Pair : [Ino Y. x Sasuke U.] Karin U.

Genre : hurt/comfort, drama (mungkin)

Warning : OOC ya pasti, AU, typo ada banyak, alur cahaya, aneh, abal en kampungan, tidak ada EYD, yang nulis kelaperan *ga penting*, bikin yang gak suka tekan BACK

Naruto © Masashi K.

Mee fansnya Ino!

.

.

SMILE

.

.


"Sasuke- ku~n, aku boleh beli yang itu ?" seorang gadis merengek manja menggelayuti lengan seorang lelaki sambil menunjuk barang yang ia maksud. Sang lelaki yang notabene terlihat seperti pacarnya itu pun menepuk rambut panjang gadisnya.

"Tentu. Kau mau yang ini ?" tanya sang pacar. Sang gadis mengangguk semangat sambil tersenyum lebar. Sang pacar lelaki memanggil karyawan yang sedang menemani mereka dan memberikan baju yang diminta sang gadis. Ia mengeluarkan kartu kredit kelas gold dan membayarnya. Sang gadis yang meloncat kegirangan dan mengecup mesra pipi lelaki di sampingnya. Sang lelaki hanya tersenyum samar lalu menuntun gadis di sampingnya keluar dari mall dan pulang.

.

.

.

.

.

Krek

"Sasuke-kun baru pulang ? Dari mana ?" seorang gadis berambut panjang terlihat duduk di atas sofa apartementnya setelah ia membuka pintu.

"Apa urusanmu ?" jawab Sasuke dingin. Gadis yang menanyainya hanya bisa menghela napas lembut.

"Sudah makan ?" tanyanya lagi. Sasuke hanya melengos pergi masuk ke kamarnya. Sasuke mendudukkan diri di kasurnya sambil menekan-nekan layar Iphonenya.

Tok. Tok.

Ia mendengar pintu kamarnya diketuk pelan lalu terdengar suara, "Kalau belum, ada kari dan sup miso di kulkas. Makan ya, walau telat, aku tidak suka Sasuke sakit! Aku pulang dulu, Sasuke-kun. Smile," setelah menyampaikan salamnya, gadis itu pergi dengan terdengarnya suara pintu apartementnya ditutup. Sasuke menghela nafas lelah, ia tidak merasa lapar meskipun ia menemani Karin belanja seharian ini.

'Yamanaka Ino.. berhentilah mencampuri hidupku.'

Tanpa basa-basi lagi lelaki bermarga Uchiha itu langsung pergi menuju dunia mimpinya.

.

.

.

.

.

Minggu pagi ini kepala serasa Sasuke berdenyut. Iphonenya berdering, menandakan ada telpon masuk. 'Karin..' batinnya setelah membaca huruf yang berderet disana.

"Halo ?" suara Sasuke terdengar serak.

"Halo Sasuke-kun, kau dimana ? Sekarang sudah jam 9. Bukannya hari ini kita akan ke mall lagi ?" tanya suara di sebrang telponnya.

"Maaf Karin, kurasa hari ini tidak bisa. Aku tidak enak badan," jawab Sasuke pelan. Terdengar dengusan kasar serta geraman dari Karin, tak selang beberapa detik sambungan ditutup secara sepihak. Sasuke menghela napas seakan tidak peduli dan meletakkan Iphonenya di atas meja di samping tempat tidurnya.

Ia ingin berdiri untuk mengambil air. Kakinya terasa berat digerakkan, kepalanya sangat pusing dan tubuhnya sedikit menggigil. Alhasil Sasuke hanya bisa duduk di pinggir ranjangnya sambil memegangi kepalanya yang rasanya seperti sedang dipukul-pukul.

PLEK

Sebuah punggung tangan menempel di dahinya. Sasuke mendongak untuk melihat sang pemilik tangan. 'Yamanaka Ino. Lagi,' batin Sasuke.

