Warning!

YAOI/Typo(s)

Rate

T-M

.

.

.

.

Hari ini Sehun berada di rumah ayahnya. Sesekali ia berteriak saat beberapa pelayan akan memakaikan sepatu ataupun jas padanya. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah sosok mungilnya.

Sosok yang terlihat lemah dan cengeng namun memiliki hati yang sangat kuat dan baik bak bidadari.

Luhan yang ia lihat tadi pagi adalah Luhan yang terus menyuguhkannya senyum palsu sepanjang pagi. Sehun tau Luhan tidak baik-baik saja. Membuatnya merasa bersalah karena terus menyakiti Luhannya secara tidak langsung.

Kriett

Kang In masuk ke kamar Sehun ragu-ragu mengingat putranya sangat marah padanya saat ini.

Kang In berjalan pelan pelan menuju Sehun yang sedang memejamkan matanya di pinggir ranjang.

"Sehun..."

Tidak ada jawaban

"Oh Sehun." Barulah Sehun menatap pada ayahnya. Datar dan dingin.

Kang In pun duduk di sebelah Sehun dan memegang pundak lebar putranya.

"Maafkan appa. Tapi ini semua karena terpaksa. Appa tidak bermaksud-..."

"Sudahlah. Aku tidak ingin mendengar apapun." Potong Sehun sambil mengusap foto Luhan yang sedang ia cium saat rusa mungilnya sedang tidur. Kang In yang melihatnya hanya diam.

"Satu jam lagi kita akan berangkat. Bersiaplah." Ucap Kang In yang sudah berjala keluar dari kamar Sehun.

"Sial! Sial! Sial! ARRGHH!" Ingin rasanya Sehun merobek kemeja putih sialan yang melekat pada tubuhnya ini. Ingin rasanya Sehun mencekik lehernya menggunakan dasi hitam yang ia gunakan saat ini. Namun ia masih ingin hidup lebih lama untuk menikmati waktunya bersama Luhan. Ia benar-benar akan membawa Luhan lari jika ia tidak bisa membatalkan perjodohan itu.

Hingga akhirnya Sehun hanya menghela nafas pasrah dan menggantung asal jas mahalnya di bahu kemudian berjalan cepat keluar dari kamarnya.

.

.

.

Sehun menatap kosong pada jalanan yang dilewatinya sedari tadi. Hingga tanpa sadar mobil yang dinaikinya berhenti di halaman sebuah rumah megah bernuansa putih. Rumah itu sangat besar layaknya istana.

Puk

Tepukan pelan pada bahunya membuat Sehun tersadar dari lamunanya.

"Kita sudah sampai. Ayo turun." Ujar Kang In. Sehun turun dari mobil malas-malasan.

"Hey, pakai jasmu. Yang benar." Tegur Kang In yang melihat jas Sehun hanya disapirkan di bahu. Sehun pun memakai asal-asalan jas hitamnya dan menatap malas pada ayahnya.

"Tunggu apa lagi?" Kang In mengangguk dan berjalan masuk ke rumah itu dengan Sehun yang mengikuti dari belakang. Delapan pelayan yang berbaris di kanan kiri di pintu masuk langsung membungkuk hormat saat melihat tamu tuan mereka sudah datang.

Beberapa pelayan berbisik kagum melihat ketampanan Sehun yang di atas rata-rata. Sedangkan yang di gosipkan hanya berjalan dengan gaya angkuh dan dingin khasnya.

Suasana nyaman begitu terasa saat mereka masuk ke ruang tamu.

"Dimana dia?" Gumam Kang In pelan namun masih dapat didengar oleh Sehun. Tak lama kemudian seorang wanita cantik yang Sehun tebak berumur 30-an menghampiri mereka sambil tersenyum dan sedikit membungkuk. Kang In pun membungkuk membalas. Sehun hanya diam seakan tidak ada siapapun di sebelahnya. Membuat Kang In ingin mencelupkan kepala Sehun ke dalam kuah sup panas karena putranya yang satu ini tidak sopan sama sekali.

"Kang In-ssi, kau sudah datang. Silahkan duduk. Suamiku sedang mengurus anak keras kepalanya." Ucap wanita itu sambil terkekeh pelan.

'Suami? Wanita ini adalah orang tuanya? Astaga... Apa aku akan dijodohkan dengan bayi?' Batin Sehun miris.

