Disclaimer: Masashi Kishimoto
pairing: SasuHina
Rating: M
Genre: Romance, Hurt.
2
"The Winter Celebrate"
Pagi yang tidak terlalu baik, mendung dan berkabut khas musim dingin. Sasuke tidak bersemangat hari ini, belum tuntas pening dikepalanya tentang pernikahan, kini ia dipusingkan dengan jeritan para gadis Konoha. Mereka berkumpul bagai semut mendapati gula, seolah Sasuke adalah selebriti ninja yang sedang naik daun.
Dipuja, dikejar, serta dieluh-eluhkan namanya, pria mana yang tak menginginkan hal itu? Ini adalah para gadis kunoichi, mereka cantik dan kuat khas perawan Desa shinobi, mereka bisa bertarung dan melakukan tugas seorang wanita secara bersamaan.
Tentu tidak bagi Uchiha Sasuke, wanita selalu nomor ke sekian. Dia adalah pria angkuh dengan sedikit sifat sombong, kata-katanya selalu minim seadanya, terkadang malah hanya dijawab dengan 'hn' atau 'huh,' sesungguhnya ia terlalu malas meladeni orang-orang disekitarnya.
Termasuk para gadis ini, Sasuke lebih memilih jalan memutar seraya menghindar, percaya atau tidak, di ujung lorong mereka siap dengan spanduk dan yel yel. Mata berbinar penuh harapan, bibir aktif mengucapkan kalimat-kalimat manja, belum lagi kuku-kukunya yang aktif mencakar, Sasuke sukses dikagumi para monster Konoha.
Sebuah lorong kecil di samping kios kue dango, itu adalah jalan alternatif menuju perkotaan. Walau bukan jalan utama atau jalan tembusan, setidaknya kau tak perlu repot-repot mendengar suara bising para gadis. Kesannya agak jauh memang, lorong kecil ini dua kali berbelok kiri dan satu kali berbelok kanan, waktu yang diperlukan sekitar empat puluh lima menit. Padahal jika melintas di jalan utama, waktu yang diperlukan jauh lebih sedikit, hanya sekitar dua puluh menit sampai kau menemukan pusat pertokoan di tengah kota.
Lorong ini tak hanya dilalui oleh Sasuke, beberapa warga yang tinggal di dekat kios pun melintasinya hampir setiap hari. Langkah mereka cepat-cepat seolah enggan berpapasan dengan bungsu Uchiha itu, penghapusan status nuke tak berarti apapun, Uchiha tetaplah Uchiha, dan mereka selalu mengenang perbuatannya sebagai kejahatan level A.
Sasuke tidak heran akan sikap was was warga, ia ditakuti bagai monster yang siap memangsa siapapun. Tak terhitung berapa jumlah nyawa yang meregang ditangannya, pria berusia dua puluh delapan tahun ini adalah shinobi pembantai yang bersembunyi di balik wajah tampan.
Nyengir lebar seorang pria di ujung jalan nampak familiar, Sasuke hafal betul blondenya, sementara di sisi kiri dan kanannya Sai dan Ino melambai gembira.
"Oi! Teme," walau terdengar kasar itu adalah panggilan akrab Naruto kepada Sasuke.
"Ohayou Sasuke-san," well, sapaan Sai malah lebih sopan.
"Tadi aku ke rumahmu, tapi kata pelayan kau sudah pergi pagi-pagi sekali," suara serak Naruto berhasil menarik perhatian warga, "Naru-kun hendak mentraktirmu sarapan ramen," Ino berbisik disisinya.
"Aku ke hutan barat," irisnya meneliti satu-persatu wajah fresh sahabatnya, "latihan lagi."
"Hm, sudah kuduga…awalnya aku ingin menyusulmu, tapi di tengah jalan malah bertemu Sai dan Ino, mereka hendak ke Kuil, jadi yaa…ku pikir aku sok ikut saja," blonde itu tersenyum penuh arti, "kuharap aku bukan gangguan," kalimatnya berhasil membuat pipi tirus Ino memerah, "grrr…Naruto."
Ino Yamanaka adalah kunoichi tercantik di Konoha, semua shinobi pasti setuju dengan pendapat itu. Pesona Ino mengalahkan Haruno Sakura, si cherry kekasih Naruto dan Hyuuga Hinata, si putih porselin tunangan Uchiha. Sai sangat beruntung mendapatkannya, Ino tergolong gadis pemilih dan berselera tinggi, sementara Sai hanya pria lembut yang senang tersenyum.
"Sudahlah, kalian selalu seperti ini saat bertemu," Sai malah terkekeh melihat tingkah malu-malu kekasihnya, "sebaiknya kita ke Kuil sekarang, benar'kan Sasuke?"
Sebenarnya Sasuke akan pergi ke kantor Hokage, tapi ajakan Sai sunkan ia tolak. Tidak ada salahnya pergi ke kuil, toh ini pun masih terlalu pagi, Tsunade pasti masih sibuk dengan berbagai hal lainnya.
