Geenie Nam dot blogspot dot com

Cerita singkat penulis amatir bermarga Kim di dalam blog miliknya.

Rate T.

AU

Enjoy.


Seperti malam-malam biasanya. Malam ini pun lagi-lagi aku sendirian. Tidak ada yang bisa diajak berbagi apalagi bicara. Aku sendirian. Di temani laptop, smartphone, dan musik. Aku selalu begini.

I'm OK milik Eric Nam kini memenuhi telingaku. Membuat suasana hatiku semakin buruk. Air mata sudah menggenang di mataku. Tinggal tunggu tumpah saja. Ironis bukan? Inilah perjalanan kisahku. Tanpa cinta hanya berteman air mata.

Sekarang aku sedang chatting dengan Baekhyun. Baekhyun itu salah satu teman baikku. Dia mengabarkan bahwa tahun depan Chanyeol mengajaknya menikah. Menyenangkan. Ku rasa di umur kami yang sudah memasuki 25 tahun ini, membicarakan tentang pernikahan bukanlah hal yang aneh lagi. Aku yakin, Baekhyun pasti sedang berlonjak kegirangan sekarang. Aku turut bahagia atas kabar itu.

Baekhyun bilang, sekarang dirinya dan keluarga Chanyeol masih dalam tahap perkenalan terlebih dahulu. Dia memintaku mendoakan supaya semuanya lancar. Tentu saja.

Sebaiknya ku ganti dulu lagu yang lain. I'm OK hanya membuat ku semakin tersiksa. Ok, ternyata pilihanku jatuh pada Let Me Know milik BTS. Huft, semakin buruk saja. Aku semakin ingin menangis.

Tadi sore Paman dan Bibi ku tiba dari Daegu. Hatiku semakin miris mendapati mereka berada di sini. Aku jadi semakin ingat pada Kim Taehyung, anak mereka. Anak mereka, sepupuku, yang ternyata kucintai. Aku tidak tahu kenapa aku seperti ini. Aku mencintai sepupuku sendiri. Tragis.

Ah, Baekhyun tak membalas chat-ku lagi. Sepertinya dia sudah mulai larut kembali bersama Chanyeol. Chanyeol memang pemuda yang sempurna. Ia tampan, mapan, baik, sopan. Perfect. Baekhyun beruntung bisa mendapatkan Chanyeol. Iri.

Aku masih ingat bagaimana terpuruknya dia saat putus dari Kai. Untungnya saat itu dia sedang menginap di tempatku, andai saja dia berada di rumahnya sendiri, mungkin sekarang nama Baekhyun telah terukir rapi di sebuah batu yang akrab disapa nisan.

I Just Wanna Know. Kalimat itu cocok sekali denganku. Aku berfikir, kapan aku bisa seperti Baekhyun? Kapan aku dilamar? Lupakan. Bahkan kekasih pun aku tak punya.

Sudah dua kali Let Me Know berteriak-teriak di telingaku. Biasanya aku tak bisa mengetik sambil mendengarkan musik. Tapi entah kenapa kali ini bisa.

Aku merasa ingin liburan ini segera berakhir. Aku ingin kembali kuliah dan menyibukkan diriku dengan tugas-tugas yang menumpuk. Berdiam diri di rumah hanya membuatku semakin ingin menangis.

Perlu ku tekankan, saat ini hati dan pikiranku benar-benar kacau. Shit. Aku sakit hati, kecewa, iri.

Tadi aku mengirim chat pada Taehyung. Tapi belum di balas. Huft, mungkin dia memang tidak berkenan membalas chat dariku. Pertanyaan sepele memang, aku bertanya kenapa dia tidak ikut orang tuanya ke Seoul. Harusnya aku sudah tahu jawabannya, dia bekerja. Yup, Taehyung telah memiliki pekerjaan sekarang. Usianya hanya terpaut tiga tahun dengan ku. Tuhan, aku rindu Kim Taehyung.

Aku masih ingat, saat ulang tahunku yang ke 20, Taehyung datang ke Seoul. Dengan paksaanku tentunya. Kukatakan pada ibuku bahwa Taehyung pasti akan datang, dan finally, dia benar-benar datang.

Waktu itu aku berhasil menahannya di Seoul sampai satu bulan. Aku benar-benar girang sekali. Aku sadar, semakin lama aku berada di dekat Taehyung, semakin aku menyayanginya. Bahkan aku telah mencintainya.

Kim Taehyung adalah lelaki yang tampan, baik, ramah, dan mudah bergaul dengan semua orang. Selama di Seoul Taehyung menginap di rumahku. Ada adegan lucu di antara kami. Saat itu Taehyung menolak mati-matian untuk menempati kamar di lantai atas, dia meminta aku yang tidur di kamar tersebut dan dia tidur di kamarku. Tentu aku menolak, walaupun aku menyayangi Taehyung, bukan berarti aku harus merelakan kamarku di tempati olehnya, kan?

