.

.

.

.

.

.

A' Friends Betrayal

Main Cast : Sehun-Luhan feat ChanBaek & KaiSoo

.

.

.

.

.

Last chap 2/2

.

.

.

.

"Paman, nanti jika anak-anak pergi ke rumah Taeoh pastikan mereka mengenakan mantel tebal, syal yang baru ayah belikan dari Jepang."

"Baiklah."

"ah, ya jangan lupa pakaikan sarung tangan khusus yang aku pesan dan buat untuk mereka."

"Baiklah."

"Lalu-…."

"Jangan biarkan mereka bermain diluar terlalu lama karena nanti alergi mereka kambuh dan paling parah Sehan akan kesulitan bernafas karena alerginya lebih berpotensi kambuh di cuaca dingin, aku benar?"

Yang sedang member pesan sepanjang rel kereta dibuat terdiam, kesal rasanya jika ucapannya dipotong tapi kemudian berakhir terkekeh saat semua yang dikatakan paman Lee adalah persis seperti yang ingin dia sampaikan "Paman tahu?"

"Ya, tentu saja! Kau sudah mengatakannya lebih dari empat kali Luhan!"

"empat kali?"

"Ya, empat kali."

Baik Luhan maupun Paman Lee, keduanya, sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jika Luhan dan kondisinya yang baru saja pulih memaksa untuk tetap menyediakan dan menyiapkan makanan untuk Sehun dan kedua anaknya, maka paman Lee hanya bisa membantu seperlunya seperti menyediakan perlengkapan Tuan Oh dan kemudian beradu debat dengan Luhan yang entah mengapa semenjak selesai melakukan operasi dan kembali menetap di kediaman Oh benar-benar cerewet nyaris mengalahkan sang tuan besar.

"Aku tidak tahu aku bisa begitu cerewet." Ujarnya polos dibalas kekehan paman Lee "Tenang saja, mungkin itu karena bayimu, bukan karena kau cerewet, atau mungkin sebenarnya kau memang banyak bicara?" yang lebih tua menuduh asal lalu Luhan hanya bisa memelas menatap sang paman "entahlah paman, sepertinya iya."

Kemudian tangan paman Lee berhenti menyediakan sendok dan garpu di masing-masing piring, tangannya gemetar dan seketika wajahnya berubah menjadi sangat tegang "Iya? Kau pada dasarnya memang banyak bicara?" ujarnya memastikan lalu Luhan menyiapkan lagi telur untuk si kembar dan menjawab tanpa ragu "Aku memang banyak bicara." Katanya membenarkan "Dan sedikit cerewet." Dia menambahkan, lalu tak lama mengatakan "Tapi Jaehyun bilang aku benar-benar cerewet."

DEG!

Jantung paman Lee berdebar hebat, semuanya seperti mimpi buruk menjadi nyata, pada dasarnya dia berharap jika Luhan kembali menetap dirumah dia akan berhenti mendengar celotehan, gerutuan atau teriakan dari si tuan besar.

Tapi kemudian Luhan mengatakan pada dasarnya dirinya adalah seorang yang sangat cerewet dan banyak bicara maka berakhirlah sudah harapan untuk hidup tenang mengingat Luhan masih begitu muda, memiliki tiga anak dan mungkin sebentar lagi akan dinikahi sang tuan muda dan jadilah dia "Queen of Oh Mansion." Yang tingkat cerewetnya akan mengalahkan Tuan besar dan mendiang Nyonya Oh.

"gawat!"

"Apa yang gawat?"

"tidak, Bukan apa-apa Luhan, sungguh."

"Tapi tadi aku mendengar paman mengeluh gawat!"

"Iya, aku hanya-…seseorang tolong aku." Jerit paman Lee dalam hati sementara Luhan sedang menunjukkan jati diri yang sesungguhnya dengan bertanya tanpa henti dan tidak akan berhenti sampai dia merasa puas "Jika paman mengatakan gawat bukankah itu artinya-….."

Klik….

Suara pintu terbuka, lalu tak lama terlihat seorang pria tampan yang sedang menggendong kedua buah hatinya di masing-masing lengan kanan dan kiri. Dilihat dari tampilannya sang CEO masih menggunakan singlet putih dan celana boxer hitam ketat dengan wajah kurang tidur yang menandakan bahwa malam tadi dia baru "mengambil" kekasihnya lagi dan pastilah tidurnya belum cukup tapi terpaksa bangun karena kedua buah hatinya merengek.

"Tuan muda syukurlah!" Paman Lee menjerit senang di dalam hati, lalu ayah tiga anak itu bertanya "Ada apa? Jarang melihat kalian bertengkar." Seraya menurunkan dua buah hatinya yang kini berjalan gontai mendekati induk kesayangan mereka "Mama…."

Si bungsu berjalan lunglai dengan mata setengah terpejam, merengek meminta digendong ibunya namun dibalas suara tegas dari ayahnya "Sehan ingat perjanjian kita, selama adik bayi didalam perut mama tidak boleh menggendong Sehan atau hyung."

"hks…."

Jadilah si bungsu menangis, diikuti Hanse yang kini menatap kesal pada ayahnya, keduanya tampak kesal karena selain harus menjaga jarak dengan Luhan, ibunya juga seperti lupa dengan janji bermain salju dan itu sungguh membuat keduanya marah.

"aigoo….Sehan mau mama gendong?"

Yang ditanya mengangguk lucu lalu ibunya bertanya pada si sulung "Hyung juga?"

"Tidak pellu, Hannie mau makan, lapal."

"Good boy." Luhan memuji, dia kemudian menggendong Sehan di pelukannya lalu menggandeng Hanse untuk duduk di meja makan "Paman bantu Hanse."

Buru-buru Paman Lee menghampiri Hanse lalu mencium gemas cucu kesayangannya "Sini kakek gendong sayang." Hanse mengangguk dan tak lama dia di hadapkan dengan makanan lezat buatan ibunya "sosis! Hanse mau sosis!" katanya menunjuk hingga kekehan terdengar dari Luhan "Kenapa anakku tumbuh dengan cepat." Ujarnya miris dan tak rela karena setiap kali pagi datang, dia menyadari anak-anaknya sudah semakin besar. Hal ini terbukti dari cara Hanse yang sudah bisa memilih makanan mengingat dua bulan yang lalu putra sulungnya adalah tipikal "picky eater" menyamai ayahnya.

"Sehan, biar papa yang gendong nak."

"Shillheo! MA-MA!"

Lalu jika kakaknya semakin dewasa, sepertinya Sehan lebih memilih untuk menjadi si bungsu yang sangat manja, belakangan ini dia sangat suka menangis, entah karena Hanse menolak bermain mobil atau Sehun yang lupa memberikannya susu di malam hari, Sehan menjadi lebih sensitif dan cenderung akan merengek dan meminta Luhan memeluknya.

Mungkin juga karena Luhan yang tidak tinggal dirumah beberapa waktu lalu, jadilah Sehan tidak membuang kesempatan untuk bermanja dengan ibunya walau hal itu sedikit membuat Sehun gemas nyaris kesal jika tidak dihadiahi tatapan mengerikan dari kekasihnya.

"Aku saja, kau duduk dan segera makan." Luhan masih setia memanjakan Sehan, meminta ayah dari tiga anaknya untuk segera duduk namun rupanya meminta Sehun untuk sarapan tidak akan pernah semudah yang dia bayangkan.

"Kau tahu aku tidak bisa sarapan jika bukan tanganmu yang menyuapi."

"Astaga, cepat duduk dan makan, temani Hannie."

"Hannie baik-baik saja, ya kan nak?"

Yang ditanya tidak mempedulikan celotehan kedua orang tuanya, dia sibuk memakan sosis super lezat yang disediakan Luhan lalu bersorak "SOSIS!" dengan aura berbinar dan garpu mengangkat udara "oh astaga, menggemaskan sekali anak papa." Sehun mendongakan paksa wajah Hanse, mencium gemas bibir putranya lalu berbisik "Habiskan sarapanmu sayang." katanya bangga dan kembali menatap childish pada Luhan "Aku juga lapar."

"ha ha ha…." Sarkasnya tertawa, berusaha tidak peduli pada tingkah manja Sehun dan hanya mengurus si bungsu yang tiba-tiba terpana melihat bagaimana cara kakaknya melahap habis sosis lezat kesukaan si kembar.

"Maa…."

"Ada apa sayang? Sehan lapar?"

"Sosis, sepelti hyung." katanya menunjuk sosis yang tersisa hingga membuat Luhan dan Sehun tertawa bangga pada dua putranya "Baiklah, Sehan akan makan sosis seperti Hannie hyung."

Luhan mendudukan Sehan dimeja makan, memakaikan apron kecil di sekitar leher Sehan sebelum menyerahkan garpu dan berniat memotong sosis menjadi bagian kecil "Ma jangan dipotong, sosisnya sepelti hyung."

Luhan salah tingkah, dia meletakkan canggung pisau yang akan dia gunakan untuk memotong sosis sebelum tertawa lagi dan menyerahkan satu potongan sosis besar untuk Sehan "Baiklah. Tapi Sehan harus mengunyah dengan benar, jangan sampai tersedak."

"Oke…" riangnya tertawa, lalu meng-copy segala hal yang dilakukan Hanse termasuk bagaimana cara hyungnya memakan makanan "Mereka itu dua tapi seperti satu." Celotehan Luhan sukses membuat Sehun gemas.

Pria yang terlihat begitu seksi saat bangun tidur itu pun memilih untuk melingkarkan tangan di pinggang kekasihnya lalu bersandar manja di pundak ibu dari ketiga anaknya seraya berbisik "Aku lapar."

"ish! Aku sudah bilang kau bisa memakan sarapan yang aku buat."

"Suapi."

"Sehun! Lihat anak-anakmu, mereka bahkan makan dengan kedua tangan sendiri!"

"Suapi."

"astaga…"

"Ya?"

Dan lihat bagaimana bbuing-bbuing Sehun berhasil membuat Luhan lemah, kemudian Sehun mendapat satu ciuman gemas sebelum Luhan tertawa "Duduklah. Biar anak-anak lihat siapa bayi sebenarnya di meja makan."

"Tidak peduli juga." Ujarnya acuh, bersiap menerima suapan pertama dari Luhan sebelum suara menyebalkan terdengar dari sisi kanan di ruang meja makan

"aaaa…."

"Aku kira hanya ada dua bayi di meja makan, sejak kapan menjadi tiga Lu?"

Luhan tersenyum menyapa kedatangan ayahnya, dia juga menarik kursi untuk ayah Sehun sementara paman Lee masih setia memapah sang kakek yang sedikit lama dan memakan waktu jika berjalan "Sejak pagi ini aboji."

"tsk! Memalukan! Cucu kakek yang paling hebat." Katanya menyindir Sehun sebelum mengecupi masing-masing surai cucunya dan duduk tepat di kursi kepala keluarga.

