Really © ddideubeogeo17

.

.

Kim Mingyu, Jeon Wonwoo

.

.

Cast(s) © Tuhan YME

.

.

Romance

.

.

Yaoi. BxB. Typo(s). AU!. OOC. Songfict.

DLDR

.

.

Hana

Dul

Set

Enjoy it~

.

.

.

Lelaki tinggi berkulit tan itu tengah menggigit ibu jarinya sendiri dengan resah. Sudah terhitung sejak dua puluh lima menit yang lalu sosok itu masih melakukan kegiatan yang sama, namun sepertinya tidak ada tanda-tanda ia akan menghentikan kegiatan anehnya itu.

Bagaimana tidak aneh jika ia tengah menggigit ibu jarinya sambil berjalan mondar-mandir di depan pagar rumah tetangganya.

"Aish! Apa yang harus ku lakukan?" monolognya.

Tiba-tiba ia merasakan getaran di saku celananya, sebelah tangannya pun meraba saku dan mengambil benda elektronik pipih persegi panjang.

From : Seokmin

'Yak Kim Mingyu! Jika memang kau tidak hadir untuk kerja kelompok, setidaknya hubungi salah satu dari kami! Memangnya kau pikir menunggu itu tidak membuang waktu?!'

Lelaki yang mendapatkan pesan itu hanya bisa meringis, ia menepuk dahinya pelan sambil mengumpat lirih. Ia benar-benar lupa pada kewajibannya sendiri, sebab isi pikirannya sudah terfokus pada seseorang.

To : Seokmin

'Ah, ya ampun aku sungguh lupa. Maafkan aku ya Seokmin-ah, titip maafku untuk yang lain juga. Ada hal penting yang harus ku lakukan.'

Mingyu menunggu dengan gusar pesan balasan dari Seokmin sambil bersandar di pagar rumah tetangganya.

From : Seokmin

'Apa sebegitu pentingnya sampai kau melupakan tugasmu?! Hah, untung kau tidak ada di hadapanku langsung. Jika ada, maka ucapkan selamat tinggal pada gigi taring kebanggaanmu itu karena aku akan mematahkannya!'

Mingyu hanya terkekeh geli membayangkan wajah sahabatnya yang akan terlihat lucu saat mengamuk.

Namun dalam sekejap Mingyu menegakkan tubuhnya, ia mengerjapkan mata dan membaca ulang pesan dari sahabatnya itu. Mingyu terfokus pada kalimat 'untung kau tidak ada di hadapanku langsung', seakan baru mendapat pencerahan ia segera mencari kontak seseorang yang sudah mendominasi isi pikirannya.

To : Jeonsan

'Hyung ada dimana? Apa hyung ada di rumah?

Jika hyung tidak sibuk, bisa tolong keluar?

Cepat ya!

Karena aku ada di depan rumah hyung.'


.

Where are you? Home?

If you're not busy

Come out

I'm in front of your house

.


Setelah beberapa menit menunggu, ponselnya bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Dengan senyum cerah, Mingyu mengangkatnya.

"Yeob–"

'Apa sih yang ada di dalam otakmu itu, Kim?!'

"Eh? Maksudnya?"

'Sekarang sudah pukul sembilan malam, tentu saja aku di rumah. Dan kenapa kau hanya berdiam diri di luar? Kenapa tidak langsung masuk seperti biasa? Memangnya kau pikir kau itu manusia super? Suhu di luar sedang sangat dingin, Demi Tuhan! Tunggu sebentar!'

Setelahnya Mingyu bisa mendengar suara krasak-krusuk dari sambungan telepon di seberang, sebelum akhirnya sambungan itu terputus.

Mendengar pintu yang terbuka, Mingyu menegakkan tubuhnya dan memasang senyum setampan mungkin menyambut sosok yang ditunggunya.

"Hyung–"

PLETAK!

"Aw!"

"Si bodoh ini! Cepat masuk." Ujar sang pemilik rumah lalu segera bergegas meninggalkan korban jitakannya.

