Tittle: Lady Rose

(1st Chapter)

Author: RoséBear

Pair : Kai x Kyungsoo (KaiSoo)

Warning! GS. Maaf untuk typo.


Start story!


Setiap perempuan lahir dengan membawa keindahan, kecantikan, kekuatan dan penuh kejutan.

Tak ada Pernyataan yang lebih menggelikan ketika seorang atasan menawarkan harga untuk menikahi seorang sekretarisnya. Hidup bersama dalam jalinan pernikahan untuk memuaskan hasrat yang terhalangi status dan juga ancamannya di deportasi.

PLAKK

Kyungsoo tak takut sama sekali. Ia tidak peduli jika harus dipecat secara tidak hormat setelah menampar sang atasan yang baru saja memberinya salah satu jabatan pada sekretaris Direksi.

Jantung berpacu, nafas pendek-pendek menahan kekesalan yang begitu mendalam. Kyungsoo benci dilecehkan seperti ini. Dan dia benci pemuda di hadapannya yang berani menawar harga tubuhnya.

Wajah pria itu sedikit memerah. Laki-laki yang biasanya tampak dingin dan berwibawa tinggi itu meggeretakkan giginya menahan amarah menghadapi Kyungsoo.

Keduanya saling memandang dengan tatapan ingin membunuh satu sama lain. "Well... Kurasa perbuatanmu harus dibayar Nona Do."

Grepp

Laki-laki itu meraih kedua lengan Kyungsoo cepat. Mendorong tubuh mungil itu menghantam dinding. Ruangan teratas di kantor ini kedap suara. Kyungsoo meringis ketika tubuhnya merasakan nyeri luar biasa. Sakit.

Pria itu memutar kunci pada pintu ruangan. Ia sudah lama memendam hasrat untuk menyentuh Kyungsoo. Tatapan polos dan cerdas gadis ini membuat dirinya selalu menegang dan hampir lepas kendali. Hari ini ia tidak bisa menahan diri lagi.

Kyungsoo satu-satunya yang dia inginkan.

KAI

Laki-laki berkewarganegaraan asing itu selalu memperhatikan sekretaris barunya. Ia selalu merasa tegang di pagi hari jika melihat Kyungsoo yang sekedar menyapanya dengan senyum polos. Dan pagi ini dia terancam dideportasi. Satu-satunya jalan agar dia bertahan di negara ini adalah menikahi warga negara sini. Yang dia inginkan hanya Kyungsoo seorang. Gadis yang bisa mempertahankan keberadaannya serta memuaskan gairah yang hampir meledak.

Kai melumat bibir Kyungsoo kasar, seringai tercetak begitu jelas. Ia tak henti-hentinya menghujani Kyungsoo dengan ciuman bertubi-tubi. Barulah ia melepas ciumannya merasakan nafas Kyungsoo megap-megap. Jika saja Kai tidak langsung memegang pinggul Kyungsoo, bisa jadi gadis itu tersungkur ke lantai karena tenaganya yang terkuras. Ini ciuman yang terlalu panas, membuat bengkak bibirnya, berantakan rambut dan dia merasa dilecehkan oleh Bos nya sendiri.

"Aku menawarmu dengan baik-baik. Berani sekali kau menolakku."

Yeah, Kai memang menawar Kyungsoo dengan baik-baik menawarkan tempat tinggal dan kebutuhan mewah. Dia seperti akan membeli seorang pelacur dari tangan mucikari untuk dijadikan slave.

"Hmphhhhh."

Sekali lagi Kai mencium Kyungsoo kasar. Membelit lidah gadis itu ketika ia mendapatkan kesempatan. Kai merasakan tubuh Kyungsoo yang melemah. Pasrah karena kehabisan tenaga untuk melawannya. Jemari gadis itu meremas erat kemeja hitam yang ia kenakan. Kai terlalu ahli untuk menguasai Kyungsoo. Sementara gadis itu bahkan tak pernah melakukan ciuman di bibir apalagi begitu dalam dan basah seperti yang sedang terjadi sekarang.

Menghimpit tubuhnya memberitahu Kyungsoo betapa kejantanannya telah mengeras hanya dengan berciuman bersama gadis ini. Mata Kyungsoo terbelalak lebar, ia terlalu terkejut dengan sentuhan Kai yang seperti sengatan listrik. Itu menyiksa tubuhnya. sekuat tenaga Kyungsoo mencoba mendorong Kai menjauh. Pria itu terjungkal ke belakang karena tidak terlalu fokus memegang Kyungsoo. Hanya satu kesempatan untuk bisa kabur dari sini. Kyungsoo bergegas membuka pintu ruangan, dia keluar. "Kau lelaki bajingan. Brengsek!"

