Jihoon terhenti tepat di salah satu pintu cafe. Ingatannya tiba-tiba melayang tepat tiga minggu lalu.

"Ayo kita putus."

Jihoon mendongak dan mendapati Jinyoung tengah menatapnya dengan wajah super serius.

"Putus? Kenapa?"

"Kau terlalu baik untukku, Jihoon hyung."

Jihoon mendengus. Tidak bisakah Jinyoung mencari alasan selain itu? Terlalu baik? Jadi, Jinyoung ingin Jihoon menjadi jahat?

Jihoon mengangguk sambil menyedot milkshake miliknya, "Baiklah, ayo putus," kata Jihoon setelah meletakkan gelas.

"Kau ingin membeli sesuatu?"

Jihoon tersadar dari lamunannya dan segera menggeleng, "Tidak, hyung."

Jonghyun mendekat, menggenggam tangan Jihoon, dan tersenyum. "Lalu, kenapa kau tiba-tiba mematung disini, hm?"

Jihoon menunduk untuk melihat tangannya yang ternyata pas dalam genggaman Jonghyun. Setelah itu ia mendongak dan memamerkan senyum terbaiknya, "Tidak ada, hyung."

"Kau teringat pada Jinyoung, ya?"

Tatapan Jihoon berubah tidak fokus setelah Jonghyun melempar pertanyaan. Jonghyun yang menyadari itu, langsung tersenyum dan mengusap surai Jihoon dengan tangannya yang bebas. "Tidak apa-apa untuk jujur, Jihoon. Bukankah sudah kubilang bahwa aku akan menghapus segala ingatanmu tentang Jinyoung?"

Mata Jihoon berkaca-kaca dan segera menabrakkan tubuhnya pada Jonghyun. Menautkan kedua tangannya dibelakang tubuh Jonghyun. Berusaha mencari ketenangan dari detak jantung Jonghyun yang menyapa Jihoon.

"Maafkan aku, hyung," cicit Jihoon.

Satu tangan Jonghyun menepuk konstan punggung Jihoon, sementara tangan lainnya mengelus surai kecokelatan yang lebih muda.

"Tidak apa-apa. Aku yang memutuskan untuk menunggumu, Jihoon," ujar Jonghyun sambil tersenyum.

"Omong-omong, kita sedang berpelukan di muka umum loh, Ji."

Jihoon reflek melepaskan pelukannya. Jonghyun tertawa saat wajah Jihoon mulai merona dan bibir kecil itu menggerutu. "Kenapa tidak bilang sih, hyung?!"

"Buat apa? Kapan lagi aku dipeluk secara cuma-cuma seperti tadi?"

"Jjong hyung menyebalkan!"

Jihoon berjalan dengan cepat meninggalkan Jonghyun dengan kedua tangan yang menangkup pipi miliknya yang menghangat.

Jonghyun masih tertawa dan berbalik untuk mengejar Jihoon. "Park Ji tunggu aku!"

Tanpa mereka sadari, Bae Jinyoung ada di salah satu kursi cafe dan terus memandang Jihoon. Bahkan sampai Jihoon menghilang, tertelan tubuh para pejalan kaki.

"Apa aku masih bisa mengharapkanmu kembali, Jihoon hyung?"

.

.

.

-fin

.

.

.

Sorry aku ingkar tentang fanfict QP,P karena seminggu ini aku sibuk persiapan perpisahan+lengkapin nilai+daftar sbmptn+praktek susulan+ibuku sakit. Bahkan baju perpisahan aku dapat h-1 dan make up baru lengkap h-1 juga(lol)๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Fanfict ini udh lama ada di docs(bahkan sblm Doi series), tapi sengaja ku upload sebagai permintaan maaf karena belum nyelesaikan chp-2 yang baru ketulis 400 kata wkwk.

Boleh tagih sequel. Karena emg sengaja endingnya gitu, HHHHH. Tapi ga janji ada dlm waktu dekat, soalnya mau rampungkan yg lain apalagi Kiss? banyak yg nyuruh lanjutin๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚((brb berguru sama Jey unni si master rated-M wkwk))

Ps: Daniel tuh tipe sub yg gimana si? Aku ga ngerti buat dia jadi sub nya Ong itu gimana. Kl ujin kan polos polos bocah (dipolosin Ong ntar/ga).

Pss: Baejin-Parkji sblmnya sekamar?aduh otakku kemana-mana. Trs aku nemu foto Muel-ParkJi-Guanlin lg ngobrol, otak cinta segi banyakku langsung connect dan ide Baby Dont Like It muncul, maaf.

Maaf untuk typo. Dan review?