Chapter 1

.

.

.

Drrtt.. drrttt..

Langkah kaki berderap menuju asal suara. Terdengar terburu-buru. Lengan yang dibalut kulit seputih susu meraih benda elektronik berwarna hitam yang biasa digunakan untuk berkomunikasi. Sebut saja ponsel.

Nama pemanggil diikuti dengan kata hyung dibelakangnya, ah, jangan lupakan emotikon berbentuk hati dibelakang dua patah kata tersebut. Cukup cheesy untuk nama kontak di ponsel seorang pria. Ha, kalian pikir dia peduli dengan komentar seperti itu?

Tidak.

"Halo?"

Suara lembutnya mengalun indah. Tidak bisa dibilang selembut itu. Pemilik suara itu seorang pria muda, sekali lagi, dia pria. Jangan membanyangkan suara seorang wanita yang berucap lembut dan manja kepada kekasihnya, ataupun suara desahan pelan penuh nikmat seorang gadis muda yang digagahi pria pujaannya.

Suara seorang pemuda sudah pasti berat dan rendah. Namun memang benar pemuda ini memiliki suara yang indah. Dan jika ia berucap dengan pelan dengan suara yang direndahkan terkesan dalam, siapapun pasti setuju ia punya suara yang lembut.

Ngomong-ngomong pemuda itu bernama Jungkook, Jeon Jungkook, dia berprofesi sebagai penyanyi di sebuah cafe yang lumayan terkenal di daerah elit pada malam hari dan siangnya ia mengisi waktu dengan teman-temannya yang lain di tempat bernama kampus. Dia cukup bisa mengatur hidupnya dengan baik diusianya yang menginjak dua puluh satu tahun ini.

"Sekarang hyung?"

Jungkook menghitung detik jam dinding dengan gelisah. Tanpa sadar ia menggigit pipi dalamnya. Tanpa sengaja matanya melihat pantulan dirinya sendiri di cermin besar di dekat pintu apartmennya. Kaos putih besarnya melorot hingga mempertontonkan bahu dan tulang selangkanya. Rambut sehitam malamnya tampak berantakan seperti baru diterpa badai topan. Ia bahkan hanya menggunakan boxer setengah paha sebagai bawahan.

Satu kata, Berantakan. Penampilannya cukup berantakan untuk memenuhi permintaan seseorang di seberang telepon. Jungkook itu baru bangun tidur. Ia masih sangat lelah dengan kegiatannya kemarin malam dan ia baru bisa tidur saat jarum panjang di jam tangannya menunjukkan angka lima. Dan seseorang di seberang sana sepertinya tidak mau peduli dan menginginkan kehadirannya satu jam lagi. Jungkook baru memejamkan matanya selama dua jam.

Jungkook melempar ponselnya ke salah satu sofa di ruang tamu apartmennya. Ia bergegas membersihkan diri. Tidak akan sempat jika ia mandi sekarang. Itu akan membuang waktu dan orang itu sungguh tidak mau menerima alasan apapun tentang keterlambatannya. Hukuman akan menantinya, dan hukuman orang itu sungguh tidak nikmat sama sekali. Jungkook menyikat gigi dan mencuci wajahnya dengan cepat. Ia lalu keluar menuju kamar tidurnya tanpa mengeringkan wajahnya terlebih dahulu.

Jungkook membuka kaos dan boxernya dengan segera. Ia lalu menarik kaos putih polos dengan pinggiran berwarna hitam beserta celana pendek dengan tali berwarna putih krim yang sobek di lutut kiri dan di paha kanannya (bayangin aja yang dipake Jeka waktu practice dance Adult Ceremony bareng Chim)

Tidak formal dan nyaman.

Jungkook meraih ponselnya di atas sofa dan sedikit berlari menuju rak sepatu di dekat pintu. Tidak ada waktu untuk memilih. Jungkook memakai sepasang sepatu yang ia ambil acak. Berikut dengan kaus kaki hitam.

Jungkook menutup pintu dan berlari menuruni tangga darurat sembari menyisir rambutnya dengan jemari panjangnya.

