Disclaimer: Masashi Kishimoto
pairing: SasuHina
Rating: M
Genre: Romance, Hurt
1
"Engagement"
Hinata akan melaksanakan misi rank S, dua rekannya telah menunggu di gerbang Desa. Misi kali ini lumayan berat, bukan sekedar mengintai di kandang musuh dengan resiko kesuksesan di bawah seratus persen, tapi juga perjalanan membosankan yang menyita waktu berhari-hari. Hinata bukan kunoichi terhebat, tapi ia terkenal pantang menyerah. Pikirannya terbeban pada sesuatu yang lebih besar, sebagai Hairees penerus Hyuuga, Hinata dituntut lebih kuat, jika kau menyelesaikan misi rank A hari ini, besok misi rank S harus jauh lebih sukses. Beberapa teman angkatannya di Akademi adalah shinobi hebat, setidaknya ia harus menyamai salah satunya, walau belum sampai pada tahap itu, ia akan terus berlatih sekuat tenaga. Saking fokusnya, ia sampai lupa memikirkan kekasih, ia pun jarang melakukan perawatan, perkembangan fasion jauh dari akalnya, gadis ini selalu berpenampilan apa adanya.
Tidak seperti gadis sebayanya, Haruno Sakura dan Yamanaka ino. Dua gadis berbeda warna rambut itu cukup dikenal dikalangan para ninja. Mereka selalu mengikuti perkembangan fashion terbaru, mereka hebat dalam ninjutsu, plus wajah cantik rupawan idaman para lelaki, bagai ninja selebriti, namanya selalu dieluh-eluhkan para pria. Hal itu tidak akan membuat Hinata cemburu, ia hanya merasa kurang berguna, Sakura dan Ino selalu berada dua langkah didepannya, sementara ia sendiri selalu berada tiga langkah di belakang mereka. Ketika berpapasan atau tak sengaja bertemu, Ino dan Sakura selalu menyapa, malah Hinata lebih banyak menghindar, ia merasa malu dan minder, rasanya kurang pantas bagi kunoichi biasa bergaul dengan kunoichi luar biasa.
Hinata tidak pandai bersosialisasi, terkadang itu diartikan lain oleh nakama, mereka menganggapnya terlalu menjaga jarak untuk ukuran souke Hyuuga. Jika sudah begitu, ia pun buru-buru menjelaskan, betapa inginnya ia bergabung, tapi ia malu mengingat prestasinya hanya sebatas kunoichi pelengkap di Tim Delapan.
Pagi tadi sebelum berangkat ke tempat latihan, Hyuuga Neji menyampaikan pesan dari Hokage ke lima, bahwa tenaganya dibutuhkan untuk misi rank S. Sontak ia girang, akhirnya sebuah misi yang luar biasa dipercayakan padanya. Misi rank S adalah misi rahasia, misi level ini biasa dikerjakan oleh shinobi berkelas seperti Hatake Kakashi atau Mitarashi Anko. Kini Hinata diminta ikut bergabung, entah bagaimana jalan pikiran Hokage, mungkinkah ia membutuhkan seorang shinobi spesialis sensor? Atau ada pertimbangan lain hingga ia menunjuk kunoichi kelas B seperti Hinata. Rasanya seperti dihadiahi seribu nyawa, semangat si gadis bangkit kembali, ia tak akan mengecewakan Tsunade-sama dalam misi penting ini.
Kiba dan Shino tentu berpengalaman dalam misi rank S, mereka sering dimintai tolong mendampingi para senpai di squad anbu. Berbeda dengan Hinata yang minim pengalaman, jadinya ia harus lebih aktif bertanya sana-sini mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam misi tersebut.
Homongi violet cantik berpadu dengan kulit putih susu, riasan minimalis serasi dengan bibir mungil natural yang dipoles sedikit pemerah. Hidungnya mungil agak bersemu merah menahan hawa dingin di sekitar, iris amethyst mematung memandang lurus ke bawah bunga-bunga kecil yang menghias outfitnya. Outfit ini bukan untuk melaksanakan misi, dan dia pun tidak sedang menjalankan misi. Hyuuga Hinata berada di washitsu utama keluarga souke, duduk diam di depan Ayahnya, berlaku sebagai gadis manis yang wajib menuruti semua perintah.
