PERHATIAN

Ff ini mengandung unsur dewasa, hubungan sesame jenis dan dikhusus kan untuk para fujoshi dan fudanshi. Terdapat banyak typo, bahasa yang berantakan dan kesalahan lainnya yang tidak terkoreksi oleh author. Dan mohon maaf apa bila terdapat bahasa yang rancu dan suli dimengerti karena tidak semua laki-laki~ *abaikan* manusia sempurna. Sekian dan selamat membaca.


Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Kim Jongin

Do Kyungsoo

Oh Sehun

Luhan

-dan lainnya-


FIRST LOVE

Chapther 1


Tangan ramping itu menggenggam daun pintu dan membukanya. Ia berjalan perlahan mendekati sebuah ranjang di pojok ruangan yang terlihat berantakan dengan berbagai buku pelajaran. Langkahnya hati-hati sampai akhirnya ia berhenti tepat di samping ranjang seorang namja yang tertidur pulas. Wajahnya damai dan tampak menawan membuat si penikmat tak henti-hentinya memandangi sosok tidur di hadapannya. Satu tangannya mengelus wajah namja itu sebelum tangan besar sosok tidur itu menggenggam dan menariknya. Satu tangan menahan badannya agar tidak menindih namja yang masih tertidur pulas di bawahnya."Baekki~a"panggil sosok itu seraya merengkuh wajah di atasnya dan menyatukan kedua bibir mereka dan mengejutkan yang lainnya.

"Anak-anak,"seru sang ibu dari arah dapur dan kedua namja berebut untuk keluar dari sebuah pintu. Keduanya saling pandang, akhirnya menuju meja makan dan duduk di bangku masing-masing."Jangan biasakan bertengkar di pagi hari. Akurlah sesekali!"nasehat sang ibu seraya menaruh sebuah roti isi pada tiap piring anak-anaknya itu."Baik, bu."

.

.

Ia tak tahu mengapa sosok di hadapannya begitu mempesona dan terlihat sangat bersinar juga menawan walau terlanpau sering untuk dipandangi. Sebuah lengkung di wajahnya membuat setiap harinya berwarna terasa. Sosok itu begitu sempurna dengan wajah tampan dan prestasi yang tak perlu dipertanyakan dengan peringkat satu di setiap semesternya. Park Chanyeol memang sempurna dan di kagumi setiap pasang mata di kelas bahkan seluruh penjuru sekolah.

"Woi!"sosok melamun itu tersentak dan sadar dari lamunannya.

"Kenapa kau mengacaukan lamunanku!"omelnya dan memukul yang lain. Baekhyun menutup buku yang terbuka di mejanya karena pergantian jam pelajaraan saat itu. Ia memasukan bukunya dan mengeluarkan baju olahraga dari dalam tasnya."Kau memandanginya lagi?"tanya Kyungsoo yang menjadi tersangka buyarnya lamunan Byun Baekhyun tadi. Baekhyun yang masih duduk di bangkunya melirik kesal dan memandang sosok jangkung di bangku baris lain yang ia pandangi tadi.

"Minggir! Kau menghalangi pandanganku!"kesalnya berdiri dan menyingkirkan Kyungsoo dari hadapannya. Ia membuka kancing kemejanya dan melucuti seraganya kemudian menggantinya dengan pakaian olahraga.

"Kenapa tidak kau nyatakan saja perasaanmu padanya? Toh hyungmu juga melakukan hal yang sama pada namja di kelas sebelah itu."Lanjutnya dan lirikan yang lain dari Baekhyun membuat sosok itu bungkam.

"Yah karena hyungku terlalu cantik dan aku? Kau lihat siapa yang mau dengan sosok bodoh cupu dan tak menarik sepertiku?"mulainya."Mungkin saat aku menyatakan perasaanku pada Chanyeol, ia akan tertawa dan terus-terusan mengolok olokku."lanjutnya. langkahnya lemas saat sosok jangkung yang ia bicarakan menghampiri seorang yeoja yang menunggunya di sebuah bangku tak jauh dari pintu keluar."Kau lihat? Aku tak sebanding dengan gadis itu."lemasnya masih berjalan dan tepukan pada mundaknya dari sosok sahabatnya kembali menguatkan jiwanya.

.

.

Panas siang itu membuat semua siswa dengan ogah-ogahan mengejar bola di lapangan besar sebuah sekolah swasta di kota itu. Chanyeol mengiring bola dengan semangat dan mengoper pada teman satu timnya. Dan saat bola itu kembali pada kakinya, ia menendangnya ke gawang dan meleset. Bola itu melambung tinggi dan semakin merendah. Semua siswi berteriak dan sosok bertubuh kecil, ia menoleh untuk sekedar mengetahui ada apa dan. BUK! Bola itu dengan mesra mencium wajahnya dan sosok itu jatuh tak sadarkan diri.

.

.

"Wah daebak!"seru Kyungsoo berisik saat mengunjungi temannya di UKS. Suaranya yang berisik tak henti-hentinya mebuat seisi ruangan itu berdesisi "sstttts!" pada ranjang yang tak jauh dari jendela.

"Bisa kau diam!"perintahnya dan ia mengusap wajahnya yang masih terasa sakit. Bagaimana tidak, sebuah sentuhan mesra mengenai wajahnya tadi. Kalau sentuhan itu dari sebuah wajah tanpan nan rupawan mungkin Baekhyun akan menerimanya dengan senang hati tapi ini, dari sebuah bola bundar keras yang dengan tidak sopannya merengut ciuman pertamanya.

"Kau merasakannya tadi?"tanyanya lagi tak kenal diam rupanya dan yang lain hanya merengut bingung.

"Apa?"singkatnya."Maksudmu merasakan sentuhan dasyat bola itu? Jelas saja aku merasakannya bodoh! Mau juga merasakannya?"sewotnya kesal karena nyeri yang masih terasa di wajahnya. Kyungsoo berdecak dan mulai meluruskan masksudnya.

"Bukan itu maksudku."mulainya."Maksudku, apa kau merasakan otot lengannya yang kekar saat mengendongmu?"lanjutnya dan sosok di ranjang itu membulatkan matanya BESAR-BESAR. Di tatap wajah sahabatnya yang masih menunggu jawaban 'ya' atau 'tidak' dari sosok berbaring yang sekarang sudah bangkit dan duduk di hadapan Kyungsoo.

"Apa maksudmu dengan mengendongku?"tanyanya lalu yang lain menjawab."Ya mengendongmu. Chanyeol menggendongmu sampai UKS dan membaringkanmu di sini."tunjuknya."Di ranjang ini."jelasnya lagi."Kau tidak ingat? Atau saat itu kau benar-benar tak sadarlan diri?"

"Ya jelas aku tak sadarkan diri bodoh! Kau tau bagaimana kerasnya bola itu mengenai wajahkku?"bentaknya keras tepat di depan wajah Kyungsoo yang membuat seisi ruangan memberi desisan yang sama di awal.

.

.

Mata Baekhyun melebar, mulutnya nyaris menganga saat sosok tampan itu berada di hadapannya. "Tak ada luka serius kan?"cemas Chanyeol yang sekilas tadi memperhagikan plester luka yang menempel di hidung Baekhyun dan yang lain hanya mengerjap ngerjap matanya tak percaya." Byun? "panggil si jangkung dan tak ada jawaban."Byun Baekhyun!" panggilnya lagi dan Baekhyun tersadar dari lamunannya.

"Ah, ya? "kagetnya tersadar. Ia mengelengkan kepalanya dan kembali menatap sosok memukau di hadapannya. "Tidak ada luka serius kan?" Dan yang lain mengeleng cepat. "Syukurlah. Aku kawatir dari kemarin tapi saat aku mengunjungi UKS, kau sudah tak ada di sana."timbul penyesalan 'kenapa aku pulang duluan kemarin!' Pikirnya. "Ah," pekik si tampan. "Aku belum meminta maaf atas kejadian kemarin. Mian" tulusnya dan kemudian berlalu. Sosok itu masih terlihat sebelum seorang gadis menghampiri si jangkung dan menghilang di belokan koridor.