Dengan sedikit negosiasi akhirnya Taehyung memutuskan untuk tidur di ruang tamu. Tapi tetap saja aku terkena imbasnya, Taehyung tidak mengizinkanku menutup pintu kamar, alasannya kalau ada apa-apa ia bisa langsung lari ke kamarku.

Dasar Kim Taehyung dan segala alasannya itu. Penakut.

Ku lirik ke Smartphone pink-ku tak ada tanda-tanda chat masuk. Biasanya jam seperti ini Jungkook pasti mengirimkanku pesan. Tapi sepertinya malam ini dia bosan untuk ber-chatting-ria denganku.

Jeon Jungkook adalah teman yang ku temui di jejaringan sosial yang sering di sapa dengan sebutan twitter. Dia masih kelas dua SMP. Masih muda ya? Tapi Jungkook itu termasuk anak yang dewasa, menurutku. Kami sering saling curhat, ya walaupun ujung-ujungnya kami malah saling menyela. Intinya Jungkook itu bisa membuatku tertawa. Aku senang bisa kenal dengannya, ku harap suatu hari nanti aku bisa bertemu dengannya. Dan jujur, aku menganggapnya sebagai adikku sekarang. Ku rasa Jungkook tak menyadari itu.

Astaga, ternyata Bangtan sudah berteriak-teriak sebanyak tujuh kali di telingaku. Ok, ganti.

Lebih tenang. Lagu Crush - Beautiful mengalun indah. Aku jadi teringat Goblin. Drama yang sukses membuatku menangis. Alur ceritanya yang unik dan penuh tanya membuatku tidak pernah bosan untuk menonton ulang cerita itu.

Ok, lagu berikutnya cukup membuatku semakin termenung. Tanpa kata kau datang padaku, tanpa kata kau buat aku mencintaimu, dan tanpa kata pula kau malah pergi dariku. Tragis ya? Begitulah kira-kira arti lirik-lirik lagu yang sedang ku dengar saat ini. Dari judulnya saja sudah bisa ditebak, Without Words = Tanpa Kata-Kata.

Seperti kisahku, tanpa kata Kim Taehyung menjelma sebagai sepupuku, tanpa kata pula aku mencintai Taehyung, dan tanpa kata sekarang aku tahu bahwa Taehyung telah menjalin kasih dengan seseorang bernama Park Jinyoung. Semua terjadi begitu saja, tapa kata. Baik aku tahu, playlistku saat ini memang penuh kegalauan, tidak perlu diingatkan.

Sudah pukul 22:02. Jungkook benar-benar tidak mengirim pesan padaku. Memang, tidak ada salahnya aku duluan yang melakukannya, tapi aku takut sekarang ia sedang sibuk atau apalah. Biarlah, lagi pula Jungkook besok harus sekolah, jadi ya biarlah.

Aku selalu begini, curhat pada laptop sambil mendengarkan lagu-lagu mellow. Ironis. Kalau tidak begini, tidak ada cara lain. Aku anak tunggal, tidak ada yang bisa ku ajak tertawa bersama pada jam-jam seperti ini. Sial.

Sebenarnya hari ini aku ingin melanjutkan kembali semua ketikanku. Tapi mendadak aku jadi bad mood dan malah jadi curhat seperti ini.

Entahlah, aku rasa aku mulai lelah menjalani sesuatu yang bosan seperti ini. Dulu, saat aku menjalin hubungan yang serius dengan Min Yoongi, dia malah pindah ke LA. Dan aku memutuskan untuk melupakannya dengan jalan : putus. Sempat lama Yoongi tidak ada kabar, hingga suatu hari Yoongi memintaku kembali dengannya. Aku mengiyakannya karena waktu itu aku memang masih sangat mencintai Yoongi.

Tapi semakin ke depan, sifat kasar Yoongi kembali muncul. Dengan cek-cok sana-sini, aku pun kembali memutuskannya. Dia masih sering menghubungiku hanya sekedar untuk memarahiku. Namun lama-kelamaan kabar Yoongi kembali mengudara, terbang.

Hingga kira-kira tiga minggu yang lalu Yoongi kembali menghubungi ku dan lagi-lagi marah-marah padaku. Anehnya, saat aku bilang aku sedang di rumah sakit, sikap Yoongi mendadak melunak dan penuh kelembutan. Ia langsung membanjiri ku dengan sejuta pertanyaan-pertanyaan penuh perhatiannya. Ku rasa dia mengira aku yang masuk rumah sakit, padahal yang sedang tergeletak lemah waktu itu kan Jaehwan.

