Salah Sasaran

Author : Cho Minseo

Cast :

Huang Renjun

Na Jaemin

Huang (Wang) Junkai (GS)

Mark Lee

Wong Yukhei

Summary :

Gara-gara adiknya, hari Minggu Renjun berubah menjadi hari sial yang menyebalkan menurut Renjun, namun keberuntungan bagi Jaemin.

Rate : T

Genre

Romance, sedikit Humor

Warning :

BxB, Yaoi, gs juga, alur cepat, cerita aneh karna ngerjainnya waktu aku lagi pusing2nya setelah berkutat dengan kalkulus, bahasa berbelit-belit, harap maklum kalo sulit dipahami, and mian for typo..

-oO0Oo-

.

.

Hari minggu merupakan hari yang sangat dinanti-nantikan oleh Renjun. Karena hari minggu waktunya Renjun berhibernasi seharian setelah mengarungi hari-hari yang melelahkan di sekolah selama seminggu lamanya. Renjun akan selalu bermalas-malasan pada hari minggu, entah dengan tidur seharian, melamunkan pacar impian seharian, atau pun baca komik naruto seharian meski sudah berkali-kali dibacanya Renjun tetap tidak bosan dengan tokoh kartun fantasy dari negeri Konoha itu. Bahkan karena terlalu ngefans dengan salah satu tokoh dari anggota Pain, Renjun mengubah warna rambutnya yang semula cokelat gelap menjadi orange.

Minggu kali ini Renjun telah merencanakan akan tidur seharian sampai menjelang makan siang, karena yaa Renjun tak kuat kalau harus menahan lapar seharian, salahkan saja nafsu makannya yang besar itu. Jadi setelah mengisi perutnya, Renjun akan melanjutkan hibernasinya yang tertunda.

KRINGG KRINGGG

Suara alarm yang terus berbunyi nyaring mengganggu kegiatan tidur setengah harinya, "Waktunya sarapan, hoaamm." Renjun bangun dari tidurnya, mengusap-usap matanya sambil melihat ke depan mengumpulkan kesadaran. Renjun memang sengaja menyetel alarmnya jam 11.30 siang untuk memperingatkan waktu untuk dirinya sarapan siang.

Setelah sadar sepenuhnya, Renjun menoleh ke samping di mana nakasnya berada meraih alarm yang dari tadi belum dia matikan. Renjun terkejut melihat alarmnya. Seingatnya tadi malam dia menyetel alarmnya pukul 11.30 kenapa sekarang berganti 09.00, menyadari siapa pelaku yang mengubah alarmnya, Renjun menghela nafas sebentar, "HUAANGGGG JUNKAI BABBOO!" Teriakan Renjun menggema menyebar ke seluruh ruang-ruang di rumah Tuan Huang.

"Kekeke, rencanaku berhasil eomma." Junkai adik Renjun tertawa cekikikan(?) bersama eomma mereka di dapur setelah mendengar suara teriakan sang oppa.

"Ne sayang, kamu hebat. Sekali-kali oppamu harus keluar kamar saat hari minggu, sangat disayangkan kalau hari minggu yang cerah ini harus dihabiskan untuk bercinta dengan ranjang seharian. Lalu sayang,kamu masih ingin membujuk oppamu untuk menggantikanmu bertemu temanmu?"

"Iyaa eomma, aku sudah berjanji padanya untuk bertemu dengannya di café. Tetapi aku juga lupa kalau hari ini aku ada kencan dengan Yukhei oppa."

"Mmm, begitu. Semoga saja temanmu itu bisa jadi pacar oppamu, eomma prihatin dengan oppamu yang tidak pernah pergi berkencan di hari minggu, lebih memilih menghabiskan waktunya di kamar seharian."

"Ne eomma benar. Tenang saja eomma temanku sangat tampan sangat cocok untuk oppaku yang sangat imut itu."

"Buruan gih, kamu temui oppamu di kamarnya." Minseok, eomma mereka menyuruh anak perempuannya, "Nee…" balas Junkai singkat. "Semoga rencanamu berhasil sayang." Perkataan Minseok hanya balas anggukan oleh Junkai.

Junkai langsung berjalan keluar dari dapur dan menaiki anak tangga menuju kamar kakaknya yang terletak di sebelah kamarnya pas.

Cklek

"Hai oppa kembarku tersayang." Junkai dan Renjun, mereka memang kembar. Renjun lahir 10 menit lebih dulu dari Junkai. Mereka memiliki wajah yang sama persis, hanya saja gender dan sifat mereka berbeda.

