HYPERVENTILATION!
2017©CHRYSSANS289 PRESENT
CHANBAEK
T+
BOYS LOVE/YAOI/BL
DON'T LIKE DONT'T READ!
.
.
.
Enjoy~
.
.
.
Shin Mina merupakan salah satu siswi yang cukup terkenal di Santa Maria. Selain karena kecantikannya yang banyak jadi bahan pergunjingan siswa-siswa jomblo, dia juga merupakan anak dari kepala sekolah, Shin Byung Hyun. Kakeknya merupakan orang yang telah berjasa mendirikan Santa Maria hingga kini salah satu sekolah elite itu bisa dikenal banyak kalangan dan menjadi pilihan orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang memiliki fasilitas memadai. Orang tua beranggapan bahwa Santa Maria merupakan sekolah yang baik, bukan hanya dari segi fasilitas, bangunan dan sistem mengajarnya saja, namun juga murid-murid unggulan yang dijaring melalui seleksi tes dan program beasiswa. Namun sayangnya, mereka tidak banyak tau mengenai kecacatan sekolah tersebut.
Bagai kata orang dulu, tak ada apapun yang sempurna. Begitupun Santa Maria. Cover dan nama sekolah yang beken hanyalah pengalihan, sebagai filter bahwa sekolah tersebut sebenarnya punya sisi cacat yang tak banyak orang luar ketahui. Banyak kasus gelap yang hilang begitu saja tanpa terbongkar siapa pelakunya. Dimulai dari penyogokan nilai, permainan bangku, dimana yang ber-uang akan menang dengan yang punya kecerdasan lebih, namun tak punya materi memadai. Maraknya pembulian juga menambah daftar keburukan tak terungkap dari sekolah ini. kebanyakan yang menjadi bahan bulian adalah siswa siswi nerd dan siswa siswi yang masuk ke Santa Maria melalui jalur prestasi. Bagi anak-anak orang kaya yang bersekolah disana, yang miskin tidak seharusnya masuk dan mengenyam bangku Santa Maria. Mereka menganggap bahwa kaum minoritas macam mereka tak pantas bergaul dengan mereka yang rata-ratanya adalah anak orang kaya.
Salah satunya adalah Byun Baekhyun. Siswa yang kerap kali mendapatkan perlakuan kurang pantas dari teman-temannya sendiri. Itupun kalau masih bisa disebut seorang teman setelah apa yang pernah mereka lakukan pada Baekhyun. Didorong dari tangga, dijegal di depan keramaian, dipermalukan, dikatai dan diasingkan adalah makanan sehari-hari Byun Baekhyun. Jika dilihat secara kasat mata, perlakuan semacam itu sebenarnya sudah melanggar HAM yang dimiliki oleh setiap umat manusia. Semestinya ada tindakan tegas dari pihak sekolah tentang hal tersebut. Meski pembully-an di sekolah tidaklah asing, namun jika nyaris menghilangkan nyawa seorang murid tentulah hal itu tidak bisa dianggap enteng.
Sampai kini pun, tak ada tindakan lebih lanjut tentang sanksi ataupun pemberian hukuman bagi para siswa siswi yang kedapatan melakukan pembully-an pada siswa siswi lain. Hal tersebut masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab sampai sekarang.
Intinya, di Santa Maria, yang kuat dan ber-uang akan menang. Sementara minoritas semacam Baekhyun hanya bisa menerima dengan lapang dada terhadap ketidak adilan yang ia dapat. Ancaman pengeluaran dari sekolah akan diberikan pada siapapun yang berani membocorkan reputasi gelap Santa Maria. Lagipula orang awam yang tak tau menau tidak akan percaya begitu saja jika sekolah elite punya kecacatan yang tak terduga.
.
.
.
Sosok gadis remaja dengan wajah manis membuka sebuah pintu café yang ia tuju. Rambut hitamnya ia biarkan tergerai di punggung, menambah aura kecantikannya, meski wajahnya punya kesan mengintimidasi dan angkuh yang kentara. Gaun berwarna peach sebatas lutut yang melekat apik ditubuhnya melambai pelan ketika tubuhnya masuk ke dalam café bergaya barat tersebut.
