akan dibully. Tidak ingin menyelamatkan, Pangeran?"

Taehyung tidak menjawab. Ia hanya fokus kesana. Letak duduknya dengan Jimin memang agak ke sudut dan tidak begitu terlihat. Mungkin mereka tidak melihatnya dan Jimin. Taehyung mengeraskan rahangnya seiring kelima orang itu mendekat pada Jungkook.

Di lain sisi, Jungkook masih saja menyantap makanannya dengan tenang, tidak terlihat tanda-tanda terusik sama sekali. Tenang seperti air danau. Ia sadar tentu saja.

Dengan mulut penuh, Jungkook mengangkat kepalanya saat salah seorang siswi menendang kaki mejanya. Jungkook memutar bola matanya malas. Ia hendak meraih sesendok nasi lagi, namun terhenti saat gadis satu lagi menuang senampan penuh menu hari ini ke atas jatahnya yang bahkan belum ia makan setengahnya. Jungkook menghela napas pelan.

"Makan yang banyak, Piggy"

Gadis itu menyeringai mengejek membuat beberapa orang disana ikut menertawakan Jungkook. Jungkook meletakkan sumpitnya kembali dengan keras lalu melipat tangannya di dada.

"Apa masalahmu, Nona? Sampai membawa gerombolan dan mengganggu seekor babi yang sedang makan,"

"Ha! Kau masih tidak sadar ya? Kau itu harusnya sadar tempat. Kau hanyalah orang rendahan yang berani mendekati Pangeran kami!"

"Pang— Ah, Taehyungie sunbae?"

Sengaja. Jungkook sengaja menyebut Taehyung semanis itu. Ini perang, batinnya.

"Ya! Ka—"

"Boleh aku duduk disini?"

Aura di sekitar mereka mendadak dingin. Gadis itu menurunkan tangannya dari kepala Jungkook dengan kaku. Surai ungu pucat seperti itu hanya dimiliki seorang di sekolah ini. Kim Tae.

Taehyung meletakkan nampan makannya perlahan di atas meja. Ia sorot mata tajam ia melirik semua orang yang menunduk takut.

"Kemana semua tawa kalian tadi? Aku ingin mendengarnya. Sepertinya seru sekali."

"Sun-Sunbae.."

"Karena tidak ada yang mau tertawa, yasudah. Ah, kalian berlima. Kebetulan kalian sedang berdiri, bisa bereskan kekacauan ini? Kookie-ku sangat tidak suka tempat kotor. Ia bahkan hampir membunuhku saat melihat apartmenku berantakan. Jadi, kalau tidak mau dicekik, cepat bereskan"

Taehyung mengucapkannya dengan santai dan nada riang. Hanya saja perkataannya menyebabkan shock berlebih bagi siapapun yang mendengar. Jungkook dan Taehyung berdua di apartmen Taehyung. Mereka sudah sedekat itu?

Kedua gadis itu segera melakukan yang dikatakan Taehyung, telinga keduanya tampak memerah. Sedangkan tiga orang pemuda di belakangnya hanya memberikan tatapan tajam pada Taehyung dan Jungkook. Semoga saja mereka tidak menyeret Taehyung ke adu fisik, karena sumpah, Taehyung tidak bisa melakukan hal itu.

Taehyung kembali duduk di bangku depan Jungkook. Ia menggeser nampannya ke hadapan Jungkook. Jungkook menatapnya bingung.

"Maknlah. Kau pasti masih sangat lapar. Aku sudah makan tadi dengan temanku"

Jungkook mengangguk paham lalu mulai menyantap pengganti makan siangnya dengan semangat. Taehyung mengulurkan kedua lengannya, menyentuh surai hitam Jungkook yang terasa begitu lembut di tangannya. Ia menyisir pelan surai itu dengan jemarinya. Merapikan kembali setelah ditarik-tarik gadis itu. Jungkook tidak mempermasalhkannya. Toh, tidak rugi juga untuknya.

"Gomawo.."

Taehyung mengangguk kecil mendengar gumaman Jungkook. Park Jimin, bagaimana bisa kau mempertanyakan dimana menggemaskannya Jeon Jungkook?

