THIN LINE

Kim Jongin x Oh Sehun

.

.

Chapter 2

.

.

"aku tidak butuh uangmu." Jongin menepis tangan putih itu. Genggaman Sehun masih cukup kuat agar uang yang ia pegang tidak berjatuhan kemanapun. Sehun diam, mata sipitnya terpaku pada penampilan Jongin yang masih mengenakan seragam-apa anak itu belum pulang kerumah? Sementara Jongin entah kenapa malah salah fokus ke hidung Oh Sehun yang memerah. Mimisan kah? Tidak tahu. Yang jelas dengan kulit putihnya itu, hidung Sehun yang memerah terlihat jelas sekali.

"minggir."

Jongin berlalu begitu saja, memunggungi Sehun yang masih berdiri kaku ditemaptnya. Menatap punggung Jongin yang menjauh.

.

Chanyeol berhasil menjadi pahlawan dari rasa bosan Jongin. Tepat setelah sepuluh menit pria itu duduk di halte bus tanpa tujuan. Chanyeol menelfonnya.

"kenapa? Aku baru selesai mandi"

"jemput aku di halte dekat supermarket depan blok rumahku. Jangan banyak tanya!"

Pip. Sambungan dimatikan. Silahkan cibir Jongin karena tata karma nya yang cetek. Disana, Chanyeol mengernyitkan dahinya heran sebelum akhirnya berangkat juga.

.

.

.

"kabur lagi?" itu sapaan pertama yang dilontarkan Chanyeol begitu Jongin mausk kedalam mobil dan menutup pintunya. Dia hanya memakai celana boxer dan kaus tidur. Itu alasan kenapa Chanyeol memilih naik mobil ketimbang motor jika kau ingin tahu.

"apa lagi."

Chanyeol tidak menyahut apa apa lalu memutuskan untuk segera mengemudi ke apartemennya.

Mereka tidak sadar, Oh Sehun daritadi memandang kepergian mereka didalam mobil yang terparkir tersembunyi.

.

.

"darimana kau?" baekhyun bertanya sesuatu hal yang ia tau tidak akan dijawab oleh Sehun. Kaka mungil nya langsung mengekori Sehun saat pria itu baru masuk kedalam rumah. Tinggal ditambahkan kalung pengenal, Baekhyun lebih mirip seperti anjing penjaga. Jangan salah, dia menunggui Sehun bukan Karena khawatir. Dia bosan. Objek bullyannya menghilang seharian.

"bukan urusanmu." Sehun berlalu melewati Baekhyun dan segera menaiki tangga spiral menuju kamar. Buru buru dia menutup pintu kamarnya dengan bantingan keras saat Baekhyun sudah beberapa inci di depan pintu.

Tidak lupa mengunci pintu agar si cerewet tidak masuk.

Sehun merebahkan dirinya diatas Kasur untuk meredakan pusing yang dari tadi menyerang kepalanya. Ia benci saat dirinya lemah, tidak hanya secara batin tapi juga fisik. Darah mimisan yang mengucur dari hidungnya memang sudah berhenti. Tapi sungguh sial, pusingnya beolum hilang juga.

Perlahan, mata Sehun tertutup rapat. Membawanya kedalam alam tidur. Dimana ia bertemu lagi orang yang ia cintai.


ooo


Setelah dua hari bangku disamping Sehun kosong, akhirnya sang pemilik menunjukkan batang hidungnya di kelas. Sehun melirik dari ujung mata, mengintip penampilan Jongin yang berantakan seperti biasanya.

Kemudian, Sehun memutuskan untuk memainkan ponsel yang dari tadi ia genggam. Sekedar agar terlihat memiliki kegiatan yang dilakukan. Terlihat sibuk. Mengalihkan rasa ingin buang air kecil yang sudah mendesak. Dia ingin ke toilet sebenarnya. Tapi ia tahan sebisa mungkin. Sehun merasa, duduk sedikit lebih lama di dekat Jongin lebih penting sekarang ini.

Sehun memperhatikan Jongin yang tiba tiba bangkit dari kursinya. Pria itu menguap lebar lalu pergi begitu saja dari Kelas. Dan saat itu Juga, Sehun segera berlari ke Toilet.

Keinginannya untuk buang air sudah ditahan selama lima belas menit.

.

.

Jongin tidak kembali lagi ke kelas sampai bel istirahat berbunyi. Sehun juga tidak tahu dia kemana. Dilihat dari tas sekolahnya yang masih terlampir di kursi, rasanya tidak mungkin kalau Jongin tiba tiba membolos.