"Aku heran dengan gadis yang selalu mengekor Chanyeol. Sebenarnya dia itu siapa? "Celetuk Kyungsoo saat jam pelajaran seni yang mengharuskan mereka berkegiatan di luar kelas siang ini. Baekhyun hanya menyimak seperlunya karna tangan dan pikirannya menuju pada sosok itu, sosok yang duduk menyendiri di bawah pohon rindang dengan sketchbook ukuran A4 juga pinsil yang dengan lincah menari di atasnya. Pandangannya lurus pada lapangan luas di sekolah itu.

"Hei kau mendengarku?" Protes yang lain saat mata Baekhyun tak henti-hentinya memandang pada sosok indah itu." Ya aku mendengarkanmu bodoh! Jangan menganggu kesibukanku yang ini! "kesalnya lalu melirik sahabatnya dengan sinis. "Dan lagi," mulainya. "Persetan dengan gadis yang selalu mengekorinya! Mau dia siapapun aku tak peduli!" Lanjutnya.

"Kalau dia kekasihnya? "Tangan Baekhyun berhenti dipandanginya lagi sahabatnya itu.

"Kubilang, aku tak peduli! Selama janur kuning belum melengkung, aku masih boleh mengagumi sosok itu. "*lah emang di korea klo nikahan pake janur kuning juga yah? *

.

.

.

Baekhyun masih merungkut dalam selimut tebalnya ketika matahari sudah berada tinggi di atas sana. Hari ini memang bukan hari di mana anak sekolah berkeliaran di koridor dan berlari dari arah gerbang menuju kelas karena jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Hari ini adalah hari libur dan waktu untuk si keci bermalas-malasan, menghiraukan teriakan ibu memanggil nama anak-anaknya.

Sosok cantik berambut pirang berjalan lemas ke arah dapur. Matanya belum terbuka sempenuhnya dan rambutnya berantakan mengarah ke segala penjuru arah mata angin. Di dudukkannya tubuh ramping itu di kursi dan meraih segelas susu hangat yang disodorkan ibunya di meja."Mana Baekhyun?"tanya si ibu yang kembali pada kesibukannya dan Luhan hanya menjawan dengan gelengan yang sebenarnya tak terlihat sang ibu.

Berselang beberapa menit sosok yang ditanyakan sang ibu hadir di dapur. Ia mengaruk kepalanya dan menyandarkan pundaknya di pinggiran pintu dapur. "Kumpulkan nyawamu dan makan!"perintah sang ibu dan kemudian bel berbunyi.

TING TONG!

Sial memang, karena satu-satunya orang yang berdiri dekat pintu dan belum memasuki dapur hanya dia, Baekhyun harus dengan berat hati berjalan ke arah pintu. Beberapa langkah berjalan, ia menekan gagang pintu dan mendorong pintu besar di hadapannya. Sosok jangkung berada di hadapannya dan sedetik kemudian pintu di tarik dan terbanting dengan suara keras."Siapa?"tanya Luhan yang ternyata sudah sadar dari tidur panjangnya. Tak ada jawaban.

.

.

"Ini bukan kali pertama kalian bertemu."lontar sang ibu yang melihat betapa kaku anak keduanya duduk dengan punggung tegak di sofa nyaman ruang tamu."Bagaimana kabarmu, Chanyeol?"lanjutnya melempar senyum pada sosok berparas tampan itu dan balasan senyum cangung terhias di wajahnya.

"Hem,, anak paman Park?"tanya Luhan ingat pada teman ayahnya yang dulu sering memberinya permen coklat dan yang lain mengangguk.

.

.

.

"Mwo?"pekik Kyungsoo saat jam makan siang.

"Tidak perlu berteriak juga, kan?"

"Mian, kau serius?"lanjutnya dengan pertanyaan dan yang lain melahap makanannya. "Untuk apa aku berbohong? Park Chanyeol benar-benar tinggal di rumahku."jelasnya.

"Wah,, bukan hanya di drama-drama ternyata."kagumnya."Dengan begini kau bisa dengan mudah menyatakan cinta padanya."

"Mau menyatakan perasaanku bagaimana? Tau dia berada tepat di bawah kamarku saja sudah membuatku tak bisa tidur semalam."memang benar lingkaran hitam berada tepat di bawah matanya. Kyungsoo melipat tangannya di dada, kepalanya di miringkan dan diliriknya sisi lain dari teman di hadapannya."Harus kita pikirkan kalau begitu."

.

.

Jam makan siang adalah waktu di mana kantin sekolah menjadi satu-satunya tujuan para siswa yang lupa dan tak terbiasa dengan bekal makan siang. Dan Chanyeol adalah salah satu penghuni tetapnya selama satu tahun ia bersekolah tapi kali ini dengan ajaibnya ia hanya diam di bangkunya menyantap bekal rumahan yang disediakan ibu Byun untuk anak-anaknya.

"Tidak seperti biasanya, yeol?"heran gadis berambut hitam panjang bernama Park Sooyoung. Chanyeol hanya menatapnya sekilas dan kembali melahap bekal di hadapannya.

"Belajar menghemat."jawabnya singkat.

"Oh ya, kenapa kau tak menyarankan ayahmu untuk menitipkanmu di rumah ku? Bukannya lebih nyaman kalau tinggal dengan keluarga sendiri?"

"Yah tapi ayah tidak mau merepotkan keluargamu lagi. Terlalu banyak yang kami minta dari keluargamu. Lagi pula,"ia menaruh sumpit di tangannya dan merebut roti kari milik gadis itu."Berhenti bersikap mersa denganku. Sepasang mata sedang memandangi kita sekarang!"dan mengigit sisi lain dari roti tersebut. Mata sipit di bangku lain benar-benar menatapnya penuh penasaran.

"Bisa ambilkan itu?" pria jangkung itu menunjuk sebuah mangkung berisi tumpukan danging tumis. Mata Baekhyun memadang telunjuk itu dan berakhir pada pertemua kedua iris beda(?) warna mereka, cepat-cepat ia alihkan pada mangkuk di hadapannya dan memberikan beda itu pada si peminta."Dan-"lanjutnya membuat si kecil mau tak mau menatap mata itu lagi."Eh…"otaknya mendadak linglung dan kembali menunjuk mangkuk daging di hadapannya.

.

.

Kyungsoo berdecak kesal, tangannya dengan asik memainkan bolpoin dan arah pandangnya tak berpaling dari dua mahluk yang nampak sempurna di bangku depan."Aku penasaran dengan status mereka."dan yang lain hanya melirik malas. Ini untuk kesekian kalinya Kyungsoo berkata hal yang sama.

"Aku yang mengagumi sosok Chanyeol, kenapa kau yang jadi repot?"Baekhyun melahap bekalnya dan kembali melirik kawannya dengan malas.

"Aku itu tipe sahabat yang memperdulikan kawannya. Kau harusnya bersyujur memiliki teman sepertu aku."namun pandangannya teralih dan matanya membulat ketika temannya membalas perkataannya."Yah, sahabat yang meninggalkan temannya ketika tugas kelompok hanya untuk sebuah kencan dan membalas dengan seringaian keesokan harinya. HA HA HA itu lucu Do Kyungsoo!"ia tertawa seraya menepuk tangannya lalu meliriknya sinis.

.

.

Sehun memeluk luhan dari belakang saat mereka sedang berada di sebuah kafe tak jauh dari sekolah mereka. Semua mata tertuju pada mereka dan itu tak membuat mereka meruba posisinya.

"Kau tak ada niat mengajakku untuk mampir ke rumahmu?"Sehun memulai percakapan dan Luhan menolehkan kepalanya kebelakang.

"Aku belum siap menjadikan adikku sainganku."jawabnya dan pandangannya kembali kedepan sibuk kembali dengan posnsel pintar di tangannya. Sehun mengerutkan dahi bingung dengan perkataan kekasih di pelukannya."Maksudmu?"tanyanya akhirnya.