"Hn, baiklah."
Kuil ramai dipadati warga, tanggal delapan belas adalah hari yang baik untuk berdoa. Ini adalah tradisi turun-temurun warga Negara Api, sebelum musim baru datang, mereka wajib membakar dupa seraya memohon ampun kepada Kami-sama.
Sasuke ingat ritual ini, ia dan keluarganya tak pernah absen pergi ke Kuil. Sejak dulu Uchiha terkenal taat beribadah, Fugaku selalu menyerukan hal-hal baik kepada keluarga dan anggota klannya. Tempat ini menyimpan banyak kenangan, melewatkannya sama halnya mengabaikan kebiasaan Uchiha di masa dulu.
Barisan untuk laki–laki dan perempuan terpisah, semuanya tertunduk seraya menautkan jemari. Seorang Biksu senior melantumkan doa khusus musim dingin, sesekali terdengar suara dentuman lonceng yang menandakan berakhirnya satu doa, lalu doa berikutnya ditandai dengan dua kali dentuman.
Sasuke agak bosan, bukan karena ia tak menghargai ritualnya, mungkin akan lebih khusyuk jika ia berdoa sendiri. Karena datang terlambat, mereka harus puas duduk di barisan paling belakang, dari posisi ini terdengar jelas suara berisik bocah di halaman Kuil, sepertinya mereka mempermasalahkan umbul-umbul yag jatuh menimpa salah satu rekannya.
Tinggi rata-rata shinobi berkisar seratus delapan puluh centimeter, yang bahkan ketika mereka duduk pun akan terlihat lebih tinggi dari warga sipil. Sasuke dapat melihat jelas beberapa nakama di barisan depan, begitu pula Kakashi-sensei yang hanya terpaut dua baris darinya, mereka semua nampak khusyuk meresapi lantuman doa. Ekspresi Naruto yang paling lucu, pria humoris itu tak biasanya setegang ini, wajahnya tenang dan alisnya bertautan seolah ialah sang Biksu pelantun doa.
Ino Yamanaka sempat menggerutu, kesal batinnya berada di barisan terbelakang, alhasil ia hanya bisa melambai pelan kepada Sakura, si cherry itu diapit oleh Tsunade, Shizune di barisan pertama.
Jika saja Ino tahu bahwa ada yang lebih terlambat dari dia, pastinya akan terlontar kata, "nee, ada yang nasibnya lebih parah dari kita, Sai-kun," walau sebenarnya ia malah berkata, "nee, Sai-kun…keterlambatan kita yang paling parah, tuh lihat acaranya sudah dimulai dari tadi."
Well, seorang gadis berkaki indah melangkah cepat menaiki anak tangga, agak sulit memang ketika kau harus berlari kecil dengan homongi super tebal.
Spontan Sasuke menoleh ke arah datangnya aura chakra asing, aura ini pernah ia rasa sebelumnya, tapi lupa dimana jelasnya. Matanya meneliti seorang gadis manis dengan homongi warna violet aksen garis-garis. Postur si gadis tak terlalu tinggi, tapi yang paling menonjol adalah warna kulitnya, kulit itu putih bagai porselin terkesan pucat pasi. Langkah buru-burunya sukses mengekspos bagian betis dan sedikit pahanya akibat belahan homongi yang membuka tutup. Tingkahnya agak canggung menutupi bawahannya, seharusnya ia mengenakan yukata yang bahannya lebih tipis dan ringan.
Mata kelam Sasuke tak bergerak sedikitpun, memancing batinnya menebak-nebak siapa gerangan si gadis pucat yang berani memakai outfit super bangsawan untuk acara semi formal seperti ini.
'Puteri Daimyo, kah?"
'Apakah dia berasal dari luar Desa?'
Dia mengambil tempat di sisi Ino, raut wajahnya nampak canggung seolah malu karena datang terlambat. Bias chakranya sangat lemah dan terkesan labil, gerak-geriknya juga biasa saja, tidak lincah dan tidak tangkas, bisa jadi ia hanya chunin level C.
"Hinata-chan terlambat juga."
"A-aku harus menyiapkan sarapan pagi untuk Hanabi-chan, belakangan ini ia kurang enak badan," well, gugup seperti biasa, "sedangkan Ayah dan Neji-nii sedang pergi ke Suna."
"Bukankah para bunke selalu siap?" si cepol berbisik di telinganya, entah dari mana datangnya, gadis itu tiba-tiba muncul begitu saja.
"Ah, Tenten-san," Hinata agak kaget, "ta-tapi Hanabi hanya suka tamagoyaki buatanku."
"Apakah Hanabi sakit?"
"Dia agak demam, beberapa hari ini cuaca agak dingin."
"Ya, memang sih…musim dingin akan segera tiba, auranya sudah mulai terasa," Sakura bersin beberapa kali, spontan Ino dan Tenten mengambil jarak, "hati-hati, Sakura."
"Oh Kami, semoga aku tidak sakit…bukankah perayaannya sebentar lagi."
