DISCLAIMER:
All the characters belongs Masashi Kishimoto
.
.
Warning : Newbie, Gaje, Typo everywhere
.
.
Remember Me
~ capt.1 : One beautiful day ~
Tak ada hal yang lebih indah selain menikmati tenggelamnya matahari di tepi pantai. Suasana pantai tak begitu ramai membuatku sangat nyaman duduk di hamparan pasir pantai yang membentang ditemani dengan deruan ombak dan canda tawa beberapa orang yang juga menghabiskan waktu mereka di tempat yang tenang ini.
Di sini aku seakan menemuka ruang yang tepat sekedar untuk menenangkan diri atau menikmati hari-hari tanpa beban namun juga untuk mengisi kembali energiku yang hilang. Sebagian orang mungkin berpikir aku sedang melarikan diri dari masalah hidup, mungkin saja benar. Tapi bagiku, hanya aku yang dapat mengerti hidupku sendiri.
Mungkin terkesan terlalu memaksakan diri ketika aku harus mencoba melepaskan segala penat yang terus hadir dengan menghabiskan waktu menatap langit jingga yang kian menghitam. Namun aku sangat nyaman melakukannya, dan ini salah satu cara paling ampuh agar aku bisa sedikit terbebas dari segala gelisah.
Matahari makin tenggelam sisakan pendar warna keemasan di langit, satu persatu pengunjung mulai meninggalkan pantai. Tidak denganku yang masih asik menikmati dinginnya angin pantai yang menghantam tubuhku.
11 bulan yang lalu...
Ya, beberapa bulan yang lalu mereka berkenalan di sebuah halte bus ketika Sakura – Haruno Sakura - meninggalkan dompetnya di halte itu. Sasuke – Uchiha Sasuke- menemukan dompet milik Sakura dan menunggu hingga pemiliknya datang menjemput dompet itu. Kira-kira 15 menit Sasuke menunggu, seorang wanita berambut merah jambu dan mata emerald berlari terengah-engah menghampirinya.
Sejak hari itu mereka sering bertemu di halte itu, bukan sengaja melainkan kebetulan. Sakura baru saja pindah di sebuah apartemen di daerah itu dan Sasuke yang memang tinggal di daerah itu. Sasuke yang terlihat dingin jarang sekali membalas senyum Sakura yang tergolong manis. Ia hanya menatap Sakura sejenak dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Hingga suatu ketika Sakura tidak pernah lagi terlihat. Biasanya dia selalu duduk di halte itu dengan sebuah buku dan secangkir kopi menunggu bus ke arah stasiun datang. Ketika Sasuke datang, Sakura akan menyambutnya dengan senyuman dan kadang sapaan. Saat bus yang mereka tunggu datang, mereka akan masuk melewati pintu yang berbeda. Sakura melewati pintu depan sedangkan Sasuke melewati pintu belakang langsung mengambil kursi paling pojok belakang dan duduk menghadap jendela. Mereka kemudian berpisah di stasiun karena tujuan mereka berbeda.
Namun hari itu berbeda. Sudah lebih dari 5 hari Sasuke tidak melihat Sakura. Awalnya itu tidak mengganggunya sama sekali namun lama kelamaan pemuda itu mulai mencari sosok Sakura. Mulai dari datang lebih awal hingga menunggu Sakura di halte itu dan melewatkan beberapa bus yang berhenti. Sasuke sendiri tidak tahu mengapa ia bersikap seperti itu. Dalam hatinya dia menantikan Sakura, wanita yang selalu menyambutnya dengan senyuman hangat di pagi hari.
Tidak, terlalu awal untuk menyimpulan bahwa itu perasaan cinta. Entahlah, ada sesuatu yang Sasuke sendiri tidak tahu apa itu. Sesuatu yang mengusiknya sejak bertemu dengan wanita itu dan sejak dia tidak lagi melihatnya.
Setelah seminggu lamanya, Sasuke tetap melakukan hal yang sama, menunggu Sakura. Tepat seminggu setelah ia tidak mendapati Sakura dimana pun ia menangkap sosok yang tidak asing di matanya, sosok bermahkota merah jambu. Sakura, batin Sasuke.
