A MinYoon Fanfiction—

Jimin | Yoongi | omegaverse | AU!ABOdynamics | mini series | R-18 | M-Preg later | I don't take any profit with this chara | Beware! '-')/

.

Do not plagiarize!

I warned you.

(Hope you can) enjoy!

.

.

.

Yoongi menegakkan punggungnya begitu melihat Jimin masuk dan menatapnya tajam. Ia berdiri di dekat jendela dan segera menoleh saat seseorang masuk ke kamar yang ditempatinya dan terkejut melihat Jimin datang. Kemudian Yoongi bisa mendengar suara pintu yang terkunci sebelum ia kemudian jatuh dengan lututnya di atas lantai begitu Jimin melangkah mendekat ke arahnya.

Suhu di ruangan mendadak membuat Yoongi tercekik. Aura dominan Alpha memenuhi ruangan dan Yoongi dibuat bertekuk lutut padanya. Yoongi bahkan bisa merasakan betapa bergetarnya kedua tangannya yang bertumpu pada lantai kayu dingin yang baru disadarinya ternyata rumah ini memang berlantai kayu.

Yoongi dapat merasakan nafasnya yang tersengal, ia tak tahu Jika Jimin memiliki aura dominan yang kuat seperti ini. Ia yakin Jimin bahkan mampu membuat Alpha lain tunduk kepadanya jika ia memang semengerikan ini dalam memikat seseorang dengan aura dominan yang menguasainya.

Nafas Yoongi terasa memberat dengan suhu ruangan yang semakin mencekat. Ia hanya melihat kedua kaki Jimin yang melangkah semakin mendekatinya kemudian berhenti tepat dihadapan Yoongi yang kini berlutut padanya. Keheningan meliputi keduanya, tidak ada yang memulai satu pembicaraan pun baik secara nyata ataupun secara naluri bagaimana seorang soulmates berbicara dari hati ke hati. Yang terdengar hanya suara napas Yoongi yang terasa berat. Masa heatnya masih tersisa meski ibu Jimin telah memberinya suppresant yang cocok dengannya. Tetapi tidak separah kemarin, kini Yoongi bisa mengendalikan diri sepenuhnya secara akal sehat.

Seluruh tubuh Yoongi bergetar. Ia kemudian dengan bersusah payah mencoba untuk berdiri di atas kedua kakinya. Seolah aura Jimin menyedot seluruh sisa tenaga yang dimilikinya, hanya untuk berdiri saja rasanya seperti sedang memanjat tebing yang curam.

Yoongi memeluk dirinya dengan sebelah tangan. Ia berhasil berdiri dengan kedua kaki yang masih bergetar kemudian memaksakan diri untuk bersitatap dengan Jimin yang seketika kedua pandangannya terkunci dengan manik Jimin yang menatapnya lekat dengan kedua irisnya yang gelap itu perlahan berpendar dengan warna kuning keemasan.

Yoongi menatap takjub tanpa mampu berkedip pada lelaki di hadapannya itu. Ia baru tahu jika pesona alpha dihadapannya kini mampu membuat detak jantungnya meledak-ledak dalam dada. Indah sekali, Yoongi rasa ia bisa tenggelam selamanya dalam pesona tatapan setajam elang dari kedua mata sipit itu.

"Jung Yoongi." panggil Jimin dengan suara terindah yang pernah Yoongi dengar di muka bumi ini.

Jimin menarik sudut bibirnya melihat ekspresi Yoongi. Lelaki itu terus menatapnya penuh afeksi dengan kedua mata sayunya yang begitu memikat. Kulit wajah porselennya bersemu manis bersamaan dengan feromonnya yang menggelora di penciuman Jimin seolah mengajaknya untuk tetap menghirupnya sampai habis.

Jimin juga merasa bangga pada Yoongi yang mampu bertahan berada di bawah kendali alphanya yang biasanya membuat orang lain merasa takut dan ingin lepas namun tunduk pada Jimin. Tetapi Yoongi berbeda, ia memang takluk di hadapan Jimin namun ia mampu mengendalikan diri dan tanpa rasa takut justru mengaguminya. Disini Jimin tahu jika soulmatenya ini adalah seorang omega yang tangguh.

Yoongi mengangkat lengan kanannya yang masih bergetar itu mencoba untuk menggapai wajah Jimin tanpa memutus kontak mata mereka.