"Aku takut kau akan terpesona akan kecantikan adikku yang bahkan dia sendiri tak mengetahui seberapa besar pesonanya."lanjutnya dan kembali menatap layar ponsel pintarnya itu.

.

.

"Kau tau anak tingkat satu yang terkenal manis itu?"bisik seorang siswa pada beberapa temannya di jam istirahat. Mereka duduk sedikit berkerumun di depan sebuah tangga menuju lantai tiga di sekolah itu. Teman yang lain sedikit membungkuk dan ikut berbisik."Pria yang berwajah cantik itu?"bisiknya kemudian.

"Ya, dan sedikit polesan ah tidak. Jika ia memperbaiki penampilannya sedikit saja maka seorang Luhan akan kalah tersaingi oleh adiknya sendiri."suaranya mengeras membuat seluruh siswa di sana melirik kerumunan bodoh yang menegakan tubuh mereka dan melirik kesekitar.

Jemari lentik Baekhyun menggenggam sebuah kotak susu strawberry kesukaannya namun pandangannya mengarah pada entah apa di hadapannya membuat sahabat baiknya Kyungsoo bingung bukan kepalang."Kau kenapa?"bingungnya dan membuat pria itu tersentak.

"Kau pernah berciuman?"tanya sosok itu masih dengan pandangan entah ke mana membuat yang lain kembali ngeri dengan keadaan ini."Hei, jangan membuatku takut! Kau tidak kerasukan, kan?"tubuh kyungsoo bergidik dan sedikit menjauh dari sosok melamun itu.

"Tidak usah membuat pertanyaan lain dan jawab saja!"perintah yang lain dan wajah Kyungsoo mendadak memerah dan mengalihkan pandangannya."Ya jelas pernah. Kau pikir hubungan apa yang kujalani dengan Jongin selama ini"jawabnya dengan malu sambil memandangi tangannya yang ia mainkan di atas pangkuannya sebelum akhirnya matanya kembali pada sosok mengerikan di sampingnya."Apa apa?"penasarannya melemparkan pertanyaan lain yang pasti membuat seorang Baekhyun memicingkan matanya.

"Apa kau mencium seseorang?"lanjutnya dan mata sipit itu kembali normal dan melirik arah lain.

"Entahlan. Tapi setelah kejadian bola itu, aku memang tidak merasakan saat digendong Chanyeol tapi saat di UKS aku merasakan sesuatu mengenai bibirku."ucapnya dengan mata melirik langit berusaha mengingat."Rasanya seperti dua jadimu yang dipersatukan dan menyentuk bibirmu lalu sedikit terbuka dan menghampit dua bibirmu."jelasnya tak kalah dengan peraktek konyol yang Baekhyun lalukan. Kyungsoo hanya memperhatikannya dan kemudian melontarkan pertanyaannya lagi,"Apa itu setelah kepergian Chanyeol?"Baekhyun meliriknya dan memandang temannya polos."Sepertinya iah karena aku mendengar langkah kaki menjauh setelah aku berbaring di ranjang."jelasnya masih mengingat dengan jari telunjuk teracung ke udara.

Bukan sebuah rutinitas bagi Sooyoung untuk mendatangi kelas Chanyeol di jam istirahat karena biasanya tempat mereka bertemu adalah kantin atau taman belakang sekolah. Ia melenggang di koridor membuat semua mata lelaki menatapnya. Semua menyayangkan tubuh indah itu sudah memiliki pemilik dan pemilik itu adalah Park Chanyeol.

Ia memasuki sebuah kelas dan memanggil nama seorang pria dengan riangnya."Chanyeol, ayo kita makan siang!"serunya dan pria itu bangkit dari duduknya dengan kotak bekal di tanganya.

.

.

Hamparan rumput di hadapan mereka menjadi pemandangan yang setia menemani disetiap mereka istirahat. Tempat favorit kedua insan untuk mencurahkan hati mereka.

"Masih memimpikan sosok itu?"tanya Sooyoung yang membuat pria di sampingnya menengok, Chanyeol mengunyah bekalnya dan mengangguk perlahan."Masih memandanginya?"tanyanya lagi dengan jawaban yang sama."Kenapa tidak kau nyatakan saja perasaanmu langsung?"kesalnya melempar sebuah batu dengan keras kesamping. Sosok itu hanya terkekeh dan kembali melahap makananya.

"Aku masih menikmati permainan ini. Kau tau, membuat seseorang cemburu dan merasa bingung itu menyenangkan."senyumnya dan kembali melahap isi bekal terakhirya sebelum akhirnya bangkit dan meninggalkan tempat itu.

"Tapi apa yang kau suka dari anak itu? Hem, ya memang sih beberapa orang mengatakan ia manis tapi penampilannya tak menarik sama sekali. Jadi apa yang membuatmu menyukai anak itu?"gadis itu memandang Chanyeol dengan bingung.

"Karena suatu hal yang sudah lama sekali." Jawabnya singkat dan memandang hamparan rumput di hadapannya.

.

.

.

Baekhyun berjalan tertunduk di koridor sekolah, tangannya memegang erat kedua tali tasnya dengan matanya masih memandang lantai. Ia pulang sendiri hari ini karena sahabatnya Kyungsoo ada kencan dengan kekasihnya Jongin siang ini. Ia membuka loker sepatunya, mengambil sepatunya dan menukar dengan sepatu sekolahnya. Ia menutup lokenya namun saat tubuh itu hendak melangkah, ia menubruk seseorang yang ternyata menghadang langkahnya.

"Maaf"katanya lalu mendongak menemukan wajah Chanyeol yang menunduk memandangnya.

"Bisa kita pulang bersama?"tawarnya dan yang lebih kecil masih terdiam.

"Hyung, jangan meninggalkanku!"rengek Chanyeol mengejar sepupunya yang berlari jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya dan terjongkok memeluk lututnya. Ia tak suka ditinggal sendiri ditengah keramayan seperti ini lebih tepatnya tidak suka suasana ramai seperti ini. Chanyeol terus menangis, terisak dan menyebut nama hyungnya berulang-ulang sampai sebuah tangan menjulur yang membuatnya mendongak dan menatap sosok yang seumuran dengannya.

"Tidak usah takut, ada aku disini. Ayo kita kejar mereka bersama."ajak sosok itu dan Chanyeol meraih tangan itu dan bangkit.

...

"Luhan, Baekhyun, Chanyeol! Sarapan sudah siap!"terak sang ibu dari dapur. ia tak sempat mengetuk satu persatu kamar anak-anaknya karena ia terburu-buru untuk berangkat kekantor. Geraknya mondar mandir menaruh beberapa piring dan makanan untuk sarapan anak-anaknya.

Seperti biasa Luhan sampai terlebih dahulu di dapur duduk dengan manis di bangkunya dan menunggu kehadiran dua bocah lagi yang memang selalu terlambat bangun di pagi hari. Dan yang kedua yang hadir adalah Baekhyun, ia baru saja akan duduk ketika sang ibu menyuruhnya untuk membangunkan Chanyeol yang tak terdengar kegiatannya dari kamar.

Sebenarnya Baekhyun ingin menolak karena ia akan terlihat gugup dan pasti enggan membangunkan pria yang sebenarnya ia sukai itu. Tapi ia tak bisa menolak karena akan bertambah kacau kalau ibunya tau apa yang menjadi alasan penolakannya.

.

.

Ia berusaha mengetuk pintu, berulang kali gagal tapi ia paksakan pada akhirnya.

TOK TOK TOK

Tak ada jawaban dari dalam yang membuat ia kembali mengetuk pintunya.

TOK TOK TOK

Dan masih tak ada jawaban. Dengan berani ia meraih gagang pintu itu dan membukanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah tumpukan buku di lantai, pakaian yang berserakan juga benda-benda entah apa yang tak semuanya ia lihat dengan jelas.