Bukan hanya keluar dari ruangan Kai, atapun ruang Dewan Direksi, tempatnya seharusnya berada di jam Kantor. Tapi dari gedung itu setelah mengambil mantel dan tas tangan. Ia bergegas kabur dengan membawa perasaan marah serta malu luar biasa. Tidak peduli tatapan beberapa orang yang menyaksikan kondisi super aneh dirinya.


~Rosébear~


Dia mawar Juliet yang berhasil mekar setelah melewati badai luar biasa. Perjalanan hidup di luar nalar orang-orang, Kyungsoo kehilangan kedua orang tuanya akibat kecelakaan tunggal di jalan Tol yang ikut menewaskan supir pribadi keluarga mereka. Setidaknya itu yang bisa Kyungsoo ketahui dari pihak kepolisian.

Kejadian itu telah berlalu selama dua puluh tahun, Perusahaan menjadi berantakan karena hanya Kyungsoo yang selamat. Dia hanya bocah perempuan berumur tujuh tahun kala itu.

Kyungsoo yang sebatang kara, keluar dari rumah sakit setelah menjalani proses pemulihan yang panjang. Ia kemudian dibesarkan di panti asuhan.

Lama gadis itu terdiam sendirian di taman kota. Tiba-tiba dia merasa mual, bergegas Kyungsoo menuju keran air. Ia menampung air di tangan dan mencipratkannya kasar ke muka. Ponsel Kyungsoo berdering. Itu panggilan dari panti asuhan. Sesaat dia mengernyit lalu bergegas mengangkat panggilan itu. Kyungsoo mengatur nafasnya supaya terdengar tenang karena dia tidak mau orang-orang disana mencemaskannya.

"Hallo." Sapa Kyungsoo pelan.

"Kyungsoo sayang, bisakah kau pulang sebentar nak?"

Kernyitan muncul lagi di wajah Kyungsoo. Suara ibu panti yang sudah mengurusnya sejak keluar dari rumah sakit terdengar sedikit ketakutan.

"Ada apa ibu?"

Sejak kejadian yang menghilangkan nyama kedua orang tuanya, Kyungsoo hanya punya satu orang tua. Ibu panti asuhan, istri supir ayahnya yang tidak memiliki anak. Serta seorang Uncle yang membantu membiyai hidupnya sampai beberapa tahun terakhir, itulah sebabnya Kyungsoo tak pernah diadopsi.

Tidak bisa dipungkiri jika jantungnya mulai berdetak tidak karuan mendengar nada suara ibu panti.

"Ka-mi mengalami masalah Kyungsoo."

Degh

Hatinya menjadi tidak karuan. Kyungsoo bergegas mencari taxi. Gadis itu menempuh perjalanan berjam-jam untuk tiba di sana.

Sepanjang perjalanan Kyungsoo tidak berhenti menangis. Ibu panti mengatakan beberapa orang dari Perusahaan konstruksi memaksa mereka meninggalkan bangunan. Jika sampai seminggu yang lalu mereka masih bisa bertahan karena surat keterangan kepemilikkan bangungan. Namun barusan ibu panti mengatakan mereka ikut membawa beberapa gengster penagih hutang. Panti asuhan memang memiliki hutang yang sangat besar. Itu juga yang membuat Kyungsoo tak berhenti bekerja. Dia terlalu senang saat diterima Perusahaan Kai. Tapi ini belum genap satu bulan dia bekerja. Mereka tidak akan memberikan gajinya, dan sekalipun dibayar, Kyungsoo tak akan mampu melunasi semua hutang panti asuhan.

Benar saja, anak-anak menangis dalam pelukan ibu panti. Barang-barang mulai dikeluarkan dengan cara dibuang.

"Ibu~" Kyungsoo berteriak setelah keluar dari taxi. Gadis itubtidak bisa membendungnya lagi. Dia yang paling dewasa di antara anak-anak lainnya.

"Mereka ingin kita membayar hutang nya atau rumah ini akan di ambil."