Sehun sempat menengok singkat ke kelas sebelah dimana Chanyeol dan Jongdae berada. Ia berharap menemukan sosok pria berkulit tan itu disana, tapi yang dia lihat hanya Chanyeol yang sedang memainkan ponselnya dan Jongdae yang sedang menggoda gadis gadis.

Tidak ada Jongin.

.

.

Jongin dan kawan kawannya menjuluki Sehun dengan julukkan 'si kaku' bukan karena tanpa alasan. Dari siswa lain disekolah, Sehun merupakan siswa paling pendiam. Jikapun dibandingkan dengan anak kutu buku, Sehun masih jauh lebih pendiam. Contohnya, para anak kutu buku yang lain masih akan ngeri saat senior menyeramkan lewat di depan mereka. Atau mereka masih akan menunjukkan ekspresi bahagia saat mendapatkan nilai bagus. Berhasil membeli buku atau komik terbaru. Atau contoh paling mudah nya, mereka masih bisa tertawa.

Tapi Sehun tidak,

Anak itu tidak pernah menunjjukkan ekspresi apapun. Dia tidak takut pada para senior –meskipun mereka juga enggan mengganggu Sehun. Sehun juga tidak pernah terlihat bergaul dengan murid lain. Dia bahkan tampaknya tidak tertarik untuk membuka pertemanan dengan siapapun. Ini juga menjadi alasan kuat kenapa Jongin membenci Sehun. Orang kaya yang diskriminatif-pikirnya.

Sehun punya alasan sendiri untuk itu. Dia tidak bodoh akan apa yang terjadi di lingkungan sosialnya. Para siswa lain berlomba berteman dengan Sehun hanya karena embel embel nama 'Oh' sebagai marganya. Pengukuhan sejati bahwa Sehun adalah keluarga konglomerat. Siapa yang tidak tau perusahaan keluarga Sehun?

Mereka hanya penjilat, menginginkan hal lain dari pertemanan dengan Sehun. Sementara para Yeoja akan berusaha keras untuk bisa dekat dengan Sehun. Tapi bukan pertemanan yang mereka incar. Dan itu jujur saja membuat Sehun jengah. Dia tidak tertarik dengan wanita. Apalagi, mereka cukup agresif. Sehun pernah menolak seorang yeoja pada tahun lalu, hal itu berbuntut sang wanita yang menangis nangis lalu menyebarkan skandal bahwa Sehun sudah memperkosanya.

Terima kasih atas Tuan Oh dan pihak Sekolah yang masih cukup waras untuk mengetahui hal itu adalah bohong. Esok harinya, si wanita sudah tidak terlihat lagi disekolah.

Sementara, bagi murid lain yang tidak berfikir se-pragmatis itu, Oh Sehun adalah pria aneh. Dia pemeluk agama yang taat. Hal ini tidak biasa bagi para remaja remaja seperti mereka. Mereka akhirnya terpancing oleh asumsi bahwa Sehun adalah orang yang kolot. Makanya Sehun tidak bisa bergaul dengan siappaun.

Tapi semua asumsi itu salah. Satu satu nya alasan Sehun lebih suka bersendiri adalah: dia tidak ingin ditinggal lagi.

Kenapa begitu? suatu saat kalian akan tahu.

.

.

Sehun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan saat waktu istirahat. Dia tidak lapar dan cukup bosan jika terus berada di kelas. Para murid yang sedang membaca buku sempat mencuri pandang dari balik kamus, atau buku yang mereka baca. Sesekali bahkan ada yang mencoba untuk mengikuti Sehun ke rak buku yang ditujunya, lalu berlagak mengambil buku yang sama. Benar benar membuat jengah, kalau boleh jujur.

Sehun terus menyusuri perpustakaan yang luas, dia melangkahkan kakinya ke rak buku paling belakang. Tempat buku buku usang, buku buku lama berada. Intinya tempat dimana para buku dengan narasi klasik membosankan berada. Jarang sekali-atau bahkan tidak ada-anak murid yang pergi kesana. Karena mereka tidak menyukai-lebih tepatnya tidak mengerti-buku buku semacam itu. Dan ditambah, lokasi rak itu yang sangat jauh di belakang. Terpencil. Memang masih bisa dipantau oleh salah satu meja pustakawan sekolah yang berjaga. Tapi tetap saja, siapa sih yang mau membaca buku memusingkan seperti itu?

"tuh kan, dia memang aneh" sebuah bisik bisik sempat terdengar pelan saat mendapati Sehun yang sedang membaca buku berat tersebut. Tapi Sehun tidak perduli. Sejak kapan dia perduli?