Konoha rutin mengadakan sebuah perayaan terkait menyambut musim baru. Perayaan tahun ini tidak bisa dibilang kecil, Hokage bahkan telah membentuk panitia tim sejak tiga bulan yang lalu. Panitianya terdiri dari para shinobi muda yang penuh dengan ide-ide kreatif. Mereka telah mempersiapkan gedung dan dekorasinya sejak jauh-jauh hari. Khusus menu makanan, Shizune memesan langsung dari luar Desa, sore ini mereka akan mengantar pesanannya. Panggung besar nan megah telah dirancang sedemikian rupa untuk menampilkan berbagai tarian khas musim dingin, tak lupa juga nyanyian, opera dan pantun humor, semua susunan acara telah diatur sebaik mungkin, sungguh Naruto dan para nakama telah bekerja ekstra selama tiga bulan terakhir.
"Hinata, apakah kau sudah siap?" raut wajah Ino serius.
"Ha-hai'…kami telah berlatih selama sebulan dan—"
"Bukan itu…maksudku, apakah kau sudah siap untuk acara pernikahanmu?"
Hanya sebuah godaan sepele tapi sukses membuat pipi chubby si gadis merona. Hinata malu harus menjawab bagaimana, dipikirnya berita pertunangan itu hanya diketahui oleh Hokage dan para Tetua saja. Tapi wajar memang, Ino adalah sumber gosip Konoha, bohong jika si pirang ini tak tahu segalanya, bahkan ketika Akamaru dikawinkan dengan anak anjing Desa sebelah, Ino mengetahuinya lebih dulu dibanding Kiba.
"Itu minggu depan lho, Hina-chan." Tenten ikut-ikutan menggoda.
"Tuh lihat," Sakura mendelik ke arah beberapa pria yang berkumpul di depan gerbang Kuil, "ayo kesana."
"Tidak, ja-jangan kesana Sakura-san, a—aku—" ia hendak melepas genggaman Sakura, tapi Ino malah menarik tangan lainnya, "ayolah…jangan malu-malu."
"Yosh, para gadis," Lee menyapa empat gadis manis yang berlarian kearahnya, "wah, wah, wah, aih...aih…," sepertinya godaan Chouji tertuju pada Hinata.
Bagaimana tidak, yang diapit oleh Lee dan Shikamaru adalah pria tampan yang akan menjadi suaminya.
"S-a-s-u-k-e~" lengkap sudah, kalimat Naruto bernada manja seraya menyenggol lengan sahabat ravennya.
Naruto tak pernah membalas cinta Hinata, dan dia pun sama sekali tidak mencintai Hinata. Wajah cantik dan sikap penyabar bukan tipe si blonde, ia lebih tertarik dengan gadis periang berambut cherry. Hinata merasa canggung luar biasa, sikap Naruto seolah biasa saja, dia bahkan ikut menggodanya terkait pernikahan settingan itu. Tak tampak raut wajah sedih atau menyesal, malah ia sumringah ketika Sasuke memandang Hinata.
Sasuke POV
Awalnya aku agak bingung ketika Naruto mendelik ke arah gadis berponi itu, ternyata mereka sedang menggodanya untukku.
Wajahnya tak terlalu jelas, hanya poni rata dengan rambut panjang yang dikuncir, ia mengenakan outfit warna ungu motif garis-garis. Lelucon apa ini? ternyata dia adalah gadis tadi. Wajah itu setia menunduk, sepertinya dia bukan gadis periang seperi Ino atau Sakura. Auranya tenang dan sabar, pembawaannya feminim dan agak kaku.
"Kau memilih calon istri yang tepat, Sasuke," itu Shikamaru yang berbisik.
Jujur tadi aku agak syok, tapi tak kubiarkan nakama membaca ekspresiku. Tak kusangka gadis yang berlarian di anak tangga adalah calon istriku, kupikir mereka adalah wanita yang berbeda. Salahkan kebodohanku yang tak menatap wajahnya kemarin, padahal aku berada di mansionnya selama empat jam penuh mendengar omong kosong Tetua tentang pernikahan.
Ada penolakan dari raut wajah sedih itu, kurasa ia pun ta menginginkan pernikahan settingan ini. Buktinya godaan dan sindiran nakama sukses membuat irisnya berkaca-kaca, sharingan dapat membaca aura sakit hati di sana.
"Sasuke, apakah kalian belum pergi berkencan?" Chouji mendelik kearahku.
"Hei, jangan menggoda begitu, nanti Hinata malu…berkencan atau tidak itu bukan urusan kita," satu lengan Tenten melingkar di punggung si gadis.
Aku tidak peduli dengan si cepol dan si gendut, yang dikepalaku saat ini adalah, bagaimana bisa gadis selemah itu hidup sebagai kunoichi? Aku yakin dia hanya gadis manja yang bergantung pada orang tuanya. Dia bukan gadis berkeinginan kuat, tak lebih dari sekedar boneka penurut kemauan orang tuanya.