Hanya rumah ini yang mereka punya. Satu-satunya tempat untuk mereka pulang. "Kyungsoo~" wanita tua itu menangis. Ia menerima pelukan Kyungsoo. "Maafkan aku Kyungsoo~"

Wanita ini meminta maaf. Karena dia juga yang membuat hutang panti asuhan semakin bertambah pada rentenir yang kini bekerja sama dengan perusahaan konstruksi untuk mendapatkan lahan mereka. Lima tahun yang lalu ibu panti asuhan mengalami kecelakaan, membutuhkan biaya operasi yang sangat besar. Kyungsoo yang tidak mau kehilangan wanita itupun mendatangi rentenir dan meminjam uang. Tanpa terasa bunga akan hutang itu trus saja membengkak tiap harinya.

"Aaahhhhhhh kakak~" seorang anak laki-laki berteriak keras karena tubuhnya di lempar ke jalanan.

"Mark!" Kyungsoo berteriak nyaring. Ia bergegas berlari mendekati bocah lima tahun itu. "Kakak~ me-mereka mengambil mainanku!" Bocah yang ditemukan lima tahun lalu di depan panti asuhan sehari sebelum kecelakaan ibu panti asuhan itu mengadu pada Kyungsoo.

"Berhenti! Kumohon berhenti! Aku akan membayar hutang-hutang kami. Aku janji~!"

Suara teriakan Kyungsoo menghentikan aksi kasar mereka. Seorang pria tempat Kyungsoo meminjam uang lima tahun lalu menyadari keberadaan gadis itu. "Akhhh orang yang berhutang telah datang." Ia mendekati Kyungsoo.

Plakk

Gadis itu mencoba bertahan di tempatnya setelah menerima tamparan keras. Darah yang sempat tersumbat kini mengalir cepat membuat pipi kanannya memerah.

"Berani sekali kau berteriak padaku. Heoh! Bagaimana dengan 200 ribu dollar itu? Kau akan membayar nya?" Pria tua itu memandang remeh Kyungsoo. Memutar tubuh gadis itu. "Bahkan jika kau menjual tubuhmu, itu tidak akan melunasi hutang-hutang kalian!"

"Kumohon beri aku waktu. Aku telah bekerja di Perusahaan besar. Mereka akan memimjamiku uang sebagai ganti upahku bekerja disana. Aku mohon."

Ia buang semua harga dirinya dihadapan penghuni panti asuhan. Kyungsoo berlutut memohon dengan sungguh-sungguh. Yeah! Dia sudah bekerja. Tapi Kyungsoo sedikit ragu apa benar dia belum dipecat setelah menampar atasannya tadi.

"Aku tidak yakin memberimu waktu. Tapi Baiklah besok kau bawa uang itu kepadaku. Atau kau melayani pria hidung belang di tempat istriku selama sisah hidupmu sementara yang lainnya akan menjadi gelandangan."

Kyungsoo menoleh ke belakang. Mereka menangis di sana. Kyungsoo sungguh tidak tega. Akhirnya ia mengangguk pasrah.

Besok!

Para penagih hutang itu terpaksa pergi. Sementara utusan Perusahaan konstruksi kebingungan. Tapi sang Bos penagih hutang hanya menyeringai. "Mereka tidak akan mendapatkan uang sebanyak itu. Jadi siapkan bayaran untuk lahan ini secepatnya."


~Rosébear~


Kyungsoo tidak bisa berlama-lama menangis kesedihannya. Dia telah kembali lagi ke Kantor setelah siang hari. Mengabaikan pekerjaannya yang seharusnya mengatur jadwal pertemuan Kai namun berlari ke bagian HRD untuk melakukan peminjaman. Dadanya terasa remuk menerima penjelasan kepala HRD, Perusahaan tidak bisa meminjamkan uang sebanyak itu kepada Kyungsoo yang pegawai baru. Hanya ada 30 ribu dollar jika dia menginginkannya sebagai ganti gaji Kyungsoo beberapa tahun. Selain itu, untuk menadapat uang pinjaman perusahaan Kyungsoo dituntut mendapatkan persetujuan atasannya yang kini secara langsung adalah Kai.

Kyungsoo mulai merasa sangat pening, jalannya terhuyung-huyung. Ia beruntung Kai tak langsung memecatnya. Ia bisa mendapatkan pinjaman 30 ribu dollar dari Perusahaan, itupun jika Kai mau membubuhkan tanda tangannya. Lalu kemana dia harus mencari sisa uang yang sangat banyak itu.

Kyungsoo kembali berjalan keluar dari Kantor. Hatinya merasa sangat perih, dia sudah berjalan sangat lama. Udara musim gugur tidak cocok untuk pejalan kaki sepertinya.

Hanya satu orang yang bisa Kyungsoo harapkan saat ini.

