Tittle : Little Sunshine

Author : Keiko Yummina

Cast : HunHan (Oh Sehun & Xi Luhan), Slight EXO OTP12

Genre : Hurt-Comfort, M-preg, Romance, Family

Length : Chaptered

Rated : M (Mecum)

WARNING! YAOI, M-PREG

Bagi yang tidak suka YAOI apalagi M-PREG mending gk usah baca!

Jangan biasakan jadi SIDER, Okey!


Previous


.

.

.

"Sehunah. Sebaiknya kau membersihakn dirimu terlebih dahulu. Sebelum kau pergi untuk melihat keadaan Luhan dikamar rawat inapnya."

"…" Sehun masih tak bergeming.

"Sehunnah. Nanti aku akan membantumu mencari tahu apa yang sebenarnya Luhan alami. Jadi sebaiknya sana kau bersihkan dirimu. Kemejamu terkena ceceran darah Luhan tadi."

"Terimakasih L." Barulah Sehun menanggpi usai L mengatakan akan membantunya nanti. Sehun beranjak dari sana usai menerima paper bag dari L untuk mengganti bajunya yang sempat terkena noda darah Luhan saat menggendongnya tadi.

.

.

.


CHAPTER 21


.

.

.

Typo bertebaran~

Usai mengganti pakaiannya yang terkena ceceran darah sewaktu menggendong Luhan tadi. Hanya sebuah style sederhana yaitu sebuah celana bahan dan sebuah kemeja bersih berwarna baby blue. Sehun segera menemui L yang sudah menunggunya sedari tadi di depan kamar mandi tempat ia mengganti pakainnya. Kedua segera beranjak dari sana menuju ke ruang rawat inap Luhan. Keduanya segera menuju ke lantai 5 ruang Melati dengan menaiki lift menuju ke lantai 5 tepatnya di ruang rawat inap VVIP no.07. yang memang sudah dipesankan oleh L tadi.

.

.

.

.

.

Sehun di ikuti L memasuki kamar rawat Luhan. Terlihat seorang perawat sedang melakukan pengecekan alat kesehatan untuk Luhan. Saat mendapati dua pria tampan mendekat ke arah ranjang Luhan. Perawat itu juga telah selesai melakukan pengecekan, hingga akhirnya pamit undur diri dari hadapan keduanya. Sedangkan Sehun dengan segera melangkahkan kakinya ke arah ranjang berisikan Luhan yang sedang terbaring dengan terlelap. Sehun memposisikan diri untuk duduk tepat di sebuah kursi tepat bersebelahan dengan ranjang Luhan. Sebuah kursi yang memang sudah disediakan disana oleh pihak rumah sakit.

Sehun menggeser kursi itu mendekat ke arah ranjang dengan pelan bermaksud lebih mendekatkan diri dengan Luhan. Satu tangan kanannya terulur untuk menyibak surai almond milik si rusa tidur. Sebelah tangannya yang lain menggenggam jari-jemari milik si mungil yang tak dipasangi jarum infus. Sehun memperhatikan setiap lekuk wajah cantik pria mungil dihadapannya ini. Bulu mata lentik milik prianya itu tak sedikit pun mengalami pergerakan. Sebuah bukti jika pemilik bulu mata lentik itu bernar-benar terlelap dalam tidurnya. Sesekali tangannya mengusap jari-jemari itu seakan menyalurkan kekuatan. Sehun sangat bersyukur saat ini karena Luhan baik-baik saja. Ia hanya sedang tertidur lelap karena efek obat.

L yang sepertinya tahu jika keberadaannya hanya akan mengganggu waktu mereka berdua. Akhirnya memilih untuk keluar kamar rawat Luhan. Ia sangat yakin Sehun dapat diandalkan hanya untuk menjaga Luhan sendirian. Terlihat dari waktu sebelumnya Sehun begitu paniknya medapati Luhan yang tergeletak tak sadarkan diri.

.

.

.

.

.

Sehun terbangun saat mendapati sinar matahari telah meninggi dari jendela kamar rawat itu. Ia semalaman menjaga Luhan hingga tertidur dengan posisi duduk di samping ranjang Luhan. Terang saja ia langsung mengarahkan pandangan ke rusan tidur di hadapannya ini. Sepertinya tidurnya sama sekali tak terusik. Namun dirasa sebuah jari-jari tangan yang masih setia ia genggam tiba-tiba bergerak. Hal itu menandakan jika si rusa tidur ini akan bangun. Segera saja pandangannya terarah ke wajah cantik itu yang sedikit mengernyit. Sehun segera bangkit dari dudukannya dan lebih mendekat ke arah Luhan.