"Hinata, bukankah seharusnya kau melaksanakan misi rank S?" Candaan nakama sukses membuatnya menangis, "diam kalian semua," Sakura mengganti topi pembicaraan karena sadar si gadis kurang nyaman.
Seorang puteri Hyuuga yang diberi misi rank S? aku ragu dia mampu melaksanakannya—mengingat chakranya minim bagai genin. Dua rekannnya pasti lebih banyak mengambil peran untuk misi berbahaya seperti S.
Sasuke End POV
"Ku-kurasa Shino-kun dan Kiba-kun hanya pergi berdua saja, a-aku agak kurang enak karena ini misi bertiga," Hinata lega Sakura membahas hal lain.
Tak berani ia memandang wajah Sasuke, terlalu malu rasanya ketika kau harus bersikap biasa di depan calon suamimu, seolah tidak terjadi apa-apa walau pada kenyataannya kalian ditunangkan paksa atas dasar politik.
Keadaan ini membuat hatinya campur aduk antara sedih, malu dan canggung. Sedih karena Naruto tidak peka, malu karena nakama telah mengetahui pernikahan itu, dan canggung karena Sasuke terus memandangnya sejak tadi.
Entah apa yang ada di kepala Uchiha saat ini, Hinata tak berani mengartikan tatapan intens itu. Hening beberapa detik, Hinata diam, nakama dia, sementara Sasuke setia pada posisi irisnya.
1 menit.
2 menit.
"Grrhm," Shikamaru berdehem.
"Aku harus ke Kantor Hokage" sadar tak punya urusan lagi di Kuil, Sasuke melenggang pergi meninggalkan calon istri dan nakamanya.
"Kurasa dia marah."
"Kalian terus menggodanya, sih…."
"A-aku permisi—"
"Hinata—" Sakura hendak menyusul.
"A-aku baik-baik saja, pagi ini kami masih harus latihan menari."
Upacara pernikahan hanya berselang empat hari saja, Hinata makin tak karuan kala membayangkan janji suci yang akan diucap Sasuke untuk dirinya.
Upacara pernikahan tidak akan dilaksanakan di Kuil, melainkan di kediaman Uchiha. Kemarin Shizune telah membicarakannya dengan Hiashi, bahwa ini adalah permintaan langsung dari Ketua klan sendiri, Uchiha Sasuke. Hiashi tak mempermasalahkan itu, dimanapun pernikahan akan berlangsung, toh mereka akhirnya akan menjadi suami-istri juga.
Sakura berdiri di depan pintu ruang rias, kebetulan ia ditunjuk sebagai panitia acara tari. Sejak subuh hingga petang ia nampak sibuk sana-sini, para kouhai belum mampu mengambil keputusan sendiri sehingga Sakura lah yang menjadi tumpuan semuanya.
"Hinata bersiaplah, lima menit lagi giliranmu."
"Ha-hai' Sakura-san…aku siap."
Hinata menekuni dunia tari sejak usia empat tahun, awalnya hanya sekedar hobi semata, tapi lama-kelamaan ia makin serius di bidang itu. Agak sulit memang ketika kau harus membagi waktu antara tugasmu sebagai kunoichi dan mengisi acara-acara resmi, tapi ia telah membuktikan bahwa apapun bisa terjadi asal keinginanmu kuat. Hiashi pernah menolak itu, sang Ayah tak ingin puterinya terlibat dalam hal-hal lemah berbau wanita, walau Hinata memang wanita—tapi ia ingin anak gadisnya tumbuh kuat sebagai shinobi.
Menari adalah keinginan Ibunya, dia mengajarkan puterinya berbagai hal tentang bagaimana menjadi seorang wanita tulen. Termasuk bernyanyi, merangkai bunga, dan memasak, Hinata mahir melakukannya seolah ia adalah ahlinya. Jika pekerjaanmu adalah sebagai kunoichi, bukan berarti kau harus melupakan identitasmu sebagai perempuan, prinsip itu berhasil membawanya sebagai guru seni untuk beberapa murid. Walau hanya pekerjaan sampingan selepas misi, Hinata membuka dua kelas di hari Sabtu dan Minggu khusus untuk genin berusia lima dan tujuh tahun.
Langkah Hinata anggun menuju panggung, pesonanya sukses mengundang tepuk tangan warga. Dia cantik dengan furisode warna biru tua, outfit itu ramai akan corak abstrak terjuntai indah menutup kaki indahnya. Polesan make up penuh tidak mengurangi kecantikan alami itu, justru ia nampak berbeda dengan lipstik warna merah darah. Surainya berhias kanzashi berlian ditambah beberapa manik emas, malam ini Hinata berhasil menunjukkan pesonanya sebagai seorang gadis kaya keturunan bangsawan. Kesan sensual terlihat betul dari irisnya, memancing kagum para pria memuji puteri sulung Hiashi itu. Tak seorangpun yang menyangkal kesempurnaan alami itu, bahkan Shino dan Kiba terpesona bagai patung menyaksikan rekannya dipuji layaknya Dewi.