"Kamu sengaja mengubah setelan alarm ku, hah?" Renjun langsung melontarkan pertanyaannya pada adik perempuan kembarnya dengan pandangan sinis yang sangat tidak sesuai di wajah manis Renjun.

"Aduh, oppa. Sekali-kali waktu hari minggu bangun pagi gitu. Jangan malas, nanti pacar impian oppa di patuk ayam baru tahu rasa." Junkai menanggapi pertanyaan Renjun malas-malasan dan melangkahkan kakinya mendekati ranjang Renjun.

"Dasar adik durhaka."

"Durhaka? Aku hanya mengingatkan oppa, lagian tak baik oppa tidur seharian. Oppa juga perlu olahraga, jalan-jalan, bersih-bersih rumah, bantu-bantu eomma, atau pergi keluar sama teman-teman oppa." Nasehat Junkai hanya dianggap angin lalu oleh Renjun.

"Yayaya, terserah mu saja."

"Berhubung oppa sudah bangun, oppa harus membantu aku sekarang."

"Bantuan apa?"

"Oppa tahukan aku populer di SOPA?"

"Terus apa hubungannya dengan ku? Mau kamu popular di sekolahmu kan tidak ada kaitannya denganku." Sekolah mereka memang beda, Junkai yang ingin sekali mengembangkan bakat musiknya memilih melanjutkan sekolah di SOPA, sedangkan Renjun memilih sekolah swasta biasa. Sebenarnya Renjun juga punya bakat di bidang musik, dia mempunyai suara yang merdu semanis madu ketika terdengar di telinga saat dirinya bernyanyi, namun Renjun memilih sekolah biasa-biasa saja. Ingin menjadi siswa yang biasa-biasa saja katanya.

"Oppa mau tak menggantikanku bertemu seseorang?" Junkai mulai melembutkan suaranya.

"Kenapa harus aku, kamu saja yang menemui seseorang itu. Kan kamu yang kenal orangnya." Tolak Renjun mengetahui maksud adiknya mengacaukan rencana hari minggunya.

"Ihh, oppa… Aku kan ada janji kencan dengan Yukhei oppa."

"Ya sudah, batalkan saja janjimu untuk bertemu seseorang itu."

"Tidak bisa oppa. Aku sudah janji untuk mengiyakan ajakkan seseorang itu agar dirinya tidak mengejar-kejar aku lagi. Oppa tahukan aku hanya milik Yukhei oppa seorang."

Renjun mual mendengar perkataan adik perempuan kembarnya, Apa katanya? Milik Yukhei oppa seorang?

"Kamu tahu kan aku laki-laki, kamu perempuan. kita berbeda gender. Kalau aku juga perempuan sama sepertimu, mungkin masih aku pertimbangkan. Tapi karena aku laki-laki jadi jawabannya tidak."

"Ayolah oppa. Kan oppa bisa pura-pura jadi diriku, karena di sekolah ku tidak ada yang tahu kalau aku mempunyai kembaran, jadi tenang saja. Ya oppa? Oppa.. please? Ne oppa?" Junkai mendekat ke Renjun dan memeluknya dari samping dan mengeluarkan agyeo andalannya.

"Kamu menyuruhku menyamar jadi perempuan?"

"He.. em" Junkai mengangguk dengan pandangan polosnya.

"Astaga, aku tidak mau…" tolak Renjun mentah-mentah.

"Oppa tega dengan adik sendiri. Sekali ini saja oppa. Atau kalau oppa tak mau, akan aku adukan pada eomma supaya eomma membakar semua koleksi komik naruto yang oppa punya."

"Tidak mungkin eomma membakar komik-komikku." Renjun tidak percaya ucapan adiknya.

"Baiklah kalau oppa tidak percaya," Junkai melepas pelukannya pada Renjun, "EOMmpp.."

"Iya iyaa, aku setuju. Tapi ada syaratnya kau jangan adukan aku ke eomma."

"Nee.." Junkai tersenyum manis yang terlihat mengerikan bagi Renjun.

-oO0Oo-

.

.

Seorang perempuan manis tampak ragu ingin memasuki sebuah café yang terlihat ramai di luar.

"huffhh, bagaimana bisa mingguku kacau hanya gara-gara sebuah janji bodoh, euh." Renjun meratapi nasib sialnya.

