DISCLAIMER:
All the characters belongs Masashi Kishimoto
.
.
Warning : Newbie, Gaje, Typo everywhere
.
.
Remember Me
~ capt.2 : life is just a puzzle ~
.
.
...
Entahlah, aku merasa hidupku sangat kacau. Semua serba salah, serba sulit tanpa ada satu pun orang yang mau memahami rasanya kehilangan. Seperti yang sudah ku bilang, cinta membuatku benar-benar tak mampu memahami kehidupan ini. Seperti lingkaran labirin yang terus menjebakku, atau sekedar fatamorgana yang menawarkan bahagia yang semu.
Jam menunjukkan angka tujuh sore. Sebentar lagi pantai akan ditutup dan aku masih tak mampu beranjak meninggalkan tempat ini. Bayangan wajah seorang perempuan itu menatapku dengan tatapan hangat, ada rona bahagia di matanya. Ah, kapan terakhir kali aku melihat senyumannya yang memulai segalanya. Entahlah, apa aku yang tidak sadar atau memang banyangan itu menjelma seperti lukisan yang nyata.
Ada seorang perempuan yang benar-benar telah mengubah hidupku. Bagaimana aku mulai mengenalnya, merindukannya hingga melakukan hal-hal yang bahkan sekarang ku pikir itu terlalu bodoh ku lakukan. Nyatanya, cinta menuntunku dan membawaku sampai ke tahan ini.
...
Sakura merebahkan tubuhnya di sebuah sofa empuk. Matanya terpenjam mencoba melepaskan lelah. Tanpa sadar, bayangan seorang pemuda yang barusan bersamanya muncul dan Sakura langsung membuka matanya. Jantungnya berdebar kencang, ia tidak tahu kenapa.
Sakura kemudian bangkit dan berjalan menuju kulkas yang tidak jauh dari sofa tempat ia baru saja berbaring. Tangannya mengambil sebotol susu dan meneguknya beberapa kali. Detak jantungnya perlahan membaik.
Sakura kemudian berjalan menuju ruang kerjanya, mencari sebuah catatan di meja kerjanya yang bisa dibilang sedikit berantakan. Masih ada beberapa kardus yang belum dia buka sejak dia menempati apartement itu, kira-kira dua bulan yang lalu. Jadwalnya yang padat ditambah lagi beberapa minggu yang lalu Sakura di tugaskan disebuah desa Shirakawa yang masih sangat tradisional.
'Tidak ada disini.' Batin Sakura setelah tidak mendapatkan apa yang dia cari. Sakura kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Mencari sebuah kontak dan menekan tombol hubungi. Tidak lama setelah itu terdengar suara seorang wanita dari sana.
"moshi-moshi, Sakura ?"
"Ah, Ino, kau sedang apa pig ?" Tanya Sakura kepada wanita yang ia panggil Ino.
"Aku sedang menyelesaikan beberapa dokumen, ada apa ?"
Sakura kemudian berjalan keruang tamu dan menuju kesebuah pintu kaca besar lalu membukanya. Itu bukan sebuah ruangan melainkan balkon apartemennya.
"Ada hal yang ingin ku tanyakan padamu."
Sakura mengambil beberapa langkah kedepan dan sekarang dia benar-benar balkon. Hujan benar-benar telah berhenti. Dari sana langit tampak indah di hiasi bintang-bintang. Beberapa gedung bertingkat didaerah itu pun menampakkan keindahan yang serupa, bedanya gedung-gedung itu di hiasi dengan lampu-lampu redup oleh orang yang menempati gedung itu.
"Ya ya ya, silahkan tanyakan apa pun itu." Jawab Ino-Yamanaka Ino- ringan.
Sakura menghela napas panjang, ia rasa itu adalah keputusan yang tepat untuk bertanya pada Ino. Ya, tentu saja, Ino adalah sahabatnya sejak kecil yang tidak pernah terpisahkan meski akhirnya mereka berpisah – Ino mengambil jurusan psikolog di Tokyo sedangkan Sakura melanjutkan di bidang kedokteran di Osaka-.
"Umm.. Aku tidak tahu bagaimana harus memulainya."