Ia melangkah masuk keruangan yang ternyata masih terang benderang. Semenjak Chanyeo tinggal di rumahnya, ia sama sekali belum mampir ke kamarnya dengan alasan yang tak masuk akal pada ibunya jadi ini adalah kali pertama ia mendatangi kamar pria yang ia sukai itu.

Chanyeol masih berbaring di ranjangnya dengan selimut menutupi tubuhnya hinga leher. Rambutnya basah karena keringat dan kepalanya bergerak gelisah. Awalnya Baekhyun mengiranya mengigau dan bermipi buruk ketika mendengar Chanyeol menggumamkan nama seseorang dengan suara pelan. Saat tangan kurus Baekhyun meraba dahi berkeringat itu, ia merasakan panas tak normal pada tubuhnya. Demam.

.

.

Baekhyun melangkah cepat ke dapur dan bersyukur bahwa ibunya masih berada di sana. Ia menarik nafas sebelum akhirnya mengeluarkan kata-kata."Chanyeon demam."ucapnya.

Setelah mengecek, ibu memberitahu Baekhyun untuk membeli beberapa obat di apotik dan membuat dirinya harus menjaga Chanyeol selama ibunya bekerja. Luhan tetap berangkat sekolah karena ujian kahir anak tingkat tiga sudah semakin dekat.

Ia melangkahkan kakinya menuju kamar Chanyeol dengan mangkuk besar berisi air dan handuk kecil. Memasuki ruangan itu, ia mendekati ranjang dan menaruh mangkuk besar itu di lantai dan membasahkan kainnya. Setelah mengopres demamnya, ia kembali kedapur mengecek bubur yang sedang ia masak.

.

.

"JELASKAN KENAPA KAU DAN CHANYEOL TAK MASUK SEKOLAH HARI INI?"suara keras Kyungsoo terdengar hinga luar ponsel, Baekhyun menjauhkan telinganya dari ponsel pintarnya dan kembali mendengarkan setelah lengkingan keras itu mereda.

"Dia sakit dan aku harus merawatnya."jawabnya dan kembali terdengar nada keras dari ponsel malang itu.

"BENARKAH? Wah ini kesempatan baik Baek! Manfaatkan dan sepertinya aku harus menyudahi telepon ini, jam istirahat sudah selesai. Nanti sore ku telepon lagi. Bye."dan pangilan berakhir.

.

.

Sore menjelang dan sepi melanda rumah kediaman Byun. Chanyeol membuka matanya perlahan merasakan sesuatu yang dingin berada di dahinya. Meremas benda itu dengan tangan kirinya dan merasakan sesuatu yang menaha tangan kanannya. Sosok Baekhyun di sana terduduk di lantai dengan badan membungkuk dan kepala yang berada di pinggir ranjangnya.

Tak sadar senyum Chanyeol mengembang menyadari sesuatu yang membuat tangan kanannya tertahan. Tangan Baekhyun menggenggam jemarinya dan tertidur lelap. Ia bangkit dan mengelus pucuk kepala pria mungil itu dan kembali tersenyum."Senang melihatmu di sini, Baekkie."

Seorang gadis kecil tersenyum manis kearah Baekhyun seraya tangan kanannya yang melambai. Ia berada disebrang jalan menunggu lampu hijau berganti merah dan kemudian berlari kecil ke arahnya. Jieun kembali tersenyum setelah ia berada di hadapan Baekhyun.

"Baekkie menunggu lama?"tanyanya dengan nada lucu khas anak-anak pada umumnya.

"Tidak, aku juga baru sampai."jawabnya dengan senyum yang sama lugunya dan mereka berjalan beriringan seraya bergandengan tangan.

Lee Jieun adalah teman sepermainan Baekhyun di sekolah dasar dan pertemanan mereka sudah menginjak tahun ke-4 saat itu. Karena wajah yang sama manisnya mereka sering kali dianggap kembar atau bersaudara dan mereka tak menghiraukan angapan guru dan tangapan orang tua murid soal itu.

Baekhyun adalah sosok anak yang ceria, mudah bergaul, juga sangat ramah pada siapapun tak heran banyak yang menyukai sosok Baekhyun dari mulai guru dan orang tua murid. Di kalangan teman-temannyapun sama, sosok yang mudah berbaur itu bisa dengan mudah mendapankan teman laki-laki maupun perempuan berbeda dengan sosok Jieun yang lebih suka di puji dan aga sombong.

Siang itu ketika matahari sudah tinggi, Baekhyun berjalan dengan riang dari arah lapangan menuju kelasnya. Ia melihat Jieun yang diam seperti menguping sesuatu. Baekhyun berjalan perlahan dan berbisik pada Jieun yang masih belum menyadari kehadirannya.

"Apa yang kau dengarkan?"bisiknya dan melirik gerombolan kakak kelas satu tingkat di atas mereka sedang membicarakan sesuatu yang membuat sahabatnya itu terlihat serius mendengarkan.

"Kau tau anak kelas sebelah yang manis itu?"tanya Seungi yang duduk di atas sebuah lemari di bawah tangga sekolah.

"Oh, anak yang satu tingkat di bawah kita itu? Jieun?" dan mata gadis itu membesar dan senyumnya mengembang ketika namanya disebut. Baekhyun hanya memandang sahabatnya sekilas dan kembali mendengarkan obrolan kakak kelas mereka.

"Aku lebih tertarik pada Baekhyun."jawab Seungi yang membuat Jieun menoleh pada sahabatnya yang meliriknya bingung."Dia lebih manis dan lebih cantik menurutku."lanjutnya. mendengarkan hal itu Jieun meninggalkan Baekhyun menuju kelas.

.

.

Ia mengambil tasnya kasar dan mulai beranjak namun kemudian Baekhyun menarik tangannya.

"Ada apa?"bingungnya yang melihat wajah kesal gadis itu.

"Kau tanya ada apa? Jangan pura-pura tidak tau setelah kau mendengar Seungi oppa menyukaimu."bentaknya."Kau tau aku menyukai Seungi oppa dan kau malah merebutnya dariku!"nadanya semakin tinggi membuat Baekhyun tak bergeming dihadapannya."JANGAN PERNAH MUNCUL DIHADAPANKU LAGI, BYUN BAEKHYUN!"teriaknya dan meningalkan pria itu sendiri dengan mata berkaca kaca menahan tangis.

Riuh suasana kelas menjadi pemandangan biasa saat Baekhyun memasuki kelas dan hal yang tak biasanya adalah kehadiaran sosok jangkung di belakangnya. Chanyeol.

"Ibu menghawatirkan kondisi Chanyeol jadi kau harus mengawasinya dan kalau perlu sementara Baekhyun duduk di sebelah Chanyeol."ujar ibu Byun dengan nada kawatir.

Setiap mengingat kata-kata dari ibunya itu, ia akan mengeluh dan berdebat dengan isi hatinya seperti,'Ini kesempatanmu Baek!' atau,'Aku tidak bisa memanfaatkan kesempatan seperti ini! Dia sedang sakit!' dan berdebatan lainnya yang membuat ia menghela nafas entah untuk keberapa kalinya di pagi ini.

"Ada apa Baekhyun?"tanyanya pada sosok mungil yang kikuk berada dekat dengan orang yang ia suka itu. Baekhyun mengangkat wajahnya dan menatap sosok mengangumkan di hadapannya, sesaat terpesona dan berakhir dengan gelengan keras.

"Kalau tidak nyaman duduk denganku, kau bisa kembali ke bangkumu dan-"

"Tidak. A-aku hanya-"kata-katanya ikut terpotong karna kehadiran guru biologi yang memasuki kelas.

.

.

Pesan berikutnya dari sang ibu adalah memastikan Chanyeol makan dengan benar di jam istirahat. Ia membuka bekalnya dengan kikuk yang kembali dipandang aneh oleh Chanyeol.

"Wah~ aku masih tak percaya bisa makan bersama dengan mahluk tampan seperti dirimu."kagum Kyungsoo yang sedari tadi memandangi takjub kearan Chanyeol dan lirikan bingung Chanyeol membuat pemandangan ini makin aneh di mata teman sekelas lainnya.