"Oppa tidak perlu khawatir, oppa hanya perlu menjadi diriku yang riang, manis, dan ramah. Ingat oppa tidak boleh terlalu acuh terhadapnya, oppa harus menjadi perempuan anggun, okay." Junkai sambil memoleskan make up tipis di wajah Renjun yang masam menerima perlakuan adik perempuan kembarnya.

"Oppa tak yakin bisa melakukannya, Junnie." Renjun memohon keringanan pada adiknya.

"Aku yakin oppa pasti bisa. Ingat namanya Mark Lee, aku biasa memanggilnya dengan Lee sunbae."

Dengan tampilan perempuannya, Renjun melangkah kakinya yang berat memasuki café di mana Mark dan Junkai janjian untuk bertemu. Saat ini Renjun memakai gaun putih selutut berkardigan lengan pendek berwarna soft pink, rambutnya terpasang dengan rapi rambut palsu lurus berponi panjang sebahu warna hitam lengkap bando(?) soft pink sebagai aksesoris tambahan. Untuk menutup jakun Renjun yang mulai muncul, Junkai sengaja memasang kain leher yang juga berwarna soft pink di leher Renjun. Dan sebagai penunjang untuk lebih memaksimalkan penyamarannya, Junkai juga menyuruh Renjun memakai 'dada palsu'. Kaki mungil Renjun pun dibalut sepatu kets yang lagi-lagi berwarna soft pink. Membuat Renjun sangat cantik sekaligus manis, tidak akan ada yang menyadari bahwa dirinya sebenarnya laki-laki.

"Dasar maniak pink." Umpat Renjun lirih.

"Rambutnya berwarna cokelat tua biasanya ditata berantakkan. Tadi aku sudah bertanya, katanya dia memakai baju warna biru tua. Kulitnya putih. Karena aku sudah menjanjikan ciuman di pipi, sebaiknya oppa langsung mencium pipinya ketika bertemu dan katakan hutangku lunas."

"Jadi, aku harus mencium pipi seorang laki-laki begitu? Kamu benar-benar sudah gila Junnie."

"Hehehe, mian oppa kapan lagi bisa mencium seorang idola."

"Baiklah nanti akan ku adukan kau ke Yukhei hyung supaya kalian putus saja."

"Ihh jangan dong, oppa benar-benar jahat." Junkai memukul lengan Renjun lumayan keras.

Percakapannya dengan Junkai terngiang di kepala Renjun.

Renjun mengamati seluruh pengunjung café, mencoba mencari sosok Mark Lee. Pandangannya terkunci pada seseorang yang Renjun anggap targetnya. Pemuda itu duduk membelakanginya. Banyak perempuan yang melirik pemuda itu diam-diam, mereka terlihat sangat tertarik dengan pemuda tersebut.

"Rambut berwarna cokelat gelap, cek. Baju berwarna biru tua, cek. Tatanan rambut berantakan… mmm, terlihat lumayan rapi, tapi juga berantakan, cek. Kulit putih, okay kulitnya juga putih, cek. Berarti dia orangnya." Renjun mendekati sang pemuda dengan langkah anggunnya.

Ingatan sekilas tentang Renjun yang harus mencium pipi pemuda itu, membuat Renjun kesal dengan adiknya. Renjun menghentakan sedikit kakinya yang semula anggun mendekati pemuda itu. Tatapan para perempuan yang semula tertuju pada sang pemuda kini beralih ke arahnya karena langkah Renjun yang semakin dekat dengan pemuda incaran mereka.

Renjun memantapkan hatinya sekali lagi.

Haahhh….

Ayo kita selesaikan ini dengan cepat. Batin Renjun menyemangati dirinya saat dirinya sudah berdiri di samping pemuda yang menjadi targetnya. Dengan senyum riang Renjun menunduk mencium pipi sang pemuda yang sedang menikmati minuman yang dipesannya.

CUP

"Annyeong Lee Sunbae. Apa sunbae sudah terlalu lama menunggu? Dan aku sudah memenuhi janjiku."Renjun tersenyum manis memamerkan gingsulnya sambil jari telunjuknya menyentuh halus pipinya sebagai isyarat 'aku sudah memenuhi janjiku'. Lalu duduk di hadapan Lee sunbae.

Mendapat perlakuan mendadak dari Renjun membuat 'Lee sunbae' terkejut, tapi langsung disembunyikannya dengan cepat.

"Wah, sunbae sudah memesan duluan yaa? Di lihat dari minuman sunbae yang tinggal setengah sepertinya sunbae sudah datang dari tadi. Apa sunbae sudah tidak sabar ingin segera bertemu denganku makanya sunbae datang duluan? Maaf yaa sunbae, karena janjian kita jam 11 dan sekarang masih jam 11.05 jadi aku tidak terlalu terlambat datangnya."

