Persiapan dalam satu jam merupakan waktu singkat bagi mereka, karena perlu mempersiapkan dengan matang, hal apa saja yang perlu dibawa. Akankah mereka berhasil melewati semua rintangan, atau malah tertahan dan terjebak di rintangan itu sendiri?
Saviors
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Chapter Three
Krieeett
Terdengar suara derikan pintu terbuka yang menggema ke seluruh ruangan. Naruto yang manjadi pelaku suara tersebut segera masuk ke dalam ruang apartement miliknya, lalu berbalik untuk menutup pintu.
"Apa yang perlu kubawa ya?" Tanyanya pada diri sendiri. Pertanyaan itu terus terngiang di kepalanya sepanjang perjalanan kemari. Ia bingung, apa yang ia perlukan dan ia bawa untuk bekal perjalanannya nanti.
Naruto melihat tas ransel miliknya. Ia kemudian mengambil dan melihatnya, ternyata terlalu kecil. Ia kemudian mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ia melihat tas koper miliknya. Saat akan menghampiri tasnya, Naruto berpikir akan konyol jika ia membawa tas itu untuk kabur.
"Konyol." Ucapnya sendiri sambil membayangkan, bagaimana ia berlari sambil menyeret tas koper, yang ada hanyalah ia yang tertangkap oleh para zombie.
Naruto mencari kembali tas yang akan dibawanya. Ia teringat kalau dirinya memiliki tas carrier untuk kebutuhan saat SMA karena sering mendaki gunung bersama temannya, dan juga merupakan pengurus organisasi pecinta alam di sekolahnya dulu. Ia kemudian menuju ke gudang guna mencari peralatan mendaki miliknya. Setibanya di gudang, ia hanya melihat tumpukan kardus pindahan dari rumahnya yang belum ia bereskan. Banyak sekali kardus dengan coretan spidol di luarnya sebagai pertanda isi dari kardus itu. Naruto mencari-cari kardus yang bertuliskan "Adventure.".
Naruto mencari lalu membuka satu persatu kardus. Banyaknya kardus membuat ia putus asa untuk mencari kardus yang berisi peralatannya. Ia kemudian duduk lalu menyenderkan tubuhnya pada salah satu kardus. Sekilas ia melihat, ada kardus yang terlihat samar di ujung ruangan. Ia bangkit lalu menghampiri kardus itu. Tulisan di kardusnya juga sudah mulai memudar, mungkin karena warnanya luntur atau apalah, ia tak terlalu memikirkannya. Naruto langsung mengambil kardus itu.
"Disini kau rupanya." Ucapnya pada kardus.
"Aku lama-lama bisa gila kalau bicara sendiri." Tambahnya. Ia merinding membayangkan dirinya menjadi gila, seperti orang gila yang biasa ia temui di dekat persimpangan.
Naruto buru-buru mengeluarkan kardus itu dari gudang. Ia kemudian mengeluarkan pisau dari sarung pisau yang ditempatkan di pinggangnya. Langsung saja, ia memotong plester yang merekat di bagian atas kardus. Setelah kardusnya terbuka, terlihat ada sterofoam di kanan kiri kardus. Di atas sendiri terdapat plastik yang berisi balon-balon kecil, ia terpikirkan biasanya ia melestuskan balon-balon kecil itu saat dirinya masih kecil. Setelah semuanya atau satu persatu pelindung di dalam kardus dikeluarkan, baru terlihat, ternyata disitu peralatan yang dicari sedari tadi. Terlihat ada dua tas carrier miliknya, dan beberapa peralatan seperti kompor portable, dan nesting. Ada juga walkie talkie, sleeping bag miliknya, matras, headlamp, hammock, senter dan beberapa peralatan yang berada di bagian bawah kardus.