"Tampan?"bingungnya lagi dan lagi bahkan ia sempat berpikir apa ia berada di kelas yang benar karena suasana seperti ini tak pernah ia temukan sebelumnya.

"Kau tak menyadari setampan apa dirimu hinga temanku yang satu ini sangat memuja-muja sosok mengagumkan di sampingnya?"Baekhyun membulatkan matanya, ia tatap sahabatnya dan memukul kepalanya cepat.

"Tidak usah mendengarkannya! Dia aga gila kalau belum sarapan."celetuk Baekhyun memutar-mutar jari telunjuknya di samping kepalanya. Melihat ekspresi Baekhyun yang 'baru ia lihat' membuat senyumnya mengembang lalu melahap makanannya dengan semangat. Dan di luar kelas, seorang gadis tersenyum melihat pemandangan indah itu."Semoga berhasip Yeol~"bisiknya dan kemudian meninggalkan kelas.

"Jadi mau mulai dari mana?"suara berat itu menatap sosok mungil di hadapannya yang tertunduk kikuk. Ini adalah kali pertama mereka mengerjakan tugas bersama. Dan kali pertama juga ia berlama-lama di kamar Chanyeol walau sebelunya ia sempat merawat pria itu saat sakit.

"Eh- itu,,"dan Chanyeol hanya tersenyum melihat kekikukan Baekhyun di hadapannya. Ia menopang dagunya memandangi si kecil yang masih tertunduk sambil tersenyum.

"Sepertinya sikapmu sudah banyak berubah yah, Baekkie."sebutan yang mengingatkannya pada masalalu di mana dia masih memiliki banyak teman dan bersikap ceria dan bermain dengan teman-temannya. Sebelum kejadian itu membuat senyumnya hilang.

Baekhyun mengangkat wajahnya, matanya membulat dan mulutnya menganga seolah ingin mengatakan sesuatu."Kau ingat kata-kata ibumu diawal kedatanganku? Itu bukan kali pertama kita bertemu selain di sekolah."ucapnya membuat yang lain mengerutkan keningnya bingung.

.

.

Semakin hari sifat lelaki jangkung itu menjurus pada sifat aslinya, tiada harii tanpa menggoda si kecil. Luhan sudah berpesan pada Chanyeol untuk jangan terlalu serng menggoda adiknya dan kalau ia menyukainya langsung nyatakan. Tapi melihat tingkah kikuk Baekhyun saat ia menggodanya itu sangat imut dan menggemaskan jadi Chanyeol lebih suka mengodanya.

"Ku lihat kau semakin dekat dengan Chanyeol, apa kalian sudah ada kemajuan?"tanya Kyungsoo yang berbisik di tenggah jam pelajaran. Baekhyun menatap malas sahabatnya itu dan menghela nafat sebelum berbicara.

"Kemajuan apanya? Tingkahnya tiap hari makin seperti serigala mempermaikan mangsanya."jawabnya mengingat deretan kejadian yang ia hadapi.

"Apa jangan-jangan Chanyeol juga menyukaimu?"

"Kalau iah, kenapa tidak dia nyatakan saja perasaannya? Toh aku pun akan menerimanya kalau iah dia menyatakan perasaannya padaku."ucapnya dan kembali menyibukan diri.

"Tapi kalau menurutku sih Chanyeol memang suka padamu, makanya ia sering menjahilimu di rumah. Kau tidak lihat hal seperti itu di drama-drama yah?"bisiknya dan yang lain menghela nafasnya lagi.

"Kau itu terlalu banyak menonton drama Kyungsoo. Pantas nilaimu selalu di bawah rata-rata."

"Seperti kau tidak saja!."katanya melanjutlan kegiatannya dan di baris depan seorang pria tersenyum mendengar pemicaraan yang sebenarnya lebih pada bisikan dan dengan ajaib pria itu bisa mendengarnya dengan jelas seperti serigala.

Kegiatan sekolah tiap tahunnya selalu menyempatkan anak-anaknya untuk melakukan study tour, dan di sini lah mereka kepulauan Jaeju menjadi pilihan study tour kali ini. Selama tiga hari kedepan mereka akan melakukan pembelajaran di luar sekolah dan yang pasti 70% nya dalah jalan-jalan tentunya.

Kyungsoo berjalan beriringan dengan Baekhyun sedangkan Chanyeol berada jauh di baris depan bersama Park Sooyoung si gadis cantik bertubuh aduhai itu. Ya memang Baekhyun sedikit cemburu tapi siapa dia bisa dengan mudahnya mengatakan tidak suka dengan keadaan itu.

"Ya sekarang bapak akan menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada study tour ini."teriak seorang guru yang membuat semua murid berkumpul. Penjelasan panjang lebar sang guru di dengarkan dengan baik oleh semua murid dan tiba saat penentuan kamar pada menginapan."Kami para guru sudah menaruh nama-nama di depan pintu penginapan. Kami memilih nama secara acak dan tidak ada yang boleh menukar teman sekamar kalian karena akan ada pengecekan."ujar sang guru sebelum akhirnya menjelaskan yang lain.

.

.

Kyungsoo dan Baekhyun menyusuri deretan kamar di sebuah penginapan. Tiap kertas yang memampangkan sebuah nama ia baca tak ada yang terlewatkan."Kim Jongin dan Do Kyungsoo."baca Baekhyun sedikit mengeja dan yang lain menjerit senang.

"Kenapa kau harus sekamar dengan kekasihmu sih?"protes Baekhyun tak suka melirik temannya.

"Mungkin karena aku dan Jongin jodoh, siapa yang tau."jawabnya."Sudah sekarang kita cari kamarmu."lalu menarik lengan temannya itu.

.

.

"Kenapa aku harus menemanimu mencari kamar sih?"keluh Sooyoung aga kesal karena seharusnya ia sedang bersama dengan teman-temannya mengosip, jawaban si jangkung hanya sebuah cengiran dan kembali melirik deretan nama."Ah, ini dia"pekik pria tinggi yang kemudian mengerutkan keningnya bingung."Byun Baekhyun?"baca yang lain yang berdiri tepat di sampingnya.

.

.

"Kenapa kau gugup?"tanya Chanyeol yang aga bingung dengan sikap Baekhyun yang hanya diam di atas rangnyanya terduduk di pojokan seperti anak perawan yang akan menghadapi malam pertamanya*di mata Chanyeol tentunya*.

"Ti-tidak."jawabnya singakat dan kemudian menyibukan diri dengan barang-barangnya. Melihat sikap Baekhyun yang cangung, mengingatkan dia dengan percakapan Kyungsoo dan Baekhyun dulu(?) dan kesimpulan Chanyeol adalah sosok mungil itu menyukainya.

Terlintas ide jail, Chanyeol duduk di ranjangnya dengan ekspresi tak terbaca oleh Baekhyun yang masih sibuk dengan barang barangnya."Kau-"kata-katanya mengantung membuat yang lain mendongak untuk menatap sosok itu."Menyukaiku?"lanjutnya. Mata Baekhyun membesar dan memandang pria di hadapanya dengan takut.

Chanyeol hanya tersenyum,"Hei hei, aku hanya bercanda. Jangan terlalu di angap serius, lagian kenapa kau selalu terlihat kikuk dan canggung saat bersamaku? berbeda sekali dengan sikapmu saat bersama Kyungsoo."bagai menghadapi ujian akhir, Baekhyun membeku di tempatnya. Otaknya berfikir keras harus menjawab apa untungnya ga sampe mati sih kan kasian klo Chanyeol ditinggal mati Baekhyun(?).

"Baek?"pangilnya dan si mungil tak merespon."Baekhyun."pangilnya lagi dan masih sama."Baekhyunna~"pangilnya manja barulah Baekhyun merespon dengan mata makin membesar. Untung ga loncat keluar.

.

.

Penasaran dengan perkataan Luhan kekasihnya, Sehun mencari sosok Baekhyun di antara para murid karna sepenjelasan Luhan, ia dan adiknya itu seangkatan.