KAI


~Rosébear~


Kai mengernyit mendapati Kyungsoo sedang duduk dibagian HRD. Dia baru mengalami pertemuan singkat dengan seorang General Manager di lantai yang sama. Tanpa sekretarisnya, Kai berjuang seorang diri mengingat jadwalnya yang super sibuk. Berjam-jam memikirkan keberadaan Kyungsoo disana dan dia juga tak menemukan Kyungsoo kembali, Kai yang terbiasa pulang larut malam pergi ke bagian HRD. Dia memeriksa sendiri catatan hari ini secara langsung. Menemukan formulir rencana pinjaman Kyungsoo dalam jumlah cukup besar untuk staff biasa sepertinya. Ia mengernyit mencoba bayangkan alasan peminjaman Kyungsoo dengan ganti gajinya.

Memang seharian ini Kai tidak menemukan Kyungsoo. Pria itu sedikit terkejut menemukan Kyungsoo berdiri di sebelah mobilnya. Hanya ada Kyungsoo dan mobilnya di sana. Tampak sangat rapuh. Sesaat Kai sangat ingin merengkuh tubuh Kyungsoo dalam pelukannya tapi hatinya menolak, Kyungsoo menjatuhkan harga dirinya.

Tidak ada percakapan, Kai berjalan seolah tidak mengetahui keberadaan Kyungsoo. Dia membuka alarm mobil dan hendak masuk.

"Tuan~" Panggil Kyungsoo lirih terdengar setengah bergetar. Kai tidak peduli...

"Tuan Kim~" sekali lagi dia berusaha. Dengan menunggu Kai saja sudah seperti menyerahkan diri ke dalam sangkar singa. Dan dia dengan beraninya memanggil orang yang tadi pagi di tamparnya serta dihinanya.

"Tuan Kim!" Kali ini sedikit lebih kera dan dengan tidak sopannya Kyungsoo menarik lengan Kai yang hendak masuk ke dalam mobil.

Pria itu mengernyit, tatapannya menusuk.

Sesaat Kyungsoo merasa menyesal telah berani untuk menyerahkan dirinya pada Kai. Tapi hanya ini yang membuatnya bisa menyelamatkan panti asuhan.

Bukankah Kai bilang akan menikahinya? Membayar untuk harga tubuh Kyungsoo. Setidaknya dia hanya perlu menyerahkan diri pada Kai seorang dalam ikatan yang sah. Tidak harus di sentuh pria hidung belang lainnya dan entah apa yang akan mereka lakukan pada tubuh Kyungsoo nantinya. Belum lagi adik-adik di panti asuhan bisa menjadi gelandangan, pengemis? Tidak! Kyungsoo benci memikirkan itu.

"Ya?" Suaranya tetap sama. Datar dan seakan menusuk Kyungsoo, menciutkan nyali gadis itu.

"Maaf~" Kyungsoo melepaskan tangannya. Ia menunduk mencoba menetralkan detak jantungnya. Ini tentang dirinya, ia akan sangat malu untuk mengatakan ini tapi Kyungsoo benar-benar putus asa. Hanya ini yang terfikir oleh otaknya. "Tentang penawaranmu tadi pagi, apa masih berlaku untukku?" Ia memberanikan diri mengintip ekspresi Kai.


~Rosébear~


Meski kebanyakan mawar tak sebanding harganya dengan emas ataupun diamond, tapi mawar mampu menunjukkan rasa cinta luar biasa. Hanya saja, dimuka bumi ini ada pula mawar yang sangat mahal harganya. Mengawinkannya saja harus menggunakan badai, bukan sekedar hembusan angin biasa.

Tapi mawar itu kini dilirik untuk dipotong, ia harus terjual dalam harga yang mahal. Sayangnya... Terdapat luka di salah satu kelopaknya.

Kai terdiam di tempat. Gadis yang selama seminggu ini selalu membangunkan ereksinya di pagi hari hanya dengan sebuah senyum polos, gadis yang tadi pagi menolak penawarannya bahkan mengatainya bajingan brengsek. Kini datang sendiri...

"Aku tidak tertarik lagi padamu." Kai hendak membuka kembali pintu mobilnya.

"Tunggu tuan Kim. Sa-saya menawarkan diri. Anda bisa menikahi saya. Saya akan membuat anda tidak di deportasi dari negara ini." Kai mengernyit menatap Kyungsoo. Pandangan nya mengejek gadis ini. Yang benar saja, apa dia mencoba mengendalikan Kai? Pria itu sungguh arogan dan begitu sombong.