Dia baru saja mendapatkan pesan dari ayahnya bahwa ada seseorang yang ingin menemuinya secara langsung. Awalnya gadis itu ingin melontarkan beberapa pertanyaan lebih lanjut, namun ayahnya mencegah dan berkata ia tidak perlu lagi melakukan sesi tanya-jawab karena ayahnya hanya ingin ia pergi ke sebuah café dan menemui sosok yang tidak ia kenal itu.
Dengan berbekal nomor meja yang tak lupa dipesankan oleh ayahnya, gadis itu menuju meja tujuannya. Dari kejauhan ia dapat menemukan sosok pria paruh baya dengan setelan formal tengah menyesap minuman dari cangkirnya seraya menikmati pemandangan jalanan malam Seoul sehabis hujan. Gadis itu nyaris berpikir bahwa ayahnya ingin menjodohkannya dengan om-om tua yang sama sekali bukan tipenya, itu bisa dibuktikan dari tujuan ayahnya yang menyuruhnya mendatangi sosok asing tersebut sebagai langkah awal pendekatan. Tapi ia tidak mau berpikiran negatif terlebih dahulu. Ia akan merengek semalaman jika ayahnya benar-benar melakukannya.
"Permisi, apakah anda benar kenalan ayah saya? Shin Byung Hyun?" tanya gadis tersebut. Ia belum berani menarik kursi, takut salah orang.
Pria dewasa dengan gurat ketampanan yang tak lekang digerus usia itu mengalihkan pandangannya dan beralih menatap gadis cantik yang menatapnya dengan pandangan sedikit khawatir. Ia sempatkan memberi senyum tipis untuk menghilangkan kesan menyeramkan yang ada pada dirinya.
"Ah, apa kau Shin Mina?" tanya pria itu.
"Ya, aku anaknya Byung Hyun." Mina tersenyum canggung. Ia lega pria itu bukan orang yang salah.
"Nah, silahkan duduk. Ada yang ingin kubicarakan denganmu." Perintah pria itu dengan nada sopan.
Mina hanya mengangguk singkat, menarik kursinya dan duduk dengan tenang.
"Mau pesan sesuatu?" tawar yang lebih dewasa.
Mina menggeleng pelan, "Termakasih, tapi aku sudah makan sebelum kesini. Maaf Tuan."
"Tak usah terlalu formal. Apa kau takut padaku? Ah! Kau pasti menganggap aku om-om hidung belang yang berniat meminangmu ya?" pria dewasa itu tersenyum masam dalam duduknya. Sekali lagi dia menyesap minuman hangatnya dengan gaya anggun.
Mina lagi-lagi tersenyum canggung, memuji dalam hati jika pria itu bisa membaca apa yang sedang ia khawatirkan dalam pikirannya, "Maaf Tuan." Ucap Mina pelan.
"Tidak perlu. Akan kutegaskan jika aku tidak punya maksud sama sekali untuk melakukan hal-hal seperti itu. Aku akan memperkenalkan namaku terlebih dahulu. Namaku Park Si Won, CEO dari salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang Kosmetik di Jepang. Tujuanku disini untuk melakukan beberapa hal kecil."
"Apa itu berhubungan denganku?" tanya Mina.
"Bisa dibilang begitu. Jadi, bisakah aku langsung ke inti cerita? Aku adalah orang yang tidak suka bertele-tele." Tuturnya, Si Won tersenyum ramah.
Mina hanya mengangguk pelan mengiyakan. Sejujurnya ia juga penasaran dengan siapa sebenarnya orang ini. Nampaknya pria itu adalah orang penting kenalan ayahnya.
"Kau kenal dengan dia?" tanya Si Won.
Tangan besar pria dewasa itu mengeluarkan satu lembar foto dari saku jas mahalnya. Menampilkan sosok remaja berwajah feminin dengan pakaian olahraga khas Santa Maria tengah duduk dibawah pohon rimbun disamping lapangan, menonton teman-temannya yang tengah bermain sepak bola.
"Baekhyun?" gumam Mina.
Ia bertanya-tanya mengapa pria ini bisa mengenal seorang Byun Baekhyun.
"Ya, kau mengenalnya kan?" pria itu mendapat jawaban 'ya' secara tidak langsung melalui sebuah anggukan dari Mina.