Kira-kira begini, yang masih ku ingat…

"Kau di mana?" Tanya Yoongi dengan nada ketus. Minta di jambak.

"Di rumah sakit."

"Kau masih sakit?" Tanyanya khawatir. Sebelumnya aku sudah bilang pada Yoongi kalau aku sedang flu. Dan waktu itu aku memang benar-benar sedang flu. Waktu itu aku sendiri yang berinisiatif menelponnya. Entahlah, aku mendadak rindu tingkat dewa pada Yoongi.

"Seperti itulah. Jadi sekarang apa yang kau mau?" Tanyaku yang berusaha kembali ke pembicaraan awal kami.

"Opname?"

"Iya." Jaehwan memang di opname.

"Sakit apa?" Nada bicara Yoongi semakin khawatir.

"DBD." Jawabku ketus. Memang itu yang sedang diderita Jaehwan.

"Dengan siapa di rumah sakit?"

"Teman." Waktu itu aku datang bersama Sandeul ke rumah sakit.

"Ibu di mana?" Sumpah, aku ingin sekali tertawa waktu itu.

"Tidak ada." Ibu ku memang sedang tidak ada di sana. Aku kan mengunjungi Jaehwan dan Sandeul di Busan sedangkan ibuku jelas masih di Seoul.

"Jadi kau sendirian? Sudah makan?"

"Bersama temanku. Iya, sudah. Jadi apa masalah mu? Kenapa tiba-tiba marah seperti ini?" Aku tetap berusaha membicarakan permasalahan kami.

Yoongi menghela nafas sebentar lalu kembali berbicara denganku. Kali ini suaranya sungguh lembut.
"Baiklah, istirahat ya? Jangan lupa makan dan istirahat."

Siiing… Hening. Aku speechless.

"Iya."

Kami sempat cek-cok lagi sampai akhirnya aku memutuskan sambungan telpon secara sepihak. Min Yoongi benar-benar misterius, ia bisa tiba-tiba menjelma jadi singa kelaparan, tapi detik berikutnya ia malah menjadi malaikat bersayap yang menawan.

Sudahlah, lupakan soal Yoongi. Aku benar-benar tidak ingin ada hubungan apapun lagi dengannya. Walaupun ia calon pilot, tetap saja ketertarikan ku pada Yoongi sudah sirna seiring sikap kasarnya yang acap kali ia hujani padaku.

Hhh, lebih baik ku ganti lagi lagu yang lain. Knock Knock, ku rasa cocok. Lebih ceria dan menyejukkan.

Sepertinya perasaanku mulai normal lagi. Aku tidak jadi menangis. Tapi sepertinya aku tetap tidak bisa melanjutkan tulisanku malam ini. Soalnya aku masih belum mendapatan mood-ku kembali untuk menulis. Ku rasa besok juga tidak bisa. Soalnya besok aku harus terjun ke dapur untuk masak-masak. Paman dan bibiku datang, ingat?

Sudahlah, sebaiknya ku akhiri ketikan ini. Aku ingin istirahat. Otot-ototku sudah kaku. Semoga saja Jungkook sebentar lagi mengirim pesan dan kembali bercerita apa saja kepadaku. Jungkook itu memang aneh, dia bilang aku selalu sedang menonton TV saat dia mengirimkanku pesan, lalu dia apa? Dia selalu sedang nonton DVD kalau aku yang mengirim pesan. Menurutku itu sama saja.

Jeon Jungkook, Jungkook… nasib kisah rampok-merampoknya dengan Park Jimin bagaimana ya? Jadi penasaran. Tapi aku tidak berani bertanya padanya, takutnya dia malah tersinggung dengan rasa ingin tahuku.

Huft, aku mulai kehilangan ide.

Ok, sampai di sini dulu ya? Aku ingin mendengar lagu-lagu lain sambil tiduran saja. Atau mungkin sambil Online.

Bye bye

Love you All

Apa-apaan aku ini. Ini kan hanya sepotong curhatan tidak bermutu. Mau say good bye pada siapa ? :(

With Tears
Kim Seokjin.

Aku terkekeh kecil. Selalu saja seperti ini. Setelah membaca blog Geenie-Nam aku selalu terkekeh. Awalnya ia membuatku hampir menangis, tapi di akhir tulisannya aku malah jadi tertawa. Seokjin benar-benar penulis yang handal. Aku sungguh-sungguh menyukai semua tulisannya. Yang ku baca kali ini lebih ke bentuk tulisan diary, tapi bagiku tetap bagus dan layak baca.