Naruto kemudian kembali menuju kamarnya untuk mengemasi barang-barang yang akan ia bawa. Tak lupa juga ia mempersiapkan logistik dengan bahan makanan yang ia bawa dari kamar pria yang bernama Kizashi. Ia kemudian memasukan barang miliknya ke dalam tas nya yang sebelumnya sudah ia cover dengan polibag dan matras miliknya. Ia memasukan beberapa setel baju, kompor portable miliknya, logistik, dan empat sleeping bag untuk ia dan teman-temannya.
Setelah semua beres, kini giliran Naruto mempersiapkan baju yang akan dipakainya. Ia masih tetap memakai baju yang sama, hanya saja ia menambahkan kemeja lengan panjang dengan kancing yang terbuka, serta sendal sebagai alasnya.
Setelah semua siap, sambil menunggu teman-temannya berkumpul di tempatnya, ia mengecas kamera, kemudian mengambil laptop miliknya untuk melihat isi dari flashdisk yang ia ambil dari apartement pria bernama Kizashi.
Tok tok
Terdengar seperti suara ketukan yang berasal dari pintu kamar Naruto. Ia kemudian menaruh tasnya dan dengan segera mengambil pisaunya lalu bersiap jika keadaan memburuk. Ia perlahan mendekat ke pintu, kemudian membuka pintu dan menghunuskan pisaunya dengan cepat.
"Oy oy, santai saja Naruto." Ucap Shikamaru sambil mundur beberapa langkah karena ada pisau yang menghunus di depan matanya.
"Ternyata kau hehe." Ucap Naruto sambil menarik pisaunya lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ngomong-ngomong, dimana teman teman 'wanita' mu Shika?" Lanjut Naruto sambil memberi penekanan pada kata 'wanita'.
"Biasanya, kau selalu bersama mereka, seperti bodyguard." Imbuh Naruto.
"Mereka perlu berdandan mungkin." Balas Shikamaru malas sambil memutar bola matanya.
"Ini sudah hampir malam Shika, mungkin lebih baik kau menginap di apartementku saja." Ucap Naruto sambil melihat jam tangannya.
"Iya juga, kita harus mematikan listrik gedung ini terlebih dahulu jika tak ingin para terinfeksi kemari." Ucap Shikamaru setuju dengan ide Naruto.
"Tapi kita harus menunggu para kaum hawa kemari dulu, mereka bisa ketakutan saat listrik mati." Lanjut Shikamaru.
"Baiklah." Balas Naruto.
"Kita masuk saja dulu." Lanjut Naruto.
Shikamaru kemudian mengikuti langkah Naruto yang mulai masuk ke kamarnya. Jam di dinding sudah mulai menunjuk angka 17.30, tetapi para perempuan yang ditunggu belum menunjukkan batang hidungnya sedikitpun.
"Aku mulai cemas Naruto." Ucap Shikamaru dengan hati yang mulai cemas.
"Apa sebaiknya kita periksa mereka?" Usul Naruto.
"Ayo." Balas Shikamaru sambil beranjak dari kursinya.
Naruto dan Shikamaru baru saja membuka pintu, teman wanitanya ternyata sudah ada di depan pintu dengan tangan yang terkepal, mengindikasikan bahwa mereka baru akan mengetuk pintu empunya yang punya rumah.
"Kalian lama sekali, mendokusei." Ucap Shikamaru dengan kerutan di dahinya.
"Kita ketiduran tadi, piss." Balas Sakura dengan dua jari menemaninya untuk memberi alasan mengapa mereka terlambat.
"Kau ini, kebiasaan." Balas Shikamaru tak mau kalah.
"Sudah kaliaaan." Lerai Ino.
"Kalian mau masuk tidak?" Ucap Naruto dengan wajah datar kepada teman-temannya.
"Mau." Jawab Sakura dan Ino sambil menyelonong masuk ke apartement Naruto tanpa permisi kepada pemiliknya.
"Makanan mana, makanan." Terdengar suara teriakan, beserta suara barang yang diobrak abrik dari dalam.
"Makanan sudah habisss." Balas teriak Naruto.