"Hmm." Renjun mengernyit mendengar balasan singkat 'Lee sunbae'. Sudah susah payah aku berbicara panjang lebar, dia hanya ber'hmm'ria. Sialan. Rutuk Renjun.

Dengan canggung Renjun tertawa lirih, "Baiklah, karena sunbae sudah memesan, aku juga akan memesan sekarang." Renjun meraih buku menu dan membukanya.

Sesekali Renjun menatap sunbae di hadapannya, melihat respon sang sunbae. 'Lee sunbae' yang merasa diperhatikan perempuan di hadapannya menandang perempuan itu intens. Mendapat tatapan tajam dari pemuda tampan di hadapannya membuat Renjun malu, dan menyembunyikan pipinya yang merona di balik buku menu.

Astaga, aku grogi ditatapnya. Batin Renjun mengakui.

Dengan salah tingkah, Renjun memusatkan pandangannya lagi ke buku menu yang berisi makanan-makanan yang terlihat menggiurkan.

"Junnie." Sebuah suara membuat Renjun mengalihakan pandangan pada daftar menu makanan yang tadi dipandangnya.

"Nee." Renjun menjawab sapaan yang ditunjukan untuk adiknya.

"Maaf aku datang terlambat." Kata seorang pemuda berjaket biru tua, berambut cokelat tua berantakan belah tengah, kulit putih di hadapannya.

Mendengar pernyataan pemuda berpostur tinggi di hadapannya membuat Renjun mengeryitkan keningnya heran.

Apakah Junkai mengenal laki-laki ini? Apakah Junkai juga ada janji bertemu dengan laki-laki ini? Sebenarnya berapa banyak kencan yang dimiliki Junkai hari ini? Batin Renjun frustasi.

"Jaemin, kau juga di sini?" Pertanyaan pemuda yang baru datang pada pemuda di hadapannya membuat Renjun semakin tambah bingung.

"Hmm."

"Tak ku sangka kau juga mengenal Jaemin, Junnie?" Renjun semakin bingung mendengarnya.

Jaemin? Jaemin siapa?

"Jae..min?" Renjun ragu, menatap iris mata pemuda di hadapannya.

"Atau kalian baru saja berkenalan, maafkan aku Junnie, membuatmu menunggu lama sehingga kau berkenalan dengan Jaemin untuk menghapus rasa jenuhmu." Pemuda yang baru datang itu masih betah dengan posisi berdirinya.

"Jaemiin..?!"

"Dasar bodoh."

"Apa katamu, Jaemin-ssi?" Bentak Renjun kalap. Membuat dia lupa bahwa dia sedang menyamar menjadi adiknya yang kalem ketika di hadapan laki-laki.

"Kalian akrab sekali. Junnie kenapa suaramu sedikit memberat yaa? Atau hanya perasaanku saja?" Pemuda yang baru Renjun ketahui bernama Mark Lee.

"Mmm, ituu.. sebenarnya aku sedang sedikit tidak enak badan." Renjun berusaha menyembunyikan kegugupannya. Takut penyamarannya terbongkar.

"Seharusnya kita batalkan saja kencan kita hari ini, aku takut kamu jadi tambah sakit."

"Eh, tidak apa-apa kok Lee sunbae."

Drtt.. Drtt..

Melihat siapa yang menghubunginya membuat Mark mengurungkan perkataan yang akan di bicarakannya pada Renjun.

"Bentar yaa Junnie."

"Ahh, nee." Mendengar jawaban Renjun, Mark segera keluar café untuk mengangkat panggilan yang di terimanya.

"Jadi, namamu Jaemin bukan Mark Lee?" Renjun setelah Mark pergi meninggalkan mereka berdua.

"Bodoh."

"Mwo? Apa katamu?!" Renjun mencengkeram kerah baju Jaemin.

"Jadi begini tingkah seorang perempuan."

Tersadar akan kesalahan yang di lakukannya, Renjun melepaskan cengkeramannya dan kembali duduk dengan anggun.

"Mian. Kenapa tidak bilang dari awal?" Renjun memelankan suaranya.

"Kau saja yang tidak tanya." Jaemin sinis.

Renjun kesal menyadari kesalahannya. Dasar Renjun bodoh, seharusnya kau meminta fotonya, bukan hanya ciri fisik orangnya.