"Wonwoo hyung, tunggu!" Mingyu dengan refleks segera menangkap salah satu pergelangan tangan lelaki manis itu, hingga sang empu membalikkan tubuhnya menghadap Mingyu.

"Apa sih?"

"Hyung, kau hmm begini, kau itu, eh tidak maksudnya, aku itu–"

"Kim Mingyu? Apa kau kerasukan makhluk halus? Tingkahmu aneh."

Mingyu menelan ludahnya susah payah.

"Aku ingin bicara sesuatu."

"Hm? Apa? Tidak bisakah masuk ke dalam dulu? Dingin tahu!"

Mingyu memanjangkan lehernya, ia melirik ke arah belakang Wonwoo dan merutuk saat ada sosok yang paling tidak ingin ditemuinya. Siapa lagi jika bukan adiknya Wonwoo, Jeon Jungkook.

"Ti–tidak jadi hyung. Kapan-kapan saja hehe" Mingyu memaksakan tawa garing untuk memecah kegugupan yang menelan habis rasa percaya dirinya.

"Aneh. Sudahlah, jadi kau ingin mengatakan apa?"

"Tidak sekarang hyung, besok saja. Aku lupa mau bicara apa, selamat malam." Mingyu mendekati Wonwoo dan mengecup dahinya singkat, sebelum akhirnya ia berlari menjauh.

Namun ia masih bisa mendengar teriakan dari si bungsu keluarga Jeon, "SIALAN! SEENAKNYA SAJA MENCIUM ANAK ORANG!"

"Kookie-ya jangan mengumpat! Siapa yang mengajarimu begitu?!"

"E–eh bukan begitu maksudku hyung~"

Mingyu hanya terkekeh mendengar suara kakak beradik itu, kemudian dengan langkah berat karena beban hatinya belum terangkat, ia berjalan pulang ke rumah yang memang hanya berbeda satu blok dari rumah Wonwoo.


.

Wanna tell you something

Don't know how to say it

But, it's nothing weird

No pressure

.


Melakukan suatu hal yang berulang itu seharusnya menimbulkan kejenuhan. Tapi Mingyu dengan beraninya menampik persepsi itu, karena sampai detik ini lelaki bermarga Kim itu tidak ada bosan-bosannya melakukan kegiatan yang sama.

Yang jelas, kata sahabat-sahabat dekatnya seperti Seokmin, Minghao, Bambam, dan Yugyeom, kegiatannya itu justru menunjukkan betapa pengecutnya seorang Kim Mingyu. Namun si pelaku tidak ambil pusing, ia mana peduli mau disebut apa oleh teman-temannya, yang penting batinnya terpuaskan.

Bisa dilihat dari tingkah konyolnya sekarang, di jam istirahat seperti ini bukannya pergi ke kantin dan mengisi perut yang kosong, Mingyu justru tengah duduk di balik pohon besar dan mengintip seorang lelaki manis berkacamata bulat yang tengah membaca novel di salah satu bangku taman belakang sekolah.

Lihatkan?

Betapa pengecutnya Kim Mingyu.

Mungkin masih bisa dimaklumi jika sosok itu tidak dikenal oleh Mingyu, namun pada kenyataannya sosok itu justru merupakan orang terdekat Mingyu. Entahlah, jika berhadapan langsung dengannya, Mingyu merasa tidak bisa leluasa memandangi wajahnya.

Jeon Wonwoo, sosok yang sudah mencuri hati Mingyu dan dengan lancangnya masuk ke dalam mimpi basah Mingyu.

Mungkin saat itu, Mingyu memang masih lugu dan polos. Pada awalnya ia bingung kenapa Wonwoo bisa masuk ke dalam mimpi yang merupakan masa peralihan untuk menjadi seorang remaja, tapi Mingyu hanya berpikir jika mungkin saja itu karena hampir semasa hidupnya dihabiskan bersama Wonwoo.