Matanya masih mencari dari mulai gerombolan para gadis, laki-laki manis, dan entak apa*karena author bingung mau ngetik apaan* namun nihil. Tapi saat mahluk jerapah*Chanyeol* mendekati sebuah gerombolan, barulah ia melihat sesosok manis lugu belom terpoles apapun yang nyaris mirip dengan kekasihnya itu."Oh itu toh."gumamnya sambil mengangguk.

.

.

.

Pagi menjelang dan kegiatan study tour membosankan itu dimulai. Para siswa di haruskan berkumpul di tengah penginapan pada jam enam pagi, melakukan senam pagi dan olahraha-orahraga kecil untuk mengawali hari dan di siang harinya mereka mendatangi sebua tempat penangkaran trumbu karang untuk tugas biologi mereka*ngasal bgt thor sumpah!*.

Pandangan Chanyeol tak lepas dari si mungil yang berada jauh di depannya. Bibirnya kembali mengembangkan senyum yang etnah sudah berapa kalinya hari ini dan sosok cantik di sebelahnya pun menyadari itu.

"Semengagumkan itu kah dia sampau aku yang sedari tadi mengoceh panjang lebar tak kau dengarkan?"Soojoung mengikuti arah pandang Chanyeol.

"Kau takkan mengerti apa yang membuatnya menarik. Kecuali kau menjadi seperti aku, seorang gay."ujarnya dan Sooyoung hanya terkekeh geli dengan jawaban sepupunya itu.

Okeh author jelasin sedikit kenapa Sooyoung selalu ngekor Chanyeol dari awal masuk –bukan- dari awal dia liat Baekhyun di sekolahnya.

Jadi-

.

.

Penyambutan siswa baru merupakan hal biasa di setiap sekolah manamup walau di setiap daerah di ujung dunia memiliki nama yang berbeda-beda. Chanyeol melangkahkan kakinya dengan seragam sekolah barunya yang aga tidak nyaman karena belum terbiasa. Di sampingnya berdir seorang gadis cantik yang seumuran dengannya. Park Sooyoung.

Melangkah menuju aula besar di tengah sekolah, berjalan beriringan dengan siswa baru yang lain tak lupa menghapalkan kata sambutan karena ia merupakan siswa dengan prestasi terbaik.

"Tidak biasanya kau gugup."mulai Sooyoung membuka percakapan di pagi ini karena dari mereka berangkat sekolah yang Chanyeol lakukan hanya membaca sebuah kertas kecil di tangannya.

"Karena di jaman smp kita tak menemukan apa itu kata sambutan seperti ini. Menyesal aku memasukan semua nilai akademiku ke pendaftaran sekolah."ujarnya dengan mata masih menatap contekan kecil itu.

"Ya kalau kau tidak memasukan semua nilai akademikmu, bagaimana kau akan diterima di sekolah? Menghipnotis mereka dan secara ajaib berada di kelas dan menyatakan kalau kau adalah murid pindahan dari luar negri? Wah seperti di drama atau bahkan novel karangan anak remaja."

"Ya teruslah mengoceh dan ingatkan aku berapa usiamu sekarang!"timpal si jangkung."Jangan so tua, Young."lanjutnya dan melangkah.

Di tempat lain, Baekhyun berjalan enggan dan menundukan kepalanya seperti penjahat yang diseret polisi kepengadilan. Ia tak berani menatap siapapun di sana bahkan saat seseorang mengajaknya berkenalanpun, ia memilih menghindar dan berlari meninggalkannya.

.

.

Yup upacara penyambutan berjalan lancar dan Chanyeol juga dengan sukses memberikan kata sambutan mewakili para siswa baru di upacara tersebut ya walau sedikit-sedikit nyontek gitu ke tangannya yang terdapat sebuah oretan-oretan di sana.

Chanyeol melangkah menuju sebuah tangga untuk meningalkan podium dan saat matanya menuju ketangga, Chanyeol melihat sosok yang ia yakini pernah melihatnya di suatu tempat tapi entah di mana berdiri di baris paling depan sebelum akhirnya menuruni tangga dengan tatapan masih menatap pria kecil tersebut.

Pria bertubuh kecil itu Nampak celingukan di koridor sekolah mencari sosok cantik berambut pirang yang berstatus kakaknya tersebut. Luhan bilang kalau kelasnya terletak di lantai dua bangunan lama dan deretan paling depan dekat tangga, tapi saat menuju kelas itu ia tak melihat sosok cantik berkulit putih itu. Ia Nampak panik dan kebingungan tentunya sampai ada seorang senior yang dengan baik hati menawarkan jasa sewa jas ujan*ya engga lah* untuk mempertemukan insan yang beda keyakinan itu*apalah apa*.

Di sebuah bangunan tua tepat di belakang gedung lama, Baekhyun mengikuti pria itu. Si kecil berjalan aga takuk-takut karena tak mengenal sosok tinggi di depannya. Melewati tempat pembahakan sampak sebuah gerombolan pria terdiri dari tujuh orang lebih berdiri.

"Kau membawanya?"sambut seorang yang berbadan aga besar dan pria yang membawa mangsanya bergeser menunjukan Baekhyun yang berhasil ia bawa. Baekhyun berdiri di antara gerombolan tanpa berontakan atau bahkan niat untuk lari walau itu bisa ia lakukan sejak awal.

"Sebenarnya kau tak kalah manis. Tapi karena hyungmu menolaku minggu lalu dengan alasan yang membuatku sakit hati, maka di sinilah kau menebus semua dosa hyungmu padaku."ucapnya penuh tekanan dengan nada berat. Tanpa aba-aba pria itu menjambak rambut belakang Baekhyun hingga si kecil memekik nyeri membuat air matanya mengalir melalui sudut matanya membasahi pipi.

"Menangis dan merengeklah! Tak akan ada yang datang menolongmu di sini!"pria itu masih menjambak Baekhyun namun ketika tangannya terangkat dan bergerak cepar mendekati wajah Baekhyun sebuah suara menghentikannya.

"Ini tempat pembakaran sampah, kalian bisa membuang atau menaruh barang yang sudah tak terpakai di sini."jelas seorang bersuara bass menjelaskan. Dan suara lain menjawan membuat gerombolan itu panik dan meningalkan si kecil yang masih terisak. Tubuhnya jatuh ke tanah, badannya bergetar dan isakan keras terdengar dari kerongkongannya.

Melihat tubuh kecil itu tertunduk, Chanyeol berlari dan mendekat pada si kecil dan membantunya bangkit."Kau tak apa?"tanyanya menanyakan kondisi Baekhyun dan tidak ada jawaban.

"Idemu gila! Kukira kau sedang berlatih drama tadi."ujar yang lain saat mereka meninggalkan tempat itu.

"Aku tak mau mencari masalah diawal masuk sekolah. Itu terlalu beresiko."kedua tangannya masih merangkul si kecil membimbingnya agar tak roboh saat berjalan dan saat memasuki UKS mereka berpisah dengan Baekhyun.

.

.

Esoknya Chanyeol mendatangi kelas Sooyong yang sebenernya sedikit jauh dari kelasnya di lantai bawah. Ia membicarakan hal serius dengannya, soal pertemuannya dengan Baekhyun.

"Kau yakin dia orangnya?"Sooyoung meyakinkan Chanyeol kalau-kalau dia salah lihat atau salah orang dan Chanyeol yakin betul kalau ia tak salah lihat atau salah orang.

"Aku yakin. Walau pertemuanku dan Baekkie sudah lama sekali. Tapi aku yakin betul itu dia, jadi aku mohon tolong aku, ya?"mohonnya.

"Tapi kalau aku menyukai seseorang, ini semua harus berakhir!"

"Ya aku janji."ia menangkupkan kedua tanganya di depan dada dan tersenyum.

Jadi Chanyeol meminta Sooyoung untuk menjadi kekasihnya sampai dia yakin dan berhasil menyatakan perasaannya pada Baekkie yang ia kenal itu agar tidak ada orang lain -entah gadis atau janda bahkan uke lainnya- mendekatinya.