Sakura kemudian memandangi sekelilingnya, mencari cara untuk menjelaskan kepada Ino apa yang baru saja terjadi padanya. Saat Sakura melihat kebawah sebelah kanannya, tanpa sengaja dia melihat seorang pemuda yang tidak asing baginya.
"Ayo tanyakan saja, kenapa kau diam."
Suara Ino masih terdengar jelas ditelinga Sakura tetapi Sakura tidak bisa melepaskan pandangannya ke arah pemuda itu yang tidak lain adalah Sasuke yang sedang menatap lurus ke arah gedung-gedung di sekitar. Sakura langsung tersadar dan cepat-cepat menutup mulutnya, takut kalau-kalau Sasuke menyadari keberadaannya yang hanya berjarak kurang lebih lima meter dari tempat mereka berdiri. Sakura lalu membalikkan badannya, jantungnya kembali berdegup kencang bak pencuri yang mencoba melarikan diri.
"Sakura ?... Sa..ku...ra..." Suara Ino terdengar mulai kesal. Sakura menyadari bahwa dia belum menutup teleponnya.
"Maaf Ino, nanti aku hubungi lagi." Suara Sakura terdengar samar seperti orang yang sedang berbisik.
"Hey, kau ke-.." Belum sempat Ino menyelesaikan pertanyaannya, Sakura telah menutup teleponnya. Sakura kembali melirik ke arah Sasuke yang sudah sepenuhnya menyadari keberadaan Sakura.
Sakura hampir saja melompat ketakutan. Dia tertangkap basah oleh Sasuke. Tangan Sasuke terlihat sedang tertawa pelan melihat ekspresi Sakura barusan. Sakura lekas mengontrol jantungnya dan memasang wajah tenang.
"Ha..hai." Sakura benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Ia melambaikan tangannya ke arah Sasuke sidikit canggung.
Sasuke balas tersenyum dan tangan kanannya merogoh sesuatu dari saku celananya. Ponsel hitam polos miliknya. Dia terlihat sedang mengetik sesuatu di ponselnya. Sakura hanya memandanginya dari jauh. Ting. Sakura menerima sebuah pesan singkat dari ponselnya dari Sasuke.
'Apa yang sedang kau lalukan di luar sana?' Sakura melirik ke arah Sasuke yang sedang memandanginya. Jari-jarinya kemudian membalas pesan Sasuke.
'Tidak ada. Bagaimana denganmu, apa yang sedang kau lakukan ?'
'Memandangimu.'
Sakura tersenyum kecil dan segera membalas pesan itu.
'Maaf, aku tidak tahu kalau di bawah adalah apartement mu.'
'Tidak apa-apa. Masuklah, udara di sini sangat dingin.'
Sakura kemudian melihat ke arah Sasuke dan mengisyaratkan bahwa dia akan masuk. Sasuke hanya membalas senyum tipis. Sakura lalu berjalan masuk dan menutup pintu balkonnya. Dia bersandar dibelakang pintu itu sambil melihat ke arah ponselnya. Satu persatu pesan mereka di bacanya. Tanpa sadar, Sakura menyunggingkan senyumnya dan jantungnya mulai tak terkendali.
...
Kringgg
Dengan lemah Sakura menggerakkan tangannya mematikan alarm di dekat tempat tidurnya. Matanya yang belum sepenuhnya terbuka melihat ke arah jarum-jarum di alarm itu. Waktu menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Sakura kembali meletakkannya dan memejamkan matanya. Satu.. dua.. 'astaga' teriak Sakura dalam diam. Matanya langsung terbuka sepenuhnya dan dia melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi. Ya, dia terlambat.
Ia tidak ingat apa yang di lakukannya semalam setelah membaca pesannya dengan Sasuke. Ketika Sakura hendak mengambil beberapa pakainnya, ponselnya berdering. Ia tidak melihat siapa yang menelpon dan langsung mengangkatnya.
"Moshi moshi."
"Ohayou Sakura, apa kau sudah dalam perjalanan ?" Terdengar suara pemuda yang tidak asing bagi Sakura, Kakashi – Hatake Kakashi – atasan Sakura di rumah sakit.
"Ah, Kakashi – san, maaf aku tidak bisa bicara denganmu sekarang, aku sudah terlambat."
"Kalau beg..."