Sehun beranjak ke sudut ruangan, berharap bisa membaca lebih tenang. Disana ada sbuah meja yang jarang ditempati.

Sesampainya disana, Sehun terdiam saat melihat seorang pria tengah tertidur dengan kepala tertunduk diatas meja. Dari postur tubuhnya, rambut, dan seragamnya yang berantakan, Sehun sudah tau siapa anak itu. Jongin. Teman sebangkunya,

Sehun berdehem pelan lalu mengambil sebuah buku besar-semacam atlas- yang ditaruh asal di rak yang ada didekatnya. Dan dengan langkah hati hati, Sehun mendekati meja dan duduk disamping Jongin. Ia membuka buku tersebut dan mendirikannya hingga sampul buku menutupi kedua kepala mereka. Bersembunyi dari pandangan luar. Membatasi dunia mereka sendiri

Sehun bisa mendengar suara dengkuran pelan dari Jongin, meskipun wajahnya tertutup sempurna, tapi rambut hitam Jongin seolah menjadi pemandangan yang menarik. Apalagi saat punggung pria itu yang bergerak naik turun. Seirama hembusan nafas yang ia keluarkan. Sehun tidak tahu, kenapa ini menjadi lebih menarik daripada buku yang tadi berniat ia baca.

Dia duduk dekat sekali. Sangat dekat hingga bisa mencium aroma tubuh Jongin yang khas. Parfum maskulin bercampur keringat dan asap rokok. Terdengar menjijikan? tapi nyatanya di hidung Sehun, itu adalah aroma yang menyenangkan. Bahu mereka pun bahkan saling bersentuhan. Buku ini memang besar, tapi tidak akan cukup menutupi keduanya dengan sempurna jika mereka tidak berdekatan.

Tidak berapa lama, Jongin terlihat menggeliat dalam tidurnya. Pria itu mengangkat kepalanya dan menoleh kearah orang asing yang sedang duduk disampingnya sekarang. Matanya terbuka setengah tapi tatapannya sudah setajam ini. Sama sekali tidak terlihat seperti orang yang baru saja bangun tidur.

"sedang apa kau disini." Jongin berbisik tajam.

"melindungimu dari sinar matahari." jawab Sehun singkat sambil mengedikkan kepalanya kearah jendela yang berada tepat di depan mereka. Sehun tidak-sepenuhnya-berbohong. Alasan dia melakukan itu memang agar ingin menutupi Jongin dari terik matahari. Memangnya, siapa yang bisa tidur pulas dengan sinar matahari menusuk tepat kearahmu?

Jongin tidak berkata apa apa. Dia memukul buku yang menutupi mereka hingga jatuh tergeletak, lalu bangkit dengan bunyi derit kursi yang mengganggu. Para murid disekitar situ menatap kearahnya dengan kesal. Sehun hanya diam saat diperlakukan tidak tahu terma kasih seperti ini.

Yang dia lakukan hanya lah menatap punggung Jongin yang meninggalkan dirinya.

.

.

.

.

Tidak banyak yang bisa dilakukan di perpustakaan sejak Jongin pergi. Sehun tiba tiba kehilangan niatnya untuk membaca. Anak itu memutuskan pergi ke kantin untuk sekedar membeli minum, membasahi kerongkongannya yang keiring.

Kondisi kantin sangat ramai. Anak anak berceloteh dengan nampan makanan didepan mereka. Para kutu buku bergerumul dengan teman teman se-kaum-nya. Senior populer di kerubungi yeoja yeoja. Sehun juga sempat dilirik beberapa anak perempuan saat dia masuk ke kantin, tapi Sehun acuhkan.

Dia membeli segelas jus lalu duduk di sudut ruangan. Sialnya, dia baru menyadari -lagi lagi- mejanya berhadapan dengan Chanyeol Jongdae dan Jongin.

"eh, itu fans mu. Kau tidak menemaninya?" Chanyeol menyenggol lengan Jongin sambil mengedikkan kepalanya kearah Sehun di arah jam dua belas dari posisi mereka. Jongin yang sedang mengobrol dengan Jongdae, mengikuti kemana arah yang dimaksud Chanyeol.

"cih. kau saja sana!"

"hahaha. Yang dia taksir itu kan dirimu! bukan aku." kata Chanyeol lagi masih dengan nada meledek yang sangat dia kuasai. Jongdae tergerak untuk ikut menimpali. "kasihan tuh, dia kesepian!"