Dan kejadian saat upacara penerimaan murid baru pun terulang kembali. Baekhyun di seret kesebuah tempat yang jauh dari keramaian, sebuah taman tak terurus masih di wilayah penginapan mereka. Ia didorong dan jatuh seketikan, bersimpuh di hadapan seorang pria yang tak ia kenal.

"Byun Baekhyun."panggil pria itu seraya mengitari si korban yang tersungkur di tanah."Kau tau kenapa kau ada di sini?"pria bertubuh jangkuk itu berdiri tepat disampingnya, merendahkan tubuhnya dan berbisik tepat di telinganya. Ia meraih belakang kepala Baekhyun menjambak dan menariknya keras.

"Itu karena kesalahan hyungmu!"lanjutnya dan mendorong kepala itu hingga menyentuh tanah di hadapannya. Baekhyun bangkit pipinya basah oleh tangis dan tubuhnya bergetar."Aku tak menyangka sosok manis dan secantik Luhan memiliki adik sepayah dirimu Baekhyun. Dan karena kesalahan hyungmu, kau harus merasakan sakitnya penyiksaan ini."ia kembali bangkit dan duduk di sebuah tumpukan kayu tak jauh dari tubuh Baekhyun yang tersungkur tragis. Ia membungkukan tubuhnya menopang tubuhnya dengan sikut pada kedua pahanya, jarinya ditautkan dan memandang kembali pada sosok di hadapannya."Bencilah dia!"lontarnya."Karena kesombongannya, karena dia menolakku, dan-"kata-katanya terpotong saat seseorang muncul dari balik bangunan tua usang di sana. Pria bertubuh tinggi itu berjalan santai layaknya model di atas pangung pertunjukan.

"Pantas Luhan menolakmu dan lebih memilih aku."ucap sosok itu berdiri dibalik gerombolan yang saat ini membagi barisan membuat sosok Sehun terlihat jelas di hadapan pemimpin mereka.

"Apa tidak terlalu pengecut dengan melampiaskan kekesalanmu pada orang lain? Kalau memang kau marah dan kesal, setidaknya lampiaskan pada orang yang menyebabkan kau ditolak bukan malah menyudutkan orang yang tak tau letak kesalahannya di mana."Sehun mambantu Baekhyun bangkit dan merangkul pundak si kecil melangkah dan meninggalkan grombolan yang terlihat segan oleh sosok tegap bermata sipit itu. Tak ada yang berani melawan.

.

.

"Aku heran, sebenarnya berapa banyak pria yang ia tolak dalam satu tahun?"keluhnya masih mengiring Baekhyun dalam rangkulannya. Sehun merapatkan rangkulannya dan memandang si kecil yang masih setia menunduk."Tapi aku yakin kau tak membenci hyung mu kan?"lanjutnya.

Di sisi lain Chanyeol melihat pemandangan yang jauh di hadapannya dengan raut tak suka. Ia tak menyukai saat pria lain menyentuh Baekhyunnya yang sampai detik ini belum terjamah olehnya*apa dah ah*

.

.

Menjelang sore hari, Baekhyun diantar Sehun ke kamarnya hanya sampai depan kamarnya, karena Sehun tau betul apa yang akan terjadi kalau sampai ia berani masuk kamar adiknya. Mati dengan tragis di tangan kekasihnya.

"Te-terima kasih."ucapnya gugup dan masih menunduk.

"Yup tak masalah. Istirahatlah besok kita ada kegiatan lain."sehun mengelus puncak kepala Baekhyun dan pamit setelah itu. Baekhyun memasuki kamarnya dan menemukan Chanyeol yang melipat tangan di dada dan menghadangnya didepan puntu.

"Kenalanmu?"tanyanya penuh selidik dengan ekspreai tak suka yang benar-benar kentara di wajahnya.

"Eh.."bingung harus menjelaskan apa, Baekhyun hanya diam dan menundukan kepalaya menatap ujung sepatunya.

"Ta-tadi ada yang menggangguku dan Sehun menolongku."pandagannya masih terarah pada ujung sepatunya dan kedua tangan bertautan berkeringat dan jatungnya berdebar keras. Ia tau sebenarnya tidak ada hubungan apapun di antara mereka dan tidak ada alasan untuk takut pada sosok di hadapannya. Tapi mungkin rasa gugup yang mengendalikan semua itu membuat tubuhnya menegang dan jantungnya berdebar tak karuan.

"Diganggu?" kedua alis Chanyeol bertautan macem ulet bulu kawin, matanya menyipit tapi masih ganteng tenang."Orang yang sama?"sontak Baekhyun mengangkat wajahnya dengan mata membulat. Ia kaget karna Chanyeol masih mengingat kejadian yang nyaris setahun yang lalu.

"Kau mengingatnya?"dan dijawab anggukan oleh si jangkung yang sekarang berada di hadapannya.

"Ya aku masih menginggatnya dan jawab pertanyaanku diawal."

"Bu-bukan. Ini orang yang berbeda."jawabnya singkat dan tetap gugup karna sekarang si jangkung membungkuk untuk mencari wajah Baekhyun.

"Dan kenapa sikapmu berubah?"pertanyaan ini melenceng dari topik sebelumnya yang membuat Baekhyun mengangkat wahanya. Jarak wajah mereka SANGAT dekat membuat yang lebih kecil kembali menundukan wajahnya dan Chanyeol hanya tersenyum.

"Apa maksudmu berubah?"karena menurutnya ia bukan super hero yang bisa berubah layaknya kamen rider pahlawan dari jepang itu. Chanyeol menegakan tubuhnya lagi dan berjalan kearah ranjang, duduk di pinggirannya, menopang tubuhnya kebelakang dengan kedua tanganya. Ia menarik nafasnya dalam sebelum di kembuskan dan memulai kalimat awal penjelasannya.

"Saat pertemuan pertama kita, yang kulihat adalah sosok periang, sosok yang mudat tersenyum, dan sosok yang 'aku suka'."saat kata terakhir sebelum Chanyeol melanjutkan, Baekhyun mengangkat wajahnya dan menoleh pada sosok itu."Dan sekarang sosok itu menjadi pemurung, tertutup dan menjadi primadi yang mudah di tindas. Kemana perginya Baekhyun yang dulu?"lanjutnya.

Rasanya ia ingin menjerit sejadi-jadinya saat kata itu terlontar dengan mulus tanpa beban dari mulut seorang Chanyeol, pria yang ia sukai. Tapi ia tak bisa mengartikan kalau kata itu bermakna 'suka' yang sebenarnya karena sosok itu masih dalam rangka(?) bertanya dan itu sukses membuat Baekhyun hanya terdiam karena tidak suka mengungkit masalalunya. Awal mula ia menjadi seorang pendiam dan tertutup.

.

.

Setelah kegiatan yang mewajibkan para siswa dan siswinya mengamati ini dan itu untuk tugas sekolah mereka, tibalah saat di mana mereka bisa bersenang-senang walau masih delam pengawasan para guru.

Mungkin menurut para guru yang sedikit kolot, permainan-permainan yang mereka siapkan adalah yang paling menyenangkan dan menarik perhatian para siswa dan siswi.

Tapi nyatanya mereka semua nampak malas mengikuti kegiatan tapi saat puncak pemainan mereka tiba, mereka nampak antusias karena mereka bisa bersama dengan orang atau teman mereka dengan grup yang memerlukan jumlah orang yang banyak dan dengan hadiah yang mengiurkan.

"Jadi satu tim terdiri dari sepulus sampai lima belas orang. Kalian bebas memilih orang-orang dalam tim kalian."jelas sang guru."Kalian diberi waktu sepuluh menit untuk memilih tim dan kemudian catat dan berian pada panitia untuk mengambil kain penanda tim yang dikat pada lengan kanan kalian."lanjutnya disusul para murid yang memencar dan mencari teman satu tim.

