I'm NOT Your Family
ShokunDAYO
Disclamer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuHina
STANDART WARNING APPLIED, SPORADIC UPDATE!(MAYBE)
.
.
.
"Niina-san, ini sudah yang ketiga kalinya Ayame tidak memenuhi shiftnya apakah harus aku lagi yang menggantikan?" Mengapit ponselnya dipundak sementara tangannya sibuk mencari kartu langganan kereta ditas jinjingnya. Hinata dengan terpogoh-pogoh masuk kedalam stasiun yang ramai karena waktu telah menunjukkan pukul tujuh pagi.
" . . . "
"Iya aku tahu, tapi ini terlalu mustahil untukku. Dua klien sekaligus dalam satu minggu? Apakah kau tidak tahu bagaimana susahnya menyesuaikan jadwalku dengan jadwal kereta yang ada? Belum lagi tempat mereka yang sangat berjauhan—oh tidak, kau tidak akan menambahiku pekerjaan baru lagi!" Hardik Hinata kesal mengetahui bahwa bossnya akan memberikan pekerjaan yang baru lagi kepadanya mengingat betapa padatnya jadwalnya selama dua bulan terakhir.
" . . ."
Balasan disebrang membuat Hinata makin murka dan ingin segera memutus hubungan kerjanya dengan sang pemilik kuasa. Tetapi, mengingat pemasukan ekonominya yang seperti musim paceklik, Hinata menahan amarahnya untuk tak segera mendobrak pintu kantornya dan mencekik atasannya tersebut. Sabar Hinata—jika tidak melakukan pekerjaan ini apa yang bisa dia lakukan?
"Ya—ya—ya! Aku akan mengambilnya jika kau berjanji untuk menganti shiftku di keluarga Tanaka dan Nababa dengan orang lain." Hinata menghela nafasnya lelah. Jujur, dirinya sedikit bangga karena sang bossnya sangat mengandalkannya tetapi kalau dipekerjakan seperti sapi perah seperti ini siapa juga yang mau? Toh dirinya tidak membutuhkan uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Niina-san, seperti yang kau bilang barusan. Jika aku menerima pekerjaan ini berarti aku harus tinggal dengan mereka selama tiga bulan kedepan dan kau berpikir aku bisa mengambil pekerjaan yang lainnya? Oh Kami-sama, aku tidak bisa membelah diri. Gantikan shiftku dengan Runa dan Shiroi maka akan kuambil pekerjaan ini. Take it or leave it." Ancam Hinata yang sudah sangat berang dengan Niina. Melihat jam digital yang menunjukan waktu 7.05, Hinata mempunyai waktu 10 menit sebelum kereta yang dinaikinya tiba. Mengambil posisi diluar garis kuning yang tersedia, Hinata berdiri menunggu kereta dengan sabar bersama ratusan penumpang yang lainnya.
". . ."
"Ah, senang sekali rasanya akhirnya kita menemukan solusi yang sama. Tolong kirim alamat mereka ke emailku dan aku akan pergi kesana jam 10 nanti setelah aku selesai mandi dan sarapan." Menutup teleponnya diiringi senyum kepuasan. Hinata segera mengecek email yang masuk saat hpnya bergetar karena ada pemberitahuan.
"Oh Kami-sama, apa kau bercanda?"
.
.
.
Sasuke Uchiha's POV
"Aku benci ini, Papa. Papa tahu kalau aku tidak ingin pindah kesini dan Papa tetap memaksaku untuk datang kesini." Protest putra semata wayangku yang berdiri disebrang ruangan dengan tangan terlipat didepan dada dan raut muka yang tidak senang.
"Hanya untuk tiga bulan. Setelah itu kita bisa kem—"
"TIDAK! Aku ingin kembali sekarang!" Rengeknya memotong kalimat yang ingin kuucapkan dan berjalan cepat memperpendek jarak yang ada diantara kita. "Bagaimana jika Mama kembali saat kita pergi dan tidak menemukan kita? Dia akan pergi lagi!" Teriaknya lantang kemudian mulai terengah-engah. Hatiku sakit melihat putraku harus merana menanggung semua kesalahanku.
Hari ini sudah genap tiga tahun dua bulan dan tiga hari semenjak kepergian Hinata. Ya, aku terlihat menyedihkan tetapi mau bagaimana lagi seperti deprogram otomatis diriku terus menghitungnya. Masih kuingat dengan jelas hari terkutuk itu, hari dimana kami kehilangan sesosok istri dan ibu yang baik untuk—aku berharap tidak untuk selamanya.
Setelah merayakan keberhasilan resital piano Ichirou dengan mewah yang menyambut kami dirumah kami adalah dua orang polisi yang mengabarkan bahwa Hinata terlibat tabrakan beruntun dijalan tol. Mereka sudah membawa Hinata yang terluka kerumah sakit walaupun sejam kemudian dirinya dinyatakan hilang karena ditengah kepanikan yang melanda rumah sakit karena pasien yang terus berdatangan, mereka tidak mampu mengawasi Hinata dengan maksimal.