"Haha, tidak masalah. Kami juga baru datang." Ucap Kang In yang kemudian menarik pelan lengan Sehun untuk duduk di sampingnya.

Tak lama kemudian seorang pria datang bersama putrinya yang sangat cantik.

'Cantik' batin Sehun tanpa sadar.

Yeoja cantik itu memakai dress hitam simple selutut tanpa lengan. Sangat kontras dengan warna kulit putihnya yang sangat mulus. Ia memakai high heels yang berwarna hitam pula membuatnya terlihat sangat anggun. Rambutnya yang panjang dan lurus berwarna coklat tua dengan poni yang membuat wajahnya menjadi sangat manis. Sehun bisa menebak jika yeoja itu tidak memaki polesan make up sama sekali pada wajahnya. Tapi entah kenapa terlihat sangat sempurn. Mata yeoja itu terus menatap ke bawah sehingga Sehun tidak bisa melihat matanya.

Mata Sehun hanya fokus pada wanita yang nyaris mengalahkan bidadari yang berdiri kurang lebih 3 meter di depannya.

"Bagaimana? Cantik kan?" Bisik Kang In yang membuat Sehun terlonjak kaget.

Yeoja itu duduk bersebelahan dengan ayahnya dengan mata yang terus menatap ke bawah. Mungkin ia juga tidak menyukai perjodohan ini. Pikir Sehun.

"Yya, Oh Sehun. Kenapa kau tidak pernah menatapku sedari tadi?" Ucap ayah dari yeoja itu. Sehun langsung menoleh dan matanya membesar saat melihat orang yang memanggilnya.

"S-seosaengnim?!" Teriak Sehun yang membuat orang yang dipanggil seonsaengnim itu tertawa.

"Kenapa kau terkejut begitu?"

"B-bagaimana bisa?" Sehun semakin bingung dengan semuanya. Yeoja yang sedari tadi menatap ke bawah akhirnya menatap ke sekitarnya. Matanya seketika membesar. Sama seperti Sehun, ia terkejut.

"SEHUN?!" Sehun mengangkat alisnya saat yeoja itu meneriaki namanya. Ia pikir mereka belum saling mengenal.

Astaga... Sehun semakin pusing.

Grep!

Tubuh Sehun langsung menegang saat yeoja itu menghampirinya dan memeluk tubuhnya erat. Bahkan ia sudah duduk menyamping di pangkuan Sehun.

"Sehun..." Rasanya Sehun tidak ingin memprotes si cantik yang sedang memeluknya. Rasanya sangat nyaman. Ini gila.

"Kau masih tidak mengerti?" Sehun mengangkat kedua tangannya tanda tidak tau.

"Kau ini bodoh sekali. Aku heran kenapa kau bisa dapat peringkat 3 saat kelulusan dulu."

"Apa maksudmu?"

"Luhan, lepaskan Sehunmu. Nanti dia mati karena kehabisan nafas." Ujar pria itu.

"Lu-luhan?!" Sehun membuka mulutnya lebar-lebar. Sehun menjauhkan yeoja yang sedang memeluknya. Wajah yeoja itu basah karena air matanya. Sehun menatap wajah basah itu dengan memicingkan matanya.

"Namanya sama dengan nama kekasihku?" Tanya Sehun.

Puk!

"Ini aku bodoh! Kau tidak bisa mengenaliku?!" Protes si cantik.

"Siapa?"

"Aku Luhan! LU-HAN!"

"Luhan? Siapa Luhan?"

"Kau ini jahat sekali!" Ujar yeoja cantik yang ternyata adalah Luhan. Luhan berdiri dari pangkuan Sehun dan berjalan ke kamarnya dengan menghentakkan kakinya lucu.

"Luhan? Oh... Luhan ya?" Gumam Sehun kemudian bersandar di sofa.

"MWO?! LUHAN?!" Sehun tersadar dari kebodohannya dan berlari menuju ruangan yang dimasuki oleh Luhan tadi.

Zhoumi dan Kang In tertawa terbahak-bahak melihat putra-putra mereka. Victoria pun terkikik geli melihat putranya yang sungguh terlihat sangat cantik.

Sehun memukul pelan pintu kamar kekasihnya.

"Lu, sayang! Buka pintunya! Aku minta maaf!"

"Asdfghjkl! Aku tidak mau dengar!"

"Haish!" Sehun memutuskan untuk kembali ke ruang tamu dan duduk di sebelah Zhoumi.

.

.

.