"Demam ya," ujar Ino singkat. Sasuke memberikan tatapan dinginnya dan menampik tangan Ino. Kepalanya yang berdenyut diabaikan dan kembali mencoba berdiri. Namun baru saja selangkah, badannya sudah terhuyung ke depan. Beruntung saja Ino sigap menahan badan Sasuke agar tidak jatuh. Ino kembali mendudukkan Sasuke ke atas ranjangnya.

"Sasuke-kun istirahat ya," ujarnya sambil mendudukkan Sasuke paksa karena Sasuke terus meronta lemah.

"Ino akan buat sarapan. Sasuke tidur saja disini,". Belum sempat Sasuke menimpal, Ino sudah keburu keluar. Sasuke hanya mendengus kasar. Selang beberapa menit, Ino kembali dengan nampan berisi semangkuk bubur dengan uap yang masih mengepul dan segelas air putih.

Ino meletakkan nampan di meja dekat kasur Sasuke dan membawa mangkuk berisi bubur itu di tangannya lalu duduk di kursi samping ranjang. Menyendoknya sedikit, meniupnya perlahan dan mengulurkannya ke Sasuke.

"Bilang 'aa'!" titah Ino, mulutnya terbuka mempraktekkan ucapannya.

Sasuke melirik tajam Ino, "Pergi!" bentaknya dengan suara serak, ketahuan sedang menahan sakit.

"Makan!" ujar Ino tak mau kalah. Tangan yang memegang sendok itu semakin mendekat ke mulut Sasuke.

"Pergi!" ujar Sasuke lagi, kali ini amarahnya tersulut.

"Makan!" Ino tetap bersikeras menyuapi Sasuke.

"KUBILANG PERGI!" Sasuke menepis tangan Ino kasar. Ino tersentak kaget membuatnya menjatuhkan mangkuk yang dibawanya. Beruntung mangkuk itu jatuh ke lantai dan tidak mengenai seprai.

Ino sedikit membulatkan matanya, masih terkejut. Sasuke masih menatapnya tajam. Ino menghela nafas, ia keluar membawa mangkuk dan sendok di lantai tersebut lalu mengambil pel untuk membersihkan ceceran bubur ynag tumpah lalu keluar lagi.

Ino masuk ke kamar Sasuke dengan membawa bubur lagi, tentu dengan mangkuk dan sendok baru. Ino mendudukkan diri lagi di kursi samping ranjang Sasuke. Sasuke memberinya tatapan tajam dengan amarah lagi, tangannya sudah siap menampik mangkuk yang dibawa Ino. Ino menghindari tangan Sasuke agar bubur yang dibawanya tidak jatuh lagi.

Ino menatap Sasuke teduh, "Makan Sasu, berapa kalipun kau menumpahkan bubur ini, aku juga akan tetap kembali membawa bubur ini lagi agar Sasuke mau makan,"

Sasuke menutup kedua matanya dan menghela nafas lelah. Ia menyenderkan diri ke badan ranjang. Ino tersenyum lembut dan menyuapi Sasuke, namun Sasuke langsung mengambil mangkuk dan sendok dari tangan Ino lalu menyendokkan bubur ke mulutnya.

Ino mendenguskan nafas geli dan beranjak keluar meninggalkan Sasuke yang tengah menikmati bubur buatannya. Dan entah kenapa pemahaman Sasuke terhadap 'lidah tidak bisa merasakan rasa apapun selain rasa pahit jika sakit' hilang karena bubur buatan Ino terasa hangat ... dan enak.

.

.

.

.

.

Ino menangkat panci berisi air di atas kompor yang telah mendidih. Ino menuangkannya ke dalam mangkuk keramik berwarna putih dan mencampurkannya dengan air bersuhu normal sehingga menjadi hangat. Ia mencari handuk kecil di lemari kamar mandi dan mencari obat penurun demam di kotak obat. Ino kembali melangkah ke tempat ia menaruh air hangatnya dan menata barang yang ia bawa beserta air hangatnya ke dalam nampan.