"Aku mengenal ayahmu sudah sangat lama. Kami berteman sedari Elementary School hingga Junior High School. Namun kami harus berpisah karena Byung Hyun memilih pindah ke Daegu karena ayahnya punya urusan pekerjaan disana. Dan ketika kami sama-sama sudah menjadi orang sukses, aku tidak sengaja bertemu dengannya ketika kunjunganku ke Korea dalam survei lokasi branch store yang ada di Seoul. Dan kau, Shin Mina, punya satu rahasia kecil yang cukup mengejutkan."
Mina mewanti-wanti apa yang akan diucapkan pria dewasa itu setelahnya. Pasalnya orang ini terlihat berbahaya. Dia seakan tau banyak tentang dirinya dan ayahnya. Juga pertanyaan tentang masalah Byun Baekhyun masihlah menjadi pertanyaan utama yang belum terjawab.
"Aku tau kau menggunakan kekuasaan ayahmu sebagai pemimpin tertinggi Santa Maria untuk menutupi kasus pembully-an terhadap Byun Baekhyun dan menekan semua guru beserta staff-nya untuk tidak ikut campur. Apa aku benar?"
"A-apa kau akan melaporkanku?" tanya gadis itu dengan tergagap.
"Tidak, tentu saja tidak." Si Won terkekeh pelan, "Biarkan aku melanjutkan ceritaku. Kau menyukai seorang siswa bernama Oh Sehun, dan Oh Sehun menyukai Baekhyun. Kau sangat marah ketika mendapati kenyataan tersebut. Itulah kenapa semua berujung dengan menyebarnya rumor yang tidak-tidak tentang Byun Baekhyun. Dan itu semua adalah perbuatanmu. Apa aku benar lagi?" Mina tak menjawab, tapi Si Won tau dengan pasti bahwa apa yang ia beberkan sepenuhnya adalah kebenaran.
"Sebenarnya apa hubunganmu dengan Byun Baekhyun? Siapa kau sebenarnya?" serentetan pertanyaan itu Mina berikan, ia juga tak ingin berbasa-basi. Ia cukup penasaran kenapa pria itu tau kehidupan pribadinya.
"Nah, Mina-ssi. Mungkin selama ini kau menganggap bahwa kau memerintahkan ayahmu untuk menutupi semua kejadian yang menimpa Baekhyun. Sebenarnya, aku sudah lebih dulu meminta ayahmu untuk mengatur semuanya. Membuat hari-hari Byun Baekhyun di Santa Maria bagaikan di neraka dengan membiarkan pembully-an merajalela. Aku tidak menyangka kau mempermudah segalanya, menambah kemelut dengan menyebarkan rumor melalui pesan berantai bahwa Baekhyun dan Ibunya adalah seorang pelacur yang bekerja di club malam. Ternyata kau sama seperti ayahmu. Kalian adalah tipe orang yang gampang diajak bekerja sama, meski kau ada dalam kasus berbeda, kau membantuku secara tidak langsung. Rumor yang kau sebar bahwa Ibu Baekhyun dan anaknya adalah seorang penjaja tubuh tidak sepenuhnya salah." Si Won sengaja menghentikan penuturannya. Berniat melihat reaksi yang akan dikeluarkan oleh Mina.
"A..aku masih tidak mengerti." Bisik gadis itu pelan. Kepalanya menunduk, mengamati flat shoes hitamnya seolah benda tersebut adalah pemandangan yang paling menarik selain kenyataan yang baru ia dapati malam ini.
"Ibu dari Byun Baekhyun, Byun Chae Ri adalah wanita brengsek yang nyaris merusak hidupku. Saat itu aku bertemu dengannya di sebuah klub malam, soal berita bahwa Ibu Baekhyun menjadi seorang pelacur adalah benar, wanita itu bekerja di sana setelah suaminya meninggal." Mina tak menyangka bahwa cerita yang selama ini ia karang ternyata adalah sebuah fakta.