"Kau terlalu rendahan untuk kujadikan istri." Kai membuka pintunya lagi. Benar-benar tidak berminat pada Kyungsoo. Dia telah salah mengira, ia kira Kyungsoo gadis baik-baik tapi sepertinya sama saja dengan pelacur di luar sana.

"Tuan Kim... Saya akan melayani tuan... sekarang." Cicitnya pelan.

Degh

Kyungsoo benar-benar sudah gila. Dia kehabisan cara, tiap detik tak pernah berhenti untuk sampai pada besok hari. Hanya tinggal beberapa jam saja. Semuanya dipertaruhkannya pada Kai seorang.

Kai hendak berbalik tapi dia menahan diri. Dilemparnya tas pada kursi di penumpang namun Kyungsoo membaliknya nya cepat. Mencium pria itu hingga Keduanya terjungkal ke dalam mobil. Kepala Kai beradu dengan tas kerjanya namun ia tidak bisa mengumpat. Kyungsoo menekan bibirnya, berusaha menciumnya dengan begitu keras. Gadis ini berusaha menyalurkan kesungguhannya. Bahkan kakinya membelai selangkangan Kai. Menyadari kejantanan pria itu benar-benar mengeras karena dirinya.

Gadis itu terengah-engah, nafasnya pendek setelah menyelesaikan ciuman itu.

"Berapa harga tubuhmu pelacur?" Tanya Kai tak berusaha bangkit dari tempatnya.

Kyungsoo tidak memalingkan wajah dari Kai, ia akui sakit hati atas panggilan Kai tapi dia memang benar bertingkah seperti seorang pelacur saat ini.

"170 ribu dollar. " ucap Kyungsoo sedikit ragu dia benar-benar butuh uang itu.

Kai menghentak Kyungsoo. Pria itu menyeringai, mendorong tubuh Kyungsoo untuk keluar dari mobilnya. "Jangan bercanda. Kau terlalu murahan dimataku. Kau... menjijikkan."

Kyungsoo menundukkan kepalanya. Kai benar, dia memang menjijikkan saat ini. Gadis itu hanya tertunduk. Otaknya benar-benar panik, organ di sana sedang bekerja sangat keras mengumpulkan semua keeberanian dan mengubur harga dirinya sedalam mungkin. "Aku akan melayani nafsumu kapanpun kau ingin. Bahkan jika harus di Kantor."

Kata-kata itu meluncur begitu saja. Dia benar-benar frustasi, Kai satu-satunya yang bisa menolong Kyungsoo.

Sesaat seringai Kai tercetak begitu kuat. Membuat Kyungsoo bergidik ngeri.

"Tapi aku butuh uang itu besok!" Sela Kyungsoo cepat.

"Bagaimana aku bisa percaya kata-katamu?"

"Kau bisa percaya padaku." Rasa hormatnya sudah menghilang bersamaan dengan harga dirinya. "Aku tidak akan melarikan diri. Kau bisa membuat surat perjanjian atas kepemilikan tubuhku."

"Baiklah. Sekarang masuklah."

Degh

Kyungsoo membulatkan matanya. Kai menyetujui penawarannya? Susah payah Kyungsoo menelan ludahnya sendiri. "Ma-masuk?"

"Yah aku harus mencoba barang yang sudah kubeli sebelum kunaikkan ke tempat yang lebih layak."

Kyungsoo mengerti maksud Kai. Pernikahan! Pria ini butuh sebuah pernikahan untuk mempertahankan keberadaanya.

Kyungsoo benar-benar mengikuti ucapan Kai. Dia melangkah ke kursi penumpang, menyingkirkan tas kerja Kai ke belakang. Pria itu melaju dalam diam, ia menemukan pemberhentian di lampu merah.

"Akhh~" Kyungsoo terkejut saat Kai tiba-tiba menarik tangannya untuk merasakan kejantanan pria itu yang sudah mengeras dibalik celana dasar bermerk itu. Wajah Kyungsoo memerah Seketika. "Persiapkan kewanitaanmu untuk menampungnya."

Perkataan vulgar Kai berhasil membuat sekujur tubuh Kyungsoo merasakan getaran hebat. Panas di kewanitaannya membayangkan perkataan Kai. Mereka kembali melaju dalam diam. Membawa mobil itu ke halaman sebuah hotel berbintang.

Kyungsoo pikir mereka akan berhenti di sebuah motel. Tapi nyatanya Kai membawa Kyungsoo ke hotel berbintang, pria itu memesan sebuah penthouse lalu seorang pelayan mengantarnya menuju lantai teratas.

