He is Beautiful
written by Khairunnisa Han
Romance, Drama, etc (maybe)
Kuroo Tetsurou/Kozume Kenma
Kozume Kenma = Kozume Maki
This is shou-ai, but straight. Straight, but shou-ai.
Seharusnya pertemanan yang singkat itu tidak terjadi….
Prologue 1
Kecil. Di matanya itu, anak kecil yang baru dilihatnya itu terlihat sangat kecil. Mungkin usia mereka berbeda. Tapi bukan itu saja yang membuat anak itu menarik. Entah ada apa dengan diri anak itu yang tiba-tiba saja menariknya untuk mengajak berkenalan. Selain karena tubuhnya yang sangat kecil, dan karena dia baru pertama kali melihatnya di sekitar sini.
"Siapa namamu?"
Anak kecil itu tersentak, mundur teratur ke belakang. Menutupi wajahnya dengan konsol gim di tangan. "Jangan mendekat!" katanya engan nada takut. Entah apa yang membuatnya takut. Yang menainya tak lebih dan tak kurang adalah seorang anak kecil juga.
"Heee…." Dia bingung. "Padahal aku hanya bertanya siapa namamu. Kalau tidak ingin memberitahuku, tidak masalah. Namaku Kuroo Tetsurou. Hee, kenapa juga aku memberi tahu namaku, ya?"
Anak kecil itu tidak mengerti makhluk bernama Kuroo Tetsurou di depannya. Orang aneh. Padahal sudah dia katakan untuk tidak mendekat, tapi dia justru memberitahukan namanya. Seolah nama itu sangat penting untuk diketahui.
"Sudah hampir gelap, lho. Anak kecil sepertimu tidak baik berada di luar rumah. Pulanglah!" Kuroo berkata seolah dia sudah dewasa.
"Kau sendiri tidak pulang?" tanya anak itu. Dia tidak mempermasalahkan Kuroo yang bertindak sok dewasa. "Kau juga anak kecil." Oh, dia juga mempermasalahkan hal itu.
Diam. Kuroo tidak tahu harus menjawab apa. Baru saja dia berpikir kalau anak di depannya ini memiliki otak yang lebih rumit dari ekspektasinya. "Ya, kau tahu," katanya, "aku sudah kelas 5 SD. Sudah cukup dewasa—sepertinya. Tapi, aku sebenarnya dalam perjalanan pulang." Tiba-tiba saja kepalanya mendongak ke atas, langit menggelap. "WAH! Aku harus pulang sekarang. Ibuku nanti akan marah. Sampai jumpa, ya!"
Sepasang iris cokelat itu memandang punggung Kuroo yang semakin menjauh. Dia baru mendengar kata 'sampai jumpa' yang dikatakan seolah mereka akan bertemu kembali. "Namaku … namaku KENMA!"
Kaki Kuroo berhenti untuk berlari pulang. Dia memutar tubuhnya menghadap anak kecil itu, lalu di wajahnya terukir sebuah senyuman lebar. Hanya sebuah senyuman, dan dia kembali berlari lagi. Meninggalkan Kenma seorang diri.
-o-
"Tadai—"
"Tetsurou! Kenapa baru pulang? Tadi bagaimana janjimu?"
"Pulang sebelum gelap…."
"Lalu?"
"Sekarang sudah gelap…."
Kuroo selalu tidak tahu harus bagaimana ketika ibunya mulai berdiri berkacak pinggang dengan kaki kanan yang terus bergerak menghentak lantai dengan cepat. Dengan tanpa alasan dia hanya berdiri diam, menunduk ke bawah dan melihat kaki dan tangannya—walau sebenarnya seluruh tubuhnya kotor—karena bermain.
"Ya sudah." Ibunya menghela napas, dan menurunkan tangannya. "Apa boleh buat. Kalau memiliki anak laki-laki, pasti seperti ini. Bersihkan tubuhmu, lalu makan malam. Sudah Ibu siapkan semuanya."
Kepala Kuroo mendongak dengan mata yang berbinar-binar. Di saat seperti ini dia berpikir bahwa ibunya adalah yang terbaik. Dia segera berlari masuk untuk membersihkan seluruh tubuhnya yang kotor dan mengenakan pakaian yang lebih bersih.