Dua puluh menit sebelum waktu yang diberikan berakhir. Beruntung jarak antara apartmennya dan rumah orang itu tidak begitu jauh. Ia hanya perlu berjalan beberapa menit dan ia akan menemukan rumah dengan cat biru pucat yang asri dengan pepohonan tumbuh subur di sekeliling rumah berpagar besi setinggi dadanya.

"Masuk saja"

Jungkook sedikit tertegun. Bahkan jari telunjuknya belum menyentuh interkom dan sebuah suara tak asing sudah terdengar dari sana. Jungkook mendorong pelan pagar besi itu. Ia menaik napas dalam dan menghembuskannya pelan, berusaha menetralkan detak jantungnya yang berpacu kencang. Selalu seperti ini. Jika orang itu meminta—ah, mungkin lebih tepat dikatakan memaksanya untuk bertemu, jantungnya tidak akan pernah bisa bekerja dengan normal. Tak jarang peluh membanjiri tubuhnya dan wajahnya memerah seperti demam.

Orang itu tidak bisa dikatakan senormal manusia pada umumnya, namun tidak juga gila seperti Joker. Jalan pikirnya saja yang berbeda dari manusia kebayakan. Kiasan untuk menyebutnya aneh. Sayangnya Si Aneh adalah pemilik Jeon Jungkook.

Ia selalu mendeklarasikan dirinya sebagai pemilik pemuda kelinci manis itu. Dan si kelinci hanya bisa patuh padanya. Hanya padanya seorang. Jangan memikirkannya sebagai hal seperti itu. Ini bukan kisah seorang Dominant dan Slave dengan panggilan Master darinya. Mengemis minta dihancurkan. Jungkook juga masih waras.

Jungkook melangkahkan kakinya. Keningnya berkerut. Tidak seperti biasa rumah yang dihuni empat orang manusia sesepi ini.

Brakk..

"A-Akhh"

"Hei, Baby.. satu menit dua puluh enam detik lebih awal dari biasa, hum?"

"Hyung—"

"Daddy"

"Daddy—Akhh"

"Good boy"

Jungkook meremat kuat kemeja hitam pemuda di depannya. Sedikit mendorong dada bidang pemuda yang membuatnya terpojok di pintu cokelat rumah itu. Terlalu dekat. Pemuda itu menumpukan lengan bawahnya di samping kepala Jungkook dan lengan lainnya memeluk pinggang pemuda itu posesif.

Jungkook mendongak dengan mata terpejam dan mengigit bibir bawahnya dengan kuat. Benda hangat tak bertulang menyapa kulit lehernya dengan lembut. Menyusuri dari jakun hingga cuping telinganya. Jungkook melenguh tertahan.

"Kau datang lebih cepat dan aku memberimu hadiah. Kau suka, Bunny?"

"Yess, Daddy~"

Pemuda itu menghentikan kegiatannya dan jemari dinginnya beralih menyentuh pipi berisi Jungkook kemudian menahan belakang kepalanya. Jungkook membuka matanya dan onyx miliknya bertemu dengan birunya lautan dalam yang menenggelamkannya, mengurungnya begitu kuat, mendominasi dirinya dengan penuh.

Pemuda itu mendekat wajahnya, menghirup dalam aroma kulit wajah Jungkook beserta rambutnya yang berantakan. Jungkook merasakan kakinya mulai kehilangan tenaga untuk tetap berdiri tegak. Terlalu menghanyutkan. Semua yang dilakukan pemuda itu tidak pernah membuatnya kebal.

Kim Taehyung, kekasihnya. Kekasihnya yang gila namun menggairahkan.

.

.

.


.

.

.

I'm back with new fanfiction yeaaayyyy...

Kali ini aku buat fiction yang nyentuh M. Yup yup yup...ini prolog, bisa juga ngga lol.

Sebenarnya fiction ini aku buat setelah dengar salah satu lagu dari penyanyi favoriteku, Melanie Martinez yang Play Date. lagu-lagunya Mel seru semua. Dan mungkin ini bisa dsebut songfic?

Jadi fiction ini ngga bakal banyak chapternya. Dan wordnya juga gabakal banyak banget karena ini tentang komplikasi Jeka dengan Teha dengan pacaran aneh mereka—menurut Jungkook—

Gimana? Lanjut ngga nih? Atau end sama disini aja? End sampe disini juga ngga gantung banget kan kkkk