Batal melaksanakan misi rank S, kini ia diapit oleh Adik dan Sepupunya. Kunjungan Hokage dan para Tetua sangat tiba-tiba, kedatangan orang-orang ini berkaitan dengan sesuatu yang sangat penting, dan pembicaraan selanjutnya sukses membuat Hime Hyuuga menitihkan air mata.
Kontrol dirinya hampir di luar batas, kini hidungnya memerah karena menahan tangis. Kedua buku-buku jarinya memutih dan tergores oleh kukunya sendiri. Kanzashi jatuh di atas tatami, rambut halus nan licin itu tergerai bebas sepinggang menampakkan mahkota keindahan sang Hime Hyuuga. Dua bahunya bergetar menahan rasa sakit hati, pembicaraan keenam orang di sana sungguh menyayat hati.
"Hinata?" suara merdu pemilik mata sewarna madu membuyarkan lamunannya.
"Ha-hai'" gagap seperti kebiasannya, namun tak menguragi irama merdu suara si gadis lembut.
"Paham dengan arah pembicaraan ini?"
"Sa-saya mengerti Hokage-sama," berusaha ia tetap tenang, walau nada suaranya bergetar menahan tangis.
Sesekali ia menampakkan senyum manis, walau itu hanya senyum paksaan. Sebagai anak berbakti, Hinata tahu betul maksud tatapan sang Ayah yang berkata dalam diamnya, 'ikhlaskan mimik wajahmu walau sedikit.'
"Sejak awal kedatangannya kembali, kami sudah membicarakan ini," pria tua yang berbicara ini adalah Matsuyama-sama, dia adalah Daimyo Negara Api, beliau banyak membantu Konoha dalam hal pengadaan senjata ninja, "dua tahun masa kurungan sudah cukup, sekarang kita berusaha untuk membangun masa depan Desa ke arah yang lebih baik," ia berdehem, "bukan hanya dari segi ekonomi dan politik, tapi juga menyangkut kekuatan tempur kita."
"Perang dunia ninja ke empat telah banyak memakan korban, tidak hanya warga sipil, tetapi juga para shinobi, oleh karena itu, sudah sepantasnya klan-klan hebat seperti Uchiha dan Hyuuga turut andil didalamnya."
"Mempersatukan dua klan kebanggaan Konoha merupakan cara terbaik untuk melahirkan generasi ninja api dengan semangat Api pula. Utamanya Uchiha, kami tidak akan mengambil resiko kehilangan kekkei genkai varian unik yang satu ini, Uchiha harus beregenerasi dan membangun kembali kejayaannya."
"Pilihan ini memang tidak salah, bankan sangat tepat, kekuatan yang besar harus disandingkan dengan kekuatan besar pula sebagai penyeimbang."
"Dalam hal ini, Uchiha merupakan klan yang luar biasa, bukan hanya dari segi sejarah masa lalunya, tetapi dari dari segi level jutsu yang sangat ditakuti oleh musuh. Sedangkan Hyuuga merupakan klan elit kebanggaan Konoha, tak seorangpun yang meragukan pengabdian Hiashi–sama pada Negara Api."
"Oleh karena itu, Hiashi-sama, saya ulangi kembali maksud kedatangan kami, bahwa saya dan para Tetua beserta Hokage ke lima hendak meminang puteri anda untuk disandingkan dengan satu-satunya anggota klan Uchiha, Uchiha Sasuke."
Hening sejenak, Hinata berharap aksi diam Ayahnya sebagai kata tidak. Jantungnya berdebar kencang, keringat dingin menghiasi pelipisinya, permintaan Tetua tidak semudah membalikkan telapak tangan, menikah bukan hal yang mudah, setidaknya Hinata masih harus melakukan beberapa hal menyangkut cita-citanya menjadi shinobi level A .
1 menit.
2 menit.
"Aku Bersedia."