"Jangan teriak-teriak Naruto, apa kau mau orang yang terinfeksi mendengar, lalu kemari?" Ucap Shikamaru.
"Oh iya, maaf hehe." Balas Naruto.
"Mereka memang seperti itu Shika?" Lanjut Naruto.
"Memang, dari dulu." Jawab singkat Shikamaru. Ia langsung masuk ke apartement Naruto.
"Hei Nar, apa kau ada senter?" Tanya Shikamaru dari dalam.
"Ada, di dalam carrier." Jawab Naruto, ia kemudian menuju dinding koridor untuk duduk dijadikan tempat bersandar.
Shikamaru langsung mencari tas milik Naruto. Terlihat ada tas di dekat kasur, Shikamaru langsung menghampiri tas itu, lalu membukanya untuk mencari senter yang ia butuhkan. Di dalam tas, terlihat perlengkapan sangat lengkap, cocok untuk perjalanan yang ekstrem, seperti mendaki gunung.
'Ternyata, anak seperti dia memiliki peralatan selengkap ini.' Batin Shikamaru.
Setelah benda yang ia cari-cari ditemukan, Shikamaru langsung keluar menyusul Naruto di luar kamar. Sebelum keluar, ia berpamitan terlebih dahulu kepada para perempuan yang sedang mengemasi barang dan tas mereka masing-masing.
"Hei Ino, Sakura. Aku pergi dulu, sama Naruto, mau matiin listrik gedung." Ucap Shikamaru.
"Oke, jangan lama lama." Balas Ino, sedangkan Sakura hanya memberikan jempolnya sebagai simbol persetujuannya.
Shikamaru yang mendapat respon dari para perempuan, langsung beranjak keluar kamar, menyusul Naruto di luar.
"Hei Nar..." Ucapan Shikamaru terhenti saat melihat Naruto tengah tertidur sambil bersandar di dinding.
Shikamaru langsung membangunkan Naruto dengan mengguncangkan badannya.
"Hah, hah?" Ucap Naruto setengah sadar dengan air liur yang masih mengalir dari bibirnya.
"Ayo kita matikan listrik." Balas Shikamaru sambil memutar bola mata.
"Oh iya ayo." Ucap Naruto sambil mengelap air liurnya, lalu mulai beranjak menyusul Shikamaru yang telah berjalan terlebih dahulu.
Naruto berjalan berdampingan dengan Shikamaru. Sesekali mereka mengobrol ringan yang mengaitkan kejadian sehari-hari mereka sebelum adanya wabah.
"Sial, terkunci." Gerutu Naruto sesampaimya di depan pintu yang menuju basement.
"Bagaimana shika?" Tanya Naruto kepada Shikamaru.
"Bagaimana kalo kita dobrak." Jawab Shika.
"Jangan, pasti nanti menimbulkan suara." Balas Naruto.
"Kita buka dengan linggis saja." Lanjut Naruto yang secara tidak sengaja melihat ada linggis di depan pintu keluar-masuk gedung. Ia juga tak habis pikir, bagaimana bisa ada linggis di dekat pintu masuk.
"Kau saja yang ambil Naruto, aku takut diserang?" Ucap Shikamaru.
"Ah kau." Balas Naruto malas-malasan.
Akhirnya Naruto yang mengambil linggis. Ia berjalan perlahan mendekati pintu. Untung lampu di dekat pintu masuk sudah mati, jadi mempermudah pergerakan Naruto, agar tak terlihat oleh para terinfeksi yang ada di luar gedung.
Ia mendekati linggis sambil sesekali melihat ke arah Shikamaru yang terlihat beberapa kali menguap dengan menyandarkan dirinya ke tembok sambil mengacungkan jempol ke arah Naruto.
"Sial, dia malah enak-enakan." Gerutu Naruto. Ketika sudah dekat dengan linggis, ia langsung mengambil linggis itu lalu berbalik dengan cara perlahan juga.