Tepat ketika Yoongi mendaratkan telapak tangannya di sebelah pipi Jimin, ia tersenyum. Namun seolah sentuhan ringan itu menyalurkan segala rasa yang mereka berdua miliki, Yoongi mulai berkeringat. Darahnya terasa mengalir lebih cepat dengan gelenyar aneh yang baru pertama kali ia rasanya. Gejolak menyenangkan yang membuatnya berpikir jika ia ingin berada di sisi Jimin untuk selamanya.

"Jimin," suara Yoongi mengalun rendah, Jimin mungkin tak akan mendengarnya jika ia tidak memiliki indera yang tajam.

Jimin hanya berkedip untuk merespon. Ia menikmati bagaimana telapak tangan kurus itu membelai wajahnya. Merasakan kontak fisik yang rasanya sudah ia mimpikan sejak lama. Membiarkan Yoongi semakin terpesona dengan manik keemasan terangnya dalam mode alpha yang kuat.

Yoongi tiba-tiba merasa kedua kakinya melunak seperti agar-agar. Rasanya lemas dan berat. Ia sudah hampir jatuh lagi ke lantai jika saja dengan kecepatan yang tak terduga Jimin telah lebih dahulu meraih pinggangnya dalam sebuah rengkuhan hangat yang membuat kedua telapak tangan Yoongi beristirahat di dada tegap milik Jimin yang terasa kokoh.

Yoongi semakin bersemu, detak jantungnya berlomba-lomba memacu dengan kecepatan aliran darahnya. Ia sampai merengut malu jika Jimin bisa mendengar dentuman jantungnya yang menggila.

Jimin menatap Yoongi lebih lekat dan semakin dekat. Ia meremas pelan kedua tangannya di kedua sisi pinggul Yoongi untuk tetap dekat dengannya tanpa mau menjauh seinchi pun. Membuat Yoongi merengek pelan antara perasaan malu dan juga senang.

"Jung Yoongi, katakan jika kau merasa tak nyaman. Aku akan kembali—"

"Tidak!" Yoongi menggeleng kuat. Rambut hitamnya terhempas tak beraturan karena rambutnya telah basah dan menyatu dengan keringat. Ia mencengkeram erat fabrik kain yang dikenakan Jimin dengan erat. "Jimin, jadikan aku milikmu."

Perkataan itu lolos begitu saja melewati tenggorokannya tanpa bisa Yoongi cegah, wajahnya kini sudah semakin memerah tak karuan.

Jimin tersenyum lembut mendengarnya. Ia kemudian semakin menarik Yoongi mendekat dan mencium dahinya yang basah oleh keringat itu dengan sayang. Menyalurkan seluruh perasaannya melalui ciuman ringan di dahinya. Memberinya gestur sebagai perlindungan aman yang akan diberikan padanya.

Jimin kemudian menjauhkan wajahnya untuk kembali menatap Yoongi lebih dalam lagi. Menumbuk manik cokelat Yoongi untuk terkunci padanya.

"Kau begitu tangguh, Jung Yoongi. Kau memahami kealphaanku di ruangan ini. Akan kubuat kau menjadi milikku selamanya, soulmateku." Jimin berucap tegas, tajam dan tanpa bantahan.

Yoongi yang mendengar kalimat itu semakin melemaskan tubuhnya dalam rengkuhan hangat milik Jimin. Tanpa sadar cairan slicknya mengalir begitu saja di bawah tubuhnya mendengar perkataan tulus dari bibir Jimin. Membuat Yoongi semakin beringsut dalam pelukan lelaki Alpha itu karena yang hanya dengan perkataannya saja mampu membuat Yoongi kepayang dengan reaksi alami omeganya yang menginginkan sang Alpha.

Jimin tersenyum lembut. Ia tahu apa yang terjadi dengan Yoongi. Maka dari itu ia mengangkat tubuh kurus itu dengan pelukannya kemudian membawanya ke atas ranjang yang ada di sana dan mendudukkannya. Jimin benar-benar memperlakukan Yoongi dengan hati-hati bagaikan kapas yang begitu lembut dan rapuh.

"Jimin..." Yoongi duduk di sisi ranjang dengan kedua kaki yang merapat dan kedua lengannya tetap tak ingin melepas pelukan Jimin. Begitu pula dengan Jimin yang masih merengkuh pinggangnya dengan posesif.