"Luhan, Kau sudah bangun?" Seru Sehun saat melihat luhan mulai mencoba membenarkan penglihatannya.

Sayup-sayup Luhan mendengar seseorang memanggil namanya. Sepasang mata rusanya itu mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Hingga ia menyadari seseorang telah berada di hadapannya. Sebelah tangannya yang tak terinfus dan telah terbebas dari genggaman Sehun tadi kini beralih memegangi kepalanya yang sedikit pening. Sekali lagi ia mendengar seseorang bertanya padanya.

"Lu, Kau baik-baik saja? Tanya Sehun lagi.

"Ugh, Sehunnah." Dan benar saja Luhan mengenali suara ini. Suara seorang pria yang akhir-akhir ini sangat berpengaruh dalam kesehariannya. Bahkan ikut andil bagian merobohkan pertahanan hatinya yang kokoh untuk tak terisi dengan siapapun. Bahkan bisa dibilang Luhan merasakan debaran-debaran aneh namun begitu menyenangkan dan menenangkan saat berhadapan dengan pria ini.

"Bagian mana yang sakit, Lu?" Dengan nada khawatir juga perhatiannya Sehun bertanya sekali lagi dengan lembut.

"Ugh, ini dimana?" Tanya Luhan yang berangsur-angsur mendapati kesadaran utuhnya.

"Saat ini kita berada di rumah sakit Lu. Kau tau. Kemarin aku sangat khawatir menemukan mu tergeletak di kamar mandi dengan keadaan pingsan. Aku benar-benar khalut dan segera berlari membawa mu kerumah sakit. Dan lagi aku menemukan mu dengan sebuah darah yang-.." Belum sempat Sehun mengucapkan kalimat selanjutnya. Luhan seakan tersadar dengan Bayi-bayi dalam perutnya. Seketika Luhan mencengkram lengan Sehun sembari pandangan syoknya.

"Baby!" Serunya.

"Ada apa dengan baby?" Sehun tidak focus tentang kata 'baby'. Namun ketika ia menyadari kemana arah tangan Luhan mengarah. Ia memahami maksud kata 'baby' itu.

"Sehunnah. Bagaimana.. bagaimana dengan bayiku?" Dengan wajah penuh kekhawatirannya Luhan melontarkan pertanyaa itu tanpa berfikir panjang.

"Luhan. Bayi mu baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir." Untaian kata yang baru saja Sehun berikan entah mengapa seketika membuat hatinya kembali tenang.

Segera ia melepaskan cengkraman tangannya dan meraba perut buncitnya yang tertutupi piama rumah sakit.

"Bayi. Syukurlah kau baik-baik saja." Dengan wajah terharunya Sehun mengelus perut buncit nya sendiri. Wajah cantik itu kembali cerah sembari menatap keperut buncitnya.

Luhan tersadar jika Sehun telah mengetahui jika dirinya tengah hamil. Terlihat dari jawaban Sehun mengatakan jika bayinya baik-baik saja. Matanya membulat seketika melihat ke arah Sehun.

"Sehunnah. Kau tau tentang Bayi ku?" Dengan lirih Luhan bertanya pada Sehun.

"Ne, aku tau Luhan. Beruntung bayi mu baik-baik saja saat aku membawa mu kesini dengan keadaan tak sadarkan diri."

"Sehun. Aku.. aku akan menjelaskannya.. tentang bayi ku." Entah kenapa Luhan begitu khawatir jika setelah ini Sehun malah akan menjahuinya. Maka dari itu Luhan tanpa fikir panjang berniat menjelaskan tentang ini. Tentang bayi nya.

"Lu, kau bisa menjelaskan pada ku nanti. Saat dokter telah selesai memerikasa mu hari ini." Seru Sehun dengan penuh pengertian. Selain itu Sehun hanya tidak ingin Luhan berfikir hal-hal yang memberatkannya. Karena itu akan berpengaruh kepada kondisi kandungannya.

"Tapi.. Sehunna."