Ino melangkah perlahan menuju kamar Sasuke. Disana Sasuke tengah menyendok suapan terakhir buburnya. Ino tersenyum geli melihat Sasuke yang nampak puas. Ino meletakkan nampannya di atas meja. Sasuke melirik Ino dan menaruh mangkuk bubur kosong ke meja di sampingnya. Sasuke bersiap mengambil air putih di atas meja sebelum jari lentik Ino mencekal tangannya.

"Minum dengan ini," Ino menyodorkan sebuah pil berwarna merah.

Sasuke memincingkan matanya, "Apa itu ?" nada dinginnya masih terdengar walau serak.

"Cuma penurun demam kok," ujar Ino kalem. Sasuke mengambil obat di telapak tangan Ino dan meminumnya bersamaan bersama air.

Ah.. Tenggorokan Sasuke yang semula kering lalu berubah hangat dan sekarang menjadi segar. Nikmatnya...

Tanpa sadar Sasuke tersenyum samar. Ino yang menyadari perubahan ekspresi Sasuke ikut tersenyum kecil. Ia beranjak dari samping Sasuke menuju air hangatnya. Ino mencelupkan sebuah handuk kecil dan mendiamkannya untuk beberapa saat lalu kembali ke Sasuke.

"Sasuke-kun," Ino memanggil pelan. Yang dipanggil menoleh pelan. Ino tersenyum lagi, "Ganti baju sana, bajumu yang ini bau keringat. Aku sudah menyiapkannya di atas meja, aku keluar dulu ya."

Ino hendak memutar tubuhnya sebelum suara serak Sasuke mengejutkannya, "Beserta pakaian dalamku juga ?"

BLUSH

"G-gomen, a-aku ti-tidak b-bermaksud untuk me-melihat, t-t-tapi y-ya, su-sudah k-kusiapkan," jawab Ino gagap dengan muka bersemu. Tangannya bergerak-gerak di udara, mengibas-ngibas tak beraturan. Sasuke tampak menyeringai tipis ke arahnya dan membuat Ino salah tingkah.

"B-beritahuakujikaSasukeselesai!" Ino segera pergi keluar kamar Sasuke dan menutup pintu cepat.

Sasuke terkekeh.

Lalu berhenti.

Ia sadar kan ? Atau masih bermimpi ?

Ia baru saja tertawa karena Ino.

Ino.

Bukan Karin.

Sasuke terbengong sebentar. Bersama Ino terasa lebih bebas daripada bersama Karin. Sifatnya yang berbeda dari Karin membuat ia.. rindu ?

Ino lebih perhatian, tidak penuntut, mandiri serta perawakannya yang lembut, keibuan, dan lucu berlawanan dengan sifat Karin. Ino juga cantik dan menggemaskan. Meskipun Karin juga mempunyai beberapa sifat pada Ino dan fisik Karin lebih bagus dari Ino, hingga membuat Sasuke terjatuh di pangkuan Karin, namun entah kenapa sikap Ino membuatnya lebih tertarik dan tadi sangat.. menyenangkan.

.

.

.

.

.

Ino mengetuk pintu kamar Sasuke. "S-Sasuke ? Su-sudah selesai ?" efek gagap Ino masih belum hilang.

Sudah lama sekali Sasuke tidak berbicara dengan bebas dan menggodanya seperti ini. Ino masih ingat kapan ia menyatakan perasaan pada Sasuke dan Sasuke menerimanya. Ya, ia menembak Sasuke. Dengan wajah merah, tiga sampai empat bulan yang lalu di taman dengan pohon sakura mekar di sekelilingnya. Sasuke menerimanya dengan senyuman lebar dan langsung mencium keningnya. Disana mereka bercanda dan tertawa.

Ino menyentuh keningnya. Masih terasa bibir Sasuke yang menekan lembut keningnya. Ino tersenyum lembut dengan mata yang menyorotkan rindu. Lamunannya buyar setelah terdengar gumaman pelan dari dalam kamar.