"Sudah kan? Ayo langsung saja." Ucap Shikamaru dengan mudahnya. Naruto mulai keluar asap dari telinganya, namun ia menahan diri untuk tidak men-sleding kepala Shika.
'Sabar, sabar.' Batin Naruto sambil mengelus dadanya.
Naruto kemudian berusaha membuka pintu basement, dan..
Cklek
Pintu basement pun terbuka. Naruto dan Shika tidak membuang waktu, langsung masuk ke dalam ruangan.
"Mana nih saklar listriknya? " Tanya Shikamaru pada Naruto.
"Entah, aku juga tidak tahu." Balas Naruto dengan mengangkat bahunya menandakan dia benar-benar tak tahu.
Shikamaru mengarahkan senternya ke segala penjuru ruangan, namun hasilnya nihil, tetap tak ketemu. Saat Shikamaru mengarahkan senternya ke arah Naruto, tiba-tiba muncul siluet seperti manusia di belakang Naruto.
"AWAS NARUTO! " ucap Shikamaru kepada Naruto sambil mengarahkan tendangannya ke arah manusia yang ternyata telah terinfeksi juga.
Naruto pun menyingkir dan tendangan Shikamaru akhirnya mengenai orang yang terinfeksi tadi. Orang tadi langsung terpental dan menghantam pintu, untung hantaman tak terlalu keras sehingga tidak terlalu menimbulkan suara. Naruto dengan cepat menghujamkan linggis yang ia pegang ke arah kepala orang tadi. Kepalanya tampak hancur ketika terkena hantaman linggis.
"Apa dia mati? " Tanya Naruto sambil menghela nafas.
"Aku tak tahu." Balas Shikamaru sambil mendekati mayat pria tadi.
"Sepertinya sudah." Lanjut Shikamaru setelah selesai mengamati mayat tadi.
"Sepertinya dia merupakan penjaga disini, bisa dilihat dari pakaian yang dia kenakan." Ucap Naruto.
Pakaian yang dikenakan pria tadi memang seperti setelan penjaga dengan baju dan celana hitam, serta sepatu hitam pula.
"Btw, itu terlihat seperti skalar listrik." Ujar Shikamaru sembari menunjuk arah datangnya orang tadi.
Naruto pun mengikuti arah yang ditunjukan oleh Shikanaru, dan sepertinya benar bahwa disana adalah skalar listrik.
"Ayo segera kita padamkan." Ucap Naruto bergegas menuju saklar disusul oleh Shikamaru.
"Pada hitungan ketiga, kita padamkan bersama." Ujar Shikamaru.
"Satu."
"Dua."
"Tiga."
Pet
"Ah sudah padam, ayo kita segera kembali, bisa-bisa kita kena omel Sakura dan Ino." Ucap Shikamaru.
Naruto dan Shikamaru pun bergegas kembali ke apartement. Selama perjalanan kembali, mereka tidak menemukan keanehan apapun, untung saja.
Tok tok tok
"Ah kalian lama sekali." Ucap Sakura dengan raut cemberut.
"Ah maaf, tadi kami bertemu orang yang terinfeksi, jadi mungkin sedikit menghambat." Balas Naruto dengan menggaruk belakang kepalanya.
"Oh iya, ada sesuatu yang ingin aku tunjukan kepada kalian." Ucap Sakura sambil menarik tangan Naruto masuk ke dalam apartement.
"Eh iya-iya, santai sedikit dong." Balas Naruto diikuti Shikamaru masuk ke dalam apartement.
"Ah kalian sudah datang. Coba lihat kesini." Ucap Ino yang melihat Naruto dan Shikamaru datang sambil mengarahkan telunjuknya ke arah luar jendela.
Di luar jendela, tepatnya di apartement seberang, seperti ada cahaya yang berkedip beberapa kali. Tiba-tiba dari jendela tempat cahaya berkedip tersebut terbuka.
"Loh, ada orang di seberang?? " Ucap Naruto agak keras.
Pria tadi menggunakan satu tangannya untuk menutup mulut, mengisyaratkan untuk mereka agar tidak berisik.