Melihat Luhan sibuk menyuapi Sehun, diam-diam kakek dari si kembar berniat mengambil satu sosis tersisa di piring sebelum suara Luhan lagi-lagi terdengar seperti mendiang istrinya "Ayah! Tidak sosis!" Ibu dari ketiga cucunya memperingatkan, terlihat sangat memperingatkan dibalas raut kecewa dari sang ayah.

"Tidak hari ini setidaknya, ini hari bebas protein, ayah ingat kan?"

"ya…ya… Mana sarapanku."

"Ini dia! Sayur mayur bergizi dan rebusan sehat untuk tuan besar."

"Sayur lagi?"

"Maaf, tapi ayah belum bisa memakan makanan selain bubur dan sayur mayur."

"Bagaimana dengan sosis?"

"Hari kesepuluh setelah terapi pertama akan kuberikan."

"Tapi Lu…."

"Tidak tetap tidak aboji, silakan makan yang aku sajikan."

"ssshh…. Kenapa rasanya mirip seseorang." Tuan Oh memijat pening kepalanya, melihat Luhan yang begitu tegas sangatlah jarang. Lalu Sehun mengatakan beberapa hari lalu kemungkinan terbesarnya Luhan yang akan mengatur semua keperluan rumah tangga termasuk makanan dan pakaian yang akan mereka kenakan.

Jadilah ibu dari tiga anak sekaligus Manager OSH'ent itu memakai seluruh kekuasaannya untuk mengatur dengan lihai serta me-recycle ulang kehidupan di kediaman Oh tepat setelah hampir tiga puluh tahun tak ada yang pernah memberi ultimatum mengerikan lagi selain mendiang Nyonya Oh.

"Kau harus bersiap tuan besar."

"Kenapa?"

"Kau harus menghabiskan sisa hidupmu hanya untuk menuruti segala keinginan paduka ratu."

"Paduka ratu? Siapa?"

"Luhan."

Paman Lee mengerling Luhan sekilas, membuat Tuan Oh entah mengapa merasa takut hanya karena melihat Luhan sedang menceramahi Sehun sepanjang sungai nil dan itu artinya, selain Sehun, seluruh penghuni rumah ini juga akan terkena sindrom kuping tebal mengingat sepertinya Luhan bukan tipe yang akan berbaik hati jika keinginannya tidak terpenuhi

"Kau benar, Paduka ratu." Katanya terkekeh lalu samar terdengar suara seseorang memanggilnya

"ayah….AYAH!"

Membuat Tuan Oh sedikit berkedip sebelum mendapati Luhan sedang berjalan ke arahnya "y-Ya? Kau memanggilku Lu?"

"Ya! sudah tiga kali dan ayah hanya menatapku tanpa menjawab. Ayah sakit?"

"tidak…tidak…Ayah baik-baik saja."

Bersikeras, Luhan tetap mengambil minuman gingseng berwarna hitam pekat dengan bau menyengat yang sengaja dia buat khusus untuk ayahnya "Aku rasa ayah mulai berkeringat, minum gingseng ini setelah ayah selesai sarapan."

"oh tidak…." Tuan menatap horor lalu mencoba peruntungannya bernego dengan Luhan "Tapi Lu, ayah baik-baik saja." ujarnya merayu namun diberikan tatapan terlampau tegas dari Luhan yang kini melepas apron pink miliknya.

"Nope! Tidak ada negoisasi hari ini, ayah akan meminum setengah botol gingseng yang aku buat atau tidak ada madu sebagai pemanisnya."

"Lu…."

"Ayah dengarkan aku, Ya?"

Nadanya setengah mengancam, jadilah Sehun terkikik geli melihat ayahnya tak berkutik setelah dua puluh tahun berlalu saat Luhan memaksanya meminum "racun" mengerikan yang menyehatkan tubuh.

Sebelumnya hanya mendiang ibunya yang bisa membuat ayahnya tak berkutik, kemudian Luhan melakukannya dan Sehun seperti merasakan kehadiran mendiang ibunya di tengah-tengah mereka saat ini.

"Paman! Jika paman tidak memaksa ayah meminum gingsengnya aku terpaksa harus meminta paman untuk meminumnya juga. Katakan ini hukuman karena aku bisa membaca raut wajah ayah dan paman seperti membuat kesepakatan untuk membuang gingsengnya saat aku pergi nanti."

Paman Lee menenggak kasar air liurnya, dia bergerak sedikit salah tingkah sebelum berakhir meyakinkan Luhan dan menghianati majikannya "eyy….Paman tidak mungkin melakukannya, pasti paman akan memaksa ayahmu meminum gingseng super lezat buatanmu Luhan."

"Baguslah."

Luhan berjalan mengambil mantelnya, memakainya terburu dihadiahi tatapan tak suka dari Sehun "Kau akan pergi?"

"Ya tentu saja Presdir Oh! Hari ini pemilihan dua puluh trainee yang akan debut sesuai perintahmu jika kau tidak lupa." Ujarnya jengah lalu mendekati Sehun dan mengecup bibir kekasihnya "Aku akan pulang telat malam ini."

"Dimana acaranya berlangsung."

"Di gymnastic center daerah Pyeongchang."

"Itu terlalu jauh."

"Sehun, kita sudah membicarakannya malam tadi."

"Tapi kau sedang hamil besar."

"Nak, habiskan buahnya jangan hanya sosis." Luhan memberikan beberapa strawberry ke mangkuk kecil si kembar sebelum menatap lagi kekasihnya "Aku merasa baik-baik saja jadi bayiku akan baik-baik saja."

"Ma, kapan kita main-…."

"Mama pergi dulu nak, sampai nanti malam, dengarkan apa yang dikatakan Kakek Lee dan jangan menganggu Kakek Oh jika kakek sedang tidur, Ya?" katanya memotong pertanyaan Sehan lalu mengecup masing-masing bibir kedua putranya "bye sayang."

Sehun tidak mau kalah, dia mengekori Luhan sampai ke pintu depan lalu menarik lengan kekasihnya, menghimpit si mungil berperut buncit yang entah mengapa setiap masa kehamilannya akan terlihat sangat gorgeus hingga membuatnya nyaris kehilangan akal sehat.

"Nah, apa lagi kali ini?"

"Jangan pergi sendiri, aku cemas."

"Sehun aku baik-baik saja."

Sehun mengabaikan kalimat baik-baik saja yang dilontarkan Luhan, memeluk manja ibu ketiga anaknya lalu bergumam memelas "Aku cemas."

Luhan terkekeh, untuk menenangkan pujaan hatinya dia pun sedikit bersikap lembut, tangannya ikut mendekap erat pria bertubuh kekar yang sedang merengek di depannya, mengusap sayang punggung Sehun lalu berbisik "Aku akan pulang sebelum pukul tujuh malam. Bagaimana?"

"Tapi acara pemilihan akan memakan banyak waktu."

"Tim A yang akan mengurus semua pemilihan dan tanda tangan kontrak dari beberapa artis yang kami rasa siap untuk debut, aku hanya mengawasi sampai pukul lima sore lalu bergegas pulang."

"…"

"Sehun…."

Sehun hanya diam, dia semakin bergerak memeluk erat kekasihnya lalu bertanya sedikit serak "Apa Manager Kim bersamamu?"

"Manager Kim? Seokjin maksdumu?"

"Ya, dia. Aku tidak tahu namanya."

"sshh…Biasanya dia akan datang menemaniku dan membantu mengawasi, tapi terimakasih kepada kekasih tampanku dan seksi yang telah memecat Jin saat mengganti posisiku dan itu membuatnya enggan untuk ikut campur kedalam urusan selain di JYC'ent."

"Kau sendiri?"

"Sehun, ada tim yang kau bentuk disana. Mereka juga mengawasiku."

"Tapi aku tidak mempercayai mereka. Biar aku yang menemani dirimu, lagipula mereka artisku juga kan?"

"Jangan bertingkah, hari ini kau rapat dengan seluruh pemegang saham di agensi. Lagipula kalian harus membahas profit akhir tahun bukan?"

"entahlah, tidak peduli."

"ssshh…."

Sehun masih berulah dan itu membuat Luhan jengah. Dia juga beberapa kali melihat arlojinya lalu menyadari bahwa dirinya sudah terlambat tapi sang Presdir masih bersikeras menahan serta merengek melebihi kedua putranya.

"ASTAGAA!"

Luhan sengaja berteriak, membuat Sehun refleks menoleh ke belakang untuk memastikan apa yang membuat kekasihnya menjerit "ada apa? tidak ada yang terjadi!" kemudian dia bergumam bingung, berniat memeluk Luhan lagi sampai kedua matana membelum karena menemukan Luhan yang tengah membawa bayi didalam perutnya berlari sangat gesit menuju mobil miliknya.

"sial! Aku ditipu—astaga…..LUHAN!"

"Sampai nanti sayang, aku akan hati-hati dijalan, bye."

"AKU TIDAK BILANG KAU BOLEH MENYETIR SEORANG-….."

BRRMMM….

"diri…."

Sehun memelas, entah mengapa kehamilan kedua Luhan membuatnya seperti sudah terbiasa dan tidak mengalami kendala, kekasihnya juga terlihat sangat gesit hingga kepalanya begitu sakit mengingat tidak kurang dari tiga minggu yang lalu kekasihnya baru saja menjalani operasi besar di kepala.

"astaga Luhan, Kau benar-benar…."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Masuk."

Mendengar suara ketukan di pintu utama ruang kerjanya, Presdir berparas tampan yang memiliki lesung di kedua pipinya segera memberi izin agar pegawai yang dia panggil segera masuk ke ruangan.

Lalu terdengar pintu terbuka dan tak lama Manager handal miliki JYC'ent terlihat sedang mengancingkan jas hitamnya seraya berjalan mendekati meja dimana dia berada "Anda memanggil saya Presdir Park?"

"Yap! Silakan duduk Manager Kim."

Kim Seokiin, sang manager pencari bakat, segera menarik kursi, bertanya-tanya mengapa Presdir Park yang nyaris tidak pernah memanggilnya kini tiba-tiba memerintahkan asisten pribadinya hanya untuk sekedar menjemput dan datang ke ruangannya dengan cepat.

"Ada apa?"

"Hari ini OSH'ent mengadakan pemilihan untuk beberapa trainee yang akan debut, aku benar?"

"entahlah. Aku tidak terlalu mengetahui jadwal OSH'ent."

"Lalu siapa yang mengawasi?"

"Luhan tentu sa-…."

Jin seketika terdiam dibalas tawa renyah dari sang presdir yang juga memiliki lesung namun lebih dalam dari miliknya "Nah, aku rasa kau tahu jadwalnya."

"haah~ Ya tentu saja aku tahu. Luhan selalu memberikan kabarnya padaku, jadi ya, aku tahu."

"Lantas kenapa kau masih disini? Biasanya kau akan meminta izin untuk menemani belahan hatimu!"

"Siapa? Luhan?"

"Ya! Manager Xi tentu saja."

Wajahnya merona seperti orang idiot, rasanya dia akan mengucapkan terimakasih pada Presdir Park sampai suara yang lebih berat terdengar dan entah darimana muncul tepat di samping Presdirnya "Belahan hati kepalamu! Luhan milikku idiot."

