BRIDE OF THE DARK

Chapter 2 – Homestay

Copyright By : Justin Seagul

[Kookmin Fanfiction]


Warnings!

If you hate Yaoi or you doesn't like the couple. Please close this page!


Genres

Dark Romance – Supernatural – Mystery


Main Cast

Jeon Jungkook

Park Jimin


Support Cast

Min Yoongi

BTS's Members

and Other.


Disclaimer

Para cast hanya milik Tuhan, Orangtua, dan Agensi masing-masing.

Cerita sepenuhnya milik saya.


Summary

Park Jimin menghadiri pemakaman kakaknya, Park Chinmie yang meninggal secara misterius. Namun, setelah seminggu ia sendiri menghilang tanpa kabar. Karena khawatir, Min Yoongi pergi menyusulnya ke Jeongson. Tiga hari setelahnya Jimin muncul kembali dengan keadaan luka-luka dan tak mampu mengingat apa yang terjadi selama ia menghilang. Satu-satunya hal yang dia ingat adalah Ruangan gelap, mawar biru, dan Jeon Jungkook.


...

Chapter 2 – Homestay

Hari sudah beranjak malam ketika Jimin sadar dari pingsannya. Tempat ini gelap, hanya diterangi dengan sebatang lilin yang hampir habis diatas nakas disamping ranjang. Jimin mengalihkan pandangannya ke sekitar, dimana dia?

Pintu terbuka dari luar, membuat pria mungil itu terkejut. Baekhyun muncul dari sana, dengan sebatang lilin menyala di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya membawa sebuah selimut tambahan.

"Kau baik-baik saja? Kau pingsan lama sekali tadi." Ia meletakkan lilin itu diatas meja, menggantikan lilin sebelumnya yang sudah akan padam.

Baekhyun mengalihkan pandangan ke arah Jimin yang menatapnya lekat. Perlahan, ia dengan gerakan hati-hati ikut duduk diatas ranjang. "Aku Park Baekhyun, dan yang tadi siang adalah suamiku, Park Chanyeol. Boleh aku tahu siapa namamu?" Tanyanya berusaha tidak menakuti pemuda di depannya saat ini.

Jimin menunduk dan terdiam cukup lama. "Jimin… Park Jimin." Ia berbisik lirih, nyaris tak terdengar.

"Jimin?" Baekhyun menegaskan, takut ia salah mendengar. Tapi ia segera tersenyum ketika melihat anggukan dari pemuda disampingnya itu.

"Kau lapar? Ini memang sudah agak terlalu larut, tapi aku bisa menyiapkannya untukmu." Baekhyun baru akan bangkit ketika Jimin tiba-tiba menarik tangannya.

"Jangan. Ti-tidak usah. Terima kasih."

Baekhyun mengernyit. "Kau yakin?"

Jimin mengangguk cepat. Ia melihat ke sekeliling ruangan. Kamar ini benar-benar gelap, bahkan ia tiddak bisa melihat bahkan hanya dalam jarak 1 meter. Jimin menjadi resah, ia agak takut dengan suasana ini. Hati dan pikirannya masih kacau balau, Baekhyun menyadarinya. Ia melihat Jimin yang gemetar pelan, tampak ketakutan. Keringat dingin sudah membasahi wajahnya.

"Ada apa? Apa kau merasa sakit?" Tanya Baekhyun.

Jimin menggeleng. "Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit ketakutan. Maafkan aku. Tapi tak bisakah kita menyalakan lampunya?"

Baekhyun menghela napas. "Maafkan aku Jimin. Tapi, ini pemadaman berkala. Aku tak bisa berbuat apa-apa." Katanya lembut. Ia bahkan mengusap rambut perak Jimin. Baekhyun baru sadar, Jimin memiliki rambut perak yang indah.

"Tidurlah. Aku akan menemani sampai kau tertidur." Baekhyun tersenyum, ia mengambil selimut yang dibawanya tadi dan menyelimuti Jimin, menimpa selimut tipis yang sebelumnya menyelimuti tubuhnya sejak awal.

Baekhyun pun mengambil posisi yang nyaman untuk duduk. Ia menggenggam tangan Jimin yang terasa benar-benar kecil. Baekhyun merasa terharu, ia seolah mempunyai seorang anak. Baekhyun mengakui, pernikahannya dengan Chanyeol sempat tidak direstui kedua pihak keluarga, tapi karena keinginan mereka yang kuat, keluarga mereka akhirnya menyetujuinya. Lagipula, pernikahan sejenis bukan lagi hal yang tabu.