Sehun mencari sosok pria bertubuh kecil dan saat melihat sosok itu sedang bersama dengan dua orang yang ia tak kenal, ia mendatangi dan menepuk pundak sempit itu.

"Hai."sapanya melambai dan tak lupa senyum di wajahnya. "Tidurmu nyenyak?"ia menepuk pundak yang lebih kecil lagi.

"Kau mengenalnya?"tanya Kyungsoo dan Jongin hanya memandang bingung.

"Ah, dia Sehun dari kelas sebelah."perkenalan singkat dan mata Kyungsoo membulat seolah sosok di hadapannya adalah jelmaan mahluk halus yang ia kenal.

"Kekasih hyungmu?"yang lain ikut terkejut. Baekhyun melirik Sehun dan orang itu hanya tersenyum.

"Ada yang salah?"si kecil mengeleng .

"Aku hanya tidak pernah tau siapa kekasih hyungku. Itu yang membuatku terkejut."

.

.

Dipermainam terakhir ini tim yang terdiri dari lima belas orang yang total keseluruhan tim adalah sepuluh tim harus merebut kain yang terikat di masing-masih tim yang telah di tentukan. Seperti merah harus mengambil kain milik tim biru, tim kuning harus mengambil kain milik tim hijau dan sebagainya. Satu tim harus berpencar dan bersembunyi. Tim yang kalah adalah tim yang lebih sedikit mendapatkan warna dari tim lawannya.

Baekhyun, Jongin, Sehun dan Kyungsoo satu tim tapi kedua pasangan sejoli itu lebih memilih untuk berpencar dan mencari tempat persembunyian yang lain meninggalkan Sehun dan Baekhyun. Sebenarnya tak masalah bagi Baekhyun tapi ia tak enak hati harus berduaan dengan orang yang sebenarnya tak dekat dengannya.

Mata sipitnya terus mengawasi sekeliling takut kalau-kalau ada tim lawan yang menyerang dan merebut kain mereka, namun tangapan dari si jangkung berbeda. Ia berjalan santai sembari melipat tangannya di dada.

"Santai saja. Tidak akan ada yang mengikutiki-"belum selesai kata-kata Sehun beberapa orang dari tim lawan menghampiri mereka. Tiga orang pria dan satu orang wanita mulai berpencar untuk menutup setiap akses keluar bagi keduanya."Wah, wah, wah, haruskan kalian datang bergerombol?"nadanya di buat jenaka karena ia tak pernah dikepung dengan suasana seserius ini sebelumnya. "Hadiah mungkin hanya sekotak coklat dan kalian berlomba demi itu? Sunguh tak masuk akal."ucapnya lagi.

"Lebih baik rebut milik Baekhyun terlebih dahulu. Setidaknya kita bisa dapatkan satu"lirikan sang gadis membuat Sehun buru-buru menarik Baekhyun kebelakangnya. Dan entah siapa yang memulai, mereka sudah saling merebut satu sama lain.

Sehun terus menamengi Baekhyun, menghalangi siapapun yang hendak mengambil kain milik Baekhyun dan juga miliknya. Tapi satu dorongan keras dari si wanita membuat Baekhyun terhempas dan jatuh kesempatan emas untuk para lelaki untuk menyerangnya namun kembali gagal saat sosok yang tidak di ketahu Sehun maupun Baekhyun menarik tubuhnya bangkit dan membawanya taman yang lebih seperti hutan kecil di belakang penginapan.

.

.

Bohong kalau seorang Baekhyun tak mengenali punggung tegak itu, sosok yang selalu ia perhatikan di dalam kelas saat pelajaran berlangsung. Chanyeol. Pandangannya teralih pada tautan tangan mereka karena dengan entah sadar atau tidak, Chanyeol menggenggam tangan itu erat bukan mencengkram pergelangan tangannya tapi menggenggam tangannya.

Keduanya berlari cukup jauh dan sudah melewati beberapa bangunan penginapan yang setelah mereka sadari cukup luas dengan taman yang menyerupai hutan hujan di –entah- suatu tempat. Dan saat matanya melihat sebuah gang*bisa di bilang jara antara satu bangunan dengan bangunan lain* ia menarik tubuh di belakangnya memasuki gang, menyandarkan yang lebih kecil pada dinding dan mengapirnya dengan tubuh besarnya solah menyembunyikan si kecil dari seseorang.

Baekhyun melirik ikatan pada tangan Chanyeol yang memiliki warna sama dengan timnya. Matanya membukat tak percaya antara ini kebetulan atau memang Chanyeol sengaja memilih tim yang sama dengannya walau itu memang sedikit mustahil.

"Kau tau,"si jangkung memecah keheningan."Ini sudah sepuluh menit kita berhenti berlari, tapi debar jantungku tak kunjung reda."ucap Chanyeol melirik sosok mungil di hadapannya. Baekhyun mendongak menatap wajah tampan yang masih basah akan keringat. Ia memandang tak mengerti dan setelah mendengar sesuatu yang berasal dari dada di hadapannya, ia kembali mendongak mencari jawaban. Yang lebih tinggi mengembangkan senyumnya, diangkat kedua tangannya untuk mengurung si kecil di dinding. Ada sedikit ruang untuk si kecil menggerakan tubuhnya dan Chanyeol merendahkan tubuhnya.

"Kali ini aku tidak bermain-main."ia tatap mata sipit d hadapannya yang mengalihkan pandangan ke samping menghindari tatapan itu."Dan jangan mencoba menghindarinya!"lanjutnya.

Baekhyun tau arah pembicaraan lelaki jangkung itu. Ingatannya terbang ke hari di mana ia terjebak dengan pertanyaan yang membingungkan. Seperti soal matematika yang tak bisa ia jawab dan seperti esai soal sastra yang sama sekali ia tak mengerti. Manik hitam itu bertemu dengan manik lain yang lebih tinggi, bergerak gelisah menunggu pertanyaan atau pernyataan dari sosok jangkung di hadapannya.

"Apa,"ia tak melanjutkan ucapannya ketika Baekhyun mengigir bibir bawahnya yang terlihat mengoda di mata Chanyeol. Ia menahan hasratnya untuk tiak mencium bibir tipis itu."Kau menyukaiku?"lanjutnya."Jangan menghindari tatapanku."direngkuhnya wajah Baekhyun dengan kedua tangan besarnya."Kau cukup menjawab 'ya', 'Tidak', mengeleng atau mengangguk. Jangan menghindar lagi, kumohon."suaranya melembut membuat siapa saja yang mendengarnya terbuai dan melayang kealam kayal. Tak ada jawaban karena orang yang ditanya sedang memproses setiap ucapan Chanyeol dalam otaknya.

"Baek?"tangannya berpindah pada pundak si mungil."Kau baik-"kata-katanya terhenti ketika si mungil menangguk dan tertunduk malu. Wajahnya merah sempurna terasa panas dan itu membuat ia menundukan wajahnya. "Syukurlah."ia bernafas lega dan segera memeluk tubuh kecil di hadapannya.

.

.

Pintu kamar mandi terbuka, sosok Chanyeol keluar sudah berpakaian dengan handuk di tangan. Ia melihat Baekhyun meringkuk di atas ranjangnya. Mata terpejam juga napas yang teratur sudah pasti Baekhyun sudah terbang kealam mimpi. Ia mendekati ranjang Baekhyun, duduk di pinggir ranjang yang akhirnya berbaring tepat di samping si kecil, memeluknya dan sedetik kemudian Baekhyun membalik tubuhnya. Meringkuk di samping si jangkung juga menjadikan dada kekar itu bantalan hidup. Nampak nyaman dan tentram membuat yang lain ikut menutup matanya.

TBC


Sebelumnya gue mau liat dulu respon kalian..

klo sekiranya responnya bagus gue usahain buat lanjut lebih cepet

tapi klo sama kaya ff sebelumnya.. kemungkinan bakal sama kaya ff sebelumnya jg..

buat yg udah baca makasih dan yg bosen ma cerrita gue yg gitu2 aja

gue gg maksa buat klain baca kok wkwkwkwk.. makasih sebelumnya