Yang sedang memaki berstatus sebagai kekasih Luhan sekaligus mantan atasannya. Dan jujur semenjak kejadian pemecatan dirinya di OSH'ent, Jin paling enggan bertatapan atau paling buruk harus berada satu ruangan dengan Sehun.

Jadilah dia mendengus kesal namun rasanya harus dia tahan saat Sehun tiba-tiba menyapanya "Manager Kim? Kim Seokjin? Aku benar?"

"Ya, mau berapa kali anda menanyakan namaku?"

"entahlah, Sampai kepalaku yang terlampau cerdas ini mengingat namamu mungkin."

"cerdas dia bilang? Yang benar saja!"

Chanyeol terkekeh sementara Sehun mati-matian untuk tidak kesal mendengar gerutuan si manager centil yang selalu mengekori kekasihnya dimanapun Luhan berada. Dia juga harus mati-matian menahan tatapan kejinya mengingat dia membutuhkan sosok si Manager untuk menemani kekasihnya karena dirinya terlalu sibuk hari ini.

"Apapun yang aku lakukan, aku meminta maaf."

"nde?"

"Aku tidak bisa mengulangnya lagi." jengahnya, dibalas tatapan masih terlalu bingun dari Jin "Tapi aku tidak mendengarnya."

"Dia meminta maaf Manager Kim."

"Iya, tapi karena apa?" Jin masih bersikeras lalu terpaksa Sehun mengatakan "Karena memecatmu dari OSH'ent."

Suasana hening, hal yang sensitif kembali diungkit dan itu cukup membuat Jin kesal, dia kemudian berusaha untuk tidak terpancing dan membalas ucapan maaf terlewat arogan dari bosnya yang lain "Anda tidak perlu meminta maaf karena aku tidak pernah bekerja untuk OSH'ent dan Presdir Oh yang agung tidak pernah memecatku."

"pfftt…" Chanyeol terkikik, Sehun terlihat dikalahkan telak sementara Jin masih memasang wajah terlampau bahagia karena berhasil membalas Sehun dan seluruh sikap kasarnya beberapa bulan yang lalu.

"sshh….Baiklah! Kalau begitu bisakah kau menemani Luhan di Pyeongchang? Aku tidak mau dia sendiri tanpa pengawasan!"

Jin terlihat berfikir lalu menyuarakan lagi jawabannya "Tergantung!"

"Apa?"

"Seberapa banyak aku bisa berkencan dengan Luhan setelah pekerjaan kami selesai!"

"y-YAK!"

Buru-buru Jin mengaitkan lagi jas hitamnya, bergegas meninggalkan ruangan Chanyeol dan berharap Sehun tidak memukulnya di wajah kali ini

"BERANI KAU MENGGODA LUHAN AKAN KUBAKAR WAJAHMU!"

"HA HA HA HA HA HA HA!"

Dia berteriak kesal tapi sahabatnya sibuk tertawa sampai suara tawanya benar-benar membuat Sehun murka dan kesal

"BERHENTI TERTAWA YEOL!"

"haha—araseo—HAHAHA~ Sebentar—aku…"

Chanyeol menetralkan nafasnya, mencoba berhenti tertawa tapi gagal karena tingkah konyol Jin yang berhasil membuat Sehun begitu marah, keduanya pun beradu tatapan tajam sampai akhirnya Chanyeol bisa mengendalikan tawanya dan mulai menatap pasrah pada Sehun "Sudah, aku sudah selesai tertawa." Katanya mengelap air mata karena terlalu banyak tertawa sebelum menatap serius pada sahabatnya.

"Kau tenang saja, Jin pasti langsung datang menemani Luhan."

"Bagaimana kalau tidak? Bagaimana kalau rencanaku gagal?"

Chanyeol kemudian bersikap benar-benar serius, didekatinya Sehun yang terlihat cemas lalu perlahan dia menepuk pundak mantan kekasih dari istrinya "Percaya padaku, kali ini rencanamu tidak akan gagal."

Percaya atau tidak, semua yang dikatakan Chanyeol berusaha dipercayai Sehun, karena tak hanya Chanyeol, Kai , Kyungsoo bahkan mantan kekasihnya, Baekhyun, juga terlibat dalam rencana yang akan mengubah hidupnya keseluruhan.

Jadilah Sehun sedikit cemas dan berharap jika Jin benar-benar menemani Luhan mengingat dia adalah satu-satunya manager yang mengetahui apa rencana Sehun untuk Luhan, kekasihnya.

.

.

.

.

.

.

Dan tidak terasa waktu berlalu dengan cepatnya, penat, lelah dan mual adalah tiga hal yang dirasakan Luhan saat ini, terlebih karena dia sedang hamil besar saat ini, jadilah tingkat sensitifnya menjadi begitu tinggi mengingat terlalu banyak yang dia kerjakan hari ini ditambah beberapa trainee menyuarakan protesnya dengan kalimat umpatan yang membuat Luhan terpancing emosinya.

"Nah, sudah sampai. Kau bisa istirahat setelah ini."

"Aku kira kau akan mengantarku langsung kerumah."

Beruntung Jin benar-benar datang menemani Luhan, karena jika tidak ada sahabatnya hari ini bisa dipastikan Luhan akan melahirkan di tempat audisi karena beberapa kali mengalami kontraksi hebat di perutnya

"Instruksinya aku hanya harus menemanimu dia audisi pemilihan, selebihnya kembalikan dirimu ke agensi karena kau dan si monster berwajah dingin itu akan pulang bersama."

"Siapa monster berwajah dingin?"

Lalu lagi-lagi, persis seperti pagi tadi, pemilik suara berat yang terdengar sangat mengerikan kembali terdengar, entah darimana asalnya, yang jelas sosok Sang CEO OSH'ent sepertinya memiliki ilmu hitam karena selalu datang saat Jin berkata buruk tentangnya.

"dia pasti cenayang." Pikir Jin tertutup suara Luhan yang menyapa kekasihnya "Presdir?" gumamnya menggunakan kata presdir yang sepertinya tidak terlalu disukai Sehun sebelum beralih lagi pada sahabatnya "Jinna, Gomawo untuk hari ini."

"Tidak masalah untukku, lusa aku akan menemanimu lagi."

"Baiklah." Katanya singkat lalu sepasang tangan Sehun melingkar sempurna di pinggangnya, kekasihnya juga langsung mengecupi tengkuk serta mengusap sayang bayi mereka sebagai tanda rindu yang dia tahan seharian ini "Kau baik-baik saja."

"hmm…Begitulah."

"Bayi kita?"

"Dia yang paling aktif hari ini, aku beberapa kali kontraksi karena terlalu banyak bergerak."

Sehun sudah siap memarahi Luhan sebelum lebih dulu Luhan berbalik dan memeluk manja kekasihnya "Jangan marahi aku, sekarang sudah baik-baik saja. Harusnya kau berterimakasih pada Jin."

Sehun kalah, semua sikap manja Luhan adalah favoritnya jadi ketika kekasihnya bersandar di dada dan memeluknya erat, maka mustahil dia bisa memarahi Luhan mengingat wajahnya sudah begitu kelelahan ditambah karena dirinyalah Luhan harus bersusah payah tanpa mengeluh membawa anak ketiga mereka di dalam perut.

"Manager Kim."

"Ya?"

"Terimakasih sudah menemani Luhan."

Jin hanya mengangkat dua bahunya lalu bersiap masuk kedalam mobil "Tidak perlu Presdir Oh, aku melakukan ini untuk Luhan. Sampai nanti Lu."

"bye Jin."

"Manager Kim!"

Sehun memanggilnya lagi, membuat pergerakan Jin sedikit terhenti sebelum kembali menoleh menatap kekasih Luhan "Ya?"

"Kau tidak lupa kan?"

Pertanyaan itu terdengar begitu serius, Sehun juga menatapnya penuh arti dibalas anggukan mantap dari Jin yang entah mengapa tersenyum meyakinkan "Tenang saja, itu bagianku Presdir Oh." Ujarnya menatap Luhan sekilas dibalas senyum terimakasih dari Sehun "Gomawo"

Dan tak lama terdengar suara mobil dinyalakan, Jin pergi meninggalkan Sehun yang masih memeluk Luhan sementara Luhan sudah setengah sadar hanya untuk sekedar bertanya "Kau dan Jin memiliki urusan?"

"Ya begitulah."

"Apa urusan kalian?"

Sehun membawa Luhan ke dekapannya, mengajak ibu dari tiga anaknya masuk kedalam mobil untuk membalas "Kau akan tahu nanti sayang."

Terlalu lelah Luhan hanya diam, seketika dia langsung bersandar di kursi mobil dengan Sehun yang kesulitan memakaikan seatbelt mengingat perut Luhan mulai begitu besar. Dia harus susah payah menyatukan dua tali tersebut sampai akhirnya sempurna melingkari tubuh kekasihnya "Sesak?"

"Tidak."

"Baguslah, kau akan segera tidur setelah ini." katanya mencium kening Luhan dan tak lama memutari mobil untuk masuk ke kursi pengemudi "Omong-omong Dokter Kwon bilang anak kita lelaki lagi?"

Sehun memulai percakapan dibalas tawa kecil dari Luhan "Aku baru akan memberitahumu nanti di tempat tidur." Luhan membalas dengan mata setengah terpejam, membuat Sehun begitu gemas dan tak bisa menahan diri untuk tidak mencium dan mengganggu kekasihnya

Hmmphh~

Ciuman Sehun terlalu kuat, Luhan bahkan harus membulatkan mata karena saat ini tak hanya mengecup Sehun juga menghisap sekitar bibirnya, membuatnya berkali-kali harus mengatur nafas jika tidak ingin merasakan kontraksi kesepuluhnya hari ini

"Se—arh~, Sehun cukup!"

Setelah berhasil mendorong tubuh Sehun, Luhan memberikan super death glare pada ayah dari anak-anaknya, tapi bukan merasa bersalah atau menyesal, Sehun terlihat terkekeh dan mencium lagi bibirnya.

Kali ini tidak seganas yang pertama, hanya saja terlalu dalam lalu kemudian dia beralih kearah telinga untuk berbisik "Terimakasih karena kau dan putra ketiga selalu sehat dan baik-baik saja." ujarnya tulus dibalas kecupan lembut dari Luhan di pipi kekasihnya "Itu karena kami memiliki pria hebat yang menjaga kami, gomawo Sehunna." Luhan sedikit menarik hidung Sehun lalu tak lama bersandar lagi di kursi mobil.

Jujur dia benar-benar kelelahan, terlebih hari ini, jadi dia hanya ingin segera berbaring atau setidaknya memejamkan matanya yang kelelahan. Luhan bahkan tidak mengetahui jika Sehun sedang menatapnya penuh arti. Kemudian pria yang kurang dari tiga bulan lagi akan segera menjadi ayah dari tiga orang putra itu menitikkan air mata, mengusapnya cepat lalu mencium kening pria yang sudah memberikan banyak warna di hidupnya, entah itu menjadi seorang ayah atau menjadi seorang pria yang begitu dicintai seseorang, Luhan sudah memberikan semua itu pada dirinya dan Sehun berterimakasih pada kekasihnya "Bodoh, harusnya aku yang berterimakasih."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Keesokan pagi

.