"Ya, soulmateku..." Jimin menjawab dengan ringan. Lengannya mulai naik untuk mengusap punggung Yoongi dengan perlahan.

Tetapi pemuda manis itu mulai habis kesabaran. Ia tak habis pikir kenapa seorang Alpha yang memiliki aura kuat seperti Jimin dapat mengendalikan dirinya sampai sejauh ini pada Yoongi. Sungguh, hal itu membuat Yoongi semakin mengaguminya dan tanpa ragu mencintainya.

Tak menunggu waktu lama lagi, Yoongi menarik leher Jimin untuk kemudian mempertemukan kedua belah bibir mereka dengan tubrukan yang cukup keras. Jimin sampai tersentak karenanya namun ia segera mengambil alih ciuman yang diberikan oleh Yoongi. Ia yang akan menuntun lelaki manis itu.

Sensasi panas yang membakar bibirnya membuat Jimin senang mengulum bibir Yoongi lebih lama. Mengecupnya dalam dan menghisapnya lembut secara bergantian antara bibir atas dan bibir bawahnya. Jimin senang bagaimana kedua belah bibir itu merespon dengan baik dan balas menghisap bibirnya dengan tak kalah lembut. Ciuman mereka mulai basah, Jimin membelah bibir ranum itu untuk meminta ijin membelai penghuni mulut hangat yang kini menjadi favoritnya. Mengajaknya bertukar saliva dan saling membelai lidah masing-masing.

Yoongi mulai menggeram ketika ia merasa membutuhkan pasokan udara untuk melewati hidungnya yang terhalang oleh wajah Jimin karena pemuda itu sebegitu dalamnya mengeksplorasi seluruh isi dari mulut Yoongi.

Jimin yang mengetahui hal itu melepaskan tautan bibirnya dengan Yoongi untuk membuatnya bernafas lebih baik. Benang saliva masih terjalin diantara keduanya dan menatap wajah sayu milik Yoongi yang merona dan terengah seperti itu membuat Jimin begitu mengasihinya.

Selagi Yoongi mengisi tubuhnya dengan pasokan udara yang cukup, Jimin membuka dua kancing piyama yang dikenakan oleh Yoongi dan menurunkannya. Membuat leher dan bahunya yang seperti porselen tanpa cacat itu terpampang di hadapan Jimin selagi bibirnya menelusuri garis rahang soulmatenya itu sampai ke belakang telinganya. Menemukan titik sensitif sang omega yang membuatnya mendesah kecil kala Jimin bermain disana. Memberi kecupan-kecupan kecil yang menggigit seperti kupu-kupu yang hinggap diatas kulit pucatnya.

Sampai ketika Jimin membawa kecupannya ke tengkuk Yoongi, ia berhenti disana.

Yoongi mengerang tiba-tiba merasakan kehilang kecupan dari sang Alpha. "Jimin, lakukanlah."

Jimin mengecup sekilas tengkuk pucat itu, menatapnya agak sedih jika ia harus melukainya. "Apa kau yakin? Aku bisa melakukannya jika kau sudah siap, Yoongi." Jimin mengelus bahunya yang lembut dan menatapnya dengan pasti.

Begitu pula dengan Yoongi yang menatapnya lantang lebih dari sebuah kepastian. "Lakukanlah, miliki aku, rasuki aku, aku siap jika kita mating dan knotting sekarang juga, Jimin!" Yoongi berkata lantang setengah berteriak dan menatap Jimin sungguh-sungguh dengan kedua mata sayunya.

"Ssshh..." Jimin menggeleng kecil dan merengkuh Yoongi erat dan menatapnya dalam penuh perhatian. Ia mengusap rambut basah yang menyatu karena keringat Yoongi itu dengan sayang. "Akan kulakukan jika sudah waktunya. Saat ini kita hanya perlu mengenal lebih dekat satu sama lain. Setelah itu... aku akan memilikimu seutuhnya, Jung Yoongi."

Yoongi menggigit bibir bawahnya dengan kencang. Kedua matanya mulai berkabut mendengar tutur kata Jimin yang begitu tulus dan murni padanya. Lelaki itu tak mendahulukan nafsunya yang jelas Yoongi juga merasakannya berada sedekat ini dengan Jimin, tetapi lelaki itu lebih mendahulukan perasaan Yoongi dan bersabar untuk memberi alur rangkaian cerita cinta mereka nanti ke depannya. Jimin sangat mempedulikan Yoongi tanpa ingin menyakitinya.