Chanyeol tidak mau mengadopsi anak dan Baekhyun tidak mungkin hamil. Jadi mereka hanya hidup berdua. Kehadiran Jimin dirumahnya membuat ia merasa menjadi sosok ibu. Ia tidak keberatan Jimin tinggal, ia bahkan sangat menyetujuinya. Tapi bagaimanapun, Jimin tetap saja orang asing dan Baekhyun sedikit tidak paham. Apa sebenarnya yang terjadi pada pria itu? Ia terlihat ketakutan dan kebingungan. Sejak siuman untuk pertama kalinya, tingkahnya sangat aneh, bahkan hingga saat ini.

'Tidak usah berprasangka buruk. Ia mungkin hanya mengalami sedikit trauma.'

Maka dengan pemikiran seperti itu, Baekhyun bisa mencegah rasa penasarannya tumbuh semakin besar.


...

"Kau dimana?"

"Aku sudah di perjalanan."

"Dengan taksi?"

"Tidak. Aku menyewa sebuah mobil untuk satu minggu."

"Oh. Okay jaga dirimu."

"Hmm."

Yoongi memutuskan sambungan dan melempar ponselnya ke jok belakang. Ia baru saja mendarat tiga puluh menit yang lalu, dan sekarang ia baru sadar. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukannya sekarang. Yoongi mengacak rambut pirangnya.

"Berpikir. Berpikirlah, Min Yoongi." Lirihnya berulang-ulang.

Yoongi tersentak. Ia ingat, sehari sebelum menghilang, Jimin sempat menelponnya pada pagi tanggal 9 April. Ia mengatakan bahwa ia akan segera kembali ke Seoul. Tapi ia tidak tahu pasti pada tanggal berapa, katanya jika urusannya selesai, ia akan berangkat hari itu juga. Itulah terakhir kalinya Yoongi berbicara dengannya.

"Ya! Penginapan! Jimin bilang ia menginap di sebuah penginapan yang paling dekat dari bandara." Yoongi membelalak. Ia segera memelankan laju mobilnya dan segera menepi di depan sebuah toko bunga.

Seorang perempuan paruh baya mendatanginya dengan tersenyum ramah. "Apa ada yang bisa kubantu nak?"

"Ahjumma. Aku ingin bertanya. Apa kebetulan kau tahu penginapan yang berada tak jauh dari sini ?" Tanya Yoongi cepat.

Wanita itu terlihat berpikir, lalu mengangguk. Ia kemudian memberikan beberapa instruksi yang harus diulang-ulang oleh Yoongi. Yoongi segera mengucapkan terima kasih dan segera melajukan mobilnya ke arah yang telah diberitahukan oleh wanita tadi. Setelah beberapa kali melewati belokan, ia akhirnya berbelok di tikungan terakhir, sekarang ia hanya perlu mencari bangungan berwarna coklat seperti yang dikatakan oleh wanita tadi.

Jeongeson hanyalah sebuah kota kecil, tak banyak penginapan yang bisa Jimin kunjungi. Ia akan memulai mencari satu-persatu, itu lebih baik daripada tidak memulainnya sama sekali.

Yoongi memarkirkan mobilnya di depan sebuah bangunan yang dicarinya sejak tadi. Penginapan ini adalah satu-satunya penginapan terbesar di Jeongseon. Jadi, besar kemungkinan Jimin menginap disini. Yoongi segera menekan bel yang tersedia di pintu, setelah beberapa saat, seorang pria muda gempal berwajah menyebalkan membuka pintunya.

"Ya? Cari siapa?" Pria itu memulai dengan nada acuh tidak ramah.

"Apa seorang pria bernama Park Jimin menginap disini?" Tanya Yoongi cepat. Tak ingin membuang waktu.

Pria gempal itu hanya mengernyit. "Maafkan aku tuan, aku tidak menghapal semua nama orang yang menginap disini. Mungkin ibuku tahu, kembalilah lagi nanti. Ia sedang tidak ada di rumah." Pemuda baru saja akan menutup pintunya, namun Yoongi lebih cepat, ia segera menahan pintu itu.

"Tunggu seben—"

"Ada apa lagi? Aku bilang aku tidak mengenal pria bernama Park Jimin." Pemuda itu mulai terlihat kesal.

Yoongi mengeram frustasi. "Ini masalah serius, apakah ada salah satu penyewa yang belum kembali hingga sekarang?"

Pria gempal itu membelalak. "Maksudmu? Bocah berambut perak itu?"

"Dia bukan bocah! Tapi memang benar ia berambut perak, kau tahu? Kau melihatnya?"

Pemuda itu seperti menimbang sesuatu. Namun, beberapa saat kemudian ia mempersilahkan Yoongi masuk, dan menyuruhnya duduk di sofa.

"Mana dia? Dia masih berada disini kan?" Tanya Yoongi.