Beruntung hari ini hari minggu, Luhan memiliki banyak waktu untuk beristirahat, terlebih salju turun lagi di sekitar Seoul, memenuhi halaman rumahnya dengan segunung tumpukan salju yang membuatnya semakin malas hanya untuk sekedar membuat tubuhnya beraktifitas.

Klik…

Pintu terbuka, lalu Sehun datang membawa nampan yang menggelitik nafsu makannya, buru-buru Luhan bersandar sementara kekasihnya tengah meletakkan makanan yang sengaja dibuatkan untuknya "Kau sudah bangun?"

"mmhh…."

"Kalau begitu segera sarapan, kau sudah tertidur lebih dari lima belas jam hari ini."

Luhan terkekeh diiringi suara bunyi dari perutnya, dia kemudian mengambil segelas susu di tangan Sehun dan menenggaknya perlahan "Dimana anak-anak?" tanyanya mencari namun tidak menemukan sosok si kembar yang tidak mungkin menjadi pendiam jika dirinya berada di rumah.

"Sedang melakukan aksi mogok tidak akan memeluk Mama."

Uhuk!

Biasanya Sehun, bukan dirinya.

Jadi ketika Sehun mengatakan ana-anak sedang melakukan aksi mogok dengan Mamanya, itu artinya si kembar sedang kesal padanya

Tapi kenapa?

Sekeras dia mencoba berfikir maka hanya mual yang dia rasakan. Akhirnya dia memilih bertanya pada ayah dari anak-anaknya "Kenapa?"

"Kau ingat memiliki janji pada mereka kan?"

"Janji?"

Sehun tertawa gemas, diciumnya paksa bibir Luhan yang sedang mengunyah sandwich lalu menyatukan dahi mereka, tujuannya agar Luhan tenang, tebakan Sehun saat dia memberitahukan alasan mengapa anak mereka sedang merajuk pastilah Luhan akan berteriak, jadilah dia memegang pinggang kekasihnya lalu berbisik "Perang bola salju, kau ingat?"

"Perang apa-…..oh tidak…"

Luhan menyadari kesalahannya, matanya seketika membulat dan tanpa sadar dia mencakar pundak Sehun. Detik berikutnya Sehun bisa melihat keringat menetes dari dahi kekasihnya dan benar saja, Luhan seketika berteriak

"ASTAGA BAGAIMANA INI? AKU MELUPAKAN JANJIKU DENGAN ANAK-ANAK! MEREKA PASTI-…."

Dan tepat seperti tebakan Sehun, Luhan akan menjerit panik, paling buruk dia tidak akan mempedulikan bayi mereka dan hanya terus berteriak serta menjerit sekuat tenaga "Luhan, sstt….Tenanglah."

"Sehunna dimana anak-anak? Aku harus-….rrhhh"

Perutnya kontraksi lagi, Sehun bisa juga bisa merasakan tendangan kuat di perut Luhan, membuatnya sedikit panik sebelum memeluk Luhan seraya berbisik "Tarik nafas, tenang sayang."

"huh?"

"Tenanglah, anak-anak tidak sepenuhnya marah padamu. Mereka sedang menunggumu diluar."

"Menungguku untuk apa?"

Buru-buru Sehun berjalan menuju lemari, mencari syal dan mantel tebal milik Luhan lalu memakaikan dan melilitkannya di sekitar leher Luhan "Perang salju tentu saja."

.

.

.

.

.

.

.

.

Dan tak lama Luhan dibantu Sehun dengan segala perlengkapannya keluar dari kamar, mencari dua sosok malaikatnya sampai sosok si sulung lebih dulu terlihat dan berteriak memanggilnya "YEY! MAMA SUDAH BANGUN!"

Sedikit gugup, Luhan berjongkok lalu memeluk kakak dari si kembar "Hey sayang, y-Ya tentu saja mama sudah bangun." Katanya kikuk lalu berusaha mencari Sehan walau hanya tatapan sedingin milik Sehun yang diberikan si bungsu "Sehanna, kenapa menatap mama seperti itu?"

"Mama tidak lupa kan?"

"Apa nak?"

"Salju! Diluar penuh salju Ma! Ayo main!"

Lihatlah si bungsu sedang menghentak kesal kakinya sementara Hanse memasang wajah super innocent ajaran pamannya. Jadilah keduanya melemahkan hati Luhan hingga hanya desahan tak rela yang dikeluarkan sebagai bentuk untuk menepati janjinya.

"Baiklah, tiga puluh-….."

"YEEEEY! HANNIE AYO!"

Keduanya tentu saja mengabaikan peringatan dari ibunya, Sehan yang membuka pintu halaman belakang diikuti Hanse yang berlari mengekori adiknya sementara Sehun, paman Lee serta kakek si kembar hanya terkekeh menyadari wajah tak rela Luhan melihat anak-anaknya bermain di saat suhu sedang mencapai minus terendahnya.

"Tenang saja Luhan! Mereka sudah kupaikan jaket paling hangat yang diberikan Kyungsoo untuk mereka."

Tak rela Luhan hanya berguman "Ya, biarkan saja mereka bermain kali ini." katanya bersandar di pelukan Sehun lalu dihadiahi bisikan "Kau mau bergabung dengan mereka?"

Tertawa kecil, Luhan kemudian mengangguk dan mengatakan "Baiklah, kita akan benar-benar perang salju."

"HANSE TERIMA INI!"

Pluk…!

Salju kecil mendarat telak di wajah si sulung, jadilah dia terkejut dengan bibir mengerucut, Sehun melihatnya. Buru-buru dia menghampiri Hanse untuk memberitahu rules dari perang salju adalah tidak menangis atau kau kalah dan itu sangat memalukan.

"Begitukah pa?"

"Ya nak! Jika Sehan menyerangmu kau harus membalasnya, bukan menangis."

"Tapi sakit…"

"Baiklah papa buatkan satu yang besar."

Buru-buru Sehun mengumpulkan salju, membuatnya menjadi bola lingkarang lalu memberikannya pada Hanse "Lempar yang kencang!" serunya berbisik dihadiahi tawa senang dari Hanse yang membuat wajah Sehan panik seketika

"oh tidak…..Hannie culang." Gumamnya mencari perlindungan lalu menarik Luhan sebagai tameng dan tak lama

Pluk….!

Luhan terkena imbas lemparan super kencang dari Hanse, suasana menjadi tegang untuk beberapa saat. Sehun juga terpaksa menenggak kasar air liurnya sampai akhirnya Luhan berteriak "y-YAK! MAMA BELUM SIAP! TERIMA INI HYUNG!—Sehan buat salju yang banyak!"

"Siap paduka latu!"

Sehan memberi hormat, membiarkan ibunya memberikan serangan balasan dan langsung berhadapan dengan ayahnya sementara pekerjaannya dan Hanse adalah membuat bola salju sebagai senjata

"SAYANG TERIMA INI!"

Satu bola besar tepat mengenai perut Luhan, membuat Luhan memicing kesal lalu meminta buatan bola salju yang lebih besar "Nak, berikan pada mama." Dia juga mengombinasikan buatan salju milik Sehan dan tak lama

"TERIMA INI JUGA OH SEHUN!"

Sayangnya Sehun menghindar, dia lalu tertawa puas sementara Luhan terlihat benar-benar kesal "JANGAN MENGHINDAR!" Pekiknya seraya mengerucutkan bibir dihadiahi kekehan oleh Sehun.

"Baiklah, baiklah. Lempari wajahku sayang."

Luhan menyeringai, dia bahkan berjongkok untuk membuat bola salju dan berteriak "BERSIAPLAH!"

Dan sepertinya yang mendominasi perang salju bukanlah Sehan ataupun Hanse, tapi kedua orang tua mereka yang asyik membuat dunia perang mereka sendiri. Hal ini tentu saja disadari Paman Lee dan Tuan Oh yang masing-masing tersenyum penuh arti untuk bergumam "Sudah lama rumah ini tidak dipenuhi teriakan bahagia."

Paman Lee mengangguk setuju lalu menimpali "Jika saja Nyonya besar masih ada, semua akan benar-benar lengkap."

"Kau benar." balas Tuan Oh sendu, kemudian tak lama dia memerintahkan "Bawa aku masuk." Karena tak tahan dengan cuaca dingin yang mulai menusuk tulang rusuknya "Baiklah, kalian beruntung bisa bersenang-senang."

Kemudian paman Lee mendorong kursi roda Tuan Oh, tersenyum sangat bahagia melihat keluarga kecil tuan mudanya bermain seraya bergumam dipenuhi doa "Bahagialah kalian, selamanya."

.

.

.

.

"Bagaimana nak? Sempurna kan?"

"Bagus Pa! / whoa…."

Setidaknya sudah dua puluh menit sejak perang salju berakhir. Luhan sedang berada di dalam membuatkan cokelat hangat sementara kedua putranya dan Sehun sedang membuat boneka salju.

Sehun yang membimbing anak-anaknya, setelah dirasa cukup puas dia kemudian menuliskan sesuatu diantara lima boneka salju dengan dua ukuran besar yang melambangkan dirinya dan Luhan sementara dua lainnya berukuran kecil dan satu adalah yang paling kecil karena memang belum lahir.

"Pa, adik bayinya tidak menangis?"

"Tentu saja tidak, adik bayi juga jagoan seperti kalian!"

"Benalkah?"

"Yap! Nanti papa berikan nama Haowen, kalian suka?"

"Haowen?"

"Bagaimana?"

"mmhh….Sehan suka."

Sehan kemudian menepuk sayang boneka salju terkecil yang dibuat ayahnya, dia bahkan berjongkok untuk mengatakan "Adiknya Sehan cepat lahir ya, nanti hyung buatkan mainan?"

"aigoo….Sehan juga sudah menjadi hyung?"

"Tentu saja! Sehan hyung." katanya bangga sementara Hanse sibuk meminta Sehun untuk menggendongnya "Dan yang ini ingin menjadi adik lagi?" dia menggigit gemas hidung Hanse dibalas rengekan si sulung "Paaa!"

"araseo…Papa bercanda."

Tak lama terdengar suara pintu halaman dibuka lagi, menampilkan Luhan yang membuat dua gelas cokelat hangat dan seketika berteriak "Hannie, Sehan, cepat minum coklat panas nak."

Sehan berlari cepat menghampiri ibunya, kemudian Sehun membawa si sulung mendekat ke halaman belakang dan membawanya duduk tepat di pintu masuk halaman belakang "Pelan-pelan jagoan."

Keduanya kompak menenggak habis coklat buatan ibu mereka, nyaris tak tersisa sampai Sehan memekik "HYUNG! HAOWEN KEDINGINAN!"