Kyungsoo benar-benar gugup, mereka ditinggal sendirian di dalam kamar yang luas ini. Aromanya wangi, ranjang berseprei putih bersih dengan selimut abu-abu. Terlihat klasik namun mewah.

Kai berjalan menuju sofa setelah membawa sebotol anggur dan dua gelas kosong. "A-aku tidak minum alkohol. Tidak bisa," Ucap Kyungsoo memotong.

Pria itu menoleh dan mengernyit. Tak ada ekspresi yang bersahabat sama sekali. "Tenanglah. Aku juga tidak mau meniduri gadis mabuk."

"A-aku boleh mandi terlebih dahulu?" Pinta Kyungsoo ragu.

"Mandilah cepat. Aku juga tidak mau kau mengenakan pakaian itu malam ini."

"Ba-baiklah."

Seperti seorang budak. Kyungsoo benar-benar menurut. Ia melangkah ke kamar mandi, mencoba menenangkan diri.

"Tidak apa Kyungsoo. Semua untuk adik-adikmu. Aku yang berhutang, jadi aku yang harus meenbayarnya." Guman Kyungsoo pelan.

Ia mulai mengguyur tubuh di bawah air hangat yang mengalir dari shower. Membasahi rambutnya yang hitam dan sedikit berponi. Sejenak Kyungsoo mengamatinya tubuhnya, putih bersih. Ia tidak bisa bayangkan. Kai pasti akan memberinya tanda kepemilikkan mengingat betapa bergairahnya lelaki itu hari ini.

Berkali-kali ia menghela nafas berat. Setelah selesai Kyungsoo menyadari dia tidak memiliki pakaian ganti. Mereka datang ke hotel ini tanpa mampir kemanapun.

"Tuan Kim~" Panggil Kyungsoo lembut. Ia memanggil Kai yang masih sibuk menonton acara televisinya. Pria itu menatapnya dengan rasa penasaran ada apa?

Kyungsoo benar-benar kesulitan menelan ludahnya.

"Kalau sudah selesai keluarlah, makanan sudah di siapkan. Sementara itu aku akan mandi." Kai beranjak mendekati Kyungsoo tapi gadis itu menahan daun pintu kamar mandi agar Kai tidak masuk. Di balik sana, Kyungsoo hanya mengenakan handuk putih yang bahkan tidak menutup lututnya, benar-benar singkat.

"Kau kenapa? Ingin membatalkan permohonanmu?" Pria itu mulai tampak bingung lalu berubah menjadi tatapan tak akan melepaskan Kyungsoo.

Gadis itu menggeleng tidak menyetujui perkataan Kai. "A-aku tidak punya pakaian ganti." guman Kyungsoo pelan.

Lama

Hingga akhirnya tawa Kai menggelegar membuat Kyungsoo sangat malu. "Kau juga tidak butuh pakaian malam ini. Pakaian kerjamu besok pagi akan di antarkan."

Pria itu memaksanya membuka pintu kamar mandi membuat Kyungsoo semakin mengeratkan tangannya memegang handuk yang melingkar menutupi kedua payudarahnya.

"Keluarlah!" Akhirnya Kyungsoo dipaksa keluar. Ia bergeser seperti seekor kepiting melewati Kai.

Baru beberapa langkah, Kyungsoo merasa terhuyung dan tubuhnya seakan melayang. Menghantam ranjang dan telentang dengan Kai yang memegang kedua lengannya. Pria itu berada di atas tubuh Kyungsoo dengan sebuah seringai. Menautkan jemari mereka, meletakkan tangan itu tepat di sisi-sisi kepala. Kaki Kai membelah selangkangan Kyungsoo. Menekan membuatnya merasakan kehangatan yang tidak ditutupi sehelai kainpun.

Kai mendekatkan wajahnya. "Sepertinya aku tidak butuh mandi. Kau benar-benar membuatku sangat bergairah Kyungsoo."

Kai mencium Kyungsoo. Melumat bibir hati yang terasa begitu manis. Mencecapnya seakan itu adalah lolipop yang tiada habisnya. Rasa manis yang membuat ketagihan dan Kai semakin menjilati, mengulum bibir hati Kyungsoo. Merasakan miliknya.