.

"Jadi, bisa jelaskan padaku ada apa sebenarnya?" Selidik Sehun yang memicingkan matanya pada Zhoumi dan Kang In.

"Dan... Aku dijodohkan dengan siapa sebenarnya?"

"Kang In, putramu benar-benar tidak peka." Ucap Zhoumi.

"Dia memang begitu." Ucap Kang In yang membuat Sehun mendengus malas.

"Kau dijodohkan dengan anakku yang tadi. Dia sangat cantik kan? Dan aku tau kalau dia bisa memuaskanmu di ranjang." Ucap Zhoumi yang memelankan suaranya pada kalimat terakhir. Wajah Sehun bersemu merah mendengar ucapan ambigu ayah dari kekasihnya.

"Sudah appa bilang kalau orangnya cantik dan manis. Kau percaya sekarang?"

Grep! Grep!

Sehun langsung memeluk Kang In dan Zhoumi bergantian. Ia tertawa senang saat ini. Membuat hati Kang In sedikit mencelos karena hanya Luhan yang bisa membuat putranya memiliki banyak ekspresi. Bahkan ia yang sebagai ayah pun tidak bisa membuat Sehun tersenyum. Apalagi tertawa seperti saat ini.

"Huaa! Terimakasih banyak appa! Terimakasih seonsaeng-..."

"Berhenti memanggilku seonsaengnim. Panggil aku appa juga. Atau kalau bisa panggil aku hyung agar aku terlihat masih muda." Kekeh Zhoumi.

"Appa saja. Aku tidak rela memanggilmu dengan sebutan hyung."

"Dasar."

"Lalu, kenapa Luhan memakai pakaian seperti itu?"

"Itu..." Victoria tertawa pelan mengingat bagaimana putranya merengek mengatakan dirinya manly terus-menerus.

"Tadi, saat Luhan tau mamanya ada di Korea dia langsung pergi kemari. Dan..."

Lulu, pakai ini.

Huh? Ini apa? Aku tidak mau!

Nanti ada seseorang yang akan datang. Jadi Luluku harus memakai ini. Bagus kan?

Shireo! Luhan itu MANLY.

"Awalnya Luhan jijik akan memakai dress itu."

Lulu, pakai atau semua jam tangan mahalmu mama jual.

Andwae!

"Ancaman jam tangan selalu berhasil membuat Luhan menurut. Walaupun Luluku masih sangat kesal." Kekeh Victoria. Sehun senyum-senyum sendiri membayangkan kekasih mungilnya jika sedang merajuk.

"Hmm... Appa, aku pinjam mobil."

"Untuk apa?"

"Aku mau pergi ke suatu tempat." Jawab Sehun. Kang In mengangguk dan memberi kunci mobilnya pada Sehun.

"Aku pergi dulu." Ucap Sehun sedikit membungkuk. Setidaknya sekarang Sehun sudah lebih sopan. Sehun berlari kecil keluar dari rumah kekasihnya dan masuk ke dalam mobil. Entah mau kemana ia saat ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Dasar Albino tembok jelek! Dia bahkan tidak membujukku." Gerutu Luhan dalam selimut. Bahkan hari sudah hampir malam tapi si mungil masih belum mau keluar dari kamarnya.

Tok! Tok!

Luhan menutupi wajahnya dengan bantal saat ada yang mengetuk pintu.

"Lu, buka atau kudobrak pintunya."

Tidak ada jawaban.

"Oh, atau akan ku minta pada bibi Victoria agar jam tang-..."

Krieett...

Benar-benar berhasil. Luhan langsung membuka pintunya. Sehun menatap Luhan daru atas ke bawah sambil tersenyum nakal.

"Kau cantik sekali. Aku bahkan masih tidak bisa mengenalimu." Ujar Sehun. Luhan memang belum mengganti bajunya.

"Ekhm! Itu-..." Luhan mengikuti arah pandang Sehun yang menuju... Dada palsu sialannya. Lantas Luhan langsung menutup dadanya seperti anak gadis yang akan dinodai.

"YYA! MESHhmmpp!" Sehun langsung membekap mulut Luhan menggunakan tangannya.

"Astaga Lu... Jangan berisik." Ujar Sehun yang meletakkan jari telunjuknya di depan bibir.

"Kenapa kau disini?" Tanya Luhan ketus. Sehun terkekeh pelan.

"Nyonya Oh Luhan sedang merajuk, ya?"