"Haowen?" Luhan bergumam bingung dan tak lama ditimpali semangat dari Hanse "Kau benal! Ayo kita belikan coklat panas!"

"Astaga nak cukup bermainnya! Kalian sudah kedinginan!"

"Biarkan saja, mereka ingin berbagi dengan Haowen."

Buru-buru Sehun mendekap kekasihnya, memaksa Luhan untuk tidak mengganggu si kembar sementara Luhan masih tak mengerti siapa Haowen yang sedang dibicarakan kedua putranya "Sayang, Haowen itu siapa?"

Sehun terkekeh, dikecupnya sayang kening Luhan lalu memberikan jawaban yang ingin didengarkan Luhan "Adik mereka."

"Adik?" katanya berfikir sejenak lalu tak lama melepas pelukan Sehun dan menatapnya penasaran "Kau sudah memiliki nama untuk adik mereka?"

"Sudah, Haowen namanya, Oh Haowen."

"tsk! lagi-lagi tidak mendikusikannya denganku."

"Aku tahu kau akan menyerahkan juga padaku, aku benar?"

Luhan tertawa, dia kembali memeluk Sehun lalu mengangguk membenarkan "Kau ayah mereka, jadi aku menyerahkan sepenuhnya padamu."

"Terimakasih sayang." katanya mencium surai Luhan lalu tak lama berbisik "Hey Lu."

"hmmh?"

"Mau sampai kapan kau akan dipanggil Manager Xi?"

"Maksudmu?"

"Disana yang sedang bermain adalah Oh Sehan dan Oh Hanse, kemudian yang sedang memelukmu adalah Oh Sehun, jadi kapan kau akan mengganti nama margamu menjadi namaku."

"Sehunna…"

"Lu…."

"y-Ya?"

"Jika aku melamarmu apa kau akan menolak lagi?"

"Sehun…"

"Aku hanya perlu diyakinkan bahwa kali ini pernikahan benar-benar terjadi."

Luhan semakin tak nyaman di pelukan Sehun, berkali-kali dia mencoba untuk melepaskan pelukan Sehun maka ayah dari anak-anaknya semakin mendekapnya erat, membuat hati keduanya begitu sesak sampai lagi-lagi Sehun mengucapkan kalimat meminta untuk kedua kalinya.

"Luhan, maukah menikah denganku?"

"Sehun…."

"Menjaga ketiga anak kita bersama denganku, sampai tua nanti."

Air mata Luhan tak tertahankan, dia terisak kencang seraya mencengkram mantel kekasihnya, kepalanya terlalu sakit karena permintaan Sehun. Lalu tak lama suara tawa si kembar, tendangan kecil diperutnya seolah meminta pada Luhan untuk tidak lagi menghindar dan menjadi orang tua seutuhnya bagi ketiga anaknya kelak.

Dia kemudian mengangguk, mendekap erat kekasihnya lalu menjawab lamaran tak terduga tanpa persiapan apapun yang dilakukan Sehun untuknya.

"y-Ya! Aku mau Sehun, aku mau menikah denganmu."

Jawaban Luhan hanya membuat segumpal kesedihan Sehun hilang begitu saja, tanpa sadar air mata Sehun juga menetes hingga suaranya serak hanya untuk sekedar mengatakan "Gomawo Lu, aku mencintaimu."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

A week later

.

BLAM!

"Aku bahkan tidak tahu jika tempat audisinya pindah ke agensiku."

"Hey berhenti marah padaku, ini audisi agensimu bukan agensiku."

Kedua Manager pencari bakat itu sama-sama berjalan tergesa memasuki gedung. Wajah mereka terlihat kesal karena dibuat menunggu hampir selama empat jam di gymnastic center Seoul, tapi kemudian harus mendapat kabar bahwa audisi dan pemilihan trainee OSH'ent diadakan di agensi mereka sendiri.

Harunya Jin yang kesal, tapi karena satu dan lain hal, lebih tepatnya karena Luhan sedang hamil dan begitu sensitif, jadilah dia harus rela menebalkan kuping dan hati karena sedari tadi, sepanjang perjalanan menuju OSH'ent, Luhan tidak berhenti menggerutu dan menyalahkan semua hal yang dilihatnya.

"Tapi bagaimana bisa aku tidak tahu? Maksudku, Aku penanggung jawabnya."

Ting!

Pintu lift terbuka, Jin memberi isyarat agar Luhan segera masuk kedala lift, dibalas tatapan sengit dari sahabatnya "Luhan jebal, aku sudah sangat lelah. Masuklah."

Jadilah Luhan dengan segera rasa kesalnya memasuki lift, tak lupa dia menghentakan kaki sebelum menyadari bahwa agensi terlihat lebih sepi dari biasanya "Perasaanku saja atau tidak banyak aktifitas hari ini."

"Entahlah! Aku tidak peduli."

Lalu Jin menekan tombol menuju rooftop, sebenarnya Luhan ingin bertanya lagi tapi menyadari Jin sudah begitu kesal padanya, Luhan memilih diam dan menunggu hingga tak lama pintu lift kembali terbuka

"Ayo cepat!"

"Jinna, mereka mengatakan ruang serbaguna bukan rooftop."

"Ayolah cepat!"

"ISH! Apa kau buta? Aku sedang hamil!"

Karena nyatanya untuk mencapai rooftop agensi, Luhan harus menaiki setidaknya sepuluh anak tangga dan itu membuatnya kesal. Entah apa yang sedang dilakukan Jin, terus membawanya pergi ke tempat-tempat terpencil disekitar lantai teratas agensi tempatnya bekerja.

"Jinna…"

"hmmh?"

"Kau tidak berniat membunuhku kan?"

"Aku apa?"

"tidak…tidak…Aku hanya berfikir kau akan melemparku dari rooftop!"

"AYOLAH XI LUHAN!"

Bagaiamana mungkin Jin tega melempar Luhan dari atas rooftop jika hanya menaiki lima anak tangga saja Luhan sudah seperti akan mati. Dan jika tidak ingat Luhan mengalami perubahan berat badan karena kehamilannya, mungkin Jin tergoda menggendong sahabatnya agar tugasnya selesai sampai disini.

"Jin sebenarnya untuk apa kita naik sampai ke atas rooftop!"

"Untuk menikah."

"nde?"

"Sudahlah! Sebentar lagi kita sampai! Pegang tanganku erat-erat."

Luhan mendengus lagi, jika dipikir-pikir, Jin ternyata begitu cerewet melebihi dirinya, sahabatnya itu bahkan terus memasang wajah masam hingga membuat Luhan tak berani berdebat dengan pria yang memiliki sifat sama persis dengan mendiang ibunya.

"Baiklah." Katanya berusaha menjadi anak baik sebelum akhirnya sampai pada anak tangga terakhir lalu harus dibuat terkejut karena tiba-tiba Kyungsoo terdengar memekik hebat "LUHAN! AKHIRNYA SAMPAI JUGA!"

"Soo? Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Manager Kim terimakasih banyak."

"Tugasku selesai?"

"Selesai."

"Akhirnya….Puji Tuhan aku ingin sekali makan!"

Lalu Kyungsoo menggenggam erat tangan Luhan, membawanya entah kemana hingga tanpa sadar Luhan terhipnotis dengan dekorasi di sekitar rooftop yang entah mengapa dipenuhi bunga cantik hari ini.

"Soo-ya…"

"Hmh?"

"Apa ada acara perpisahan?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Entahlah, tapi entah mengapa tempat ini menjadi sangat nyaman dan-…"

Luhan terdiam. Demi Tuhan dia baru saja melewati sebingkai bucket bunga besar bertuliskan Happy Wedding entah untuk siapa, lalu tak lama dia melihat foto yang dipajang begitu besar dan menampilkan dua wajah yang begitu familiar untuknya disana.

"sepertinya wajah dua orang itu tidak asing, tapi siapa?"

"Soo…"

"Apalagi?"

"Seseorang akan menikah disini?"

"Seseorang?"

"Ya, aku melihat ucapan dan foto yang tertera disana, tulisannya happy wedding dan-….."

"MAMA!"

Seperti berhalusinasi, Luhan kemudian seperti mendengar suara Hanse, dia menggelengkan sesaat kepalanya lalu terkekeh seraya berguma "tidak mungkin." Sampai akhirnya Kyungsoo membuka pintu yang Luhan tahu sebagai gudang di agensi hingga membuatnya kembali bertanya "Kenapa kita disini?"

"MAAAMAAAA!"

Dan tak lama dari arah depan saat pintu gudang dibuka serta dari arah belakang dua sosok mungil yang begitu dicintainya berhamburan lari memeluk erat kakinya hingga Luhan nyaris terjungkal.

Keduanya seperti berebut meminta digendong sementara Luhan masih bertanya-tanya antara sadar dan tidak sadar. Kenapa anak-anak ada disini? Atau seperti Sejak kapan gudang ini disulap menjadi sebuah ruang tunggu?"

"MAMA!"

"huh?"

Barulah teriakan marah dari Sehan menyadarkan Luhan sepenuhnya, dia menunduk, mencari kebenaran atas praduganya dan benar saja, itu memang anak-anaknya yang entah mengapa ada ditempat kerjanya dan Sehun.

"Sayang? Kenapa kalian disini nak?"

Buru-buru Luhan berjongkok, menciumi satu persatu anaknya untuk menemukan kejanggalan lain saat melihat baik Sehan maupun Hanse, keduanya menggunakan kemeja dan jas berwarna putih lengkap dengan tuxedo merah yang membuat keduanya begitu tampan dan menggemaskan

"aigoo….Apa yang dipakai anaknya Mama? Kenapa tampan sekali?"

"Wedding dless…"

"SEHAN ssstt…"

Hanse memarahi adiknya, lalu Sehan seperti memasang wajah "Ou ou" dan segera membuat gerakan mengunci mulut "No mama, it's okay."

"Baiklah ini sudah tidak beres. Sebenarnya ada apa?"

Luhan mulai mencari tahu, menghampiri Kyungsoo yang juga menggunakan jas serta kemeja senada dengan si kembar lalu lagi-lagi dia harus dibuat takjub saat melihat Jaehyun dan Kai juga berada disana.

Sedang bermain game namun menggunakan kemeja dan jas senada pula dengan si kembar dan Kyungsoo.

"Apa ini acara keluarga?"

"Hai hyung." Jaehyun menyapa lalu Kai juga menoleh melihat mantan kekasih yang kini menjadi keluarganya "Hay Lu."

"Hai!"

Luhan membalas getir dan tak lama menatap lagi ke arah Kyungsoo "Soo! Sebenarnya ada apa?"

"Apa?"

"Kenapa kalian memakai pakaian yang sama? Apa ada acara disini?"

"Yap!"

"Acara apa?"

"Pernikahanmu."

Satu….

Dua….

Tiga…

Selama tiga detik Luhan tidak merespon, dia juga tidak berkedip. Kemudian dua putranya berlarian di ruangan dengan bahagia hingga tanpa sengaja Luhan bergumam

"Gila!"