Namun sejak memasuki tingkat sekolah menengah atas, Mingyu sudah bisa mengerti arti mimpi itu. Perasaannya pada Wonwoo yang memang sudah berubah, bukan lagi seperti adik kepada kakanya, teman kepada teman lelakinya, tapi lebih dari itu semua.

Perasaannya untuk Wonwoo itu benar-benar tulus dari hati yang terdalam, dari seorang lelaki kepada orang yang dicintainya.

Itu semua semakin terasa jelas saat bukan hanya rasa kagum, sayang, bahkan cinta yang dirasakan Mingyu, ia juga mendapatkan pengalaman untuk bisa merasakan suatu sensasi baru.

Seperti kesal, marah, cemburu, dan berbagai perasaan yang menyesakkan saat ia melihat tawa dan senyum tulus Wonwoo untuk orang lain.

"Lho? Mingyu-ya?"

"H–hyung?!"

Mingyu terlonjak kaget. Ia refleks berdiri saat menyadari jika bahunya baru saja ditepuk oleh orang yang sedari tadi menjadi objek lamunannya.

"Iya, ini aku. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku, aku iseng."

Mingyu diam-diam menggigit lidahnya, ia merutuki jawaban yang terlontar. Namun saat mendengar suara kekehan dari sosok di depannya, Mingyu tidak bisa tidak terpesona.

'Ya Tuhan, ciptaan-Mu sungguh indah.'

"Iseng? Ya tidak heran sih, kau kan memang salah satu orang paling kurang kerjaan yang ku kenal."

Mingyu masih terpaku pada wajah di depannya, lelaki itu semakin terlihat manis saat terkekeh dan menutupi mulutnya dengan sebelah tangan.

"Hei Mingyu-ya, apa kau tidak ingin ke kelas? Ku rasa sebentar lagi bel masuk akan berbunyi."

Mingyu menggeleng pelan, berusaha meraih dan mengumpulkan fokusnya.

"Ah iya, Wonwoo hyung."

Kedua sosok itu berjalan berdampingan, meskipun Wonwoo sudah berada di tingkat akhir dan Mingyu masih di tingkat dua, beruntung karena kelas mereka searah.

"Hyung?"

"Iya?"

"Ku pikir seharusnya aku sudah menjadi seorang milyarder."

"Pffftt kenapa begitu?"

Mingyu tersenyum tipis mendengar Wonwoo yang menahan tawa.

'Karena jika perasaanku padamu itu berupa uang, sudah pasti aku akan menjadi seorang milyarder. Eh tidak tidak, harusnya lebih dari itu. Mungkin uangku tidak akan pernah bisa terhitung, karena perasaanku padamu juga tak ternilai banyaknya.' Batin Mingyu.

"Hei, jadi kenapa begitu?"

Mingyu tersenyum,"Karena aku itu sangat tampan. Coba bayangkan jika ketampananku itu berupa uang, pasti sangat banyak kan?"

"Eiyh~ Si buluk ini!"

"Hyung!"

"Haha" Wonwoo terkekeh geli setelah mengejek Mingyu dan mengacak rambut yang lebih muda dengan iseng. Wonwoo berjalan mendahului Mingyu, namun sayang karena itu Wonwoo jadi tidak bisa melihat senyuman tulus yang terlukis di bibir pemuda bermarga Kim.

'Aku menyukai, menyayangi, dan mencintaimu, Jeon Wonwoo. Sangat.'


.

The most beautiful thing in my eyes right now

Is you boy

If my feelings for you were money

I'm a billionaire

I like you

.


"Mingyu-ya, ayolah anak kucing saja ya?"

"Hyung, anak anjing saja. Lebih lucu tahu."

"Tidak, aku tidak mau! Justru anak kucing lebih menggemaskan, lihatlah matanya."

"Mata anak anjing ini justru lebih lucu hyung."

"Ish! Ya sudah terserah." Wonwoo meletakkan kembali anak kucing yang sedari tadi didekapnya.