Blusshh

Pipi Luhan memerah saat Sehun memanggilnya Oh Luhan.

"Si-siapa yang kau panggil Oh Luhan hah?!"

"Tentu saja Luhanku. Ayo ikut denganku sekarang."

"Tidak mau!"

"Ikut atau jam-"

"Aish! Mau kemana?"

"Ikut saja." Luhan menatap Sehun memelas.

"Wae?"

"Bajuku."

Sehun tertawa dan mengecup kilat bibir cherry Luhan.

"Kau cantik. Lebih cantik dari Miranda Kerr."

"Ish! Aku mau ganti baju!"

Brak!

Luhan langsung menutup pintu kamarnya kasar sehingga pintunya nyaris mengenai hidung mancung Sehun.

"Hidung mancungku... Hampir saja." Gumam Sehun sambil mengusap sayang hidungnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Berkali-kali Luhan mendengus kesal karena berkali-kali pula Sehun tidak menjawab pertanyaannya.

"Yya! Aku bertanya padamu! Mau kemana ini?"

"Oh Sehun!"

"Sayang, kita mau kemana?" Kali ini suara Luhan melembut.

"Nanti kau akan tau sayang." Barulah Sehun menjawab saat Luhan memanggilnya sayang. Yang dijawab memutar bola matanya malas. Luhan memilih untuk memejamkan matanya. Namun belum berapa detik ia menutup mata, ia merasa kalau mobil yang ia naiki berhenti.

Cup

Sehun mengecup pipi kanan Luhan dan mengusap sayang kepala kekasihnya.

"Kenapa tidur? Kita sudah sampai." Luhan membuka matanya dan melihat ke sekitar. Dari tadi dia memang tidak memperhatikan jalan. Luhan sibuk mengganggu Sehun dengan pertanyaannya hingga tak sadar ia sudah memasuki tempat yang Sehun maksud.

Sehun turun dan pergi ke sebelah kanan mobil untuk membuka pintu untuk Luhan.

Dengan cekatan Sehun langsung menutupi mata Luhan dengan kain hitam.

"Y-yya! Aku tidak bisa lihahmmph..." Lagi-lagi Sehun membekap mulut cerewet Luhan. Namun kali ini menggunakan bibirnya.

"Di-am. O-ke?" Ujar Sehun yang menekankan setiap kalimatnya. Membuat Luhan hanya menghela nafasnya pasrah dan membiarkan Sehun membawanya entah kemana.

Setelah agak lama berjalan, Sehun akhirnya berhenti.

"Lu, aku ingin ke toilet. Tunggu disini ya." Ujar Sehun. Luhan bergumam sebagai jawaban.

Puk puk

Luhan merasakan ada tangan kecil yang menepuk pelan lengannya. Luhan bingung. Matanya tertutup.

Puk puk

Lagi, tangan itu terus menepuk lengan kurus Luhan hingga akhirnya si manis membuka penutup matanya. Luhan sedikit memicigkan matanya karena belum bisa menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Puk puk

Luhan menatap ke bawah. Ada seorang gadis kecil cantik yang Luhan tebak masih berumur 4 tahun. Luhan berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu.

"Ada apa sayang?" Tanya Luhan gemas. Anak itu memberikan Luhan miniatur kepala rusa. Luhan sedikit bingung dengan maksud gadis ini.

"Kenapa kau mem-... HEY!" Baru saja Luhan akan bertanya, gadis itu sudah berlari menjauhi Luhan.

"Huh?" Luhan baru sadar kalau sekarang dia ada di Lotte World. Ia berdecak sebal karena Sehun belum menampakkan batang hidungnya.

Luhan menatap miniatur kepala rusa yang terlihat sangat lucu lama. Tak lama ia menyadari ada sesuatu yang tergulung di dalam mulut rusanya. Luhan mengambil benda dan membukanya.

"Kertas pink?"

Pergilah ke stan yang berwarna biru muda.

Luhan celingukan mencari stan biru muda. Entah kenapa ia terus berjalan mengikuti intruksi dalam kertas kecil itu.

"Oh. Disana." Luhan berjalan ke stan yang dimaksud dan langsung suguhi dengan ratusan permen kesukaan Luhan.

"Oppa!" Luhan menoleh ke belakang saat ada suara. Lagi-lagi seorang gadis kecil datang padanya. Kali ini memberi Luhan permen kapas.