Untuk kedua kalinya, Sasuke merasa dipertemukan dengan Sakura. Setidaknya ada satu hal yang membuatnya tenang, Sakura ada didepannya untuk saat ini. Sakura tampak berubah hari itu, rambutnya sedikit pendek. Sasuke terus memperhatikan Sakura dari ujung kepala hingga ujung kaki. Banyak hal yang mengusik Sasuke, namun ia harus image nya didepan orang lain, terlebih lagi terhadap seorang wanita. Begitulah Sasuke Uchiha.
Sakura duduk disebuah kursi kosong di halte bus. Dia datang terlalu awal, tidak ada siapa-siapa pagi itu kecuali dirinya dan sebuah novel klasik yang ia bawa sejak meninggalkan apartemen. Sakura membaca halaman demi halaman novel klasik itu. Ketika bola-bola emerald mata sakura tergerak melihat arlojinya, ia menangkap sepasang kaki dengan sepatu kulit hitam yang tak jauh dari tempatnya. Kepalanya terangkat melihat pemilik sepatu kulit hitam itu. Sudut-sudut bibirnya terangkat.
"Ohayou gozaimasu." Sapa Sakura, lembut.
Dia mengenal pemilik sepatu itu. Seorang pemuda yang berambut spike kebelakang dan mata onyx yang terlihat misterius, Sasuke. Pemuda itu menatap lurus ke arah Sakura.
"Ohayou."
Untuk pertama kalinya Sasuke membalas sapaan Sakura. Sakura tersenyum senang dan Sasuke.. menyukai itu. Sasuke kemudian mengalihkan wajahnya yang sedikit memerah. Dia tetap memasang wajah dingin dan berjalan sedikit menjauh dari Sakura. Setelah dirasanya Sakura tidak lagi memperhatikannya, Sasuke melepaskan senyumannya yang ia tahan sejak tadi.
Sasuke bukanlah pemuda dingin seperti yang orang lain lihat. Didalam Sasuke, dia adalah pemuda yang hangat. Walaupun begitu, Sasuke tetaplah menjadi pemuda yang suka menyembunyikan perasaannya dan menjunjung tinggi harga dirinya terhadap wanita.
Lain kepada Sakura, kali ini Sasuke merasakan sesuatu yang membuat wanita itu terlihat berbeda dimatanya. Sakura bukanlah satu-satu wanita cantik yang Sasuke tahu. Bukanlah cinta pertamanya dan bukan juga wanita yang dia kenal.
Sakura kemudian melanjutkan kegiatannya yang sedikit tertunda. Tidak ada hal lain yang dirasakannya lain halnya dengan Sasuke yang wajahnya tampak sedikit memerah setelah membalas sapaan Sakura.
Dan sejak saat itu, banyak hal terjadi di antara mereka. Sasuke mengetahui dimana apartement Sakura yang ternyata berjarak satu lantai dari apartement Sasuke. Mereka semakin sering bertemu dan saling menyapa.
Singkatnya, ketika hujan mengguyur wilayah Tokyo dan Yokohama. Sasuke keluar dari bus di halte tempat ia berangkat. Di tangan kirinya, ia menenteng sebuah payung yang dia sediakan dari rumah. Onyx Sasuke mendapati Sakura yang sedang meratapi hujan. Sakura tidak menyadari keberadaan Sasuke, kedua tangannya memeluk erat tubuhnya yang menahan dingin sejak tadi. Dia terus mengumpat dirinya sendiri yang begitu ceroboh sampai lupa membawa payung saat berangkat kerja.
Lamunannya membuyar ketika dia merasakan seseorang yang memayunginya dari belakang. Sakura kemudian membalikkan badannya menghadap seseorang yang memayunginya itu yang tidak lain adalah Sasuke.
"Kau bisa pakai punya ku kalau kau mau." Kata Sasuke, dingin sedingin cuaca di sore itu.
Sakura menundukkan kepalanya dan menjawab pelan tawaran Sasuke. "Terima kasih, tapi aku baik-baik saja."