"Hinata sangat cantik, kenapa bukan aku saja yang dijodohkan dengannya."
"Yang benar saja kau, dia keturunan bangsawan Hyuuga, mustahil Hokage menjodohkannya denganmu."
"Tsk, diam kau Shino…aku adalah pria normal, wajar aku memujinya," Kiba menunjuk wajah aneh Shino, "tidak sepertimu yang hanya menyukai serangga."
"Kiba betul, Hinata sangat cantik, aku jadi iri…aku bahkan tak pandai menari," Tenten cemberut.
Ini adalah kali pertama Hinata menari di depan nakama, sebelumnya ia hanya menari di depan para Daimyo dan Tetua. Ada perasaan gugup tersendiri, batinnya seolah canggung akan beberapa pasang mata yang tak berpindah sedikitpun, sebut saja Kiba, Tenten dan Shino, mereka terus tersenyum kearahnya dengan iris berbinar.
Sepasang iris kelam juga hadir dalam pesta perayaan itu, pandangannya lurus tanpa ekspresi menatap si calon istri yang sedang menari.
Tak seorangpun yang dapat menafsirkan arti tatapan itu, tapi jika Shikamaru sudi memperhatikan lebih jelih ekspresi Sasuke saat ini, tentu ia akan menertawainya sebagai orang yang kikuk. Mata tak berkedip, bibirnya membentuk huruf O, tubuh kaku dengan nafas yang memburu, Uchiha Sasuke terpesona akan penampilan Hinata. Dia adalah seorang pria normal, walau angkuh dan sedikit sombong, tentu ia tetap tertarik dengan hal-hal berbau sensual. Ini adalah pertama kalinya seorang wanita melakukan gerakan indah di depan matanya…sungguh indah membius jiwa, Sasuke bahkan tak berkedip sedikitpun.
"UUh…aahhh…Naruto hentikan…mereka akan memergoki kita…aah…uuh," Sakura tersiksa akan perlakuan kekasihnya.
"Sedikit lagi sakura…sedikit lagi, biarkan aku menyelesaikannya," Naruto terbata-bata dalam kalimantya.
Perayaan berakhir pukul satu malam, acara besar itu ditutup dengan jamuan makan malam di aula utama. Sudah pasti para tamu berkumpul disana sekarang, mereka tak akan menyadari jika dua panitianya sedang bercinta di gudang belakang.
Awalnya Sakura menolak ajakan Naruto, mustahil saling bercumbu di tengah-tengah kesibukan suatu acara. Keadaannya sungguh tak mendukung jika kau sibuk sana-sini dan kekasihmu tiba-tiba menarik lenganmu seraya berbisik nakal. Belum lagi jika seseorang memergoki aksi mereka, reputasinya dan Naruto akan hancur sebagai shinobi rank A.
Tapi Naruto bukan tipe pria penyabar, jika menginginkan sesuatu, maka ia harus mendapatkannya saat itu juga. Sakura hafal watak keras itu, Naruto akan marah berkepanjangan jika ajakannya ditolak. Pernah sekali, Sakura menolaknya dengan alasan lelah, dan hasilnya ia hampir diperkosa oleh kekasihnya sendiri.
Lagipula sejak kapan Sakura bisa menolak ajakan Naruto, mereka bisa bercinta dimana saja dan kapan saja tergantung hasratnya, ini adalah kebutuhan batin, siapa yang bisa menolak jika kekasihmu memamerkan area vitalnya. Mereka telah menjalin hubungan ini selama empat bulan, selama itu pula tak terhitung jumlah percumbuan yang terjadi di apartemen si blonde, bahkan Sakura sengaja menginap hanya demi memuakan hasrat terbendung. Selama ini mereka hanya diam satu sama lain, tak satupun saling mengaku. Jika bukan Naruto yang memulainya lebih dulu, mungkin hingga saat ini Sakura tak mengakui perasaannya.
Cinta kepada Uchiha Sasuke telah lama hilang, entah sejak kapan itu…intinya sekarang hanya nama Naruto yang memenuhi setiap inci sel-sel otaknya. Kini si cherry sibuk akan cinta manisnya, mereka selalu saling cumbu di setiap waktu senggang. Layaknya sepasang suami istri, Sakura candu akan tubuh atletis pria tan itu sebagaimana Naruto candu akan tubuh indah semampai Sakura.
"Uugghh…uuggh...Sakura…kau nikmat sekali, itu seperti memijat penisku," Naruto melenguh ditengah-tengah irama hentakan yang diciptakannya sendiri.
Mati-matian ia menguasai dirinya agar tidak mengerang layaknya wanita, batinnya menikmati setiap pijatan dari dalam lorong kecil itu, Sakura selalu pandai memanjakan alat vitalnya.