Kai mengerang menikmati ciuman panasnya. "Oh astaga. Aku benar-benar bergairah Kyungsoo. Setiap hari aku membayangkan menikmati bibir ini." Bisiknya begitu menyiksa Kyungsoo. Lutut pria itu semakin menekan Kyungsoo membuat gadis itu menggelinjang dan panas di area kewanitaannya. Bibir Kai turun mencium rahang Kyungsoo, semakin turun menuju leher. Akibat gerakan Kyungsoo yang menerima sentuhan Kai, dadanya naik turun mengakibatkan handuk itu melonggar dan terlepas membentang memperlihatkan kedua payudarah dengan dua puting merah muda yang mengeras merasakan sentuhan Kai.

"Oh ya Tuhan. Kau menggodaku Kyungsoo~" goda Kai lalu menjilati puting kanan Kyungsoo. Pria itu merendahkan tubuhnya. Dia masih menggunakan pakaian lengkap, itu menyiksa kejantanannya yang belum terbebas.

"Hnghhhhh~" desahan Kyungsoo semakin membangkitkan gairah Kai. Ia lepaskan tangan Kyungsoo dan bersimpuh dengan menindih kedua paha Kyungsoo yang melurus. Tidak sepenuhnya menindih karena Kai tidak mendengar Kyungsoo protes kesakitan.

Dengan tergesa-gesa ia lepaskan kemeja dan juga dalamannya, menampakkan lekukan tubuh yang terbentuk sangat indah. Hanya melihat itu saja Kyungsoo memalingkan wajahnya, ia menahan rasa malu karena tubuhnya sudah telanjang. Dia benar-benar akan menyerahkan diri pada Kai. Apalagi mereka belum terjalin ikatan apapun. Itu membuat sesak dada Kyungsoo.

Suara geraman karena Kai berhasil melepas celana nya. "Kau tidak mau memandangiku sayang?" Pria itu mencoba menahan hasrat dan menimbulkan suara berat yang tertahan. Memamerkan kejantanannya yang mengeras. Benda itu yang membuat Kyungsoo ketakutan tadi pagi, benda itu pula yang membuat penawarannya diterima dan kejantanan itukah yang tadi sempat dirasanya di lampu merah. Tidak pernah Kyungsoo bayangkan, Kai yang pertama akan memasukinya walau pria itu berhati-hati dengan mengenakan pengaman. Kyungsoo bernafas lega, setidaknya Kai menjaga rahimnya.

"Jangan melamun sayang, aku membayar tempat ini untuk mendengarkan seberapa merdu kau mendesah kan namaku."

"Tu-an Kim."

"Ssatttt." Kai merendahkan tubuhnya. Menindih Kyungsoo, ia menggeleng protes dengan sebuah kecupan ringan. "Desahkan namaku. K-A-I." Pria itu menuntun Kyungsoo untuk menuruti kemauannyan.

"Kai ~hhhhhh~" Kyungsoo benar-benar mengikuti instruksi Kai ketika ujung kejantanan pria itu sudah menyentuh bibir vaginanya. Ia berkedut dan merasa panas. Gairahnya naik akibat sentuhan Kai. Pria itu kembali menciumi wajah Kyungsoo, turun untuk meninggalkan jejak di belahan buah dada Kyungsoo dan meremas kedua payudarahnya. Membuat tubuh Kyungsoo tak karuan menerima sentuhan itu secara bersama. Gelenyar aneh menjalar di sekujur tubuh Kyungsoo.

"Akhhhh~"

Tubuhnya melengkung lalu terhempas ke ranjang dengan nafas pendek-pendek.

Kai terkekeh menyadari orgasme Kyungsoo. "Kenapa jadi kau yang menikmatiku pelacur?"

Lelaki itu menghina Kyungsoo dengan kata-kata pelacur. "Menjijikkan~" guman Kai berusaha menekan kejantanannya semakin masuk. Kewanitaan Kyungsoo terlalu rapat dan itu menyulitkannya namun begitu menantang untuk di terobos.

"Hnghhhhh~" pria itu menggerakkan giginya menahan geraman memasuki Kyungsoo.

Kyungsoo tidak pernah tahu jika Kai begitu bergairah padanya. Pria ini terlalu dingin, dengan suara berat yang tertahan ia menerobos pertahankan Kyungsoo. Merobek selaput darahnya dan meninggalkan rasa perih bukan main.

Mendekatkan wajah Keduanya, mendekatkan bibir mereka untuk membagi nafas panas. "Aku pria pertamamu?" Kai menyeringai menyadari ekspresi malu luar biasa milik Kyungsoo. Ia mengecup ujung bibir gadis itu membuat Kyungsoo mengejarnya. "Menginginkanku?" Sekali lagi dia hanya menggoda. Benar-benar menyiksa Kyungsoo tanpa menggerakkan kejantanannya yang telah berkedut diapit dinding-dinding rektum Kyungsoo. Pria itu tahu bahwa gadisnya ini butuh pelampiasan. Kedua tangannya di tahan dengaan satu tangan Kai serta kedua kakinya juga terhimpit. Sementara tangan Kai yang bebas meremas payudarahnya secara bergantian.