"Aku baru tahu, ada seseorang yang memiliki janji mencium pipi," Jaemin menunjuk pipinya, "Tapi tidak tahu siapa yang diciumnya?"

Renjun gelagapan mendengar pertanyaan Jaemin, "Bukan begitu, mmm.. hanya saja.. hanya saja.."

"Junnie, sepertinya kencan kita tertunda. Maaf yaa, lain kali saja kita pergi kencannya, aku ada urusan mendadak." Ucapan Mark memotong pembicaraan Renjun.

Dalam hati Renjun merasa senang, tapi raut wajahnya merasa kecewa. Dirinya harus tetap optimal menjalankan perannya.

"Gwaenchana sunbae, janjinya sekarang saja sunbae." Renjun menunjuk-tunjuk pipinya pelan.

"Ahh, baiklah." Mark tersenyum lebar mendengar pernyataan Renjun.

"Hyung, bukankah hyung memiliki janji dengan Jeno hyung?"

"Iyaa, aku tahu. Tapi setelah ini kan bisa?"

"Bukankah hyung tahu Jeno hyung tidak suka menunggu?"

"Okay.. okay.. aku pergi sekarang. Junnie ciumnya kapan-kapan saja yaa. Bye…" Mark meninggalkan mereka berdua lagi.

"Baiklah, karena urusanku sudah selesai aku juga mau pulang sekarang. Bye Jaemin-ssi."

-oO0Oo-

Renjun menghela nafasnya lega, Akhirnya berakhir sudah penyamaran ini. Awas kau Junkai, sampai kau menyuruhku menyamar menjadi dirimu lagi, akan aku ucel-ucel kau.

Sedang santai-santainya Renjun berjalan, sebuah cengkeraman tangan seseorang di lengannya menghentikan langkahnya.

"Yak, apa-apaan kau Jaemin-ssi?" Renjun setelah tahu pelaku yang mencegah perjalanannya pulang.

"Aku? Aku mau menagihmu sesuatu." Jaemin menatap mata bening Renjun.

"Aku belum memesan sesuatu, jadi kau tidak perlu menagih uang untuk membayar sesuatu yang bahkan tidak aku pesan."

Jaemin menatap intens Renjun mendekatkan wajahnya mencium bibir Renjun dan sedikit melumatnya, lalu melepasnya.

Melihat Renjun speechless, Jaemin mendekatkan lagi wajahnya mencium kembali bibir Renjun kali ini melumatnya lebih lama.

Renjun mendorong Jaemin membuat ciuman mereka terlepas paksa, "Yak apa yang kau lakukan?!" Teriak Renjun setelah tersadar apa yang dilakukan Jaemin pada dirinya.

"Aku menciummu."

"Aku juga tahu kau menciumku, maksudku kenapa kau menciumku?"

"Aku mau menagih kembali ciumanku."

"Okay, aku memang mencium pipimu tanpa ijin.. aku minta maaf. Tapi seharusnya kau menciumku di pipi bukan di bibirku Jaemin-ssi."

CUP

"Seperti ini." Ujar Jaemin setelah mencium pipi Renjun.

"Iyaa seperti itu."

"Yaakk kau menciumku lagi…" Jaemin terkekeh mendengar rengekan Renjun.

"Okay, lupakan soal itu. Kenapa kau menciumku dua kali?"

"Karena kau mencium Mark hyung."

"Kau banyak alasan Jaemin-ssi, aku belum mencium Mark sunbae."

"Jangan sampai kau mencium orang lain, selain Na Jaemin, Renjunnie." Bisik Jaemin di telinga Renjun.

"Bagaimana kau tahu namaku?" Renjun terkejut mengetahui Jaemin tahu namanya.

"Rahasia. Ayo aku antar pulang." Jaemin merangkul bahu Renjun mengajaknya pulang.

"Minggu depan kita kencan, tanpa kau menyamar jadi perempuan Renjunnie."

CUP

"Sekarang kau pacarku." Ujar Jaemin setelah mengecup pipinya sekali lagi.

-oO0Oo-

.

.

END

Hancurkan jadinya… Tak tahulah… moga aja gg mengecewakan

Ff inih kupersembahkan bebebku yang minta dibuatin ff MINREN…

Ff inihh juga terinspirasi dari ff sasunaru yang pernah aku baca, tp aku lupa judulnya apa.. hehehe

Kalo kalian bingung siapa wang junkai, dia member TFBOYS. Kalo penasaran searching sendiri di google..

Terakhir

REVIEWW JUSEYOOO

Sign

Minnie