Ino membuka pintu dan melihat Sasuke sudah tiduran kembali di ranjangnya. Memasang wajah datarnya yang terlihat mengantuk, efek obat mungkin. Ino menuju ke arah meja, mengambil wadah air hangatnya dan membawanya ke arah lelaki dengan Onix pekat itu tebaring. Jemari ramping Ino menyingkirkan poni panjang Sasuke lalu meletakkan handuk hangat yang telah diperas itu di atas dahi Sasuke. Mengompresnya.

Sasuke merasa lebih mengantuk setelah handuk yang terasa hangat itu berada di dahinya. Ia memejamkan matanya perlahan merasakan belaian jari lembut Ino di pipinya. Entah mengapa Sasuke membiarkannya. Rasanya nyaman. Jarinya juga terasa hangat dan lembut, membuat Sasuke rileks. Ia rindu kenyamanan seperti ini, seperti sudah lama sekali ia tidak merasakannya.

Setelah itu terasa hembusan nafas hangat nan teratur dari Sasuke. Ia telah tertidur. Ino tersenyum lembut, entah yang ke berapa. Ia memandang Sasuke yang tertidur dengan tenang sambil sesekali mengganti handuk dan airnya. Ino tidak keberatan. Ino malah merasa senang.

'Tidur yang lelap ya, Saske-kun.'

.

.

.

.

.

"..ke .. Sasuke-kun..." terdengar di ujung sana seorang gadis tengah memanggil namanya.

Mata gadis itu terlihat menyedihkan, membuat hati Sasuke sakit. Air mata yang tumpah dari gadis itu juga seperti mendorong air matanya untuk ikut keluar. Suara gadis itu tidak terisak namun berbisik perlahan, semakin terdengar jernih. Pandangannya memudar, rasanya ia ingin menggapai gadis itu namun semuanya sudah menjadi gelap. Anehnya suara gadis tersebut masih terdengar lirih.

"..ke .. suke ..Sasuke-kun, buka mulutmu,". Dingin. Manis. Segar. Ketiga rasa itu langsung memenuhi mulut dan kerongkongannya setelah ia membuka mulut. Sasuke membuka matanya. Samar terlihat seorang gadis dengan mata aqua menatapnya. Ah, Yamanaka Ino.

"Es madu lemon," gumam Sasuke pelan, mulutnya masih mengecap rasa segar dari sesuatu berbentuk kubus kecil.

"Aku membuatnya selagi Sasuke masih tidur. Untungnya cepat beku, hehe," jawab Ino dengan cengiranya. Es di mulut Sasuke telah habis, namun ia masih ingin mengecap rasa manis nan melegakan itu terus.

"Lagi," pinta Sasuke. Ino terkekeh geli, lalu menyodorkan satu ke depan bibir Sasuke yang langsung di lahap oleh sang lelaki.

tik tok tik tok

Ino melirik jam dinding di kamar Sasuke. Setengah satu.

Ino beranjak untuk meninggalkan kamar Sasuke sebelum sebuah suara menginterupsinya, "Ingin kemana ?" tanya Sasuke sambil memasukkan sekubus es madu lemon lagi ke mulutnya, entah kenapa ia tidak ingin Ino pergi.

"Menyiapkan makan siang. Sasuke harus makan biar cepat sembuh lho," setelah itu, Ino langsung memutar badan dan menuju dapur.

Sasuke diam sambil terus mengecap es di mulutnya. Kenapa ia merasa seperti tidak rela bila Ino pergi ? Ia merasa seperti sangat membutuhkan Ino. Kepalanya sudah tidak pusing lagi. Suaranya juga sudah tidak seserak tadi. Tapi badannya masih terasa berat. Ia sudah bosan berbaring di ranjangnya. Rasanya sepi jika Ino tidak ada, ia merindukan Ino.

Hn ?

Apa ?

Tadi.. Sasuke merindukan Ino ?

Merindukan Ino ?