"Oh iya, oke-oke." Balas Naruto canggung sambil mengacungkan jempolnya ke arah pria tadi.
"Baka. " Ucap Sakura sambil menjitak Naruto.
"Bisakah kalian diam? " Ujar Shikamaru yang terganggu oleh kebisingan Sakura dan Naruto.
Shikamaru pun berpikir untuk mencoba berkomunikasi dengan pria di apartement seberang.
"Oy Naruto, apakah kau ada papan tulis kecil, atau kertas tak apalah. " Tanya Shikamaru kepada Naruto.
"Eh? Papan tulis? Sepertinya ada, tunggu sebentar. " Jawab Naruto sambil beranjak dari tempatnya untuk mencari barang yang dibutuhkan.
Mereka kemudian kembal melihat pria tadi yang ternyata telah memegang sebuah papan tulis.
"Apakah ada yang terluka? " Tulis pria tadi.
"Dia menanyai kita, bagaimana? " Tanya Ino kepada yang lainnya.
"Coba aku gunakan bahasa isyarat sederhana untuk menjelaskan keadaan kita." Balas Shikamaru.
Shikamaru lalu menggunakan tangannya untuk menunjuk ia dan teman-temannya lalu mengacungkan jempol sebagai isyarat bahwa mereka baik-baik saja.
"Syukurlah kalau begitu. Apakah kalian ada alat komunikasi? " Balas pria tadi.
"Hoy aku datang. " Ucap Naruto yang tiba-tiba datang dengan sebuah papan tulis kapur yang terlihat sudah lumayan tua.
"Ah kau mengagetkan saja." Ucap Shikamaru dilanjut dengan mengambil papan tulis dari Naruto.
"Setidaknya bilang terimakasih atau bagaimana. " Balas Naruto terlihat kesal.
"Eh, pria itu tanya apakah kita punya alat komunikasi? " Lanjut Naruto.
"Iya seperti yang kau lihat, apakah kau ada alatnya? Walkie Talkie atau yang lainnya? " Tanya Shikamaru.
"Sebenarnya aku ada, dulu sering kugunakan saat berada di gunung, sepertinya ada di tas." Balas Naruto dilanjutkan dengan membongkar tasnya.
"Ini. " Ucap Naruto setelah menemukan walkie talkienya.
"Oke kalau begitu." ucap Shikamaru lalu menuliskan beberapa kalimat untuk ditunjukan pada pria di seberang.
"Maaf lama, sebenarnya kami ada Walkie Talkie. Apakah kau ada? " Tanya Shikamaru.
"Ada, coba catat frekuensinya. " Balas pria tadi yang terlihat mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
Setelah frekuensi walkie talkienya dicatat, mereka lalu mencoba.
"Test. " Coba Naruto dengan walkie talkienya.
"Test masuk. " Balas pria di seberang.
"Wah berhasil. " Ucap Sakura.
"Apakah kalian ada rencana untuk keluar?" Sambung pria tadi.
"Sebenarnya kami sudah mulai berkemas untuk bisa keluar dari sini. Kami berencana pergi ke pusat pengungsian beberapa kilometer dari tempat ini." Balas Naruto.
"Boleh juga. Sebenarnya aku baru saja memanggil bantuan agar bisa kemari, tapi mereka hanya akan mendarat di atas apartement ku. Jadi jika kalian ingin ikut, kalian harus kemari." Balas pria tadi.
"Oh iya, ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan diri." Sambung pria di seberang.
"Aku disini bersama adikku. Namaku Neji dan adikku Hinata."
TBC
Hallo minna, ini fanfic udah mangkrak sekitar se tahunan :v Sebenernya udah bikin beberapa chapter, tapi karena kemarin memori rusak, jadi hilang semua XD. Buat isi kegabutan jadi aku lanjut lagi. Review dari kalian buat aku jadi semangat lanjutin fic ini, jadi mohon review nyaa :)