Hinata sontak mengangkat wajahnya, irisnya memandang sang Ayah yang tetap miskin ekspresi. Tentu saja Hiashi tak dapat melihat kesedihan di matanya, Karena ia memang tak terlalu peduli dengan Anaknya, dan selama ini Hinata pun terlalu takut untuk tidak mengiyakan setiap perkataan Ayahnya. Kata-kata Hiashi seperti doa, semua yang berhubungan dengannya adalah kebenaran mutlak.
"Uchiha, kau dengar sendiri jawaban dari pemimpin klan Hyuuga, semua sudah jelas...Hyuuga Hinata akan menjadi istrimu dan pe—"
"Lakukan sesuka kalian," suara berat dari pemilik mata kelam menyelah kalimat Tetua, mata indah itu memandang bergantian wajah-wajah para pemimpin Konoha.
Satu desahan nafas berat dilontarkan sang Hokage, ia tak habis pikir akan ulah si Uchiha tunggal ini, "kalian akan menikah minggu depan, jadi tolong…aku ingin ini berjalan sesuai rencana," irisnya terpusat pada pria bermata kelam disebelahnya, "jangan memperburuk reputasimu Uchiha, kami sudah membicarakan ini sejak jauh-jauh hari."
Hyuuga Hinata duduk termenung di sisi futonnya, isak tangisnya terdengar samar, punggungnya bergetar hebat, rasa sakit hati akan perjodohan ini sungguh menghancurkan impiannya. Mimpi sebagai shinobi rank A hilang seketika, sebentar lagi ia akan bergelar Nyonya Uchiha. Seorang kunoichi yang telah menikah akan dibatasi pergerakannya, misi yang diterima akan biasa-biasa saja, tak jarang mereka akan ditempatkan di bagian administrasi.
Calon suaminya adalah seorang mantan nuke-nin berbahaya, Sasuke Uchiha bisa membunuhmu kapan saja sesuka hatinya, sorot matanya kelam tak bersahabat. Sejak awal di Akademi ninja, bertugas sebagai genin, kemudian lari dari Desa, membunuh Ketua anbu, hingga namanya diumumkan sebagai nuke, Hinata dan Sasuke tak pernah terlibat dalam satu kondisipun.
Hinata buta info akan Sasuke, yang ia tahu, laki-laki itu adalah sahabat sekaligus rival dari Uzumaki Naruto, sang pria idaman.
Ya…Uzumaki Naruto, si blonde Kulit tan dengan senyum sehangat mentari. Senyum itu mampu menyesakkan dadanya, terkadang salah tingkah, malu-malu, penasaran, dan berbagai perasaan lainnya yang sulit diartikan.
Alasan utama tangisnya adalah si blonde tampan, sejak dulu Hinata sangat menyukainya, semua orang tahu akan hal itu. Ketika melawan Pain, Hinata blak-blakan akan perasaannya pada Naruto, namun hingga saat ini si blonde tak pernah menyinggung hal itu lagi, malah ia lebih condong pada Haruno Sakura, rekannya di Tim Tujuh.
Hinata sadar betul, Sakura jauh lebih cantik dibanding dirinya. Sakura adalah gadis lincah, cerdas, dan periang, sudah pasti Naruto lebih memilih yang aktif daripada yang pasif. Walau cintanya tak terbalas oleh sang jinchuriki, ia berjanji tak akan mengkhianati perasaannya. Tapi menikah dengan Sasuke Uchiha sama halnya mengkhianati cinta tulusnya, Hinata bisa apa…ini adalah keinginan pemimpin Desa dan Hiashi tanpa ragu menyetujuinya.
Karena pernikahan dadakan ini juga, predikat calon Hairees harus diserahkan kepada Adiknya, Hyuuga Hanabi. Dari segi apapun Hanabi memang jauh lebih pantas, dia lincah dan pandai bersosialisasi, tekniknya jauh lebih matang dibanding Hinata, gadis berusia tujuh belas tahuh itu hampir menyamai Neji nii sepupunya.
Sebentar lagi ia menyandang nama Sasuke, nama Hyuuga Hinata akan mati seketika. Bayangkan, calon suaminya adalah seorang mantan penjahat, hanya karena memiliki kekkei genkai mata sharingan, mereka repot-repot mencarikan wanita untuk dinikahi, dan kenapa itu harus Hinata, gadis ini terlalu lemah untuk dijadikan sumber kejahatan Sasuke.