Ino ?

Krek

Ino masuk membawa sebuah nampan dengan mangkuk lagi. Ino mendudukkan dirinya di kursi lalu menyodorkan mangkuk berisi krim sup dengan jamur, jagung dan daging ayam cincang. Sasuke melirik malas ke arah mangkuk yang disodorkan Ino.

"Apa orang sakit harus makan makanan basah-lunak seperti ini terus ?" keluhnya. Ino terkekeh pelan.

"Makan! Orang sakit tidak bisa merasakan rasa manis, jadi harus dibuatkan makanan yang enak namun hanya perlu sedikit rasa manis. Jadi makan yang banyak dan cepatlah sembuh!" ujar Ino sedikit menekan, seperti ibu ke anaknya. Sasuke menerima mangkuk berisi krim soup itu dan melahapnya. Memang enak walaupun tanpa rasa manis.

Kerongkongan Sasuke terasa hangat saat makanan lembut itu terjun ke lambungnya. Sasuke menghabiskannya dengan cepat dan tanpa banyak bicara. Belum sampai lima menit, mangkuk dengan krim sup yang terisi penuh itu sudah tandas. Ino menyodorkan segelas air putih dan juga obat penurun demam ke arah Sasuke. Sasuke tak menolak dan segera meminum obatnya. Perutnya terasa penuh. Tapi apa Ino sudah makan ?

Sasuke langsung melirik Ino. Ia tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap Ino datar. Ino yang merasa diperhatikan menatap Sasuke balik.

Seolah tau apa yang akan Sasuke ucapkan Ino tersenyum ke arah Sasuke, "Aku sudah makan kok," jawabnya jujur.

Apa sekarang Sasuke khawatir pada Ino ?

Kheh. Jangan bercanda.

Sasuke menggelengkan kepala pelan. Efek obat tadi datang lagi. Kantuk itu kembali menyerang. Tubuhnya masih butuh di istirahatkan. Sasuke membaringkan badannya. Memejamkan kedua mata dan pergi ke alam bawah sadarnya meskipun ia masih belum ingin.

Tapi.. seolah ada suara yang juga menyuruhnya untuk lekas tidur. Suara yang terdengar jernih namun menyayat hati. Suara yang tidak asing membuat Sasuke ingin meneteskan air matanya. Suara seorang gadis yang memanggil namanya di tengah tangis. Membuat Sasuke merasa .. bersalah ?

.

.

.

.

.

Hitam.

Semuanya. Hitam.

Lalu putih.

Gadis yang disana itu sedang apa ? Menutup tubuh dengan selimut putih di atas ranjang, dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Tidurkah ? Kenapa kamar putih ini hanya satu bagian dinding yang beri warna merah ?

Gadis itu sedang merajuk sambil menutupi tubuhnya dengan selimut ?

Mungkin benar ia marah, dari tadi ia hanya diam menghiraukan Sasuke.

Gadis yang menutup diri itu mencintainya, dan... Sasuke juga mencintai- sangat mencintai gadis itu.

Sasuke membuatnya marah ?

Hati Sasuke jadi tercubit sekarang, ia membuat kekasihnya diam begitu.

Padahal ia selalu tersenyum di depan Sasuke.

Senyumnya itu..

.

.

.

...membuat Sasuke menangis.

.

.

.

'SASUKE!'

"Hah ?!"

Sasuke tersentak dari tidurnya. Mata onyxnya terbelalak lebar, keningnya penuh dengan keringat dingin. Nafasnya terburu-buru seperti habis berlari. Sepertinya ia bermimpi buruk. Padahal itu hanya mimpi, tapi masih ada rasa sakit yang hinggap di dadanya. Rasanya tidak bisa hilang. Dadanya yang masih berdetak kencang berdenyut-denyut merasakan sensasi aneh yang diberikan mimpi tadi.

Tuk

"Demammu turun sedikit ya ?" senyum gadis pirang di depanya- di depan wajahnya. Kepalanya terasa berat. Yang menempel di dahinya itu.. dahi gadis itukan ?