Dia kemudian berniat pergi, mencari tahu seorang diri sampai suara Kyungsoo terdengar "Sayang! Jaehyun!"

Kedua pria yang sedang bermain game itu sontak berdiri, mengejar kemanapun Luhan berniat pergi sementara yang sedang terkejut terus bergumam setengah mengumpat

"Siapa yang akan menikah? Apa mereka gila?"

Luhan berjalan lurus ke arah pintu, lalu di waktu yang sama baik Jaehyun maupun Kai memblock jalannya hingga membuat Luhan harus menahan geramannya "Minggir."

Keduanya saling melirik lalu dengan kompak bertanya "Siapa?

"Astaga! Tentu saja kalian!"

"Maaf tapi tugas kami adalah mempersiapkan pengantin pria yang berparas cantik untuk disandingkan dengan Monster berwajah dingin!"

"Oh ayolah! SIAPA YANG AKAN MENIKAH?"

Lagi, Kai dan Jaehyun menjawab dengan kompak "KAU!"

"DO KYUNGSOO!"

Yang dipanggil sedang sibuk membenarkan tuxedo si kembar. Membuat Luhan terpaksa melirik padanya untuk menjawab "Ada apa?"

"Siapa yang akan menikah?"

"Kau melihat bingkai foto besar saat masuk Keruangan ini?"

"Ya!"

"Itu gambar dirimu dan Sehun, belum sadar?"

"Mwo?"

"Dan Kau lihat tulisan happy wedding di pintu keluar rooftop?"

"Y-ya!"

"Ada Sehun yang sedang menunggumu disana! Dengan seluruh tamu, seluruh artis dan trainee dan-...ah! Tentu saja pendeta."

"Mwo?"

Wajah Luhan memucat, tiba-tiba saja pasokan oksigen ke otaknya berkurang drastis, dia juga sudah mulai merasakan sesak nafas dan yang paling buruk dia sedang merasakan mulas seolah bayinya akan keluar kapan saja.

"Wow...wow...Luhan relax, tenang! Tarik nafas!"

Bersamaan, Kai dan Jaehyun memberikan instruksi kepada Luhan yang mulai merasakan panik. Keduanya panik juga, beruntung ada Kyungsoo yang juga pernah melahirkan hingga tahu harus melakukan apa.

"Luhan...tenang, ya? Tarik nafas."

"Huuuhh-haaaah"

Luhan mulai mengontrol nafasnya, sedetik menarik nafas lalu dengan bantuan Kyungsoo dia membuang nafasnya, kegiatan itu terus diulangi bahkan diikuti oleh Kai dan Jaehyun yang ikut membuang nafas seperti Luhan

"Huuh-haaah~"

Merasa sedikit lebih baik Luhan pun mulai mengipasi wajah, berusaha untuk tenang sampai suara putra semata wayang Kyungsoo dan Kai membuatnya berkeringat lagi

"Woaaah Lulu sudah datang! Pendetanya sudah menunggu!"

"Omo...omo."

Luhan lemas lagi, lalu Taeoh diberi death glare oleh ibunya dibalas kikikan tak berdosa dari sang keponakan "Luhan relax!" Perintahnya.

"Bagaimana bisa aku relax? Bagaimana bisa aku menikah? Tidak...tidak...Sehun tidak pernah membicarakan ini sebelumnya!"

"Dia bilang kau bersedia menikah dengannya!"

"Iya aku tahu! Tapi tidak mendadak seperti ini! Lagipula tidak akan ada pakaian yang cukup untuk aku saat ini, kalian tidak lihat? Perutku sangat besar dan aku akan terlihat sangat mengerikan!"

"Sayangnya kau tidak akan terlihat mengerikan Lu, tenang saja."

"Apa maksudmu?"

Bersamaan dengan pertanyaan Luhan, maka terlihat satu lagi pria yang perutnya juga tak kalah besar sedang terengah, jujur untuk usia kandungan yang cukup besar menaiki sepuluh anak tangga adalah bencana.

"Karena kita memiliki sang designer yang sudah menyiapkan pakaian pernikahan untukmu."

"Baekhyunna?"

"haah~ Apa kau terlambat?"

Adalah Baekhyun yang bertanya, terlihat sangat kelelahan lalu dibantu berjalan oleh Taeyong yang menemani "relax hyung."

"Hey Jae." Kai berbisik lalu Jaehyun menjawab "Apa?"

"Aku rasa akan ada dua kelahiran saat ini."

"pfftt…..Mereka kelelahan hanya karena sepuluh anak tangga."

"Sebaiknya kalian diam atau aku lempar dari atas sini."

"eyy…Dyo hyung, itu tidak lucu." Jaehyun keringat dingin ditimpali Kai yang sepertinya tahu tatapan kesal sang istri "Aku diam sayang, aku tidak berbicara apapun." Katanya membela diri dibalas tatapan jengah Kyungsoo yang kini meminta keduanya untuk keluar dari ruangan "Cepat keluar!"

"Kami sudah tidak diperlukan lagi?"

"Tidak! Jadi cepat keluar!"

"araseo…araseo…"

Tak lama hanya tinggal Kyungsoo, Baekhyun, Luhan dan si kembar yang berada di ruangan. Tak ada yang berbicara untuk beberapa saat sampai akhirnya Baekhyun lebih dulu mengambil sesuatu dari dalam tas khusus yang digunakan seorang designer lalu menunjukkannya pada Luhan.

"Bagaimana menurutmu? Indah bukan."

"Bee…."

"Kau tahu Lu? Rasanya impianku terwujud."

"Impian?"

Baekhyun menarik paksa lengan Luhan menghadap cermin, dia juga sengaja memasangkan sekilas pakaian yang hanya dalam satu minggu dia selesaikan untuk menatap sendu sahabatnya "Aku membuatkan pakaian pengantin untukmu, kau ingat? Itu cita-citaku."

Keduanya menatap kedalam cermin, menatap masing-masing penuh rasa harus sampai kedatangan Taeyong seolah mengingatkan bahwa mereka sudah sampai pada waktunya

"Aku rasa Lu hyung harus segera bersiap."

Baik Kyungsoo dan Baekhyun mengangguk, keduanya dengan cekatan menyiapkan Luhan untuk upacara pernikahannya tak lupa dengan sedikit hair style rambut hitam legam dibentuk berponi yang menunjukkan betapa manis dan anggun sang pengantin pria berparas cantik saat ini.

"Luhan? Apa kau sudah-….."

Adalah paman Lee yang kali ini datang ke ruang ganti Luhan, awalnya dia berniat untuk memastikan kesiapan Luhan. namun yang terjadi adalah dirinya dibuat takjub saat melihat Luhan begitu mempesona hanya dengan balutan blazer putih khas yang sedikit diberikan ukiran bunga oleh Baekhyun.

Warna blazer Luhan senada dengan jas putih Sehun dan kedua putranya, yang membedakan milik Luhan benar-benar diberi sentuhan khusus oleh Baekhyun hingga membuatnya terlihat sangat sempurna dan nyaris bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya.

"Paman…"

"aku tidak percaya kau begitu sempurna Luhan."

"Paman."

"Sehun sangat beruntung dicintai olehmu."

"PAMAN!"

"huh?"

Saat Taeyong berteriak, barulah Paman Lee tersadar, dia juga terlihat salah tingkah lalu membenarkan jas serta tuxedo hanya untuk menilai "Kau sudah sangat siap Luhan." katanya pergi entah kemana meninggalkan Luhan yang sedang melihat dirinya di cermin.

"Bagaimana? Kehamilanmu tidak membuatmu terlihat buruk kan?"

Luhan tersenyum kecil, mau tak mau dia harus mengakui kehebatan tangan Baekhyun saat menyulap kain menjadi sebuah pakaian yang begitu sempurna, karena disaat dirinya sedang hamil besar, maka Baekhyun memastikan bahwa bukan kehamilannya yang mencuri perhatian melainkan betapa mempesona Luhan malam ini.

Klik….

Pintu kembali terbuka, kali ini Tuan Oh yang diikuti Paman Lee masuk kedalam ruang tunggu Luhan. Kedua mata mereka bertemu untuk sesaat sampai tanpa sadar Tuan Oh menitikkan air mata dan itu membuat Luhan begitu sesak.

"aboji…"

"ah, Mianhae Lu, ayah hanya terlalu bahagia. Seperti mimpi masih bisa melihat pernikahan putra tunggalku."

Sedikit tertatih, Luhan berjalan mendekati ayahnya, menggenggam erat kedua tangan ayah Sehun hanya untuk mengatakan "Ayah sudah menjadi ayah yang begitu hebat untuk Sehun, kau adalah ayah yang diimpikan semua orang, termasuk aku. Jadi terimakasih untuk semuanya aboji."

Yang lebih tua menghapus dulu air matanya, lalu dia mengusap sekilas wajah pria yang akan segera dia panggil dengan sebutan menantu untuk mengecup sayang kening Luhan. Keduanya seolah membagi kebahagiaan bersama dengan cara yang berbeda, menikmati waktu yang akan segera membuat mereka menjadi satu keluarga seutuhnya hingga tak sabar Tuan Oh mengulurkan lengannya pada Luhan.

"Rangkul lengan ayah, kau pasti gugup."

"Ayah bersamaku?"

"Tentu saja."

"Tapi Sehun?"

"Dia akan baik-baik saja tanpaku, tapi dia tidak akan baik-baik saja tanpamu."

"aboji…."

"Aku yakin kau juga memiliki trauma untuk pernikahan, dan daripada milik Sehun, ayah berani bertaruh rasa takutmu jauh lebih besar nak, kau akan baik-baik saja selama ayah menggenggam tanganmu."

Luhan tertunduk sekilas, menahan kuat-kuat agar air matanya tidak menetes untuk mengatakan terimakasi dengan suara seraknya "Gomawo aboji."

Diiringi isakan haru Baekhyun dan Kyungsoo, Luhan melingkarkan lengannya di lengan ayah Sehun, keduanya seolah siap untuk berjalan lurus menuju tempat suci yang akan digunakan sebagai tempat mengikat janji.

"Ma….yeppo."

Sehan sedang bermain di kaki Luhan, dia bersama kakaknya membawa tempat bunga yang secara khusus akan ditebar di sepanjang perjalanan menuju altar dengan Paman Lee yang mengawasi mereka.

"Kalian juga tampan nak."

Tak lama mereka semua bersiap membuka pintu yang menghalangi rooftop dengan ruang tunggu, posisi si kembar berada di depan Luhan sementara paman Lee berjalan tepat di belakang Tuan Oh dengan Kyungsoo dan Baekhyun yang bertugas menjadi pendamping Luhan saat ini.

"Kau siap nak?"

"entahlah, aku sangat gugup."

"Luhan, relax."

Luhan tertawa saat Kyungsoo mengatakan relax, tapi raut wajahnya begitu pucat, dia juga bisa melihat ketegangan di wajah Baekhyun sampai akhirnya memutuskan untuk tenang agar tidak merusak pernikahannya lagi "haaah~ Aku siap."