"Kami-sama…bantu aku," ia berdoa dalam tangisnya, hawa dingin di sekitar semakin menambah kesan sedih si malang yang telah direnggut kebebasannya.
Salju belum menampakkan jejak-jejaknya, tapi udara dingin yang menyelimuti Negara Api mampu membuat embun-embun tipis di setiap hembusan nafas warganya.
Wajar memang, sejak pagi sang mentari tak menampakkan sinarnya, hanya beberapa awan tebal menutupi langit Konoha, keadaan ini akan berlangsung selama tujuh atau delapan bulan ke depan, itu yang paling cepat, biasanya malah setahun atau lebih. Sekarang pukul enam sore, tapi hanya satu dua orang yang berlalu–lalang di sekitar pasar dan pusat pertokoan. Warga lebih memilih berdiam diri rumah, beraktifitas di cuaca sedingin ini sama halnya mencari sakit. Shinobi yang lepas tugas buru-buru menanggalkan seragamnya, siapa yang sudi bekerja jika buku-buku jemarimu membeku melawan dingin. Sasarannya adalah selimut tebal dan penghangat ruangan, mereka sengaja menyiapkannya sejak kemarin. Salju pertama akan turun beberapa hari lagi, setidaknya lengkapi lemarimu dengan berbagai perlengkapan musim salju.
Sasuke Uchiha pun melakukan hal yang sama, ia mengurung diri di mansion seraya menghangatkan tubuh. Ini bukan kebiasaan Sasuke, maksudnya, bukan kebiasaannya untuk menetap di suatu tempat lama-lama. Sebagai seorang nuke, dulu ia sering berpindah dari satu hutan ke hutan lainnya. Rumah mustahil bagi nuke, makan pun ia harus repot-repot berburu, tak jarang pula ia keracunan buah, dikiranya apel ternyata bukan, justru terkadang apel dipikirnya buah beracun. Well—itu dulu, sebelum akhirnya ia memutuskan kembali ke Desa da memilih hidup normal seperti sedia kala, setidaknya mereka menyediakan beberapa pembantu untuk mengatur pakaian dan makanannya.
Perang dunia ninja ke empat telah berakhir, akhir pertarungan besar dengan si blonde mampu membuka pikirannya untuk kembali ke Desa. Begitu besar pengaruh Uzumaki Naruto demi kepulangan Uchiha Sasuke, hidup dan mati dalam pertarungan dua kekuatan besar itu sukses diingat sebagai sejarah. Naruto peduli pada Sasuke, ia bersyukur dikaruniai sahabat sehebat si pirang, di tengah-tengah keterpurukan batin yang melanda, Naruto repot-repot melakukan hal-hal bodoh demi melindunginya. Naruto meyakinkan warga Desa, Tetua Konoha, petinggi klan, elit politik Negara Api, Hokage ke lima, dan Desa-desa sahabat, bahwa Sasuke Uchiha pantas menerima ampunan dan dikembalikan statusnya sebagai warga shinobi Konoha.
Tapi peraturan tetaplah peraturan, walau usaha itu berhasil, Sasuke harus puas mendekam di penjara bawah tanah selama dua tahun lamanya. Selama itu pula, para nakama dan sensei setia memberi dukungan, bahwa ini tidaklah buruk dibandingkan harus di hukum pancung di tiang utama seraya disaksikan seluruh warga Negara Api.
Enam bulan yang lalu masa tahanannya telah usai, ini tidak lepas dari beberapa pertimbangan kaum elit politik Konoha. Mengingat Uchiha adalah klan tangguh terbaik kepunyaan Negara Api, para tetua berinisiatif membebaskannya dengan berbagai syarat, salah-satunya dengan berbakti kepada Desa dan menjalankan semua perintah.
Dipikirnya ini akan sulit, tapi lagi-lagi Naruto selalu setia memberikan dukungan, termasuk hasutan kepada Hokage-sama agar syarat-syarat untuk Sasuke bukanlah sesuatu yang tidak disanggupi oleh si pemuda.