"Gomawo." Ucap Luhan mengusak gemas surai hitam gadis itu. Luhan hanya mengendikkan bahu dan memakan permen kapas berwarna putih itu.

"Hmmptt! Apa lagi ini?" Luhan mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. Yang lagi-lagi kertas namun berada dalam permen kapas.

Manis? Jangan makan terlalu banyak. Nanti kau diabetes sepertiku karena selalu melihatmu yang bahkan lebih manis dari permen kapas yang kau makan sekarang.

Luhan mengulum senyumnya saat membaca gombalan konyol di kertas itu. Meskipun agak bingung, tapi Luhan merasa menikmatinya.

Seorang anak kecil mendatangi Luhan lagi. Kali ini laki-laki. Luhan sudah terbiasa sepertinya. Anak itu memberikan sebuah buket bunga mawar merah dan tentu saja langsung diterima dengan baik oleh Luhan. Dan seperti anak-anak lainnya, anak itu juga pergi meninggalkan Luhan.

"Cantiknya..." Luhan mengambil kertas kecil yang diselipkan di tengah-tengah kumpulan bunga dan membacanya.

Kau tau? Aku selalu suka. Caramu tersenyum, caramu tertawa. Jika kau sakit, aku yang akan mati. Aku selalu berdoa pada tuhan.

Berikanlah Luhanku kebahagiaan yang tak terhingga. Jaga Luhanku selalu. Jangan pernah pudarkan senyumnya. Berikanlah aku umur dan kehidupan yang sangat panjang agar aku bisa membantumu untuk menjaga Luhanku. Jika kau sampai merebutnya dariku, kau juga harus mengambil diriku.

Dada Luhan terasa sangat sesak saat membaca semua kalimat dalam kertas itu. Rasanya ia tau siapa yang membuat semua ini. Mata Luhan berkaca-kaca. Sungguh, ia terharu.

"Hyung." Luhan menatap anak kecil di sebelahnya yang juga sedang berkaca-kaca.

"H-hey kau kenapa?"

"Aku mau itu." Kata anak itu yang menunjuk ke arah bianglala.

"Dimana orangtuamu?"

"Aku mau itu!" Luhan menatap horor pada bianglala di depannya. Ia sendiri takutnaik bianglala jika tidak bersama Sehun.

"Hyung! Ayo hyung! Ayo!" Rengek anak itu. Mau tak mau Luhan mendesah pasrah dan menuruti kemauan anak yang bahkan tak dikenalnya sama sekali.

"Kajja."

"Yeay!" Luhan berjalan menuju bianglala takut-takut.

"A-ayo."

Bussh

Cklek

"Yya!" Anak kecil itu mendorong Luhan sehingga Luhan sedikit terjungkal dan terduduk di dalam kabin yang berbentuk sarang burung itu. Bianglala pun sudah terlanjur bergerak dan Luhan hanya sendiri di sana.

"Hey! Kau! Anak kecil! Kenapa tidak naik bersamaku hah?!" Teriak Luhan. Sedangkan yang diteriaki hanya tertawa sambil melabaikan tangannya pada Luhan.

"Mama... Hkss" Luhan menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia sangat takut saat ini.

"Lu... Uljima. Aku disini, sstt."

"S-sehun?" Luhan mendongak saat suara husky kekasihnya terdengar. Bagaimana Sehun bisa disini?

Grep

Sehun langsung memeluk Luhan lembut sambil terkekeh.

"Jangan menangis. Kau tidak sendirian." Sehun sedikit melonggarkan pelukannya sehingga membuat Luhan menatap dalam pada mata elangnya.

"Eh?" Lagi-lagi Luhan baru sadar. Jika dinding kabin ini full dengan mawar merah.

"Lu, duduk yang benar dulu." Luhan akhirnya duduk tegap menghadap Sehun. Luhan tersentak saat Sehun tiba-tiba berlutut dan memegang lembut ujung jari tangan kirinya.

Glek

Sehun menelan kasar ludahnya. Ia benar merasa gugup saat ini. Dan entah sejak kapan mic sudah ada di sudut bibir tipisnya.

"Ekhm.. Xi Luhan." Sehun mengecup lama punggung tangan mulus kekasihnya.

"Aku tau, caraku mencintaimu tak seindah cara orang lain mencintai pasangannya. Namun aku bersumpah. Aku mencintaimu dengan sangat tulus. Melebihi apapun." Suara Sehun menggema di seluruh Lotte World. Bersamaan dengan terus berputarnya bianglala, Sehun terus berbicara.