Entahlah, terkadang aku merasa Seokjin menulis cerita tentang kisah hidupnya sendiri. Seperti tulisannya kali ini, aku yakin, pasti tokoh-tokoh yang dia pakai itu benar-benar ada. Ya mungkin namanya saja yang di ganti.

Drrttt,,,,drrtttt,,,

Ku lirik smartphone mungilku, ada pesan.

From: Mr Kim RM
Sayang, tidurlah sana. Jangan online terus menerus. Mentang-mentang nama kalian sama, kenapa betah sekali berlama-lama di blog Geenie-Nam? Tidurlah. Nanti besok kau terlambat.

Aku kembali terkekeh. Huh, padahal anak itu juga sering muncul di blog Geenie-Nam. Alasannya sih klise, Geenie-Nam, Jinnie-Nam, SeokjinNamjoon. Ckckck, pria-ku itu benar-benar penuh dengan ide aneh.

Drrttt,,,,drrttt,,,,,

Mr Kim-RM calling

"Matikan laptopnya." Perintahnya, lembut.

Aku tersenyum kecil. "Iya, iya. Ini juga akan ku matikan. Kau cerewet sekali."

"Kenapa cerewet? Jin-ah, kau tahu sendiri kalau kau pasti terlambat jika bergadang seperti sekarang." Ia berseru manja.

"Aku tidak akan telat, Joon. Ibu pasti membangunkanku."

"Tapi kan besok hari bersejarah buat kita, sayang."

Aku kembali tersenyum. "Iya, Joon-ah. Aku tidak mungkin lupa."

Ia terdengar seperti sedang tertawa girang. "Baiklah, selamat tidur sweety honey bunny ku tercinta. Aku benar-benar mencintai Kim Seokjin. Mimpikan Namjoon-mu ya Mrs. Kim yang cantik."

"Iya Mr. Kim yang tampan. See u honey…"

"See u baby, aku jadi tidak sabar melihatmu besok." Ia terkekeh.

Aku cemberut. "Joon-ah…"

"Iya, iya, maaf. Baiklah, kapan akan kita matikan teleponnya?"

Aku menepuk jidat. "Hehehe, nite."

"Nite."

Klikk…

Aku tersenyum lagi. Huft, untungnya aku sudah punya kekasih, Kim Namjoon. Walaupun dia manjanya ampun-ampunan tapi bagiku dialah yang terbaik.

Aku harus segera tidur. Besok adalah hari pernikahanku dan Namjoon. Tentunya aku tidak boleh telat.

Setelah mengetik beberapa kata, aku langsung logout dari Geenie-Nam. Kemudian aku segera men-shut-down laptop ku dan membanting diri ke tempat tidur. Tidak lupa membawa smartphone mungilku juga ke tempat tidur. Ok, waktunya menyusul Namjoon ke dreamland, karena ku yakin saat menelpon ku tadi pasti dia sudah berada di bawah selimut.


Geenie Nam dot blogspot dot com

member : 211191
e-mail : 475

(Jin Kim)
besok hari yang membahagiakan. Nite.
1 menit yang lalu

.

.

.

(Joon Kim)
bangun khusus untuk menyuruhnya tidur.
10 menit yang lalu

.

.

.

Search lanjutan
Geenie logout

Aku tertawa kecil, lalu menekan tombol enter. Semoga 'Jin' ini tak menjadi 'Jin' sepertiku. Semoga dia bisa hidup bahagia bersama 'Joon'-nya.

Ddrrtttt,,,,,drrttt,,,,,

From: Kim'Namjoon'

Jin, besok jadi kan? Kita bertemu di tempat biasa saja, bagaimana?

Hhh, aku hanya menghela nafas. Aku benar-benar tidak mood melakukan apapun sekarang.

Drrtttt,,,drrrttt,,,

Kim'Chanyeol' calling

Ku kerutkan kening, lalu ku scroll tombol hijau di smartphone ku.

"Jin, ini aku."

"Namjoon? Kenapa pakai nomor Chanyeol?"

"Yah, pulsaku lagi kosong. Besok jadi?"

Aku menggangguk. "Jadi. Di tempat biasa, kan?"

"Iya. Aku jemput ya, Jin?"

Aku tersenyum, dan mengangguk. "Ok. Jangan terlambat ya, Namjoon."

"Ok. Jin, sudah dulu, ya. Chanyeol sudah mengomel. Katanya ingin menelpon Baekhyun. Susah memang yang akan married. Kita kapan ya, Jin?" Candanya.

Ia terkekeh. Aku tercekat.

"Bye, Jin."

"Bye, Namjoon."

Klikk…

Selalu begini. Namjoon dan sifat tidak peka-nya.

THE_END