Yoongi rasa hatinya telah meleleh seutuhnya dalam genggaman Jimin. Lelaki itu membuat Yoongi merasa begitu dihargai sebagai seorang omega. Membuat Yoongi merasa begitu dicintai seutuhnya tanpa pengecualian apapun.

Tes.

Sebulir air mata lolos di pipi Yoongi, mengundang jemari Jimin untuk mengusapnya lembut disana. "Aku... aku mencintaimu, Jimin."

Jimin menatap lekat Yoongi, memberinya tatapan meyakinkan teramat dalam penuh cinta. Yoongi mendengar kalimat kata hati Jimin padanya yang mengatakan, "Aku lebih mencintaimu." Kemudian Jimin kembali mencium bibirnya mesra. Memagutnya dalam keindahan yang tidak pernah Yoongi pikirkan sebelumnya.

Selagi membuai Yoongi dengan ciumannya yang memabukkan, Jimin mengeksplor seluruh leher dan bahu pucat milik Yoongi. sedikit memberinya warna lavender yang terlihat begitu indah di matanya. Sampai akhirnya Jimin kembali berhenti di tengkuk Yoongi, ia berbisik rendah disana. Kedua mata keemasannya kembali menyalang dan taringnya muncul di balik bibir penuhnya yang indah.

"Aku mengclaimmu, Jung Yoongi. Menikahlah denganku, jadilah milikku seutuhnya, soulmateku."

Bersamaan dengan itu, Jimin menanamkan taringnya yang tajam tepat di tengkuk Yoongi. Merobek pembuluh darahnya disana dan menghisapnya penuh kehausan. Menelan cairan pekat dengan rasa layaknya karat besi itu mengalir di tenggorokannya dan membakar jiwa Alphanya yang kini penuh dengan kedewasaan yang sempurna.

Yoongi mengerang kencang saat itu terjadi. Ia memeluk Jimin seerat yang ia bisa dan meremas bahunya untuk melampiaskan rasa sakitnya. Airmatanya mengalir dan Yoongi mengerang sakit yang ia rasakan dari kulitnya yang terkoyak. Sensasi panas membakar jantungnya namun ia merasa senang. Darahnya kini mengalir dengan darah Jimin di dalam tubuhnya. Mereka akan saling memiliki selamanya.

.

Sebuah tanda claim hitampekat muncul di permukaan leher Yoongi tepat di tengkuknya yang Jimin benamkan taringnya disana. Bagaikan sebuah tato, lambang alpha dan omega yang menyatu itu kini berada di tubuh Yoongi. Ia adalah milik Jimin dan tak ada yang bisa menggugat tanda claimnya selain Jimin yang memilikinya.

.

.

.

End.

.

.

Nb: Hola! Ini tamat hehehe maafkan kalau pendek namanya juga mini series. Ini juga fanfic abo pertama yang pernah saya buat, ternyata susah ya. Kapok dah gamau lagi sama yang beginian Dx

Saya hanyalah penikmat fantasi/?

Oke, setelah ini akan ada mini series yang lain ehe

Terima kasih buat kamu yang sudah mengikuti cerita ini! review, fav dan follow dari kalian semua yang namanya saya baca satu-persatu.

Terakhir, review kalian akan dibalas lewat PM :3 terima kasiiih~~

SPECIAL thanks to :

Syupit / aya anezaki / kuramauchihakyu69 / Hyunsoo-Kim / DazzlingR / Riani Lee / Jibangie / blossomcandy / rossadilla17 / Uzumaki 'Muku' Zoldyck / Linkz account / Re . rest07 / vtan368 / Rinhyun Uchiha II / Nury360 / Fujimoto Yumi / Song Raemi / min . xxs / yuliita / jiminpark69 / Siska Yairawati Putri / MinReri Kujyou / Nabilla Taehyung / QueenFujiho / kthjjk57 /PoppoMing / pinkeualmond / RenRenay / margerybaby / joah / Vi-kun / ravoletta / Jang Taeyoung / akanekinosi / sugarrrku007 / PrinceDudu1 / rosemarryisqueen / Iis899 / Jimsnoona / cupid / haneunseok / sant2668

Thank you! I Love You!

.

.

With love and respect,

Phylindan. :3