Tak satupun kata yang mampu menggambarkan kenikmatan ini, serasa tak akan pernah puas akan tubuh mulus dihadapannya, ia sengaja menahan air cintanya lebih lama agar sensasinya semakin nikmat.
"Eegghhr...egghhr…aagghhh...hmmmnnhh…Naruto i-itu sedikit sakit."
Rasa sakit ini tak sebanding ketika melakukannya pertama kali, kala itu Sakura bahkan menangis. Tapi seiring dengan kenikmatan-kenikmatan yang disajikan Naruto, tangis itu berubah menjadi erangan nikmat.
"Agh…agh….agh..aaaghhhh…Naruto a-aakuu akan keluar…aaahh..uuh…."
Jika kau melihat posisi Sakura sekarang, telapak tangan dan kakinya bertumpu pada lantai gudang sementara Naruto menguasai area belakangnya, seolah mereka adalah pasangan yang candu akan seks.
Sesekali jemari Naruto menggerayangi payudaranya diiringi dengan hentakan-hentakan cepat. Hentakan itu sukses menggetarkan tubuh semampai Sakura, payudaranya ikut bergoyang mengikuti irama tubuhnya. Peluhnya mengkilat sempurna menambah kesans seksi si gadis cherry yang sedang tak berdaya akan si blonde.
"Naruto…Naruto…jangan ditarik," bisiknya.
"Ini kenyal sayang..."
"Sakit…sakit...hentikan…," jemarinya menghempas tangan itu.
"Sedikit lagi Sakura…aku akan mencapai puncakku.
Naruto bukan tipe pria yang puas bercinta dengan satu gaya monoton, disandarkannya tubuh indah itu di dinding putih dan ia siap menghujamkan kejantanannya semakin dalam.
"Rasakan…nikmati…besok aku harus pergi dua hari…selama itu pula aku tak akan menyentuhmu."
"Itu tidak lama…," Sakura melingkarkan tangannya pada leher kokoh Naruto.
"Tapi itu seperti dua tahun."
"Setelah kau pulang, datanglah ke apartemenku, di tempatmu terlalu ramai, aku takut mereka memergoki kita."
"Kenapa kau selalu takut pada nakama, mereka juga manusia biasa," ada jeda, Naruto semakin mempercepat gerakan pinggulnya.
"Aaa…aaah..a-aku tak ingin reputasimu hancur….uuh—Naruto…uuh…kau berkedut."
"Pijit lebih kuat, air cintaku akan segera keluar…uuuh…uuh…Sakura, aku—aku…."
"Naruto, ini enak….enak…uuh sayang….aku suka kau melakukannya."
"Kita bisa melakukannya sampai pagi kalau kau mau."
"Tidak, tidak…mereka akan menyimpan perlengkapan di gudang."
"Uuh Sakura…aku akan keluar…."
"Jangan di dalam sayang, aku takut…."
"Tenanglah, ini benihku, biarkan aku menanamkannya di dalam tubuh calon Ibunya," Naruto terkekeh atas kalimatnya.
"Kau nakal."
"Uuh…uuh….a-aku keluar, tak bisa kutahan lagi."
"Naruto keluarkan…keluarkan…," Sakura hendak menarik penisnya, tapi satu tangan Naruto menghalanginya.
"Biarkan, aku ingin bagian tubuhku berada ditubuhmu."
"Aaah...aah…Naruto…," penis itu semakin berkedut di dalam rahimnya, dan satu hentakan keras sukses menciptakan sensasi hangat di dalam sana. Sakura merasa geli di area perut dan alat vitalnya, cukup basah dan lembab seperti ketika ia berendam air panas di campur jeli madu. Naruto enggan melepas tubuhnya sebelum semua air cinta keluar seluruhnya, mereka menunggu beberapa saat hingga semua permainannya tuntas.
"Kau ingin aku melakukannya lagi? Masih sanggup?" Bisiknya.
"Sudah…aku capek Naruto…."
"Aku mencintaimu, aku suka tubuhmu…terima kasih untu hari ini…."
"Istirahatlah, kau jauh lebih lelah dariku," dikecupnya kening si blonde.
Sakura asyik berpagutan seraya menikmati tetes terakhir air cinta Naruto, saking nikmatnya ia tak menyadari sepasang iris amethyst di balik pintu. Mereka berdua tak mengenakan apapun, homongi dan hakama berserakan di lantai gudang, terlihat jelas percumbuan itu dimulai dengan terburu-buru. Jika saja di sana adalah Kiba atau Chouji yang super gegabah, sepasang kekasih itu pasti sukses ketahuan, tapi bersyukur di sana hanyalah Hinata, tak mungkin ia mengganggu sepasang kekasih yang sedang bercinta. Terlalu rawan jika kau harus bercinta di tengah-tengah acara sebesar ini, seharusnya Naruto dan Sakura bisa menahan hasrat satu sama lain. Tak mungkin Hinata masuk ke dalam sana dan berkata, "aku memergokimu!" Itu terlalu canggung, tapi tentu si gadis bisa menilai, sebebas dan seliar apa dua anggota Tim Tujuh ini. Sebentar lagi panitia akan datang untuk menyimpan perlengkapan, tapi sepasang sejoli itu masih saling cium dan saling raba diiringi desahan-desahan tak jelas.