"—aku jatuh cinta padanya. Membawanya ke Jepang dan menjadikan dia sebagai wanita simpananku. Bahkan saat itu aku harus sembunyi-sembunyi dari istriku. Namun dia menghianatiku, dia pergi dengan membawa banyak berkas-berkas penting termasuk rahasia perusahaan di dalamnya dan juga uang bernilai milyaran, membuatku nyaris bangkrut. Informasi terakhir yang kudapat, dia kembali ke Korea dan bersembunyi di suatu tempat. Nah, mungkin kau sudah tidak sabar ingin mengetahui apa hubungannya semua hal itu dengan Byun Baekhyun. Aku kira saat itu anak dari Chae Ri sudah cukup dewasa hingga wanita itu nekat ikut pergi denganku tanpa memikirkan anaknya. Ternyata menurut informan yang bekerja padaku, wanita itu punya seorang anak yang baru berusia tujuh tahun masa itu. Anak itu dititipkan pada bibinya. aku menunggu saat yang tepat untuk melakukan rencana kecilku. Ketika Baekhyun bersekolah di sekolah yang kebetulan diketuai oleh ayahmu, aku merasa punya kesempatan untuk menemukan wanita sialan itu. Dengan melakukan pembully-an kelewat batas pada Byun Baekhyun, aku berharap jika ibunya akan ikut turun tangan dan menuntut hak anaknya."
"Maaf Si Won-ssi, tapi kasus-kasus yang ada di Santa Maria bersifat personal dan hanya diketahui oleh pihak sekolah dan juga murid-murid disana. Semuanya dilarang mebeberkan hal itu, termasuk saya. Lagipula, belum tentu kan ibu dari Baekhyun kembali tinggal bersama Baekhyun dan sekonyong-konyong mengetahui apa yang terjadi pada anaknya. Jika begitu kau hanya tinggal mencari tempat yang ditinggali Baekhyun kan?" Tutur Mina pelan.
"Aku tau. Bisa saja seorang anak akan bercerita kepada ibunya, atau ayahnya, atau bahkan orang yang paling dekat dengannya. Aku sudah mencari tau dan ternyata tidak ada Chae Ri bersama Baekhyun. Tapi setidaknya mungkin wanita itu masih memantau keadaan anaknya, itu bukan suatu hal yang mustahil. Tapi sampai sekarang bahkan wanita sialan itu belum menampakkan batang hidungnya. Aku masih penasaran kenapa wanita itu sangat tidak peduli dengan anaknya sendiri."
"Kenapa anda baru melakukan ini sekarang? Dansebenarnya apa tujuan anda menceritakan hal ini pada saya?"
"Oh, jika Baekhyun sudah menerima pembully-an parah sejak usianya masih belia, itu malah akan merusak rencanaku, bisa-bisa sekolah juga terlibat. Lagipula sangat jarang sekolah sejenjang Elementary atau JHS murid-muridnya berani melakukan hal semacam itu. aku sengaja menunggunya naik ke tingkat Senior High School, selain mental murid yang lebih kuat, faktor sekolah besar yang punya reputasi baik akan memberi keuntungan tersendiri. Nah, jadi aku ingin kau membantuku."
"Membantu?" Mina mengerutkan kening.
"Ya. Apa kau kenal dengan Park Chanyeol? Siswa baru pindahan dari Jepang yang sekelas dengan Byun Baekhyun? Dia adalah anakku."
Mina membulatkan matanya. Tentu saja dia mengenal Park Chanyeol. Chanyeol menjadi terkenal di seantero Santa Maria setelah kejadian menggegerkan di kantin sekolah yang melibatkan pria itu dengan Seungho, teman sekelasnya.
"Y-ya. Saya mengenalnya." Jawab Mina dengan suara tergagap.
"Aku mendapat informasi bahwa anakku dekat dengan Byun Baekhyun. Dan aku tidak ingin anakku punya hubungan dengan anak dari seorang wanita yang nyaris membuatku bangkrut. Aku sangat sakit hati ketika wanita itu pergi dan menghianatiku. Maka dari itu, aku menentang keras jika Chanyeol dekat-dekat dengan anak seorang pelacur yang tidak tau malu."