Jongin tidak menyahut apa apa. Matanya masih menatap Sehun dingin sekali. Dia juga tidak mengerti kenapa malah sibuk melihat pria berkulit pucat itu. Pria itu sedang sibuk dengan ponselnya sekarang.

Serius sekali-ah, Sehun memang selalu terlihat serius-tapi aura yang dia keluarkan berbeda. Ada raut tidak biasa yang tersirat diwajahnya. Tidak lama, wajah itu mendongak. Tatapan mereka bertemu. bola mata Jongin yang tajam bertubrukan dengan bola mata sendu Sehun.

Saat itu, dunia seolah berhenti.

.

"hey kau pasti akan sangat terkejut melihat ini!" sebuah pesan LINE dari Baekhyun masuk kealam ponselnya. Menyebabkan benda pipih itu bergetar.

"OY!" pesan baru masuk lagi saat Sehun mengacuhkan Baekhyun barusan. Dia baru saja ingin memblock account LINE Baekhyun sampai tiba tiba sebuah foto dikirim oleh kaka tirinya itu.

Sbeuah amplop putih. Dari hiasan dan ukirannya, jelas seperti undangan pernikahan mahal. Dia mengetuk gambar itu dengan ragu, lalu sesuatu yang membuat hatinya mencelos terpampang disana.

"Wedding Invitation."

"Xi Luhan & Kim Minseok"

"ini sampai dirumah tadi. Kau mau datang? kakakmu yang baik hati siap membantu. Aku bisa berpura pura menjadi kekasih barumu kalau kau mau. kita akan sangat cocok, iya kan sayang? hahahaha"

"screw off." itu pesan pertama dan terakhir dari Sehun sebelum akhirnya dia memblock Baekhyun.

Sehun menghela nafasnya. Sudah beberapa tahun, tapi kenapa rasa sakitnya masih sangat nyata?

Sehun menaruh ponselnya, mencoba mengederkan pandangan ke hal lain. Melupakan kenyataan bahwa sebuah pesan singkat baru saja menamparnya keras keras. Saat itu juga, dia melihat Jongin. tepat di depan mejanya. Menatap Sehun penuh arti.

Di detik kemudian, pria itu bangkit dari kursinya lalu meninggalkan mejanya begitu saja.

.

.

.

Flashback:

Sehun masih duduk di bangku Junior High School saat itu. Seperti biasa, disetiap hari Minggu keluarga Oh akan pergi ke Gereja. Dan seperti biasa lagi, Sehun akan pergi keluar sebelum acara doa selesai. Katakanlah ini bentuk ketidak sopanannya terhadap Tuhan. Tapi Sehun rasa, Tuhan akan mengerti sikapnya seperti ini. Pergi ke Gereja tanpa Nyonya Oh menjadi sebuah pengalaman yang sangat jauh berbeda.

Sehun sedang duduk dibawah pohon yang ada di halaman belakang Gereja saat itu. Tangannya sibuk memainkan rumput rumput hijau di hadapannya. Tiba tiba saja, sebuah suara dan sentuhan di pundak berhasil mengagetkannya.

"hai Sehun!" kata nya, membuat Sehun terlonjak. Dia menoleh kebelakang dan menemukan sesosok pria sedang tersenyum lebar.

"Luhan Hyung? sedang apa kau disini?" meskipun raut wajah Sehun terlihat kaget, tapi senyum yang mengembang jelas sekali menandakan betapa gembiranya ia bertemu Luhan.

"aku ingin betemu dengan dirimu tentu saja!" sahut si pria itu. Luhan adalah seorang anak laki laki yang memiliki tinggi tidak jauh berbeda dengan Sehun. Kulitnya juga sama putih dan bentuk wajahnya cukup mungil untuk ukuran lelaki. Manik matanya seperti mata rusa yang memberikan tatapan menyenangkan. Sepintas dia seperti anak lelaki yang sebaya dengan Sehun daripada kenyataan bahwa dia lebih tua empat tahun dari Sehun.

"ayo kita jalan jalan." Luhan berkata antusias. Senyum Senang sehun perlahan memudar.

"tapi… orang tuaku masih berada di Gereja." katanya sambil melirik kearah bagunan besar di depannya.

"tidak apa apa. Kita tidak akan pergi jauh jauh." senyuman Luhan seolah menghipnotis Sehun hingga pria itu akhirnya mengangguk. Keduanya lalu pergi dari sana. Lupa bahwa sebentar lagi acara gereja akan selesai.

.

"kau menyukainya?"

"iya! ini sangat enak sekali."