Hei!

"Singkirkan wajahmu dariku!" tatap Sasuke tajam.

Yang disuruh tersenyum kecut dan mengendikan bahu pelan, menurut saja. Ino lalu menyerahkan gelas ke Sasuke. Dahi Sasuke mengernyit.

"Kau bermimpi burukkan ? Minum nih, ini teh hijau buatanku lho," jawab Ino menyodorkan gelas yang mengepulkan uap hangat. Sasuke langsung menandaskan air di dalam gelas dengan beberapa kali teguk. Tenggorokannya memang terasa sangat kering. Ia menyodorkan gelas kosong tadi ke arah Ino. Sasuke tertidur cukup lama. Sekarang sudah jam empat sore.

Ino membereskan barang bawaannya ke tas selempang. Ino sudah membuang sampah dan membersihkan apartement Sasuke selagi Sasuke tidur. Setelah semua beres, Ino mencuci tangan dan mamakai jaket ungunya. Merapikan rambut dan mengecek barang bawaannya lagi. Ino.. mau kemana ?

Sasuke ingin sekali bertanya, namun harga dirinya menyuruhnya untuk tetap diam. Ino sedang menghampiri dirinya saat ini.

"Sasuke-kun aku pergi keluar dulu ya ?" Sasuke ingin sekali bertanya 'kemana ?' 'apakah lama ?' dan hal lainnya. Tapi yang terjadi hanya onyxnya melirik Ino pelan. Ino tersenyum menatap dirinya, matanya seperti bulan sabit saat tersenyum.. manis. Kaki Ino mulai beranjak keluar dari kamar Sasuke.

Greb.

"Ada apa Sasu ? Kau mau nitip?" tanya Ino heran sambil melihat lengan kirinya di genggam erat oleh Sasuke. Setelah lama diam, Sasuke akhirnya melepas genggamannya. Ia menggulung dirinya di ranjang lagi. Ino mengerjap bingung tapi Ino tidak ambil pusing, ia segera melangkah meninggalkan kamar Sasuke.

Ino memegang kenop pintu kamar Sasuke, "Kalau begitu, jaa matta ne ? Sasu, smile," salam Ino seperti biasa sebelum ia meninggalkan suatu tempat, ia pasti memberi ucapan 'smile' di akhirnya.

"..hn, itterashai," terdengar gumaman pelan dari Sasuke di telinga Ino. Sejenak Ino terbelalak, namun tatapannya kembali teduh. Ino menutup pintu kamar Sasuke pelan. Kepalanya terasa sedikit pening tapi ia hiraukan karena jantungnya sedang berdegup kencang mendengar jawaban Sasuke, ia bahagia.

'Terimakasih atas doamu, Sasuke-kun.'

.

.

.

Oy oy! Mee balik lagi ama panpik abal cuy! Pada kangen kaaaan ? Lololol~ *DOR*

Ya emang ga ada yang ngarep sih.. tapi.. biarkan Mee menuangkan kegelisahan di hati kecil kebesaran (?) Mee agar dikau mengerti dek.. Mee- *DUAK* (Reader : Adek-adek! Gua bukan adek lu! Tapi abang lu!) #MeepinginkeliatanawetmudaLOL *dihajar lagi*

Mee ga pandai mutus cerita karena ini ff chapter-an *apaan* yang pertama . Newbie disini butuh bantuan \(T.T)/ jadi senpai-senpai sekalian yang mau berbaik hati ngajarin Mee tolong beritahukan di kolong review karena Mee masih banyak kesalahan.. *modusnyakeliatanbanget*

Terima kritik dan saran juga loh.. Terima kasih mau berkunjung dan memilih kami sebagai teman perjalanan anda. Mohon tetap bersama kami seterusnya dan sampai jumpa ^^ *cuma tiru-tiru pramugari di pesawat* #EA

Salam,

Meenyaaw