Cinta Hinata kepada Naruto hanya angan-angan semata, dipertegas dengan pertunangannya dengan Uchiha Sasuke, sudah jelas betul ke arah mana kisah pilu ini bermuara.
Selama ini Hinata hanya membohongi dirinya, dianggapnya Naruto tetap mencintainya dalam hati, tak saling bicara satu sama lain layaknya cinta suci terpendam. Tapi pemandangan di dalam gudang berkata lain, cinta Naruto hanya untuk Sakura, keakraban yang selama ini dipamerkan justru mengandung cinta suci yang hanya dimengerti oleh mereka berdua.
Entah sejak kapan sikap Sakura kepada Naruto berubah, sekilas mereka nampak biasa-biasa saja, siapa sangka di tempat sepi keduanya bercumbu layaknya sepasang suami istri.
Air mata Hinata jatuh membasahi pipi mulusnya, hatinya hancur lebur menyaksikan kekasihnya tanpa busana bersama cinta masa kecilnya. Hinata pernah berkata cinta, tapi Naruto malah bilang, aku akan melindungimu sebagai sahabat dekat. Mungkin sahabat dekat yang dimaksud adalah sebagai kouhai atau sebagai Adik Neji, bukan maksudnya melindungi dalam makna cinta.
"Naruto-kun, semoga kau bahagia…," bisiknya lirih.
Jika bukan karena Tenten dan Ino, Hinata pasti sudah pulang sekarang. Setelah berganti outfit, ia mendapati dua kouhai nya itu sibuk berbenah. Ino dan Tenten hanya berdua saja di ruang rias karena para pria sibuk bersih-bersih di panggung. Rasanya kurang enak jika Hinata pulang begitu saja tanpa membantu, alhasil ia menawarkan diri menaruh perlengkapan yang sudah dikepak ke gudang belakang.
Tak disangka ia malah menemukan Sakura dan Naruto, padahal nakama mencari mereka berdua sejak tadi. Dua sejoli ini hanya mementingkan hubungan mereka dan melepaskan tanggung jawab sebagai panitia, jika hal ini tersebar, image baik Sakura akan hilang seketika. Tentu Hinata bukan gadis bermulut besar, ia terlalu sibuk jika harus mengurusi hubungan orang lain, toh nakama tidak mengetahui hal ini, dan semoga saja mereka tak dipergoki para kouhai, karena sebentar lagi mereka akan datang menaruh barang-barang.
Ia hendak beranjak pergi, tapi aura chakra kuat menghentikan langkahnya. Aura ini sangat besar, sudah pasti pemiliknya adalah shinobi level A. Besarnya chakra ini persis seperti milik Naruto sang jinchuuriki, setahu Hinata, di Konoha hanya dia seorang yang memiliki jumlah chakra setara dengan Naruto.
Sasuke Uchiha bersandar santai di salah satu tiang beton, dua lengannya berpangku di depan dadanya, senyumnya simpul sulit diartikan, tatapan matanya intens memandang gadis lugu yang sedang menangis.
Sadar sedang dipandangi, ia tak berani menoleh sedikitpun, aura chakra yang dipancarkan Sasuke tidak bersahabat, byakugan menangkap keangkuhan dan kesombongan di sana.
"Apakah ini kebiasaan para souke, hn?
"…."
Perlahan-lahan ia melangkah ke arah si gadis, "setahuku, souke Hyuuga selalu terdidik dan menjaga sopan santun."
"…."
"Siapa sangka souke yang satu ini sibuk mengurusi privasi orang lain."
"…."
"Didepanku mereka memujimu seperti Dewi…mereka bilang hatimu lembut dan suci, cintamu sejati hanya untuk satu pria, tak disangka kau malah menangisi pria lain."
"…."
"Bagaimana jika para Tetua mengetahui hal ini? Hyuuga yang terhormat mencintai pria lain selain calon suaminya."
"…."
"Katakan sesuatu, jangan diam saja," Sasuke terkekeh dalam kalimatnya, "bukankah ini seperti lelucon, huh? calon istriku yang cantik ini diam-diam menaruh hati pada sahabatku."
"Ja-jangan…."
"Hiashi harus mengetahui ini, anggap saja sebagai complain dariku akan anak gadisnya," ada jeda, "kelak si cantik ini akan berselingkuh dan meninggalkanku, bukankah itu sangat menyakitkan?"
"Jangan katakan apapun pada Ayahku, a-aku tidak mencintai Naruto-kun, a-aku hanya tak sengaja me—"
"Tapi wajahmu berkata lain."
"Sasuke-san…."
"Dengar baik-baik Hyuuga, aku tidak menginginkan pernikahan ini…akupun tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak kukenal, mereka memaksaku melakukannya demi sebuah pengakuan dan kebebasan."