Luhan tidak membawa Sehun pergi jauh, atau melakukan kegiatan yang menghabiskan waktu. Dia hanya mengajak Sehun ke sebuah stand bubble tea di belakang Gereja yang cukup ramai. Mereka belum pernah kesana dan Luhan tertarik untuk mencoba. Sebagai Hyung-dan oknum yang mengajak-Luhan memutuskan untuk mentraktir Sehun meski uang saku Sehun saja berkali kali lipat lebih banyak dari miliknya.

"aku akan membelikannya untukmu selama kau mau." kata Luhan disela sela minumnya. Senyum Sehun semakin melebar.

"gomawo hyung."

.

.

Kegiatan itu rupanya menjadi rutinitas Sehun dan Luhan. Pergi diam diam ke sebuah tempat lalu akan kembali di detik orang tuanya selesai beribadah. Atau jika Sehun tidak bisa kabur dari khotbah Gereja, Luhan akan menghampiri di Minggu depan. Tuan Oh dan Nyonya Byun tau tentang pertemanan Sheun dengan Luhan, tapi mereka tidak pernah bertemu langsung dengan anak itu. Entahlah, waktunya tidak pernah pas. Tuan Oh pun hanya berhasil mengetahui soal Luhan saat sekilas melihat anaknya tengah mengobrol dengan Luhan di kejauhan.

Tuan Oh tidak ada permasalahan dengan itu. Selama Luhan anak yang baik, tidak apa jika mereka berteman.

"Sehun, apa kau mau mencoba permianan itu?" Luhan menunjuk antusias kearah permaianan disebuah pekan raya. Keduanya memutuskan untuk pergi ke sana saat hari libur. Sehun sennag bukan kepalang kala itu.

"uhmm sepertinya aku tidak bisa." Sehun berkata pelan saat melihat sebuah permainan tembak tembakkan yang dimaksud Luhan

"ayolaaah coba saja!" lagi lagi, Senyum Luhan seolah menghipnotisnya.

"boneka itu bagus ya." sebuah boneka rusa lucu menarik perhatian Luhan saat mereka sedang bersiap untuk memulai permainan. Sehun tidak bodoh untuk tidak menyadari bahwa Luhan mengincar hadiah itu. Ada sebuah motivasi yang menyelinap dihatinya ketika dia ingin memberikan boneka itu. Alhasil, setiap bidikkan Sehun tepat sasaran. Bahkan mengalahkan Luhan.

"wah! kau hebat Sehun!" Luhan berkata riang saat sang penjaga stand mainan menghampiri mereka, memberikan hadiah boneka rusa yang dimenangi oleh Sehun.

"ini untukmu Luhan hyung."

Ada sebuah senyum dan semburat merah dipipi pucat Luhan saat melihat sebuah boneka berbulu itu diarahkan padanya.

"terima kasih." Senyum Luhan tidak luntur. Bahkan semakin cerah. Dan itu menular ke wajah Sehun yang menghangat

.

.

"kenapa kau melihatku seperti itu?"

Iya Sehun, kenapa kau melihatnya seperti itu. Suara otak Sehun membeo pertanyaan Luhan. Mereka sedang duduk disebuah taman dekat gereja. Sudah berminggu minggu mereka dekat, dan rasanya setiap detik berhasil membuat jantung Sehun semakin berdetak tidak normal saat bersama dengan Luhan.

Pemandangan indah lain tidak mampu menarik perhatian Sehun yang akhirnya memutuskan untuk mengarahkan pandangannya pada Luhan. Sinar matahari saat itu membuat wajah mungil Luhan entah bagaimana terlihat sangat bersinar.

Bukannya menjawab, Sehun malah bertanya sesuatu yang membuat situasi sedikit berubah.

"hyung… apakah kau pernah berciuman?"

"huh?" Luhan tersentak. Pertanyaan itu terdengar tidak biasa ditanyakan pada anak seusia Sehun. Apalagi, mereka hanya berdua sekarang ini.

"kenapa kau bertanya seperti itu?"

"hyung sudah dewasa. Pasti hyung sudah pernah berciuman." Sehun masih ingat saat mencuri lihat film yang Baekhyun tonton. Sepasang orang dewasa sedang berciuman di bawah Jembatan. Saat Sehun tertangkap basah oleh Baekhyun, kakaknya langsung menghujaninya dengan ocehan. Sehun yang polos kemudian bertanya pada Baekhyun, apakah itu diperbolehkan? Apakah Gereja tidak melarang? Baekhyun-yang saat itu masih bersikap menyenangkan-menjawab, bahwa hal itu lumrah karena mereka sudah dewasa.