Wajahku memucat ketika menanyakan kapan tepatnya kecelakaan itu terjadi dan apa yang kutakutkan ternyata benar adanya. Kecelakaan itu terjadi bersamaan dengan resital piano Ichirou diadakan. Hinata memaksakan dirinya untuk kabur dari rumah sakit hanya untuk menghadiri acara tersebut dan apa balasan untuknya? Hanya caci-maki dari seorang suami dan anak ditengah-tengah kerumunan banyak orang karena keterlambatannya.
Oh Tuhan, kenapa kami bisa berlaku sekejam itu padanya? Aku tidak kaget jika setelahnya dia tiba-tiba hilang bagai ditelan bumi. Seminggu semenjak hari itu, aku memutus semua hubunganku dengan Karin. Aku berusaha memfokuskan diriku untuk mencari Hinata sampai aku dapat membawanya kembali pulang kerumah dan memohon maaf atas semua apa yang pernah kami lakukan padanya.
Aku tahu pernikahan kita didasari oleh cinta tetapi semenjak Ichirou lahir, aku berpikir bahwa pernikahan ini dapat berjalan lancar. Sampai akhirnya Karin datang dan mencoba kembali merangkak masuk dalam kehidupanku. Aku yang terbutakan oleh ketidakpuasan akan hubungan masa lalu yang kandas ditengah jalan mencoba untuk menghidupkan romansa cinta itu kembali. Saat itu aku belum menyadari bahwa apa yang kubutuhkan dalam hidupku dan keluargaku adalah Hinata bukan Karin. Tetapi saat aku sadar semua sudah terlambat, bahkan detektif swasta terkenal yang kusewa untuk menyelediki keberadaan selalu pulang dengan tangan hampa.
Hanya dua tahun lalu, tiba-tiba datang sepucuk surat darinya ke kediamanku. Bayangkan betapa terkejutnya aku melihat amplop coklat berisi surat cerai yang sudah lengkap tertandatangani dan sebuah nota yang mengatakan bahwa aku telah bebas dan dia ikut berbahagia terhadap hubunganku dan Karin.
Saat itu juga aku berteriak terhadap detektif yang kusewa untuk mencari tahu dari kota mana surat itu berasal jadi aku bisa menemukan dirinya. Sekuncup harapan yang bahkan belum mekar itu sudah layu kala dia datang melaporkan bahwa Hinata mengirimkannya dari kota yang lain dan yang tertera sebagai identitas satu-satunya dalam surat yang datang itu adalah nama dan sebuah nomor telepon palsu.
Sampai saat ini aku masih belum menyerah untuk menemukannya tetapi semakin hari, semakin sulit bagiku untuk terus mempertahankan kewarasanku. Keluargaku sudah hancur sampai titik dimana kami tak dapat memperbaikinya jika tidak ada Hinata disini. Hubunganku dengan Ichirou pun seakan semakin menjauh. Ichirou percaya bahwa mamanya pergi karena dia tidak menjadi anak yang baik, dirinya menjadi orang yang selalu berambisi untuk menjadi yang terbaik. Mamanya akan pulang kerumah jika dia menjadi orang yang hebat. Mamanya akan pulang kerumah jika dia mempunyai banyak piala dengan ukiran nama 'Ichirou Uchiha' didalam lemari kaca kamarnya. Dia akan melakukan apa saja untuk menjadi yang terbaik hingga akhirnya Hinata mau memaafkannya dan sudi untuk mengakuinya sebagai putranya lagi.
"Tenang saja, Ichi. Kita tidak mungkin melewatkannya. Aku sudah bilang kepada Chiyo-san jika Hinata datang—"
"Tapi MAMA TIDAK AKAN PERNAH DATANG! Kumohon Papa, izinkan aku kembali kerumah untuk menunggunya. Aku tahu Mama tidak akan kembali, tetapi aku ingin tetap menunggunya disana seperti anak baik yang selalu disukainya." Anakku kembali menangis, dia—tidak tetapi kami sudah sangat lelah dengan semua keadaan kami. Kami membutuhkan Hinata tetapi kepergian Hinata juga merupakan kesalahan kami sendiri. Ini hanya seperti hukuman dari Tuhan karena kami menyia-nyiakan seorang malaikat tanpa sayap sepertinya.
"Tidak bisa. Kita akan kembali lagi setelah tiga bulan disini. Ichirou, Papa mohon jadilah anak yang baik. Pengasuhmu akan datang sebentar lagi sebaiknya kamu bersiap-siap." Melirik jam kecil yang berada diatas mejaku sudah menunjukan waktu pukul 9.50. Aku mengingatkan anakku bahwa hanya ada waktu 10 menit hingga pengasuh barunya datang.
"AKU TIDAK MAU SEORANG PENGASUH! AKU MAU MAMAKU!" Raungnya kemudian berlari membuka kedua pintu ruang kerjaku dengan paksaan. Bukannya segera berlari keluar, dirinya malah mendadak kaku melihat seorang wanita yang berdiri didepan pintu.
"Oh, sepertinya kalian sudah selesai." Ucap wanita tersebut dengan suara yang sangat familiar bagi kami.
"HINATA/MAMA!"
.
.
.
TBC?