"Aku mencintaimu kurang baik. Namun saat kau pergi dariku, tubuh ini rasanya membeku. Aku tidak bisa bergerak sama sekali. Aku ragu apakah aku masih bisa bertahan pada saat itu."

"Kau seperti sebuah patung emas indah yang terukir dalam pikiranku sepanjang waktu."

"Kau adalah sosok paling berpengaruh dalam hidupku sejak awal kita bertemu, sampai sekarang dan selamanya."

Tes!

Kristal bening yang sedari tadi Luhan tahan akhirnya lolos dan membasahi pipi putihnya.

"Kau adalah keajaiban terindah yang hadir dalam hidupku." Suara Sehun semakin serak karena menahan tangis.

"Terimakasih untuk keajaiban takdir yang membawaku layaknya angin untuk bertemu denganmu."

"Terimakasih untuk 6 tahun yang telah kita lewati bersama."

"Terimakasih telah mencintaiku dengan sangat baik."

"Terimakasih karena menjadikanku sosok yang spesial di hatimu."

"Aku mencintaimu."

"So, Xi Luhan... Will you marry me?" Mereka berhenti di puncak bersamaan dengan pernyataan Sehun. Sehun mengeluarkan cincin emas putih dengan liontin berlian yang sangat indah dan berkilau.

Luhan menutup mulutnya dengan tangan menahan isak. Ia sangat terharu dengan semuanya.

Luhan menatap Sehun lama dan kemudian mengangguk mantap dengar air mata haru dan bahagia yang terus mengalir deras dari matanya.

"Hahh..." Sehun menghela nafasnya lega dan memakaikan cincin berlian itu di jari manis kekasihnya.

Luhan menarik tengkuk Sehun yang masih berlutut dan mencium lembut bibir tipis sang kekasih yang selalu terasa manis di bibirnya. Sehun pun tanpa ragu menekan tengkuk Luhan untuk membalas ciuman dari kekasihnya.

Duaarr! Duaarr!

Petasan kembang api mempercantik tampilan langit yang tak terasa sudah gelap. Semakin lama diperhatikan, kempang api itu membentuk sebuah tulisan.

"SARANGHAE OH LUHAN"

Prok.. Prok.. Prok..

Suara tepuk tangan haru memenuhi Lotte World malam ini. Tidak sedikit juga yang memekik tertahan melihat Sehun dan Luhan yang sungguh terlihat sangat manis. Banyak juga yang meneteskan air matanya karena lamaran sehun benar-benar romantis.

Luhan melepaskan ciumannya bersamaan dengan bianglala yang sudah berhenti berputar.

"Saranghae Luhan..."

"Nado. Saranghae Sehun."

.

.

.

.

.

.

"Bagaimana ini... Bagaimana..." Luhan sedari tadi terus mondar-mandir sambil menggigit bibir bawahnya cemas. Kris yang melihatnya jadi pusing sendiri.

"Hei. Bisakah kau tenang? Aku pusing jadinya."

Hari ini adalah hari pernikahan Luhan dan Sehun. Jelas saja si cantik merasa sangat gugup saat ini.

"Kris. Aku takut! Astaga astaga asta-..."

"Lu!"

"Haish... Kau ini. Kau hanya akan mengatakan "Aku Bersedia." Kenapa gugup sekali?" Kris mendengus malas.

"Kau tenang saja. Aku akan berteriak yang paling keras saat kau menuju altar." Ucap Tao. Satu-satunya pria yang berhasil membuat Kris beralih dari Luhan.

"Andwae! Aku yang paling keras." Timpal Baekhyun.

Krieett

Zhoumi menemui putranya sambil tersenyum haru.

"Putraku sudah dewasa." Ujar Zhoumi dengan suara bergetar. Luhan langsung memeluk ayahnya erat dan menangis sejadi-jadinya. Untung Luhan memakai jas bukan dress. Jika memakai dress, bisa dipastikan dress itu sudah hancur tak tersisa karena Luhan yang tidak bisa diam.

"Appa, terimakasih karena sudah mau membesarkan Luhan selama ini. Maaf jika Luhan sangat nakal, tidak menurut. Maafkan Luhan." Ujar Luhan sambil terisak. Baekhyun, Tao dan Kris juga ikut meneteskan air matanya.