Misi rank A dan B berturut-turut selama lima bulan bukanlah hal yang sulit, malah ia sangat menikmatinya. Berbakti kepada Konoha adalah keinginan Itachi nii, Sasuke bisa melanjutkan impian sang Kakak yang dulu gagal. Itachi memang telah meninggal dunia, tapi semangatnya selalu hidup di batin sang Adik.
Di setiap misi, nakama dan sensei selalu setia menemani, suasana keakraban itu muncul kembali, betul-betul seperti manusia normal, mereka bercengkrama tentang cuaca dan hal-hal unik disekitarnya. Terkadang beberapa tingkah konyol membuatnya tersenyum, belum lagi Sakura yang selalu memarahi Naruto, suasana ini identik dengan Tim Tujuh dulu kala, berkumpul dan bekerjasama layakanya saudara.
Lamunannya buyar, ia butuh beberapa kayu untuk perapian, cuaca ekstrim sedikit mengganggu aliran chakranya. Dingin ini menusuk setiap inci sel tubuh, darah serasa beku, buku-buku jemarinya lembab, dan kukunya membiru. Berendam air panas akan jauh lebih baik, tapi mustahil pergi ke onsen, tempat itu ramai dipadati shinobi.
Onsen adalah langganan shinobi pasca musim dingin, air hangat selalu baik untuk menstabilkan aliran chakra. Efeknya tak terlalu buruk sebenarnya, seluruh otot terasa kaku dan tubuh seperti meriang. Pada beberapa kasus, seluruh kaki dan tangan seperti kesemutan, dan terkadang malah flu berkepanjangan, well—shinobi selalu sensitif akan hal-hal berbau dingin.
Diteguknya segelas ocha hangat, aromanya harum khas daun teh pilihan Negara Api, para pelayan selalu tahu kebutuhan majikannya.
"Jika Tuan Muda butuh sesuatu, saya berada di balik shoji."
"Tidak, kau boleh pergi."
Sesuatu sedang mengganggu pikirannya, itu adalah ambisi dari Hokage ke lima. Tsunade telah mengatur pernikahannya dengan seorang gadis Konoha, entah siapa nama perempuan itu, ia lupa.
Perempuan ini bermarga Hyuuga, itupun dilihat dari papan nama yang tertera di pagar rumahnya. Ia dan para pemimpin Desa mengunjungi rumah si gadis beberapa jam lalu. Ceramah panjang lebar menghasilkan sebuah kesepakatan, mereka berbicara tentang kekuatan tempur, sejarah masa lalu dan perkembangbiakan, atau secara garis besarnya, pernikahan antara Uchiha dan Hyuuga akan dilaksanakan minggu depan.
Sasuke tidak ingin menikah, tapi ia harus melakukannya demi kepentingan orang-orang atas. Menikah dan memiliki keturunan merupakan project dari Hokage ke lima, Uchiha adalah klan unik yang patut dikembangkan, satu-satunya cara adalah dengan menikahkan Sasuke dengan seorang gadis pilihan. Sama halnya dengan Sasuke, si gadis haruslah pengguna doujutsu pula, penyatuan byakugan dan sharingan akan menghasilkan keturunan hebat luar biasa.
Tsunade mendiskusikan rencana ini tiga hari yang lalu, tentu ia kaget bukan main, seumur-umurnya selama dua puluh delapan tahun, Sasuke belum pernah memikirkan anak dan istri. Nuke-nin selalu jauh dari cinta, hanya seonggok kata yang tidak terlalu penting, terkadang cinta berujung penyesalan dan rasa sakit, pengalaman orang-orang terdahulu sudah cukup membuktikan betapa shinobi tak butuh hal-hal berbau cinta dan kasih sayang.
Flashback
"Tolong berikan saya misi rank A untuk batas waktu yang tidak ditentukan, saya juga rela tidak dibayar."
"Maaf Sasuke, ini di luar batasku, rencana pernikahan ini merupakan perintah langsung dari Dewan tertinggi sebagai syarat akan kebebasanmu," raut Tsunade ikut-ikutan gusar memandang wajah stress pria muda dihadapannya.