Tuuuttt tuuutt. Belum sempai lelaki yang Sakura panggil Kakashi itu melanjutkan perkataannya, ia buru-buru menutup poselnya. Sepertinya memang kebiasaannya begitu. Sakura segera melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda dan memang sudah sangat tertunda karena ia harus sudah ada di rumah sakit pukul sembilan tepat. Belum lagi perjalan ke pemberhentian bus dan ke stasiun.
Setelah kurang lebih dua puluh menit, dengan rambut yang masih terurai dan bedak tipis ala kadarnya, Sakura keluar dari apartemennya dan keluar dari gedung bertingkat itu. Sakura mempercepat langkahnya menuju halte bus. Wajahnya terlihat cemas. Sesampainya di halte, Sakura melihat Sasuke yang tampak sedang memperhatikan ponselnya dengan serius. Sakura tidak tahu harus menyapanya atau mengabaikannya. Semua terasa berbeda sejak kejadian semalam. Akhirnya Sakura memutuskan untuk menyapanya sebelum Sasuke menyadari keberadaannya.
"O-ohayou." Suara Sakura terdengar sangat pelan namun cukup untuk membuat Sasuke melihat ke arah Sakura.
"Hn, ohayou." Jawab Sasuke singkat dengan tatapan lurus tanpa ekspresi.
Belum sempat Sakura ingin menanyakan apakah Sasuke juga terlambat, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan halte. Pengemudi mobil itu membuka jendelanya yang tidak lain adalah Kakashi. Sakura diam mematung karena dia baru saja ingat, tadi Kakashi menelponnya dan dia langsung menutup telponnya.
"Masuklah." Ucap Kakashi sambil tersenyum hangat.
"Ba-baiklah." Sakura kemudian masuk kedalam mobil itu tanpa menoleh sedikit pun ke arah Sasuke yang masih diam melihat kepergian Sakura.
...
Pukul delapan pagi. Sasuke sudah siap dengan kemeja putih, celana panjang dan sepatu hitamnya. Tidak lupa sebuah arloji mahal yang terkesan kasual dia kenakan di lengan kirinya. Sambil mematut diri di depan cermin, Sasuke memperbaiki rambutnya. Dia kemudian berjalan keluar apartemennya dengan hanya membawa ponselnya dan meninggalkan gedung bertingkat itu. Dia tidak mempercepat langkahnya melainkan berjalan santai sambil memikirkan wajah Sakura yang akan menyapanya di halte bus- ah, maksudnya apa yang akan di bahas saat rapat nanti. Sepertinya Sasuke mulai... kehilangan akal sehatnya.
Sesampainya Sasuke di halte bus, dia tidak menemuka Sakura di tempat biasa Sakura duduk menunggu bus, melainkan beberapa orang yang sering juga dia temui di halte itu. Sasuke sedikit mengerutkan dahinya dan kemudian memutuskan mengeluarkan ponselnya mencari nomor sekretarisnya dan menekan tombol hubungi.
"Sepertinya aku akan datang sedikit terlambat, rapat kita tunda."
Sasuke kemudian memutuskan panggilannya dan melihat kesekelilingnya. Sejujurnya, Sasuke adalah CEO di perusahaan milik keluarganya yang bergerak di bidang pusat perbelanjaan, hunia dan hiburan. Jadi, keluarga Sasuke tergolong kelas atas dan bisa di bilang sangat mampu.
Tak berapa lama setelah itu, bus datang menaikkan beberapa penumpang kecuali Sasuke. Sasuke seperti sudah terbiasa menunggu walaupun sebenarnya dia tidak suka menunggu. Sambil menunggu wanita itu, Sasuke duduk dan membuka beberapa e-mail di ponselnya. Cukup lama sampai Sasuke mendengar suara wanita yang sejak tadi di tunggunya.
"Ohayou." Ya, wanita itu adalah Sakura. Wanita yang sejak tadi Sasuke nantikan.
"Hn. Ohayou." Balas Sasuke sambil menjaga menatap Sakura dan menjaga image tenangnya. Tangannya masih memegang ponselnya. Ada sedikit rasa lega dalam diri Sasuke setelah Sakura datang dengan wajah yang seperti sedang mengatur napasnya dan rambut yang terurai – tidak biasa.