Canggung.
Sasuke menggapai sebelah tangan Sakura dan meletakkan payung itu di tangan Sakura. Sakura merasa heran dengan apa yang dilakukan Sasuke.
"Aku bisa lari lebih cepat darimu." Sasuke kemudian mulai berjalan meninggalkan halte itu sambil mengangkat tas sampingnya yang ia gunakan untuk menutupi kepalanya.
"Ano.."
Sasuke menghentikan langkahnya ketika ia mendengar Sakura yang sepertinya memanggil dirinya. Sasuke tidak membalikkan badannya menghadap Sakura, ia hanya mendengar langkah seseorang yang mendekat ke arahnya.
Sakura berjalan cepat menuju Sasuke sesaat setelah ia mencoba menghentikan Sasuke. Dia masih memegang payung yang diberikan Sasuke kepadanya.
"Bukankah kita tinggal di satu gedung yang sama."
Kini Sakura ada disamping kanan Sasuke dan mereka berdua berbagi payung. Sasuke melupakan hal itu, ia nyaris saja tidak tahu harus bilang apa selain hanya menatap Sakura dan menyadari bahwa tinggi Sakura hanya sebatas bahunya saja.
"Mari, Sasuke-kun."
Mereka kemudian berjalan bersamaan ditengah-tengah hujan yang sedikit demi sedikit mereda. Sesampainya di gedung apartement mereka, mereka tidak lekas berpisah. Sasuke dan Sakura menaiki lift yang sama tetapi berbeda lantai, Sasuke dilantai 7 dan Sakura 8.
Suasana kembali canggung. Sakura menatap lurus kedepan dan Sasuke memalingkan wajahnya ke kanan menghapa cermin besar yang berada disekeliling mereka. Dari cermin itu Sasuke memperhatikan bayangan Sakura yang tengah merapikan sedikit rambutnya. Ketika Sakura menyadari kalau dia sedang diperhatikan, dia ikut menoleh ke arah yang sama dan Sasuke masih dengan tatapan datar memperhatikan Sakura. Sakura tersenyum simpul dan kembali menatap lurus ke pintu lift.
"Terima Kasih untuk hari ini." Kata Sakura tanpa menatap Sasuke.
"Hn." Jawab Sasuke singkat sambil menggerakkan kepalanya mentap lurus.
Ketika lift berhenti dan pintu lift terbuka, Sasuke melangkahkan kakinya keluar dan berbalik menatap Sakura yang sedang tersenyum. Tidak banyak yang mereka bicarakan dan hanya sekedar senyuman.
Pintu lift mulai tertutup dan ketika hampir sepenuhnya tertutup, tahan Sasuke manahan pintu itu dan kembali terbuka.
"Apa kau melupakan sesuatu ?" Tanya Sakura datar.
"Ya. Bisakah kita bertukaran nomor Hp ?" Tanya Sasuke tidak kalah datar. Untuk beberapa saat mereka hanya diam dan Sakura mulai merogoh saku mantelnya, mengeluarkan Smartphonenya dan membuka dial number.
"Tentu saja." Jawab Sakura sambil menyerahkan ponselnya kepada Sasuke. Sasuke ikut mengeluarkan smartphonenya dan menyerahkannya kepada Sakura.
Mereka menyimpan nomor mereka masing-masing dan mengembalikan kepada pemiliknya. Sakura yang tadinya menekan tombol buka pada lift kemudian menekan tombol tutup. Sasuke mundur beberapa langkah tanpa melepaskan pandangannya dari Sakura.
"Sampai jumpa besok, Sasuke-kun."
Setelah pintu lift tertutup, Sasuke kemudian membuka kembali smartphonenya tadi dan kembali memperlihatkan senyumannya yang jarang sekali dilihat oleh orang lain.
Yeeyy. Ini fic pertama saya. Maaf jika sangat tidak jelas, terlalu singkat dan ngawur dan berantakan dan lain-lain. Please review dan tinggalkan komentar atau kritikan jika itu perlu. Tunggu terus kelanjutannya dan semoga kalian suka