Sedangkan Mingyu tergagap, ia panik saat mengetahui jika Wonwoo merajuk sungguhan. Sementara bibi pemilik toko hewan peliharaan itu hanya tersenyum geli melihat interaksi dua anak muda di depannya.

"Hyung, baiklah baik. Anak kucing saja, oke? Jangan marah lagi."

Wonwoo berbalik, dengan gerakan cepat ia memegang sebelah bahu Mingyu sebagai tumpuan, karena perbuatan setelahnya mampu membuat lelaki tinggi bermarga Kim itu tercengang.

Wonwoo. Mengecup. Pipi. Mingyu.

Oke, memang itu bukan pertama kali mereka melakukannya. Hanya saja jika yang memulai itu Wonwoo, dan di tempat umum seperti itu, sungguh itu benar-benar suatu hal yang luar biasa.

Beruntung karena saat ini toko tersebut sedang sepi dan hanya mereka bertiga –termasuk bibi pemilik toko.

"Cepat bayar dan mari kita tentukan namanya." bisik Wonwoo sebelum berlalu meninggalkan Mingyu yang masih berdiri mematung.

"Ehem, jadi anak muda, apa yang akan kau beli?"

Mingyu memegang sebelah pipinya –di tempat kecupan Wonwoo, ia tersenyum lebar dan menoleh pada wanita yang masih terlihat segar di usia senjanya itu.

"Anak kucing saja, Ahjumma."

"Yang ini?"

"Iya."

"Aigoo, pilihan kekasihmu memang yang terbaik. Anak kucing ini sebenarnya kesayangan ahjumma karena begitu menggemaskan."

Mingyu mengusap tengkuknya canggung,"Dia bukan kekasihku, Ahjumma."

Mingyu bisa melihat ekspresi terkejut dan tidak percaya dari sosok di depannya, sebelum akhirnya wanita itu terkekeh,"Ya setidaknya 'belum'. Ahjumma harap secepatnya kau meresmikan hubungan kalian. Jangan sampai keduluan orang lain."Ujarnya sambil menyematkan kedipan jahil.

Mingyu tersenyum kemudian mengangguk,"Iya, ku harap juga begitu." ujar Mingyu.

Sungguh, Mingyu sangat bahagia rencananya mengajak Wonwoo untuk membeli hewan peliharaan ternyata berhasil membuat lelaki manis itu tidak berhenti melukiskan senyum.

Walau di hati kecilnya Mingyu menahan sebal juga, karena selama perjalanan pulang senyuman maut milik Wonwoo berhasil menarik perhatian orang-orang dan berakibat pada mereka yang menatap minat pada Wonwoo secara terang-terangan.

Bukannya apa, hanya saja Mingyu jadi gemas ingin mencongkel mata perempuan ataupun laki-laki mata keranjang yang dengan beraninya menatap lapar pada Wonwoonya.

'Eh? Wonwooku?' Mingyu menepuk kepalanya sendiri saat tersadar sudah mengklaim sosok yang bahkan masih berstatus sebagai sahabatnya.

"Ujujujujuju~"

Mingyu refleks menoleh cepat saat mendengar suara Wonwoo yang tengah beraegyeo sambil mengerucutkan bibirnya, berusaha menarik perhatian anak kucing yang baru saja dibeli Mingyu. Sementara sang pemilik kucing justru tengah menggigit bibir bawahnya menahan gemas, jika bisa rasa-rasanya Mingyu ingin langsung menubruk bibir kissable lelaki manis di depannya.

"Mingyu-ya?"

"Hm?"

"Kau tidak ingin memberinya nama?"

"Oh iya, benar juga. Jadi anak kucing ini mau diberi nama apa?"

"Hmmm. . ." Wonwoo tanpa sadar memiringkan kepalanya, ekspresi polosnya justru menggugah pikiran kotor Mingyu untuk muncul ke permukaan. Ditambah lagi sekarang rumah Mingyu sedang kosong –kecuali ia dan Wonwoo tentunya.