"Lu, aku kan mendengarkan mu dengan baik nanti. Tapi sebelum itu kondisi mu adalah yang sangat penting untuk sekarang. Kau tidak perlu khawatir jika aku akan menjauhi mu apalagi meninggalkan mu sekarang hanya karena mengetahui apa yang kau sembunyikan sedari kemarin. Dan lagi aku tidak marah dan tidak akan pernah bisa marah apalagi menjauhi mu." Perkataan itu dikatakan Sehun agar Luhan merasa lebih tenang juga yakin jika ia tak akan menambah beban fikir. Bahkan perataan itu diakhir dengan usapan lebut di pucuk kepala Luhan juga sebuah senyuman tampan yang hanya diberikan untuk Luhan.

"Heum." Akhirnya Luhan mengangguk tanda mengerti apa yang baru saja Sehun sampaikan.

Usai menyakikan Luhan untuk tetap tenang. Sehun memencet tombol yang biasah digunakan sebagai penanda untuk memanggil para medis ke ruang rawat Luhan. Tak lama dokter datang beserta perawat untuk memeriksa kondisi Luhan. Sehun sedikit bergeser dari ranjang Luhan untuk mempersilahkan dokter memeriksa kondisi Luhan.

Tak lama proses pemerikasaan kesehatan Luhan telah selesai dilakukan. Dokter pamit undur diri dan berpesan pada Sehun untuk segera memanggilnya kembali apabila dibutuhkan atau terjadi sesuatu. Sehun mengerti dan mengiyakan apa pesan sang dokter. Kemudian mempersilahkan mereka keluar dari ruangan itu.

Sehun kembali menghampiri Luhan. Ia bahkan membantu Luhan mengatur posisi duduknya di ranjang itu agar Luhan lebih merasa nyaman. Tak lama seorang perawat membawakan menu sarapan pagi untuk Luhan. Mengingat kondisi Luhan yang belum cukup bertenaga membuat Sehun memutuskan untuk menyuapi Luhan saja.

"Lu, buka mulut mu. Aaaa…"

"…" Luhan menerima suapan bubur diatas senduk itu dengan canggung.

Ini memang bukan pertama kalinya Sehun menyuapi dirinya. Tapi entah mengapa suasan pagi ini malah membuatnya canggung. Sehun malah dengan telaten menyuapi Luhan. Meskipun sedikit hal mengganjal yang sangat ia bicarakan dengan Sehun. Tapi Sehun dengan tindakan juga perhatiannya membuat Luhan percaya dan menepiskan sedikit rasa khawatir di hatinya.

"Sehunnah. Aku sudah kenyang." Seru Luhan meminta agar Sehun berhenti menyuapinya karena ia sudah kenyang.

"Kalau begitu kau harus meminum susu mu terlebih dahulu sebelum kau kembali beristirahat. Kau tenang saja Lu, ini adalah susu yang biasah kau minum. Jadi kau pasti tak merasa asing dengan rasanya." Pinta Sehun sembari menyodorkan segelas susu coklat ke arah Luhan. Sempat ragu namun Sehun menjelaskan jika memang itu susu yang biasa ia konsumsi. Sehingga Luhan lagi-lagi menurut.

Jika kalian tahu, Sehun bahkan tadi menghubungi sekertaris Kim untuk membawakan susu energy yang biasa Luhan minum dari rumah ke rumahsakit saat dokter tadi memeriksa kondisi Luhan. Dan ia meminta ke perawat untuk membuatkan segelas susu coklat dari serbuk yang biasah Luhan bawa itu. Dan mengantarkannya saat sarapan Luhan tiba.

"Terimakasih Sehunnah." Luhan menerima segelas susu coklat itu. Dan segera menghabiskan cairan coklat pekat itu hingga tandas. Kemudian menyerahkan gelas kosong itu ke Sehun.

"Sama-sama, Lu." Sehun menerima gelas kosong itu. Kemudian ia mengumpulkan bersama mangkuk bekas bubur tadi. Kemudian menaruh nampan itu ke atas meja nakas tak jauh dari ranjang Luhan.

Luhan memperhatikan setiap tindakan yang Sehun lakukan. Mengikuti setiap pergerakan Sehun. Mengamati dalam diam hingga Sehun telah kembali ke posisi awal dimana ia duduk tepat di kursi yang berada di sebelah ranjang miliknya. Dan Luhan mulai membuka pembicaraan dengan Sehun kembali.

"Sehunnah." Panggil Luhan dengan nada pelan.