"Kau adalah putra kecil appa. Sampai kapan pun akan tetap seperti itu meskipun sekarang kau akan menjadi istri sah dari Oh Sehun si berandalan itu. Appa menyayangimu." Balas Zhoumi yang juga memeluk Luhan. Tak lama kemudian Zhoumi melepas pelukannya dan menghapus air mata Luhan menggunakan telapak tangannya. Zhoumi mengulurkan tangan kanannya pada Luhan.

"Apa kau siap?"

"Hah.. Aku siap." Jawab Luhan membalas uluran Zhoumi.

"Appa akan mengantarmu."

Hari ini, Luhan akan mengikat janji.

Janji untuk selalu saling mencintai satu sama lain dengan sang kekasih.

Langkah Luhan pun terdengar sangat mantap mendekati Sehun. Jantungnya berdegup sangat kencang sampai-sampai Zhoumi pun bisa mendengarnya.

Sehun tersenyum sangat tampan menyambut Luhan yang terlihat gugup namun sangat menawan malam ini.

Tap

Langkah Luhan berhenti tepat di depan Sehun.

"Oh Sehun, aku menyerahkan putraku padamu. Jaga dia seperti kau menjaga nyawamu sendiri. Mengerti?"

"Tentu." Jawab Sehun mantap. Dan tangan Luhan menyambut hangat tangan Sehun dengan segala keyakinan dari hatinya.

Apakah kau Oh Sehun bersedia menerima Xi Luhan sebagai istrimu?

Aku bersedia

Apakah kau Xi Luhan bersedia menerima Oh Sehun sebagai suamimu?

Aku bersedia

Resmilah hubungan mereka sebagai sepasang suami istri.

Selanjutnya terdengar tepuk tangan dengan Sehun dan Luhan yang berciuman lembut.

Aku mencintaimu Luhan

Luhan mengecup singkat pipi suaminya.

Aku juga mencintaimu Oh Sehun, suamiku

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Lu, ayo bermain sebentar." Bisik Sehun yang memeluk Luhan dari belakang sofa.

"Nanti saja Sehun. Filmnya sebentar lagi selesai." Sehun mendengus malas dan duduk di sebelah istri cantiknya. Sehun memeluk Luhan dari samping sembari menghirup aroma wangi pada leher jenjang istrinya.

"Sehun. Kau menggangguku." Sehun tidak mengubris ucapan Luhan. Ia malah menggigit sensual telinga Luhan sehingga menimbulkan gairah untuk si mungil.

"Ngghh.." Sehun menyeringai saat mendapat respon dari Luhan.

"Lu ayolah..." Sehun menatap Luhan memelas. Luhan mengerang tertahan dan dengan cepat menarik tengkuk Sehun dan melumatnya dengan penuh nafsu. Sehun pun dengan senang hati menidurkan Luhan di sofa dan mulai menggerayangi tubuh mungil Luhan.

"Sehunhmmppt.." Luhan berusaha untuk menjauhkan wajah Sehun dari wajahnya. Namun Sehun malah semakin memperdalam ciumannya.

"Sshh..." Sehun meringis nikmat saat Luhan menyentuh pelan kejantanannya.

"Sehun, jangan disini. Nanti Ziyu dan yang lain bisa melihat."

"Kenapa juga mereka harus tinggal disini?"

"Yya! Kalau ingin melakukannya pergi ke kamar! Jangan disini bodoh!" Teriak Kris yang menutup mata polos Ziyu.

"Lanjutkan di kamar saja sayang." Bisik Luhan seduktif. Membuat Sehun tak tahan untuk tidak mencium Luhannya. Sehun membawa Luhan ke kamar tanpa melepas ciumannya dan

BRAK!

Sehun menendang pintu kamar kasar dan memojokkan Luhan di belakang pintu.

"Hmmpphtt.."

BRUK!

Sehun membanting tubuh mungil Luhan ke atas ranjang dan sedikit menindisnya.

"Sehun langsung saja." Pinta Luhan dengan tatapan sayu membuat gairah si singa semakin membuncah karnanya.

"Nanti kau akan kesakitan Lu." Luhan tidak menjawab. Tangan mungilnya menelusup ke dalam celana training suaminya dan mengusap nakal 'sesuatu' di dalam sana.

"Oushh Luhh.." Luhan semakin gencar memainkan mainannya di dalam sana sesekali meremas gemas mainannya membuat sang pemilik benar-benar tidak tahan.