Entah kenapa, setelah itu, bibir Luhan menghiasi benak nya setiap malam.

"berciuman tidak bisa dilakukan sembarang orang Oh Sehun." Luhan menjawab dengan kalimat nasehat yang tidak memuaskan rasa keingin tahuan Sehun.

"lalu?"

"yeah. uhm. kalau kau menyukai seseorang, baru kau bisa berciuman." kata Luhan salah tingkah. Berfikir hal itu bisa menjadi jawaban paling aman. Tapi ternyata Luhan salah. Sehun malah memandangnya dengan tatapan lebih serius dari sebelumnya

"jika aku menyukai Hyung, apa aku bisa mencium Hyung?"

"a-apa?" jantung Luhan seolah melewatkan satu deguban.

"hyung sangat cantik."

Sekarang, jantungnya malah berdetak tidak beraturan.

"aku em.. aku suka pada hyung."

Dan saat Luhan belum sempat merespon appaun, Sehun sudah mendaratkan bibirnya dibibir Luhan. Hanya dua detik. Hanya sebuah kecupan lembut tapi berhasil membuat jantung keduanya berpacu.

Ponsel Sehun yang bergetar menginteruspsi suasana canggung mereka. Sehun lalu merogoh benda pipih tersebut dan mengangkat panggilan yang masuk

"Oh Sehun?" Baekhyun berkata dari seberang sana.

"ne?"

"aku sudah tiba di depan." katanya lagi.

"baiklah."

Sehun menutup panggilannya lalu pamit pulang pada Luhan yang maish terbengong.

Dikejauhan, Baaekhyun terdiam di mobilnya. Entah harus bereaksi apa setelah mejadi saksi bahwa sang adik baru saja mencium lelaki.

Saat sehun berjalan kearah mobil nya, Baekhyun menatap Sehun dengan tatapan datar penuh arti. Tidak ada rasa terkejut. Tidak ada rasa marah. Tidak ada rasa apapun. Hanya sebuah tatapan yang janggal.

"apa.. kau baru saja mencium seorang pria?" itu pertanyaan pertama begitu Sehun menutup pintu penumpang. Sehun tersentak, matanya membulat lebar. Mereka berdua sibuk saling tatap dengan ekspresi berbeda. Yang satu kaget luar biasa, yang satu biasa saja.

"kau menjijikkan." kata Baekhyun dingin. Kemudian, dia mulai menancap pedal gas dan membawa mereka berdua pulang kerumah.

"tolong." Sehun berbisik saat keheningan menyelimuti perjalanan mereka kerumah.

"jangan beritahu appa." itu adalah permintaan pertama dan terakhir yang pernah dikatakan Sehun pada Baekhyun. Baekhyun melirik adiknya dari ujung mata. Mendapati sehun yang sedang duduk lesu sambil memalingkan pandangannya ke pemandangan luar.

Hanya sebuah dengusan yang menjadi jawaban atas permintaan Sehun. Sehun sendiri tidak tahu, apa itu bentuk dari persetujuan atau bukan. Tapi yang ia tahu, semenjak saat itu, Baekhyun menjadikan rahasia tersebut sebagai senjata. Untuk membully Sehun sepuas hati. Untuk mengancamnya. Atau hanya sekedar bermain main dengannya.

Dan semenjak saat itu pula, kakak tiri menyenangkan bernama Baekhyun mati. Berganti menjadi kakak tiri menyebalkan yang membuat Sehun lupa apa itu arti keluarga.

.

Sehun berdecak pelan saat kenangan tadi kembali bergelayut di benaknya. Sebuah kenangan yang tidak sepatutnya menjadi memorabilia. Sebuah kenangan yang seharusnya dibuang jauh jauh. Tapi terima kasih untuk Baekhyun. Pria bernama Luhan kembali teringat jelas-meskipun sesungguhnya, Sehun belum benar benar melupakan Luhan sepenuhnya.

.

.

.

Sehun mencoba mengalihkan rasa bosan nya dengan bermain game di ponsel. Melakukan apapun agar kenangan tadi tidak merengsek masuk. Dia sedang duduk disebuah ruang tunggu didepan laboratorium. Wangi khas rumah sakit sempat menganggunya tapi tidak begitu berarti.

"Oh Sehun?" seorang suster memanggil. Dia mematikan layar ponselnya, membuat suara sayup sayup game itu berhenti.

"Terima kasih." kata Sehun saat sang suster memberikan hasil laboratorium yang sudah ditunggu tunggu oleh sehun.