'Sial! Kendalikan dirimu, Kim Mingyu.' batin Mingyu berusaha menahan diri.

Mingyu melihat dahi Wonwoo yang berkerut, terlihat jelas jika lelaki itu tengah berpikir keras. Padahal Mingyu yang berstatus sebagai pemilik anak kucing itu saja tidak mau repot berpikir.

Wajar, karena memang pada dasarnya anak kucing yang dibelinya itu hanya sebagai media agar Wonwoo mau menghabiskan waktunya lebih banyak bersama Mingyu.

Karena di otak liciknya, Mingyu sudah berencana akan selalu merecoki Wonwoo dengan dalih,'Hyung aku tidak mengerti bagaimana merawatnya. Bisakah kau ke rumahku? Tolong aku?'

Dan, BOOM!

Mingyu yakin Wonwoo akan langsung datang, mengingat betapa baiknya hati seorang Jeon Wonwoo. Ia mana mungkin tega membiarkan Mingyu kebingungan mengurus hewan peliharaan.

Kasihan, Wonwoo tidak sadar saja jika semua yang terjadi hanya akal-akalan Kim Mingyu Si Tukang Modus.

"Honey? Baby? Darling?" usul Mingyu, namun ia sama sekali tidak melihat ke arah hewan peliharaan barunya. Sepasang netranya justru fokus pada lelaki manis bermarga Jeon yang tengah bermain-main dengan si anak kucing.

"Eiyh bahkan kucing pun kau gombali?" Wonwoo menepuk bahu Mingyu gemas.

"Hehe bukan begitu, hanya saja aku benar-benar tidak memiliki ide."

"Hm bagaimana jika Mongu?"

"Mongyu?"

"Mongu, bukan Mongyu."

"Oke, baiklah. Hei kucing kecil, mulai sekarang namamu adalah Mongu, Kim Mongu~" Mingyu meraih anak kucing itu dan mendekapnya di dada.

Wonwoo tersenyum lebar,"Aigoo~ Ujujujuju Mongu-ya~"

Melihat betapa menggemaskan Wonwoo, membuat Mingyu tanpa sadar mengeratkan pelukan pada anak kucing yang tengah meringkuk di dadanya.

"Meow!"

"Aw sakit!"

"Ya ampun!"

Anak kucing itu mencakar Mingyu dan setelahnya ia masuk kembali ke kandangnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Jangan salahkan hewan mungil itu, ia kan hanya terkejut di dekap sebegitu eratnya.'Membuat sesak saja.' Batin si kucing, hm mungkin begitu?

Sementara Mingyu yang tengah meringis itu dibantu oleh Wonwoo. Meskipun bekas cakaran itu terasa perih, namun di dasar hatinya Mingyu bersyukur karena berkat ulah si kucing ia dan Wonwoo bisa berada dalam jarak yang begitu dekat.


.

Let's choose our pet names

Honey or baby or darling

It tickles my stomach

Just thinking about it

.


"Kau kenapa Mingyu-ya?"

Mingyu masih belum membuka suaranya, ia masih terdiam membisu. Bisa dilihat jika Mingyu tengah menahan getaran di tubuhnya.

Ia benar-benar gugup.

Padahal suasana dan tempatnya sudah mendukung.

Ia dan Wonwoo hanya berdua di dalam kamar Mingyu, bukan untuk melakukan hal yang aneh-aneh. Mingyu hanya berniat mengutarakan sesuatu.

Namun rasa gugup benar-benar berhasil mencekik lehernya hingga tak ada satu pun suara yang keluar.

"Kim Mingyu? Cepat katakan sebenarnya ada apa? Ayolah, aku memiliki banyak tugas yang harus ku kerjakan."

"Wonwoo hyung, sepertinya aku butuh alkohol."

BRUK!

Lemparan bantal itu mengenai wajah Mingyu dengan telak.

"Apa-apaan?! Kau membuang waktuku hanya untuk mengatakan hal bodoh seperti itu?"