.

[Cute Boy]

.

"Jungkook-ah?"

"Hum?"

"Sebentar lagi musim panas. Hari ini hari terakhir musim semi"

"Aku tidak tahu. Memangnya kenapa, sunbae?"

"Tidak.. bukan apa-apa"

Taehyung memejamkan matanya. Keduanya tengah terlentang di tengan lapangan basket indoor setelah bermain sebentar tadi. Hari sudah beranjak sore namun mereka masih berada di sekolah. Yahh, tidak masalah sebenarnya. Karena beberapa fasilitas memang sengaja tidak ditutup seharian. Contohnya lapangan basket indoor, tenis, renang, musik, dan terutama perpustakaan. Alasannya adalah untuk tempat siswa yang tinggal di asrama sekolah jika mereka jenuh. Sekolah mereka memang terlalu baik sepertinya.

"Jung?"

Jungkook membalas dengan gumaman pelan.

"Kau tinggal dimana?"

"Aku? Tinggal di apartmen. Wae?"

"Sendiri?"

"Ya"

Jungkook menoleh ke samping kirinya. benar-benar fokus pada Taehyung yang tengah menutup matanya dengan sebelah lengan. Iris hitamnya tampak berbinar karena cahaya lampu. Andai Taehyung melihatnya, ia pasti akan kembali terpesona.

"Kalau begitu—"

"Sunbae ingin kita tinggal bersama? Tentu!"

Taehyung sontak membuka matanya. Dengan ekspresi terkejut ia menoleh pada Jungkook yang tersenyum lucu.

"Sunbae itu mudah sekali ditebak, tahu"

"Eh?"

"Aku juga tahu Sunbae tidak ahli dalam dunia berantakan sepertiku, maksudku, yaa aku tahu aku itu bukan anak baik-baik dan... bodoh. Tapi aku suka cara Sunbae mengancam mereka tadi siang. Benar-benar keren!" —Jungkook mengacungkan kedua jempolnya.

"Sunbae pandai menyembunyikan itu semua. Aku melihat mata Sunbae, dan itu memang menyeramkan. Tadi. Sunbae sangat jarang berolahraga. Jarang makan juga. Kelihatan dari tubuh kurus Sunbae itu. Dan Sunbae— A-Ah, lupakan!"

Taehyung tidak bisa tidak tercengang. Jungkook juga memperhatikannya sampai seperti itu? Taehyung mengerjabkan matanya sekali.

"A-Ahaha.." Taehyung tertawa canggung. Jungkook mengerutkan keningnya, bingung. Ia lalu mengangkat tubuhnya hingga duduk di samping Taehyung yang masih tertawa. Tawa canggung pemuda tan itu kini berubah menjadi tawa lepas yang sungguh sangat tampan.

"Wae? Apa itu lucu?"

Taehyung semakin tertawa keras sembari memegangi perutnya. Jungkook mendelik sebal. Ia lalu menendang kaki Taehyung kuat.

"YA! Sunbae!"

"Mian.. mian.." Taehyung mengusap sudut matanya. Entah apa yang membuatnya tertawa lepas seperti tadi.

Jungkook mengangkat bahunya acuh. Ia meraih bola basket yang terletak tak jauh darinya. Ia memainkannya dalam diam. Sebenarnya itu sangat wajar karena Jungkook memang tidak suka banyak bicara. Terlalu membuang tenaga.

Lain Jungkook, lain juga dengan Taehyung. Dengan posisi terlentang, ia tidak pernah melepas matanya dari punggung Jungkook. Bahunya turun, terlihat enggan melakukan apapun. Jungkook memang selalu seperti itu. Hanya beberapa kali saja Taehyung melihat Jungkook menegakkan bahunya.

"Jung?"

"Apa lagi?"

Taehyung mengangkat sudut bibirnya tipis.

"Kau suka apa?"

Jungkook menghentikan kegiatannya yang semula memainkan bola di jemarinya. Ia menoleh ke belakang dengan cepat.