"A-aku pun tidak ingin menikah…."
"Entah apa masalahmu, sehingga Ayahmu membuangmu dari Hyuuga dan melemparmu ke Uchiha…intinya, aku ingin kau bekerjasama demi kelancaran project Uchiha ini."
"…."
"Buang jauh-jauh perasaan konyolmu itu, fokuslah padaku dan proyek ini."
"…."
"Jika kudapati kau melakukannya lagi, aku akan membatalkan pernikahan ini dan menyuruh Tetua menggantimu dengan yang lain," ada jeda, "Konoha tidak akan pernah kekurangan gadis, apalagi hanya untuk mengandung bayi."
"…."
"Ayahmu akan menuduhmu sebagai pembangkang, lalu statusmu akan diturukan sebagai bunke, Hyuuga yang malang…selalu terbelit akan peraturan bodoh yang mereka buat sendiri…."
"Sasuke-san…i-itu terlalu berlebihan."
"Bagiku ini lebih dari sekedar berlebihan, gelagat yang ditunjukkan calon istriku menyiratkan ia pandai berselingkuh."
"Aku tidak mungkin melakukan itu…."
"Tapi kau baru saja melakukannya," bisikannya tepat diperpotongan leher Hinata, aroma nafas rasa shochu tercium jelas, sudah pasti Sasuke sedang mabuk sekarang.
"Aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini…."
"Akupun begitu…tapi setidaknya kita harus bekerjasama," dagunya bersadar di pundak Hinata.
"…."
"Kita adalah dua orang tanpa opsi, menikah adalah keputusan mutlak," ia berdecih, "Hyuuga membuangmu karena lemah, Uchiha pun pantang menerima seorang yang lemah," diresapnya aroma mocca dari rambut si gadis, "yang perlu kau lakukan di mansion Uchiha hanyalah membuka kedua kakimu lebar-lebar, selebihnya dari itu kau tidak berguna."
"Sasuke-san…."
"Kau hanya perlu mengandung benihku, setelah itu kau bebas melakukan apapun, tapi sebelum itu terjadi, aku harap kau mampu menjaga sikap dan tingkah lakumu, "ia tersenyum dalam kalimatnya, "karena aku kurang suka jika calon istriku mencintai orang lain," sharingan aktif di mata sebelah kanannya, "sebelum project ini selesai, kau hanya milikku…dan aku bebas melakukan apapun atas dirimu…jadi jangan membuat suatu tindakan yang bisa memancing kemarahanku."
Prince of Sharingan, 01 Mei 2017
*Saya sudah berusaha sebaik mungkin, lima hari waktuku habis hanya untuk ngedit FMS, sampai sekarang pun b heart 2 chap 10 blom memulai apa-apa.
*Saya mohon maaf jika fms chp 2 ini bnyk kekurangannya, mengedit suatu cerita itu jauh lebih sulit daripada membuat sebuah cerita baru.
*Heheh sepertinya chap 3 nanti saya harus merubah beberapa metode/cara saya, krna cara yang sekarang kurang berguna dan agak lama.
* Jadi sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
*Mungkin untuk chap depan ( bheart 2 dan fms) bakal telat update, dikarenakan urusan DUTA yang mulai makin ribet…tapi saya akan usahakan tetap update perbulan, dan akan lebih bagus lagi jika sekali update perdua minggu (tergantng waktu senggang nanti).
*Dan terakhir, saya masih berharap reader sudi memberi info mengenai TYPO (DISIPUN SUDAH JELAS, SAYA MINTA READER MEMBERI INFO SOAL KALIMAT2 YANG TYPO, BUKAN SAYA SURUH UNTUK MENGUBAH / MENGEDIT FIC SAYA. ) BAIK UNTUK DIBACAS NDIRI ATAU DIPUBLIKASIKAN, ITU SUDAH SALAH. (KREATIF LAH BERPIKIR SNDIRI, BIKIN IDE SENDIRI) JANGAN OTAK ATIK PUNYA ORANG, ITU TANDA KALAU OTAK ANDA CETEK. #AI
SAYA MOHON DENGAN SANGAD, AGAR FIC INI TERMASUK JUGA (BHEART 1 DAN BHEART II) AGAR TIDAK DI SAVE / COPY DAN DIUBAH/DIOTAK/ATIK. PUN KALAU SAYA MENGEDIT FIC SAYA, TOH INI PUNYA SAYA, ADA TYPO ATAU TIDAK, INI HASIL KARYA SAYA.
KALAU ANDA INGIN HOBI MENULIS, SILAHKAN BUAT SENDIRI (YANG SESUAI KEINGINAN ANDA, TANPA TYPO DAN PANJANG2) JANGAN MENGOTAK ATIK PUNYA ORANG. KREATIF DOONG...PESAN INI SAYA SAMPAIAKN UNTUK READER GUEST BERNAMA AI DAN READER2 LAIN YANG SUKA SAVE/COPY PUNYA ORANG.