"Nghhhhhh~" Kyungsoo menerima hentakan pertama Kai yang tiba-tiba. Itu perih sekali. Menyiksanya, kewanitaannya terasa robek karena miliknya Kai yang memaksa masuk lebih dalam.

"Kenapa kau sempithhhh sekali sayanghhh~" ucap Kai putus-lutus merasakan nikmat lubang kewanitaannya Kyungsoo.

"Desahkan namaku wanita menjijikkan!"

Kai Membentak. Membuat Kyungsoo mau tak mau mulai mendesah. Ia merasakan Kai semakin dalam.

"Kai ~hhhh~"

Lagi dan lagi.

Hentakan itu semakin tepat dan dalam saja. Keduanya mencapai orgasme hingga ke puncak ubun-ubun. Menikmati satu sama lain. Kai melepas miliknya dengan sebuah lenguhan. Ia berguling ke samping mengambil udara sebanyak-banyaknya. Menikmati langit-langit kamar.

"170 ribu dollar yang tidak sia-sia." Bisiknya pelan.

Tiba-tiba Kai teringat sesuatu. Bukankah Kyungsoo akan meminjam 30 ribu dollar dari Perusahaan? Lantas ia masih kekurangan sebanyak itu?

"Hey pelacurku~" Panggil Kai terdengar sedikit kejam. Ia tahu Kyungsoo belum tidur. Gadis itu masih bergerak gelisah mencari kain untuk menutupi tubuhnya. "Hm?" Tapi dia usahakan untuk menjawab Kai.

"Untuk apa uang 170 ribu dollar? Tidakkah itu berlebihan untuk gadis sepertimu? Kau berhutang karena berjudi? Atau Ayahmu yang berjudi? Atau hal lainnya?"

Kyungsoo berhasil menarik selimut. Ia merasakan ada bercak darah di seprei. Itu sudah tentu miliknya. Tekanan pertama Kai telah merobek pertahannya. "Tuan Kim. Kupikir itu bukan urusanmu." Kyungsoo hampir kembali pada kesadarannya. Buktinya ia berani menjawab Kai dengan berani.

"Oh ya!" Nada Suara Kai benar-benar tak bersahabat.

"Itu memang bukan urusanku. Urusanmu padaku hanya memuaskanku di ranjang dan juga menandatangani buku pernikahan. "

Tanpa disangka-sangka Kai menarik selimut Kyungsoo membuka kembali ketelanjangan Kyungsoo. Ia menyeringai lebih parah. "Masih ada setengah malam lagi sampai aku selesai mencobamu."


To Be Continue...


AhhhH~~~~~ bernafas lega.

Entah kenapa aku mau publish ini. Sungguh ini belum clear tapi aku mau Up. Lalu aku harus bagaimana? O.O

Baru sampai chapter 9 dan masih ada beberapa chapter biar bisa tamat. Aku lanjut publish jika sudah selesai semua chapter atau setelah tamatkan The Journey. Tak masalah kan? Jadi mohon jangan penasaran dulu gimana jalan ceritanya. Chapter pembuka agak terinspirasi dari cerita lama. Cuma buat cara ketemu Kai sama Kyungsoo aja. Selebihnya mikir-mikir cantik deh. Ada yang mau kasih review? Soalnya aku lagi mikir keras tentang sesuatu.

Preview chapter 02

"Sore nanti kita akan menikah."

"10 tangkai mawar Juliet untukmu." Entah kenapa Kyungsoo merasakan sisi romantis Kai.

Preview Chapter 03

"Kalau begitu kau akan sering bertemu Baekhyun. Selamat kan telingamu."

"Tidak terlalu. Dia seorang psikieter dan aku dokter bedah. Kami berbeda Ingat itu."

'Sehun?' Batin Jongin menyadari siluet seorang pemuda yang menatap ke arah kamarnya namun bayangan itu kemudian berbalik lalu menghilang di balik pilar bangunan terpisah dari bangunan utama.

OKE! STOP IT! Tolong hentikan saya memperlihatkan preview. Trus The Journey chapter 04 akhir pekan ini ya.

Salam hangat

RoséBear

2017, 26 April.

(Untuk yang terpilih, Juliet Rose.)