Dengan sedikit terburu, Sehun membuka map coklat itu dan membaca nya sambil jalan. Matanya bergerak gerak cepat sampai baris paling bawah.

Sebuah helaan nafas panjang keluar dari mulut Sehun bersamaan dengan kertas hasil laporan yang kembali ia jejalkan kedalam map. Kemudian, berakhir di dalam dashboard mobil yang disembunyikan rapat rapat

.

.

.

"welcome home adikku sayang!" Baekhyun bangkit dari kursinya dengan gembira lalu menghampiri Sehun yang baru tiba dari pintu masuk rumah. Anak itu-seperti biasa-sedang tidur tiduran di sofa ruang tamu. Menunggu Sehun pulang-lagi.

"apa kau tidak ada pekerjaan lain selain menunggui ku?" Sehun berdecak malas saat sang kakak menghalangi langkahnya.

"itu karena aku sangat menyayangimu dan hanya ingin bermain bersamamu."

"fuck off." Sehun mendorong bahu Baekhyun sampai si pria yang lebih pendek itu bergeser memberikan jalan.

"segala bentuk kata umpatan dilarang dirumah ini Oh Sehun. Appa tidak menyekolahkanmu untuk mengumpat kakakmu sendiri." suara Tuan Oh berhasil membuat Sehun hampir terlonjak. Pria itu sedang membaca alkitab di ruang TV-yang posisinya dekat dengan ruang tamu-. Sehun sedang melewati ruang TV untuk pergi ke tangga spiral saat tiba tiba Tuan Oh menyadari keberadaannya. Berbanding terbalik dengan Sehun yang mengira ruang TV tadi sedang kosong.

Tuan oh menutup alkitabnya, melihat Sehun dengan tatapan penuh selidik. Dan seolah hal ini belum cukup buruk, Baekhyun sudah muncul dari ruang tamu kemudian mendudukkan dirinya di dekat Tuan Oh. Raut wajah nya penuh dengan siratan provokasi.

"darimana saja kau pulang selarut ini?"

"aku mengerjakan tugas kelompok."

Tuan Oh menimbang nimbang kalimat Sehun.

"cepat ganti baju. Dan kembali turun untuk makan malam." katanya lagi , lalu kembali membaca alkitab ditangannya. Sehun hanya membungkuk lalu segera pergi meninggalkan ruang TV.

.

.

.

tok tok tok

"Tuan Muda. Anda ditunggu Tuan Besar untuk makan malam." suara pesuruh rumah terdengar di balik pintu

"aku tidak lapar. Katakan padanya aku sangat lelah dan hanya ingin tidur." kata Sehun dari atas kasur. Wajah pria itu lelah. Matanya dia tutup dengan punggung tangan. Sekedar berharap pikiran pikiran berkecamuk yang ada di otaknya akna lenyap. Lupa bahwa dia sendiri lah yang membawa pikiran itu masuk.

Sepuluh menit setelah kepergian pesuruh, pintu kembali diketuk. Sehun yang merasa kesal karena diganggu segera bangun dari kasurnya. Membuka pintu dan siap menyembur siapapun yang berani merusak waktu tenangnya.

"biarkan aku masuk atau akan aku lemparkan makanan ini ke mulutmu." alih alih pesuruh, Baekhyun muncul di depan pintu lengkap dengan sebuah nampan penuh makanan. Sehun mendengus keras sebelum akhrinya membukakan pintu untuk sang kakak.

Jangan kalian pikir Baekhyun melakukan itu karena khawatir kesehatan adiknya. Dia hanya cari muka pada Tuan Oh, dan mencari alasan agar bisa masuk ke kamar Sehun.

Dan jangan kira Sehun membukakkan pintu karena dia luluh. Dia tahu Baekhyun benar benar akan melemparkan makanan itu ke wajahnya jika permintaannya tidak dituruti. Kemudian dengan fantastisnya dia akan mengarang cerita soelah dirinya lah yang menjadi korban. Lalu Tuan Oh akan menyiraminya dengan ocehan menusuk.

Tidak. Sehun sedang tidak dalam mood untuk berdebat dengan ayahnya.

"aku sudah menyiapkan tiket ke Jeju, omong omong." kata Baekhyun sambil menaruh nampan itu diatas meja. Sementara Sehun kembali merebahkan dirinya diatas kasur.

"untuk apa?"

Baekhyun memutar tubuhnya lalu bersender di meja. "pergi ke pernikahan mantanmu itu tentu saja."

"aku tidak ingin kesana."