"Hyung, aku–"

"Apa?! Kalau ingin mengatakan hal yang aneh-aneh, lebih baik aku pulang saja. Lagipula kau lupa jika usiamu baru tujuh belas tahun? Kau bahkan masih harus menunggu tiga tahun lagi untuk bisa berada di usia legal, Kim!" oceh Wonwoo dengan penuh emosi.

Mingyu menggigit bibirnya, ia juga merutuki kata-kata yang dengan spontan terlontar dari bibirnya.

'Aku butuh alkohol agar rasa gugupku ini hilang!'

"Mingyu-ya? Kau tidak sungguh-sungguh ingin meminum alkohol sekarang, kan?"

Mingyu melihat pancaran khawatir yang terlukis di wajah manis Wonwoo, ia tersenyum dan menggeleng pelan."Aku hanya bercanda hehe. Aku tahu hyung sedang stress dengan berbagai macam tugas dan ujian yang ada, jadi aku hanya ingin agar hyung meluangkan sedikit waktu untuk bersantai."

Kemudian Mingyu berdiri dan mendekati Wonwoo yang memang sedari tadi duduk di pinggir ranjang, sementara Mingyu duduk di kursi belajarnya. Mingyu mendekati Wonwoo dan membungkukkan tubuh tingginya, dalam sekejap tubuh ramping lelaki bermarga Jeon itu sudah tenggelam dalam rengkuhan Mingyu.

'Aku sudah tumbuh besar, tapi aku tetap seperti anak kecil kan di matamu, Wonwoo hyung?' batin Mingyu.


.

I'm nervous

I need a lot of alcohol

I may be big

But, I grow small in front of you

Do you know how I feel?

.


"Mingyu-ya! Jangan melihatku seperti itu, kau seperti maniak tahu!"

Mingyu mengulum bibirnya, ia terkekeh geli. Sebelah tangannya terjulur guna mengusap sudut bibir sosok di depannya.

"Makanlah yang benar. Bagaimana aku tidak memperhatikan hyung, jika cara makanmu itu benar-benar tidak ada bedanya dengan bocah taman kanak-kanak."

Wonwoo menunduk dan tersenyum malu. Sungguh, senyuman manisnya sangat berbahaya bagi detak jantung Mingyu.

Mereka berdua tengah berada di restoran cepat saji, karena Wonwoo yang sedang ingin makan makanan kesukaannya, cheeseburger.

Makanan Mingyu sudah habis, jadi ia hanya fokus menatap Wonwoo. Namun atensinya teralih saat televisi di sudut ruangan menayangkan berita tentang perampokan.

"Aigoo untung saja komplek perumahan kita keamanannya terjamin, benar kan Mingyu-ya?"

"Tidak juga."

"Eh?"

"Buktinya seseorang sudah mencuri sesuatu dariku."

"Apa?! Kapan? Sungguh? Kenapa aku tidak tahu?"

Mingyu mengangguk kalem,"Sungguh."

"Apa yang dicuri? Barang apa yang hilang? Apa pencurinya sudah ketemu?"

'Bukan barang, tapi hatiku. Dan ya, pencurinya sudah ketemu, bahkan ia sedang makan cheeseburger dengan santainya di depanku.'

"Mingyu-ya, kau ini bicara sungguhan atau tidak?"

Mingyu memasang wajah serius, membuat Wonwoo penasaran. Namun sedetik kemudian Wonwoo mendengus sebal saat melihat senyuman konyol di wajah Mingyu. Wonwoo baru menyadari jika Mingyu tengah mengerjainya.

"Dasar jelek!" ketus Wonwoo sambil melemparkan gumpalan tisu, sementara Mingyu terkekeh jahil.


.

At first sight

Falling in love like I'm slipping

The criminal who stole my heart

It's you

.


.

.

.

.

.

TBC

*Ini songfict dari lagunya WINNER yg really really.

**Mind to RnR? Gomawo^^