Lalu di atas meja makan, dengan sumpit yang dipegang dengan cara yang salah, Kuroo makan dengan lahap. "Bu, tahu tidak? Tadi aku bertemu anak kecil di taman. Dia sendirian. Jadi kuajak dia bicara, tahu-tahu sudah gelap. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang, Bu."
"Tetsurou, kau ingat apa yang Ibu bilang tentang orang asing?"
"Tapi, dia hanya anak kecil, Bu. Lebih kecil dariku."
"Tetsurou…."
"Baiklah…."
Tidak pernah ada kesempatan baginya untuk membantah ibunya. Kuroo tak punya pilihan lain selain memakan makan malamnya sampai habis.
-o-
Siang hari setelah pulang sekolah, Kuroo melempar tasnya dan langsung pergi ke taman bermain dekat rumahnya dengan berlari. Entah kenapa dia senang sekali berlari. Lalu dia berhenti ketika melihat seorang anak kecil dengan konsol gim di tangannya, sedang duduk di bawah pohon sakura yang berguguran.
"Kenma!" panggilnya. Nama itu masih segar di otaknya, dan dapat dilafalkan dengan jelas. Dia langsung duduk di samping Kenma, dan melirik apa yang dilakukan anak itu dengan konsol gimnya. "Ini namanya apa?"
"Tetris."
"Oh…."
Mereka diam. Kuroo hanya melihat Kenma yang bermain gim tanpa bosan. Dia melihat Kenma, bukan konsol gimnya. Kuroo tidak dapat mendefinisikan bagaimana Kenma terlihat dengan surai hitam, sepasang iris cokelat, dan kulit yang pucat itu. Baginya, tiba-tiba saja Kenma terlihat seperti anak perempuan.
Eh? Kuroo belum tahu Kenma sebetulnya laki-laki atau perempuan. Anak kecil tidak seperti orang dewasa yang mudah untuk dibedakan. Bahkan, orang dewasa bisa menjadi susah untuk dibedakan.
"Kau cantik." Tiba-tiba saja kalimat itu keluar dari bibir Kuroo. Wajahnya langsung ditarik untuk melihat ke sisi lainnya. Bahkan dia tidak terlalu paham definisi kata cantik itu sendiri. Tapi Kenma yang ditemani kelopak sakura yang berjatuhan, di matanya memang terlihat cantik.
Tapi, apa itu cantik?
Kenma seketika menoleh pada Kuroo. Dia tak dapat melihat wajah Kuroo karena Kuroo memalingkannya. "Aku bukan anak perempuan," katanya. Lalu dia tersenyum kecil, dan menutupi wajahnya dengan konsol gim.
Benar, kata cantik seharusnya ditujukan untuk anak perempuan.
OH! JADI KENMA ITU LAKI-LAKI!
Kuroo memutar tubuhnya untuk menatap langsung ke dalam sepasang iris cokelat itu. "Kau laki-laki?" tanyanya dengan wajah terkejut yang tak dapat disembunyikan. "Whoa, terkejut aku."
"Ya," jawab Kenma.
"Tapi kau terlihat seperti anak perempuan."
"Aku bukan anak perempuan."
"Tapi kau cantik."
"Aku tidak cantik."
"Ya, kau begitu."
"Tidak, aku tidak begitu."
"Ya."
"Tidak."
"Ya."
"Tidak."
Saat itu Kuroo menemukan sisi menarik dari Kenma. Entah kenapa dia menyukainya—menggoda Kenma. Karena—entah mengapa dia merasa—Kenma akan menyanggah seluruh perkataannya. Lalu dia tersenyum lebar, berhasil membuat Kenma salah tingkah. Tapi setelah itu, mereka justru tertawa tanpa tahu apa yang lucu. Mereka hanya tertawa, karena mereka ingin tertawa.
Bersamaan dengan itu, Kenma menyadari—meski itu sangat singkat—waktu bersama Kuroo terasa sangat menyenangkan. Waktu-waktu paling menyenangkan dari seluruh waktu dalam hidupnya.
-o-
Mereka tidak tahu sejak kapan mereka menjadi akrab. Tiba-tiba saja udara terasa panas, dan sakura selesai berguguran. Pohon sakura sekarang ditumbuhi daun-daun berwarna hijau. Mereka juga bisa mendengar suara-suara serangga musim panas yang sangat khas.