Sasuke masih memandangi Sakura yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu namun sebuah mobil berhenti di depan mereka. Sesaat setelah mobil itu berhenti, kaca mobil itu terbuka dan menampakkan seorang pemuda yang tidak Sasuke kenali. Pemuda itu terlihat sedikit lebih tua darinya. Tersenyum sambil mengisyarakat Sakura untuk masuk kedalam mobilnya. Sasuke berbalik memandang Sakura yang menyetujui isyarat pemuda tadi dan berjalan masuk ke mobil itu. Sakura tidak mengatakan apa-apa kepada Sasuke atau sekedar melihatnya. Setelah Sakura masuk, mobil itu kemudian melesat meninggalkan halte bus dan Sasuke yang masih diam ditempat memandangi mobil yang menjauh itu.
Sasuke masih diam seribu bahasa antara bingung dan sedikit kesal. Tapi dia bukanlah di posisi untuk bisa menyalahkan Sakura atau mencurigai Sakura karena itu adalah keinginannya untuk menunggu wanita itu dan menunda rapatnya. Akhirnya Sasuke memutuskan untuk menaiki bus yang baru saja sampai di halte dan menuju kantornya.
...
Sementara itu di dalam sebuah mobil yang menuju ke sebuah rumah sakit, Sakura mengatur napasnya yang sejak dia bangun pagi tidak beraturan. Disamping kanannya nampak Kakashi yang tengah serius mengemudikan mobil itu.
"Arigatou, Kakashi – san. " Ucap Sakura sambil melihat ke arah Kakashi yang hanya fokus pada jalan raya.
"Apa kau selalu terlambat seperti ini ?" Tanya Kakashi yang terdengar sedikit serius. Sakura tidak heran Kakashi bertanya seperti itu karena Kakashi memang atasannya. Bisa dibilang kalau Kakashi adalah direktur di rumah sakit tempat Sakura bekerja.
"G-gomenasai." Sakura sedikit menundukkan kepalanya, barulah Kakashi melihat ke arah Sakura sejenak dan kembali menatap jalan raya didepannya. Sebenarnya ini adalah pertama kalinya Kakashi menjemput Sakura walaupun hanya di halte bus dan itu sedikit mengganggu Sakura. Sakura pertama kali bertemu Kakashi ketika Kakashi mengadakan kunjungan di universitas tempat Sakura mempelajari ilmu kedokteran. Sakura lulus dengan nilai yang sangat memuaskan dan langsung di undang bekerja di sebuah rumah sakit di Tokyo. Sebelumnya Sakura berasal dari keluarga yang biasa dan bertempat tinggal di Osaka, itulah sebabnya Sakura adalah orang baru di Tokyo. Sedangkan Ino yang memang meneruskan pendidikannya di Tokyo dan sekarang bekerja di sebuah rumah sakit yang sama dengan Sakura namun berbeda jurusan. Dan kebetulan sekali Sakura langsung di pilih untuk melakukan tugas pertamanya di desa Shirakawa. Untuk kedua kalinya Sakura bertemu langsung dengan Kakashi namun berbeda tempat. Ketika itu Sakura ingin melapor mengenai keberangkatannya dan harus menjumpai direktur rumah sakit.
Setelah kepulangannya, Sakura kembali menjumpai Kakashi. Dan sekarang adalah ke sekian kalinya Sakura menjumpai Kakashi sengaja atau tidak sengaja dia berada di dalam mobil yang sama dengan Kakashi.
"Kalau kau begitu menyesal, makan malam lah dengan ku." Kakashi menatap Sakura dengan senyumannya yang selalu hangat. Sedangkan Sakura hanya diam, tidak tahu harus menjawab apa.
.
.
...
Yeayy, ini adalah chapter 2 dari fic sebelumnya. Sebelumnya saya ingin membalas review dari chapter sebelumnya.
-Salada15 : Terima kasih pujian dan sarannya, di chapter 2 ini saya menambahkan sedikit dialognya ^,^
-matarinegan : Pasti ada kok ^,^
-rida eyes : Wah, terima kasih ^.^ Semoga kamu suka kelanjutannya yaa...
Sekian dari saya, jangan lupa RnR dan tunggu terus kelanjutannya. See you...