Sret! Sret!

Sehun merobek paksa piyama rusa kesayangan Luhan. Si rusa pun sudah tidak peduli karena ia juga sudah tidak tahan.

Luhan membuka kilat kaos hitam Sehun dan menarik lengan Sehun agar ia leluasa untuk mengecupi dada dan tengkuk suaminya.

Sehun menarik celana Luhan menggunakan kakinya. Ia menatap kejantanan Luhan yang sudah mengacung gemas. Kemudian ia membuka celananya sendiri dan mengarahkan kejantannya pada hole Luhan yang sudah berkedut minta dimasukkan.

Dan tanpa persiapan apapun,

Jleb

"AAKHH!- Ahh.." Luhan menjerit saat kejantanan Sehun berusaha masuk ke dalam goanya.

Penuh rasanya

"Aku akan bermain kasar kali ini Lu." Ujar Sehun yang memejamkan matanya menikmati hole Luhan yang selalu terasa sempit. Luhan menggihit bibir bawahnya dan tersenyum nakal pada Sehun.

"Aku suka suamiku yang bermain kasar." Bisik Luhan seduktif. Sehun benar-benar terangsang sekarang. Tanpa babibu, Sehun langsung menusukkan kejantanannya ke dalam hole Luhan kasar.

"Ngghh... Lu-! Yeahh.."

"Ahh-Sehunh... Mmhh.." Luhan mencakar pundak Sehun mengekspresikan bahwa dirinya benar merasa gila saat ini." Luhan membusungkan pahanya agar Sehun lebih mudah untuk menghentakkan tubuhnya.

"Fasterhh hunahh.." Sehun semakin menggila mendengar racauan Luhan yang semakin menaikkan libidonya. Luhan mendorong Sehun kasar sehingga Sehun terjungkal ke belakang.

Luhan duduk di atas Sehun dan menggerakkan tubuhnya naik turun.

"Uhh... Faster Luhh-.. Ahh.." Racauan Sehun semakin menjadi dan gerakan Luhan semakin cepat. Ia senang mendengar suara Sehun yang merasa nikmat berkat dirinya. Terdengar sangat sexy.

"Uhmm.. Hunh baby! So bighh.. Ahh!" Tubuh Luhan melemas. Tubuhnya mengalami kejang hebat. Sepertinya sebentar lagi ia akan klimaks. Luhan semakin mempercepat gerakannya dan...

"AKKHH! Ngghh... Hahh..." Luhan sudah mengalami orgasme pertamanya. Ia menyemburkan cairannya di atas perut Sehun dan kemudia terlentang lemas di ranjang. Sehun yang ingin cepat menyusul orgasmenya mengubah posisi lagi. Ia membalikkan tubuh lemas Luhan dan mengoyak kasar lubang istrinya.

"Lu... Aku datangghh..." Dengan 2 hentakan kasar terakhir, Sehun mendapatkan orgasmenya.

"Ngghh.. Akhh!"

Bruk

Sehun membaringkan tubuhnya di atas tubuh Luhan.

"Sehun berathh!"

"Sebentar sayang." Sehun menyingkir dari tubuh istrinya dan membalikkan tubuh itu agar ia bisa mendekapnya. Luhan bersandar nyaman di dada bidang suaminya. Sehun menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.

"Lu."

"Hmm." Sehun menarik dagu Luhan dan mengecupnya lama. Kemudian ia menatap mata Luhan dengan penuh cinta dan kasih sayang.

"I Love You my wife..."

"I Love you too my husband..."

Dan pada akhirnya kau tidak menepati janji itu~

...

If You Love Some One, Let Them Go

..

If It Comes Back To You, It's Yours

..

If It Doesn't

..

It Never Was

..

.

.

.

.

.

.

E

.

N

.

D

.

.

.

.

.

.

Akhirnya END juga nih ff gaje

.

.

Bosenin? Gue tau kok-hkss-biasalah newbie.

.

.

Sorry kalau ada kesalahan kata-kata. Sorry kalo judul dan isi ga sesuai coz masih baru. Author baru lahir meh=

.

.

Dikit lagi bulan puasa... Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan ya!

.

.

Mau UP Originate From Mistakes! Puasa gue UP juga. Tapi pas malem-malem pas udah beduk. Jadi aman kan yak kalo ada rate darurat XD gak batal puasanya.

.

.

Sekian semua... Gamsa gamsa gamsa!

.

.

CHU!