"Ne, ada apa Lu?" Sehun yang sebelumnya terfokus memegang ponselnya. Segera saja teralihkan dengan panggil Luhan kepadanya. Ia pun akhirnya menghentikan aktifitas nya sejenak dengan ponsel miliknya. Karena Luhan adalah hal penting baginya. Bahkan lebih penting dari miliyaran won yang ia dapat dalam sekali tanda tangannya.

"Sehun, maaf tidak memberitahu mu mengenai kondisi ku." Usai mengatakan itu Luhan tertunduk tak berani menatap Sehun.

"…" Sehun diam, berniat mendengarkan apa yang ingin disampaikan Luhan setelah ini.

"Aku hanya tidak bisa untuk memberitahu siapa pun tentang baby." Sembari mengusap perutnya sendiri dengan lembut. Sedang Sehun masih memperhatikan setiap gesture yang Luhan tunjukkan padanya.

"Aku mengerti Lu." Jawab Sehun singkat juga pelan. Takut jika Luhan akan tersinggung.

"Tidak. Kau tidak mengerti." Kata Luhan sedikit keras.

"Apa yang tidak ku mengerti Lu?" Sehun masih memendam emosi sebenernya karena merasa dibohongi. Memang secara tidak langsung dan itu bukan kewajiban Sehun untuk tahu masalah pribadi Luhan. Tapi entah mengapa ada sedikit rasa kecewa disana.

"Aku seseorang yang mempunyai kelainan. Dimana aku mempunyai rahim dan bisa mengandung layaknya wanita. Dan ini bukan seperti yang kau fikirkan dengan aku yang menjajakan diri ku hingga ada baby dalam perut ku. Ini berbeda bagaimana aku bisa mengandung baby sekarang. Maka dari itu ini sedikit rumit. Ketika aku..aku.." Sepertinya Luhan benar-benar merasa berat untuk menceritakan masalahnya.

"Syuut..(Sehun menyeka air mata Luhan). Aku percaya. Sekarang jangan menangis karena aku tidak suka melihat wajah cantik mu menjadi jelek karena menangis." Sehun melihat setetes liquid turun mengalir di pipi gembil nya. Hal itu menambah sakit dihati Sehun. Maka sebelum Luhan semakin sulit dan menambah beban. Sehun menghentikan kalimat Luhan. Ia dengan segera meraih kedua pergelangan tangan itu dan menggenggamnya dengan lembut.

"Sehunnah." Sedikit kesal namun juga mampu membuat Luhan tersipu.

"Aku tidak peduli bagaimana cara nya sehingga ada baby di dalam perut mu sekarang. Karena aku percaya padamu, Lu." Sehun menyakinkan Luhan jika dirinya mempercayai apa yang Luhan katakan. Ia menurunkan sedikit ego nya untuk tidak memaksa Luhan bercerita mengenai bagaimana ia mengandung seperti sekarang. Ini demi kesehatan Luhan karena ia tidak boleh banyak fikiran sekarang.

"Terimakasih Sehunnah." Lagi-lagi kalimat terimakasih terucap dari bibir merah si ruusa hamil ini.

"Ne. Sebaiknya kau istirahat sekarang. Aku akan membersihkan diri dan kembali lagi duduk disini menjaga mu."

"Heum." Dibalas dengan anggukan oleh Luhan.

Sebelum beranjak ke kamar mandi. Sehun terlebih dahulu membantu Luhan untuk berbaring di atas ranjangnya. Perutnya yang buncit tercetak jelas dibalik piyama rumah sakit yang ia kenakan. Tak lupa Sehun menaikkan selimut Luhan. Entah dorongan dari mana Sehun mengecup dahi Luhan sebelum benar-benar beranjak dari sana.

.

.

.

.

.

Siang itu Luhan meminta Sehun mengajaknya menuju ke sebuah taman yang berada di rumah sakit ini. Dengan beralasan jika Luhan mulai bosan berada di kamar rawatnya. Sehun sama sekali tak mengijinkan Luhan untuk berjalan karena kondisi pasca pendarahan yang membuat Luhan harus beristirahat total. Tapi bukan berarti Luhan harus diperlakukan layaknya seorang putri. Sekalipun Luhan menolak, Sehun malah akan mengitimidasi Luhan untuk menuruti perkataannya juga atas saran dokter untuk tak banyak melakukan aktifitas.