Setelahnya Tuan Oh menggunakan tongkat sedang berjalan mengantar Luhan, keduanya berjalan beriringan seirama hingga akhirnya kaki Luhan menapak pada karpet merah lalu terdengar suara tepukan hangat dari seluruh artis dan petinggi agensi yang tidak diketahui siapa namanya oleh Luhan.

Not sure if you know this…
But when we first met…
I got so nervous…
I couldn't speak…..

Adalah suara halus Jonghyun yang terdengar, mengiringi perjalanan Luhan dengan sebait lagu yang disulapnya menjadi indah. Dan seiring dengan lirik lagu yang dinyanyikan, tiba-tiba Luhan teringat bagaimana gugupnya saat kali pertama bertemu Sehun di agensi, bagaiaman atasannya itu terlihat sangat tegas namun tak lama, entah karena alasan apa Sehun mulai menunjukkan sifatnya yang lain, yang begitu lembut.

In that very moment….
I found the one and…..
My life had found its…..
Missing piece…

Lalu tepat di depan sana, di tempat dirinya dan Luhan akan mengikat janji, Sehun tak bisa melepas pandangannya dari cintanya, bagaimana mata cantik Luhan menatapnya gugup, senyum Luhan yang terlihat membuatnya sangat cantik, hingga kenyataan bahwa Luhan tengah berjalan diiringi ketiga buah hati mereka serta ayahnya membuat hati Sehun begitu hangat, begitu tenang, begitu berharap bahwa kebahagiaan ini akan berlangsung selamanya.

So as long as I live I love you…
Will have and hold you…
You look so beautiful in white…..
And from now 'til my very last breath…..
This day I'll cherish…
You look so beautiful in white….

Lalu perpaduan tiga suara milik Jonghyun, Jongdae dan Changmin seolah menambah emosi yang kuat untuk kedua mempelai. Saat dimana Sehun mengulurkan tangannya untuk Luhan dan saat dimana Luhan menerima uluran tangan Sehun, semua menjadi pelengkap untuk upacara pernikahan di tempat terbuka seperti atap gedung yang disulap menjadi begitu hangat di musim dingin awal tahun.

"Sehunna, kau membuatku gugup dengan semua ini."

"Dan aku senang kau gugup, terlihat semakin cantik untukku."

Sehun memeluk ayahnya sekilas, lalu tak lama tangannya menggenggam kuat tangan Luhan, membawa kekasih hatinya berhadapan dengan pendeta dan bersumpah akan menjalin kehidupan yang dipenuhi kasih dan cinta selama nafas mereka berhembus, sampai maut memisahkan.

"Kalian siap?"

Pendeta bertanya, Sehun melirik Luhan penuh keyakinan, begitupula Luhan yang hanya bisa tersenyum seolah mempercayakan semua kehidupannya pada Sehun "Ya, kami siap." Sehun menjawab serta mewakili Luhan.

Membuat keduanya dihadapkan pada janji yang sedang dibacakan pendeta sampai akhirnya Sehun lebih dulu mengatakan aku bersedia, diikuti Luhan yang untuk pernikahan keduanya bersama Sehun tidak memiliki keraguan untuk ikut mengikat janji dan mengatakan aku bersedia

So as long as I live I love you…
Will have and hold you…
You look so beautiful in white…..
And from now 'til my very last breath…..
This day I'll cherish…
You look so beautiful in white….

Bersamaan dengan jawaban aku bersedia yang diucapkan Sehun dan Luhan, backsound kembali dimainkan dan suara indah Jonghyun, Jongdae, Changmin bersahutan indah mengalunkan melodi yang sempurna.

What we have is timeless…
My love is endless…..
And with this ring, I….
Say to the world….

Sehun sedang memakaikan cincin untuk Luhan, begitupula sebaliknya, setelahnya cincin kecil yang melingkar di jari manis mereka seolah menjadi bukti yang mengawali perjalanan keduanya sebagai pasangan hidup, sebagai suami dan istri serta sebagai orang tua untuk ketiga putra mereka kelak.

"Aku mencintaimu." Sehun bergumam dibalas isakan haru dari Luhan yang juga mengatakan "Aku sangat mencintaimu."

Keduanya kini berciuman lembut diriingi tepuk haru dari seluruh keluarga dan kerabat serta teman terdekat dan juga seluruh trainee dan artis yang akan mengganti panggilan Manager Xi menjadi Manager Oh mulai hari ini.

"wuhuuu…"

Seluruhnya berteriak, sementara suara Jonghyun mengakhiri lagu yang terdengar sangat manis baik untuk mempelai atau seluruh tamu yang menghadiri the rooftop wedding yang di-design sendiri dan ditangani secara langsung oleh sang CEO, Oh Sehun.

"Mamaa….Papa…."

Lengkap sudah kebahagiaan Sehun dan Luhan, pernikahan mereka, kehadiran dua buah hati mereka seolah menjadi tanda bahwa Tuhan masih begitu menyayangi mereka, memberkati mereka dengan memberikan tiga malaikat kecil yang akan mendampingi mereka hingga maut memisahkan.

"BALON PA! LIHAT!"

Sehan berteriak, membuat beberapa tamu serta kedua mempelai memperhatikan bagaimana balon-balon yang tertulis ucapan selamat dari seluruh artis bertebangan di langit.

Kebanyakan dari mereka adalah trainee serta artis yang ditemukan Luhan, dan kebanyakan dari mereka juga menulis pesan menggoda yang mengatakan "Selamat Manager Oh, kau harus lebih giat bekerja." Atau "Hanya karena kau menjadi istri si monster, bukan berarti aku tidak bisa mengencanimu!"

Luhan membaca pesan di balon berwarna hitam yang diberi tulisan mencolok, tebakannya pastilah Jin, tapi saat dia menoleh sahabatnya terlihat sedang memberi gesture selamat dan melambai kearahnya.

Luhan kemudian menatap kedua adiknya, baik Jaehyun dan Kyungsoo juga sudah memiliki pasangan masing-masing, bibirnya tanpa ragu mengatakan "aku menyayangi kalian." Dibalas "Kami lebih menyayangimu hyung / Luhan." dari Kyungsoo dan Jaehyun.

Matanya kemudian beralih pada Baekhyun yang sedang berada di dekapan Chanyeol, lihatlah bagaimana Baekhyun sedang terisak dan menatapnya pilu, seolah mengingatkan pada Luhan alasan pernikahan pertamanya batal adalah karena ayah dari sahabatnya terlalu banyak mencampuri urusan pribadi mereka.

Luhan kemudian menggeleng, meminta Baekhyun untuk tenang lalu mengatakan "Aku mencintaimu Bee."

Alih-alih merasa tenang, Baekhyun semakin terisak di pelukan Chanyeol, jadilah Chanyeol yang membalas Luhan dengan mengatakan "Baekhyun juga mencintaimu, selamat Luhan." gumamnya berbisik hingga membuat Luhan menitikkan haru air mata.

"Sayang?"

"Ya?"

"Aku mencintaimu."

Sehun berbisik dengan dua buah hati mereka di dalam pelukannya, kemudian masing-masing dari Sehan dan Hanse ikut membungkuk mencium bibir Luhan seraya berteriak "SAYANG MAMA!"

Jadilah Luhan menangis haru, ikut memeluk keluarga kecilnya seraya menikmati pemandangan dimana langit dipenuhi warna karena balon-balon yang sengaja diterbangkan "Mama juga menyayangi kalian." Ujarnya tulus lalu tak lama mendongak.

Sehun sendiri membawa Luhan kedalam dekapan, menatap lama langit biru yang walaupun dipenuhi kabut tapi entah mengapa terlihat sangat cerah.

Dia kemudian mengangkat tangannya, mencoba menggapai salah satu awan yang berbentuk hati lalu tersenyum seraya mengatakan "Eomma, aku sudah menikah."

.

.

.

.

.

You don't choose your family,

They are God's gift to you, as you are to them

.

.

.

.

.

.

Today, three years later…

.

"Haowen, say bye, pada hyung."

Yang sedang duduk di baby seat hanya bisa melambai pasrah saat kedua hyungnya masuk kedalam sekolah. Ingin rasanya dia ikut masuk kedalam dan berlarian seperti yang lain. Tapi apa daya jika dia memiliki seorang ibu overprotektif seperti Luhan yang melihatnya jatuh saat bermain saja sudah membuat mamanya begitu trauma dan tak mengijinkan.

"bye hyung…"

"Haowenna nanti kita main robocar poli."

Usia Sehan dan Hanse sudah menginjak delapan tahun saat ini, dan jangan ditanya betapa mereka menyayangi Haowen karena jawabannya di dunia ini, setelah sang mama, Haowen adalah orang kedua yang begitu disayangi si kembar

"Oke hyung."

"Cium mama nak."

Bergantian, keduanya mencium bibir Luhan sebagai tanda mereka berpamitan, tak ada yang berani menolak mencium Luhan mengingat tahun lalu mamanya membuat ulah dengan menangis dan merengek di sekitar halaman sekolah,

Mulai saat itu Hanse dan Sehan bersumpah akan terus mencium sang mama jika itu memang yang diinginkan oleh mama mereka agar tidak berulah.

"Sampai nanti nak, belajar yang tekun."

"Okey ma, bye Haowen."

Si balita hanya menjawab lesu, dia juga terlihat sangat sedih ketika kedua hyungnya berjalan masuk kedalam, meninggalkan Luhan yang sedang terkekeh menggodanya serta menciumi seluruh wajahnya "Hey sayang, bagaimana jika kita ke tempat papa?"

"Papa?"

"Yap! Kau mau?"

"Tentu saja!"

Tak lama Luhan memasuki pintu mengemudi, bersiap untuk menuju agensi yang selama tiga tahun ini berkembang pesat dimana dirinya tetap menjadi Manager pencari bakat dengan sang suami yang menjadi pimpinannya.

"Hibur papa ya nak?"

"Okey Ma."

Haowen menjawab sedikit kesulitan, membuat Luhan lagi-lagi tertawa sebelum menginjak perlahan gas mobilnya, membawa si bungsu untuk menemui ayahnya yang entah mengapa sedang menyibukan diri terhitung enam bulan dari hari ini.

.

.

.

.

.

.

BLAM!

Buru-buru Luhan melepas seatbelt di tubuh Haowen, menggendongnya satu tangan lalu menutup kesulitan pintu mobilnya, Beruntung dia adalah istri Sehun, karena menggunakan status istri sang CEO, pastilah membuat Luhan banyak dibantu dan dihormati

"Selamat pagi Manager Oh, biar aku bantu."

"Pagi."

Omong-omong dia sudah menjadi manager Oh selama tiga tahun. Tapi selama tiga tahun itupula terkadang Luhan masih merasa canggung mengingat nama marga suaminya terlalu strict dan sangat menakutkan untuk beberapa artis dan staff.

"Apa Presdir Oh di ruangannya?"

"Ya suami anda di ruangannya Manager Oh."