Yang tidk berubah adalah, mereka masih duduk di bawah pohon sakura. Kuroo mencoba konsol gim baru milik Kenma, dan Kenma memberitahunya apa yang sebaiknya dilakukan oleh Kuroo.
Mereka bersama, ditemani beberapa obrolan ringan, dan Kuroo kembali menggodanya dengan beberapa alasan. Kuroo menikmatinya, dan Kenma membenci saat-saat itu terjadi. Hanya dengan hal-hal kecil seperti itu, waktu cepat sekali berlalu.
"Kuroo."
Untuk pertama kalinya dia mendengar namanya disebut oleh Kenma. Otomatis kupingnya berdiri untuk mendengar apa yang selanjutnya ingin diutarakan oleh Kenma. Mungkin sesuatu yang menarik, atau apapun itu, Kuroo tetap ingin mendengarnya.
"Aku rasa aku harus mengatakan selamat tinggal."
"Kenapa?" tanya Kuroo. Dia tidak mengerti. Kenma tiba-tiba saja menjadi begitu rumit seperti saat mereka pertama kali bertemu. "Kenapa selamat tinggal? Kalau kau ada summer camp di sekolahmu, tidak masalah. Kita hanya akan tidak bermain bersama selama beberapa—"
"Bukan itu masalahnya."
"Lalu apa?"
"Aku akan pergi. Tidak di sini lagi. Jadi, kita tidak bisa bermain bersama lagi." Wajah Kenma menunduk ke bawah, dia terlihat sedih dengan pipi yang memerah. Dia seperti menahan air matanya.
"Kau terlihat sedih, Kenma."
"Aku tidak sedih."
Kuroo mulai menggoda Kenma lagi.
"Ya, kau terlihat sedih."
"Tidak…."
"Ya."
"Tidak."
"Ya."
"Tidak."
"Kau tahu? Aku akan merindukanmu. Saat kau kembali dan mencariku, aku ada di sini. Aku akan berada di sini, aku janji."
Kenma menatap iris hitam Kuroo dalam-dalam. Kuroo benar, dia memang sedih. "Aku akan mencarimu," katanya pelan. Dia menghela napasnya. Kuroo adalah temannya, dan satu-satunya temannya. Mungkin Kuroo punya teman lain di luar sana, tapi Kenma tidak. Dia hanya memiliki Kuroo.
"Aku akan ada di sini."
"Kau tidak pulang? Langit sudah mulai gelap."
Kuroo tidak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi dia memang harus pulang, atau dia akan dimarahi ibunya. Tapi di sisi lain, dia ingin lebih lama bersama Kenma. "Tapi kau—"
"Aku berjanji aku akan mencarimu."
"Baiklah, kalau kau memaksa."
Selalu, dan selalu seperti itu. Kenma selalu melihat punggung Kuroo yang menjauh. Tapi kali ini, semuanya terasa lebih menyakitkan. Di satu sisi dia tidak ingin melihat Kuroo menjaduh, tapi di sisi lain dia ingin terus melihat Kuroo.
Karena dia tidak tahu, kapan pastinya mereka akan bertemu lagi.
.
.
.
.
.
To be continued
A/N
My first KuroKen fic. Tapi bukan FF Haikyuu! pertamaku. Kalo yang pertama, FF DaiSuga yah. Hehehe.
KuroKen ini adalah salah satu dari sekian OTP di Haikyuu! dan emang banyak yang bisa diship. OTP-ku yang lain itu: BokuAka, IwaOi, UshiOi, TsukiHina, KuroYaku, dan OTP utamaku itu DaiSuga.
Dulu, aku baca FF Naruto (NaruHina) dengan judul yang sama, lupa karyanya siapa. Jadi, aku cuma ngambil judulnya aja. Sebenernya, aku pernah ngolah ini versi ChanBaek (EXO). Tapi akhirnya aku discontinued. Akhirnya aku kepikiran untuk remake dengan karakter lain, dan tau-tau aja KuroKen muncul di otakku begitu aja.
Untuk yang udah baca, jangan lupa untuk tinggalin jejak ya :)
Regards,
Khairunnisa Han.