Sedikit perdebatan yang berakhir Luhan mengalah dengan menaiki sebuah kursi roda dengan didorong Sehun pelan. Sebuah selang infus yang telah disesuaikan dengan kondisi Luhan yang sedang hamil masih terpasang apik di pergelangan tangan kanannya. Mereka berdua berjalan menyusuri lantai dan koridor rumah sakit menuju ke sebuah taman di tengah-tengah rumah sakit itu. Yang kebetulan juga berada tak jauh dari kamar inapnya.

Mereka berdua sampai ditaman itu. Luhan meminta Sehun membawanya menuju ke sebuah kursi yang berada teppat di sebuah pohon yang entah apa itu namanya. Yang Luhan tau pohon itu tampak cantik dengan bunga-buang berwarna merah muda menghiasi sekelilingnya. Sehun dengan baiknya juga jangan lupakan perasaan cinta juga sayang terselif disana. Ia rela membopong luhan ala bridal style menuju ke kursi disana. Mendudukkan Luhan dengan manis kemudian melepaskan jaket hangat miliknya. Lalu menyampirkan jaket miliknya itu ke pundak mungil pria cantik nya agar Luhan tetap merasa hangat. Usai memperbaiki letak jaket itu Sehun segera mendudukkan diri tepat berada di sebelah Luhan.

Luhan begitu senang hanya dengan melihat bunga-bunga dihadapannya itu. Sehun terdiam mengamati betapa cantiknya pria dihadapannya ini. Itu tak pernah berhenti ia ucapakan dalam hatinya. Suasana itu terbuyarkan manakala suara Sehun mengitrupsi kegiatan Luhan yang tengah mengamati kupu-kupu yang sedang tebang di dekat sebuah bunga tak jauh dari dia duduk.

"Lu, Bolehkah aku mengatakan sesuatu?" Sehun memulai pembicaraan. Hal ini sudah ia fikirkan beberapa hari ini.

"…" Luhan tak menjawab. Tapi pandangannya seakan menunjukkan jika Sehun dapat mengatakan apapun padanya.

"Sebenarnya banyak yang ingin aku katakan juga tanyakan. Tapi ada satu hal yang sangat ingin aku katakan sedari lama dan aku ingin kau menjawabnya dengan jujur."

"Apa itu Sehunnie?" Luhan menjadi penasaran tentang pertanyaan yang akan Sehun tanyakan.

"Lu, Sejak awal aku bisa bertemu dengan mu kembali. Aku begitu senangnya. Seakan-akan aku telah menemukan kembali sesuatu hal yang telah lama hilang dalam hidup ku." Sehun menjeda.

"…." Sedang Luhan hanya menyimak dengan seksama apa yang sebenranya Sehun ingin sampaikan.

"Lu, mungkin ini pengakuan yang tidak romantis. Tapi aku benar-benar jatuh cinta padamu sejak awal kita bertemu dulu. Meskipun kau sempat menghilang dari hadapan ku. Hingga kini hati ini masihlah berdetak kencang hanya padamu." Entah sejak kapan Sehun sudah menggenggam sepasang telapak tangan milik Luhan.

"…" Luhan tak bergeming dari tatapan serius Sehun. Pandangannya masih belum terbaca. Tapi Sehun tau jika Luhan memahami apa yang baru saja ia sampaikan.

"Lu, Aku tidak peduli setelah ini kau akan menganggap ku seperti apa. Tapi aku tetap akan mengatakan hal ini. Lu, aku mencintai mu. Maukah kau jadi kekasih ku?" Sungguh diluar dugaan bahkan tak pernah sekalipun Sehun memikirkan hal ini akan ia ucapkan dihadapan Luhan sekarang. Tapi Sehun tak bisa lebih lama lagi memendam perasaannya jauh lebih dalam lagi. Sehun tak mau lagi kehilangan Luhan. Bahkan ia tak peduli dengan kondisi Luhan yang sedang hamil bahkan entah itu anak siapa.

"Sehunnah." Luhan terkejut dengan apa yang baru saja Sehun sampaikan. Bahkan ia sampai menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Iya Lu?" Sehun berharap Luhan dapat menerimanya. Bahkan itu tersirat dari sepasang mata tajam itu yang memandanganya dengan penuh kelembutan.

"Sehunnie. Aku mau jadi.. jadi kekasih Sehunnie..Hiks. Aku juga merasakan hal yang sama sedari dulu. Hiks. Aku juga jatuh cinta Sehunnie. Aku.. aku.." Entah moodnya yang akhir-akhir ini kian memburuk yang ikut mempengaruhi perasaannya. Luhan menjawabnya sembari menangis haru dan jangan lupa sedikit isakan lolos dari bibirnya. Sehun segera memberikan pelukan untuk kekasih barunya ini.