"Tunggu sebentar. Kau keluarganya? Namaku Cho Kwon Jo. Aku tak bisa memberimu banyak informasi karena aku memang tidak tahu apa-apa. Jadi hilangnya temanmu itu bukanlah urusanku. Okay? Kau paham?"

Yoongi mendecak kesal, ia benar-benar tidak sabar. "Aku temannya. Dan baiklah, namaku Min Yoongi. Aku mengerti semua yang kau katakan. Jadi bisakah kau mulai menceritakan semua yang ketahui tentangnya secara rinci? Oh, dan ini bukan permintaan." Ia berkata sengit.

Kwon Jo hanya mendengus, tapi ia tidak lagi berbicara omong kosong lagi. "Yah, semuanya sangat normal. Aku tidak tahu pasti ia menginap tanggal berapa, tapi aku pertama bertemu dengannya malam hari pada tanggal 6 April, untuk membawakan makan malam." Ia mulai bercerita.

"Dia sangat baik, harus kuakui. Bahkan ibuku yang pemarah, sangat menyukainya. Ia sangat rajin dan ramah. Namun, ia mendadak aneh di hari ketiganya, ia menjadi sangat rusuh dan terburu-buru. Pagi-pagi sekali tanggal 9 April, ia menitipkan kunci kamar dan berkata harus pergi ke suatu tempat. Ia bilang ia akan kembali siang hari untuk mengambil koper dan barangnya. Namun, dia tak pernah kembali. Tapi kami tidak melaporkan hal ini ke polisi karena merasa tidak berhak, dan belum ada berita kehilangan. Jadi kami tidak bisa melakukan apa-apa." Jelas Kwon Jo. Ia terlihat gundah.

Yoongi tidak berkata apa-apa. Ia terlihat memikirkan sesuatu. "Apa sekarang barang-barang Jimin masih ada di kamarnya? Boleh aku melihatnya?" Tanyanya pada akhirnya.

"Tentu. Tapi ibuku belum kembali. Kembalilah besok. Aku juga harus menceritakan ini padanya." Kata Kwon Jo.

Yoongi tidak terlihat setuju, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. akhirnya ia bangkit dari sofa dan segera beranjak dari sana, setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih dan meninggalkan nomor ponselnya pada pemuda gempal itu. "Tolong hubungi aku ketika Jimin kembali, atau saat kau mendapat kabar tentangnya." Pinta Yoongi yang diangguki dengan mantap oleh pria itu.


To Be Continued…


Okay. Ini chapter 2 nya. Semoga suka ya! Maafkan saya yang telat banget updatenya. Tapi jujur, saya ini baru selesai Ujian Nasional, jadi saya benar-benar gak sempat untuk melanjutkan cerita ini secepatnya, walaupun review-review dari kalian buat saya pengen banget update asap. Tapi saya tak berdaya T~T

Hehe.. jadi gimana chapter 2 ini. Apakah semakin ngebosenin? Atau malah makin seru? Saya harap makin seru ya. Memang, untuk awal chapter agak membosankan karena saya harus mulai menajabarkan clue-nya sedikit demi sedikit. Jadi untuk unsur utamanya mungkin akan muncul di chapter-chapter selanjutnya.

Maaf juga untuk chapter yang pendek. Sengaja, karena saya membatasi membuat per chapter dalam cerita saya cuma sekitar 1000 words, paling banyak 1500 words, tujuannya supaya makin membuat penasaran dan tidak membuat kalian mual-mual karena terlalu banyak gono-gini yang saya umbar di setiap chapter. Saya memberikan waktu buat kalian mencerna, sehingga cerita saya gak cuma sebatas cerita, tapi bisa jadi ajang asah otak kayak teori BTS yang makin lama makin buat saya ubanan wkwk.

Kayanya lebih banyak isi cuap-cuapnya dari cerita. Mianhae… Okay, tolong tinggalkan review, saya gak marah buat siders tapi setidaknya ngereview sekali dalam seumur hidup kan gak masalah. Dan, tolong. Saya sangat mengarapkan review yang bermutu, dan membangun. Saya bukannya tidak bersyukur, tapi rasanya jika kalian cuma meninggalkan review sejenis 'next' 'next juseyo' 'lanjut' dan antek-anteknya, saya jadi gatau apa yang harus saya lakukan sama ff saya. Mau dilanjut, saya gatau gimana yang buat kalian enak, apa yang kalian keluhin, atau apa yang kalian gak suka. Tapi mau diberhentiin malah gak tega. Jadi tolong review. Notice me! Jangan kaya nunggu bias nge-Notice, yang mustahil terjadi.

Okay udah deh, panjang banget cuap-cuapnya wkwk, saya minta doa buat UN saya, dan saya juga mendoakan supaya yang senasib seperjuangan mendapat hasil yang terbaik. Okay, sekian. Gumawoyo^^