"kenapa? aku bahkan sudah menyiapkan semuanya. Aku juga sudah izin pada dad." kata kata Baekhyun barusan seolah memberikan efek dorongan hebat pada Sehun hingga pria itu terduduk dengan mata membelalak lebar.

"hah?! ka-kau apa?!"

"izin pada dad untuk menculikmu Hari Sabtu Minggu depan." Baekhuyun berujar santai sambil melipat tanggannya.

"kau gila!"

"aku hanya mengatakan ingin mengajakmu ikut ke acara temanku. Tenang saja. Aku tidak akan membongkar rahasiamu." Baekhyun menjeda kalimatnya untuk menyelipkan sebuah seringaian sebelum melanjutkan omongan "kecuali kau menolak, aku pasti akan memberi tahu nya."

"apa sih untungnya bagimu mencampuri urusanku!"

"to be honest, memang tidak ada." Baekhyun menghampiri Sehun yang duduk diatas ranjang, lalu berdiri tepat di depannya.

"tapi muak sekali rasanya memiliki adik lemah sepertimu!"

"aku juga muak memiliki kakak sinting sepertimu!" Sehun membatin tapi suara itu tidak keluar dari mulutnya.

"dengar ya Sehun. Kau tidak bisa terus terusan meratap seperti ini! Menjijikkan sekali melihatmu menangisi seorang pria yang bahkan sudah move on."

Rasanya, mendengar kalimat Baekhyun barusan kembali membuka luka lama yang belum kering. Sehun ingin memotong ucapan Baekhyun, tapi entah kenapa dia lagi lagi menjadi lemah. Lagi agi membiarkan Baekhyun menghujaninya dengan kalimat menusuk. Lagi lagi membiarkan dirinya tenggelam dalam perih.

"kau akan pergi kesana. Menatap wajahnya dengan senyuman paling lebar yang kau punya. lalu kita kembali."

"setelah itu, jika kau ingin menangis seperti bayi selama perjalanan pulang. Terserah!"

"ingat. Aku tidak main main soal akan memberi tahu dad!" kemudian, Baekhyun beranjak pergi dan meninggalkan Sehun dikamarnya.

Entah apa yang di rencanakan Baekhyun. Apa pria itu memang ingin membantu Sehun menghadapi kenyataan, atau hanya ingin menjebak Sehun dalam situasi tidak enak dimana dia akan kembali terluka. Dua hal itu susah dibedakan. Apalagi, mengingat tabiat kakak tirinya.

Sepertinya, kemungkinan yang kedua lebih tepat.


ooo


Ternyata, kejadian kemarin siang di perpustakaan tidak merubah banyak hal diantara Jongin dan Sehun. Hal itu terlihat dari sikap keduanya di kelas pagi ini. Jongin bersikap seolah hal kemarin tidak pernah terjadi. Dan Sehun pun kelihatannya tidak ingin membahas hal itu.

Mereka kembali masuk dalam atmosfer dingin yang biasa menyelimuti.

"selamat pagi anak anak." Guru Kim menyapa mereka saat pria gempal itu sudah siap dengan pelajarannya yang menyebabkan kantuk

"hari ini kalian akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk tugas sosiologi." ah, tugas kelompok. Sehun tidak pernah tertarik dengan tugas kelompok apapun. Dia selalu berakhir di sebuah kelompok namja yang akan mengacuhkannya, memanfaatkan uangnya dan yeoja yang membuatnya risih.

"supaya lebih mudah. Kelompok kalian akan ditentukan dari posisi bangku. Tugas ini hanya membutuhkan dua orang. Jadi, kalian akan ditentukan dari teman sebangku kalian." kalimat itu berhasil membuat kepala Jongin dan Sehun yang tadi nya sibuk dengan urusan masing masing, mendongak cepat cepat

"tugas ini dilakukan selama dua minggu. Saya harap, kalian bisa bekerja sama dengan baik."

Jongin dan Sehun saling melempar pandangan beberapa detik.

Kerja sama? kata itu terdengar tidak mungkin untuk keduanya.

.

.

.

.

.

TBC

A/N:

Tenang, Sehun bukan stalker kok. hahahaha.

Dari sini kayanya udah lumayan keliatan ya, yang ga percaya cinta itu si Sehun. *lah, tapi kan katanya dia naksir Jongin? hehehe, tunggu jawabannya.

Itu hanya flashback sekilas, jadi emang belum aku ceritain secara full kenapa Sehun kayak gini.

Sorry moment kaihun nya belum banyak. Aku ga mau terlalu buru buru. Next Chap udah mulai kok.

Thanks for reading, ditunggu tanggapannya ;)

gomawo:*

-moza