"Hei, lulu cantik. Kenapa kau malah menangis?" Sehun dengan segera menghapus air mata si rusa cantiknya itu.

"Hiks, Aku bahagia sekali." Ucap Luhan pelan dalam pelukan Sehun kembali, wajahnya sedikit memerah karena malu hingga merahnya merambat ke telinga.

"Aku juga Lu." Jawab Sehun tak kala senang.

"Tapi Sehunnie. Aku.. aku.." Luhan mendongakkan wajahnya ke wajah Sehun.

"Apa yang kau khawatirkan Lu?" Tersirat kekhawatiran disana yang langsung di ketahui oleh Sehun.

"Aku.. hamil. Bahkan aku tidak tau-.." Perkataannya Luhan terhenti saat Sehun menghentikan ucaman Luhan dengan jari telunjuknya.

"Luhan. Aku telah memilihmu menjadi kekasih ku. Maka aku telah menyiapkan diri menerima kondisimu apa adanya. Bahkan Baby juga." Sehun sesekali mengusap pucuk kepala Luhan. Luhan yang sudah cukup jelas dengan sederet kalimat yang baru saja diucapkan Sehun untuknya. Dengan hal itu membuat perasaannya melega.

"Terimakasih, Sehunnie." Luhan menyunggingkan senyum bahagiannya.

"Ne Luhannie, kekasih ku." Senyum juga mengembang di bibir Sehun.

.

.

.

.

.

Sehun menghampiri Luhan usai ia membersihkan diri. Melihat gelagat si rusa yang sedikit berbeda. Apalagi terlihat sarapan miliknya masih utuh tak tersentuk dihadapnnya.

"Luhannie, Kau belum memakan sarapan mu, sayang? Ayo makanlah. Aku tidak ingin kau sakit lagi. Apa lagi jika kau tidak mau makan, nanti baby pasti akan kelaparan. Jadi ayo makan, ne? Apa mau aku suapi?" Bujuk Sehun agar Luhan mau memakan sarapannya.

Hari ini tepat empat hari Luhan dirawat di rumah sakit ini. Sepertinya keberadaan mereka malah lebih lama dari perkiraan awal yang hanya akan berada di China selama seminggu. Tapi ini sudah sepuluh hari. Luhan juga kesal karena Sehun tak mengijikannya keluar dari rumah sakit lantaran dengan keras kepalanya Sehun menahannya disini dengan bermacam-macam alasan yang membuat si rusa ini tak bisa membantahnya.

"Sehunnie. Aku ingin pulang ke Korea." Luhan benar-benar ingin segera keluar dan pulang ke Korea.

"Tapi Luhannie ku ini belum sembuh benar. Aku tidak ingin kesayangan ku ini kenapa-napa. AKu juga tidak ingin baby kenapa-napa." Sehun memohon.

"Tapi aku rindu ingin bertemu Baekhyun. Hiks." Sepertinya ini merupakan bagian dari moodswing si rusa hamil.

"Cup-cup. Jangan menangis. Jika kau rindu sahabat mu itu. Sebaiknya kau makan sarapan mu ini. Lalu nanti siang setelah dokter menyatakan kau baik-baik saja. Maka kita akan bersiap pulang. Bagaimana?" Bujuk Sehun lagi.

"Benarkah? Kita akan pulang nanti siang?" Terlihat sekali Luhan segera menghapus jejak-jejak air matanya yang tentu saja dibantu Sehun.

"Ne, aku janji hari ini kita pulang." Sehun memberikan senyum terbaiknya. Saking senangnya Luhan menarik Sehun untuk dipeluknya. Sehun dengan senang hati menerima pelukan itu. Ia membalas pelukan sang terkasih.

.

.

.


TBC


Note:

Typo itu udah jadi kebiasaan.

Maafken.

Maafkan Kei baru bisa Update.

Kei selain sibuk kerja. Juga lagi WB kemarin.

Beruntung kemarin alur cerita ini beneran rampung.

Meskipun alurnya melenceng jauh dari apa yang kei harapkan diawal.

Kei harap ff ini masih layak untuk dibaca.

Kekeke

Selamat Hari Raya Idul Fitri.

Mohon Maaf Lahir dan batin ya.


24/05/2020