"Jika saya menolak?"
"Hukuman mati," Tsunade lantang.
"Tapi aku telah menjalani hukuman selama dua tahun, misi rank A dan B selalu sukses kukerjakan, saya rasa pernikahan bukan solusi."
"Tidak satupun opsi solusi yang dapat meloloskanmu dari pernikahan ini," Tsunade memandangnya intens, "kau harus menikah, kembangkan klan Uchiha seperti dulu, bentuklah shinobi-shinobi hebat dari keturunanmu, aku yakin kau mampu melakukannya," ada jeda, "jangan terlalu lama menyendiri, berusahalah menerima sosok lain dihatimu," ini bukan ancaman, tapi lebih seperti nasihat, "percayalah, Nak…semuanya akan berjalan dengan baik."
Hening sejenak, keduanya saling berpandangan, hanya terdengar detak jam dinding di sudut ruangan, angin dingin berhembus menembus celah-celah jendela menerpa wajah Uchiha yang nampak berpikir keras, "siapa perempuan itu?"
"Dia adalah seorang Hime dari klan terbaik Konoha…aku cukup mengenalnya, kurasa kau pun pernah mengenalnya, dia kouhai mu di Akademi," ranumnya menampilkan senyum simpul, ketika Sasuke menanyakan sesuatu, artinya ia mulai peduli, "kami sudah membicarakan ini dengan Ayahnya kemarin, tapi untuk lebih meyakinkannya lagi, kita akan mengunjungi rumahnya besok pagi."
Semoga Sasuke menerima setiap keputusan dari Dewan, semoga ia tak mengacau atau menimbulkan hal-hal di luar batas yang membuat Dewan menarik keputusannya. Bagaimanapun juga, dia adalah satu dari sekian banyak shinobi yang kekuatannya dibutuhkan Negara Api. Sasuke tidak selamanya hidup, membangkitkan edo tensei tentu jauh berbeda dibanding versi original, salah satu jalan terbaik adalah dengan melestarikan klan Uchiha, setidaknya jika Sasuke mati, Konoha masih punya cadangan Uchiha lainnya.
"Baiklah, aku setuju, tapi untuk kedepannya…aku tidak janji ini akan berjalan baik," ia memotong jarak, mendekati wajah cantik Tsunade seraya berbisik, "aku kurang pandai memperlakukan wanita."
"Kau harus berusaha, Nak," ia optimis pada project Uchiha ini, "dan kau pasti bisa."
"Itu bukan prioritas utamaku, aku menurut bukan berarti aku mengiyakan…Hokage-sama."
End Flashback
Sesekali ia mengumpat dalam diamnya, percuma marah dan berontak, toh ia sendiri yang mengiyakan pernikahan ini. Sebentar lagi akan ada sorak-sorak gembira, Sasuke tak sabar akan aksi gila nakama mengolok-ngolok dirinya. Kenapa yang jahat justru lebih cepat menikah, tengoklah Shikamaru, Sai dan Naruto, tak seorang pun yang membicarakan pernikahan mereka. Mereka pun nampak baik-baik saja bersama pasangan masing-masing, Tetua dan Hokage tidak memilihkan mereka gadis, mereka jatuh cinta layaknya manusia normal. Sasuke sial bukan kepalang, sampai kapan penderitaan ini akan berlangsung. Ditinggal orang tua dan keluarga, hidup terlantar sebagai nuke, poster wajahnya dipampang di setiap pelosok Desa, dan kini, ketika ia pulang, mereka malah menikahkannya demi sebuah project perkembangbiakan.
"Sialan kau Sasuke…."
Princen of Sharingan, 21 April 2017
*mungkin reader sudah bosan melihat fms ini…tapi kalo emang masih ada yg sempet baca..saya butuh typo (seperti di b heart 2)
*untuk yg nanyain b heart 1, saya mohon maaf, itu belum bisa saya lanjut, karena masih fokus ama FMS dulu.
*dan saya mohon MAAF KALAU PENULISAN SAYA MENURUN DARI HARI KE HARI…SAYA AKAN BERUSAHA LEBIH BAIK LAGI…sekali lagi mohon maaf.