Begitu cepat sampai ia membulatkan matanya terkejut. Bola di tangannya menggelinding jauh ke sudut. Jungkook menahan tubuhnya dengan lengan kanan sementara tangan kanannya menekan dada bidang Taehyung. Leher Jungkook menegang seiring ia ikut menahan napasnya.

Taehyung secara tidak terduga meraih belakang kepala Jungkook tepat saat Jungkook menoleh. Taehyung bertumpu dengan lutut kanannya. Menelurusi belah bibir ranum Jungkook. Taehyung menarik wajahnya sedikit, memindai setiap inci wajah terkejut Jungkook, ia mengulas senyum miring dan menempelkan dahinya dengan dahi Jungkook.

"Kau suka ciumanku?"

Jungkook mengunci bibirnya. Ia terlalu terkejut. Taehyung tertawa kecil lalu kembali menyatukan bibirnya dengan Jungkook sekilas. Taehyung mengesekkan hidungnya dengan hidung mancung Jungkook dan dengan suara dalam benar-benar membuat Jungkook tenggelam.

"Hei, Kau masih hidup kan?"

"Sun—"

"Shh.. jangan berbicara"

Taehyung mengusap pipi Jungkook dengan punggung tangannya. Bukannya hangat seperti yang ia perkirakan, pipi susu Jungkook mulai dingin dan lembab lagi.

"Jeon Jungkook. Kau baru saja mengatakan aku sangat mudah dibaca, bukan? Itu artinya kau tahu aku bagaimana kali ini bukan? Ah, koreksi. Hari ini dan dua hari yang lalu?"

Taehyung terdengar main-main mengatakannya, sementara tangan Jungkook yang menahan beban tubuhnya mulai bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya pelan. Dan tubuhnya kemali menegang saat Taehyung kembali menyatukan keduanya. Kali ini bukan hanya sekedar menempel saja. Taehyung menekan kuat belakang kepalanya hingga kesempatannya melarikan diri hanyalah nol koma sekian persen. Taehyung memiringkan wajahnya dan berkali-kali menyesap kedua belah bibirnya.

Taehyung melakukannya dengan lembut, tidak ada paksaan sama sekali. Hal itu lah yang akhirnya membuat Jungkook memutuskan untuk mengikuti alur permainan Taehyung. Ia memejamkan matanya lalu memeluk leher Taehyung dengan tangan kirinya. Ia masih harus menahan beban dirinya ditambah Taehyung juga, ingat? Jungkook membalas lumatan demi lumatan Taehyung. Tidak seahli Taehyung namun ia cukup paham dan cepat belajar. Belajar ya, Jeon?

Cukup. Jungkook sudah tidak tahan lagi.

Dengan tenaga yang masih tersisa, ia memukul kepala Taehyung dengan keras. Taehyung sontak melepas dirinya dari Jungkook lalu jatuh terduduk dan mengelus belakang kepalanya. Sementara Jungkook, ia jatuh terlentang dengan kepala yang membentur lantai. Tangannya sudah mati rasa, demi Tuhan.

Napas Taehyung tercekat saat Jungkook mendelik tajam padanya. Dan ia mulai takut saat Jungkook berdiri di depannya. Tidak. Ia bukannya takut jikalau Jungkook marah dan memukulnya. Itu lebih baik daripada Jungkook marah dan tidak mau melihat wajahnya lagi.

Tapi, tadi Jungkook membalas ciumannya kan?

KAN?!

"Jungkook-ah"

Jungkook menghentikan langkahnya saat hampir mencapai pintu keluar. Ia berbalik dengan wajah datarnya sementara Taehyung menatapnya dengan ekspresi memelas.

Detik selanjutnya, Jungkook menarik sebelah sudut bibirnya yang memerah karena ulah Taehyung.

"Cepat. Aku sudah tidak sabar ingin menggigitmu di ... hyung?"

Setelah itu Jungkookmengulas tawa kecil yang benar-benar menggemaskan. Taehyung ikut tertawa bersamanya sembari menyisir surai ungu pucatnya kebelakang. Ia menggigit bibirnya menahan dadanya yang sangat ingin meledak.

.

.

Taehyung and his cute boy, Jungkook.

.

.

FIN