"Luhan saja, ya?"

Office boy yang sedang membantunya hanya menggeleng tak menyetujui, bukan karena menolak permintaan Luhan, tapi mengingat siapa suami Luhan membuatnya tidak siap kehilangan pekerjaan terlalu dini dengan cara mengerikan.

"Terserahmu saja, ayo nak."

Tak lama Luhan menggandeng Haowen, menekan tombol lift menuju ruangan suaminya hingga tiba dirinya dan Haowen di ruangan yang enam bulan belakangan ini menjadi begitu sunyi seperti tak ada kehidupan.

Klik…

Luhan membuka pintunya lebih dulu, lalu tak lama Haowen berteriak "PAPA!" membuat pria terlewat tampan yang sedang sibuk membaca dokumen menoleh untuk tersenyum dan menyambut putra ketiganya.

"Hay sayang!"

Buru-buru Sehun menggendong Haowen, bertanya-tanya apa yang dilakukan Haowen sepagi ini sebelum beralih pada sang istri dan mencium Luhan tepat di bibir "Kau melewatkan sarapanmu lagi dirumah." Katanya kesal dibalas tatapan menyesal dari Sehun "Mianhae sayang, aku belum terbiasa."

"Tapi sampai kapan?"

Sehun menurunkan Haowen, membiarkan putranya bermain di ruang kantor sebelum menarik Luhan dan mendudukan sang istri di meja kerjanya, awalnya dia hanya menatap, lalu tak tahan melihat bagaiamana cantik istrinya, Sehun mulai melumat lembut, mengabaikan kehadiran Haowen yang sepertinya tidak terganggu dengan kemesraan ibu serta ayahnya.

Bibir keduanya berpagut mesra, Luhan bahkan sengaja memberi akses sebanyak mungkin untuk suaminya yang dia tebak masih memiliki kesedihan di hatinya, dia ingin Sehun membagi apapun yang dia rasakan walau selalu berakhir percuma karena suaminya akan terus menyelesaikannya seorang diri.

Hmmh~

Luhan mengerang kecewa ketika Sehun melepas pagutan mereka, tangan suaminya kini mengusap lembut bibirnya yang bengkak lalu berbisik "Beri aku sedikit waktu, ya?"

"Tapi kau sudah siap? Besok kita akan tetap pergi kesana."

Tersenyum pilu, Sehun hanya mengangguk untuk mengecup lagi bibir istrinya "Pegang tanganku dan jangan dilepaskan." Katanya memohon dibalas rangkulan tangan Luhan di lehernya yang ikut berbisik meyakinkan "Selalu sayang, selalu."

.

.

.

.

.

.

.

.

Keesokan pagi,

.

"SEHAN HANSE! CEPAT TURUN NAK! KITA SUDAH TERLAMBAT!"

"….."

"SEHAN HAN-….."

"Luhan…."

Ketika suaranya sudah mencapai sembilan oktaf dan membuat bising seluruh rumah, Luhan harus dibuat terdiam saat suara paman Lee memanggilnya. Sedikit tak enak hati, dia pun menoleh untuk tersenyum kikuk dan bertanya "Ada apa paman?"

"Anak-anakmu sudah di mobil, hanya tinggal kau dan Sehun."

"ah-….Baiklah."

"Aku tunggu di mobil."

"Paman! Kau sudah membawanya kan?"

Seolah mengerti paman Lee mengangguk sebagai jawaban "Tentu saja."

Klik….!

Setelahnya pintu kamar utama terbuka, menampilkan Sehun yang sudah berpakaian serba hitam lengkap dengan kacamata hitam di tangannya "Hey sayang."

Sehun hanya diam seribu bahasa, wajahnya sudah menunjukkan jika dia tidak siap namun harus dipaksa siap jika tidak ingin membuat kecewa istri dan anak-anaknya "Anak-anak?" Sehun bertanya lalu Luhan datang memberikan pelukan hangat "Mereka sudah di mobil, bagaimana perasaanmu?"

"entahlah. Aku hanya ingin memelukmu erat."

Luhan mencoba mengerti, dia pun mengecupi tengkuk leher Sehun lalu berbisik "Setelah ini aku akan memelukmu erat."

"Janji?"

"Aku janji." Balas Luhan seraya mengulurkan tangan untuk digenggam Sehun "Kau pasti bisa sayang." katanya meyakinkan, dibalas senyum kecil Sehun yang meraih tangan Luhan dan menggenggamnya erat "Aku tahu."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tak lama mobil hitam yang dikendarai oleh Paman Lee berhenti di sebuah taman lapang berwarna hijau. Seluruh keluarga Oh turun satu-persatu, namun seolah tahu kemana harus berada si kembar berlari lebih dulu dengan menggandeng adik mereka.

"Luhan…."

"Ya sayang?"

"Aku tidak bisa."

"Sehun, ayah pasti merindukanmu juga."

Tes!

Setiap kali nama ayahnya disebut, Sehun selalu merasa sesuatu menghujam hatinya, begitu perih dan kosong. Kenyataan bahwa hingga saat ini dia belum bisa menerima kepergian ayahnya adalah yang paling buruk dan menyakitkan untuk diterimanya secara lapang.

Ya, enam bulan lalu Tuan Oh menghembuskan nafasnya yang terakhir, pria kuat itu akhirnya menyerah pada penyakit yang sudah menggerogotinya hampir sepuluh tahun. Beruntung saat itu sudah melewati natal, karena tepat di malam tahun baru, hari dimana seharusnya kehidupan baru dimulai, Sehun justru kehilangan seseorang yang paling dijaganya dalam hidup.

Dia terpukul dan sempat mengalami syok berat, hanya Luhan tempatnya bersandar dan beristirahat, tapi kemudian dia harus kembali pada kenyataan bahwa suara ayahnya, sosok yang begitu dia hormati tidak akan pernah kembali lagi padanya.

"Tuan muda, datanglah, ini sudah enam bulan berlalu."

Dan ketika suara berat Paman Lee terdengar, Sehun seolah tidak memiliki alasan lagi untuk menghindar, perlahan kakinya melangkah, berjalan menyusuri beberapa pemakaman lain yang terlihat begitu hijau sampai samar terdengar suara ketiga anaknya bergantian memanggil dan menyapa kakek mereka

"HARABOJI, HALMONI SEHAN DATANG!"

"HANSE JUGA!"

"HAOWENNA JUGA DATANG HALABOJI, HALAMONI!"

Membuat entah mengapa air mata Sehun menetes merasa begitu malu karena ketiga putranya jauh lebih kuat dan lebih lapang menerima kepergian ayahnya "ayah…."

Sehun bergumam pelan, langkahnya semakin lama semakin pelan seolah tak bisa menyanggupi tatkala dua matanya membaca nama Oh Sang Hoon, tertera di batu nisan persis milik ibunya.

Lihatlah kini makan ayah dan ibunya berdampingan, seolah mengejek Sehun yang ditinggalkan, rasanya dia tidak akan pernah siap kehilangan siappun yang dicintainya sampai lagi-lagi tangan Luhan menyelamatkannya dari kekosongan tergelap di hatinya

"Aku memegangmu sayang."

Sehun tertawa, dia membiarkan Luhan mengambil alih dirinya yang lemah sementara dirinya tak berniat untuk menjadi kuat, keduanya kini beriringan menuju makam kedua orang tua Sehun hingga untuk kali pertama setelah enam bulan berlalu Sehun datang menyapa ayahnya.

"aboji, aku datang."

"Kakek, papa datang." Sehan mengulangi dibalas tawa kecil dari Sehun yang kin berjongkok, mengusap sayang tempat istirahat sang ayah lalu bergumam "Maaf membuatmu menunggu."

"Papa…."

Kini Haowen menyeruak di pangkuan Sehun, memeluk erat papanya yang terlihat sedih dengan Luhan dan Paman Lee yang juga menitikkan sendu air mata mereka "Beristirahatlah dengan tenang aboji, katakan pada eomoni kalian memiliki tiga cucu yang begitu tampan." Katanya mencium masing-masing surai Sehan, Hanse lalu berakhir di Haowen yang sedang memeluknya manja.

"Aku merelakanmu pergi aboji." Katanya terisak dalam diam sampai Sehun merasakan tangan Luhan memegang pundaknya seraya berbisik "Sudah cukup sayang, ayo pulang."

Paman Lee mengambil Haowen dari pangkuan Sehun, menggandeng masing-masing dari si kembar yang sedang membungkuk sebagai tanda perpisahan sebelum menyerahkan sesuatu pada Luhan "Aku tunggu di mobil."

"hmmh…."

Setelahnya Luhan ikut berjongkok di samping Sehun, menyerahkan selembar foto ke tangan suaminya dibalas tatapan bingung dari Sehun "Kau ingat? Ayah memintamu untuk meletakkan foto natal terakhir kita tahun ini."

Sehun mengangguk tanda dia mengingat, kemudian dia mengambil foto itu perlahan, memperhatikannya seksama, hingga gambar dimana ayahnya sedang berbaring di rumah sakit dengan alat-alat menyakitkan membuatnya kembali mengingat hal-hal yang tidak ingin diingatnya lagi.

Tangannya gemetar saat meletakkan bingkai foto yang diminta ayahnya di saat terakhir, lalu tiba-tiba tangan Luhan bertumpu di atas tangannya seolah menguatkan agar tak ada hal lain yang membuatnya takut.

Sehun tersenyum kecil, lalu tiba-tiba Luhan bersuara "Ayah tenang saja, Sehun tidak akan pernah kesepian, aku menjaganya, anak-anak juga. Lagipula Sehun tidak akan pernah kesepian dengan empat orang anak, ya kan sayang?"

"huh?"

Matanya yang sembab mengerjap bingung namun terlihat berharap, lalu Luhan terkekeh seraya membawa tangan besar yang selalu menggenggamnya erat tepat di atas perut lalu bergumam "Hari ini kau resmi menjadi ayah dari empat orang anak."

Sehun tertawa bahagia, antara percaya dan tidak, tapi Luhan selalu berhasil membuat jantungnya berdebar. Detik berikutnya, dia menarik lengan Luhan, mendekapnya erat, lalu didepan makam kedua orang tuanya Sehun mencium bibir Luhan seolah meyakinkan pada kedua orang tuanya bahwa Luhan adalah hal terbaik yang pernah diberikan Tuhan untuknya.

"Kalian tenang saja, aku akan baik-baik saja dengan Luhan disampingku, selamanya."

.

.

.

.

.

.

.

.


.

End

.


.

.

.

.

.

.

Thankyou soooomuccch buat 24 chapter paling banyak tingkah di AFB

.

You guys made me finish this story, kissssss :*

,

I'm out of words egeen…

Selalu seperti ini di penutup chapter kkkk~

,

Haah~, okelah

Gue pamit dari AFB, seeu di JTV dan mudah2an new story

.

W/ Love :*

,

THANKS TOO MUCH GUYS **

.

p.s : Cintai Hun-Han seperti cinta pacar kalian yak, yang punya aja :p