Oh, suatu kebetulan yang sangat menguntungkan. Mina tidak menyangka bahwa pria yang punya kekuasaan tinggi semacam pria ini juga tidak menyukai Byun Baekhyun. Pria ini bisa menjadi mata panahnya untuk menyingkirkan Byun Baekhyun. Mereka akan sama-sama mendapatkan keuntungan. Ia akan mendapatkan Oh Sehun, dan pria itu akan senang jika ia bisa menjauhkan Baekhyun dari Chanyeol. Mina menyunggingkan senyum kemenangan,
"Jadi, apa yang bisa saya bantu untuk anda tuan?"
Si Won tersenyum, "Aku ingin kau membuat Chanyeol menjauhi Baekhyun dengan cara apapun. Oh, kau bisa menggunakan alasan bahwa Baekhyun merupakan anak seorang pelacur yang membuat ibu Chanyeol meninggal."
"Um, apakah Chanyeol tidak tau jika wanita itu adalah ibunya Baekhyun?"
"Tentu saja tidak. Saat itu Chanyeol bahkan baru berusia tujuh tahun sama seperti Baekhyun. Kejadian ini sudah berlangsung sangat lama, namun Chanyeol baru mengetahuinya satu tahun belakangan. Tentang aku yang selingkuh dan tentang istriku yang menjadi depresi dan kemudian bunuh diri."
Ini benar-benar mengejutkan untuk Mina. Ia merasa jika semua yang terjadi merupakan suatu kebetulan yang luar biasa. Bagaimana semua hal bisa berhubungan seolah roda takdir sudah memintal benang-benangnya, membuat Mina belum bisa memercayai semua yang terjadi.
"Apakah anda melakukan semua ini semata-mata hanya untuk mencari ibu dari Baekhyun?"
"Tidak. Kupikir aku sudah lelah, wanita itu menghilang seperti ditelan bumi. Mungkin dia sekarang sudah mati dan aku tidak lagi peduli. Aku hanya tidak ingin Chanyeol dekat apalagi sampai menaruh perasaan pada anak seorang wanita berhati busuk macam Chae Ri. Aku akan menikahkan Chanyeol dengan anak dari rekan bisnisku, bukan dengan bocah tak jelas macam Baekhyun."
Mina mengangguk pelan, "Baiklah, saya akan membantu anda."
"Terimakasih. Aku akan memberikan beberapa informasi penting mengenai hubungan Baekhyun dengan ibunya, akan kukirimkan melalui e-mail."
"Ngomong-ngomong, Si Won-ssi, kenapa anda harus repot-repot melakukan semua ini melalui perantara? Bukankah anda orang yang paling dekat dengan Chanyeol?"
"Ah, masalah itu, kami jadi tidak terlalu dekat setelah istriku meninggal. Dia benar-benar merubah sifatnya dan menganggapku seolah tak ada. Sepertinya dia benar-benar membenciku setelah tau jika aku suka bermain dengan banyak wanita. Nah, sepertinya pembicaraan kita sudah selesai. Terimakasih atas waktumu Mina, aku menantikan kabar selanjutnya." Pria dewasa itu berdiri diikuti oleh Mina.
Keduanya berjabat tangan dan setelahnya segera berjalan tanpa ada lagi obrolan-obrolan sepanjang langkah mereka keluar dari café.
.
.
.
Suasana perpustakaan Santa Maria begitu tenang dan sunyi, suasana paling umum yang akan dijumpai tiap orang-orang berkunjung ke ruangan dengan ratusan bahkan ribuan jenis buku tersebut. Selain suasana yang menurut sebagian siswa siswi badung membosankan, minimnya pengunjung juga membuat perpustakaan tersebut nyaris terlihat seperti kuburan. Setiap harinya tidak sampai lima belas atau dua puluh orang yang menyambangi ruangan antik nan megah tersebut. Perpustakaan Santa Maria adalah salah satu ruangan perpustakaan terbesar yang dimiliki oleh sekolah di Seoul. Jarang ada sekolah-sekolah yang punya perpustakaan begitu luas semacam milik Santa Maria.
Di salah satu sudut rak tinggi menjulang yang berhadapan langsung dengan jendela, terlihat dua sosok remaja laki-laki tengah sibuk berkutat dengan buku. Tapi sebenarnya bukan keduanya, melainkan hanya satu. Yang lebih kecil duduk di pangkuan pria yang lebih besar, sibuk menulis beberapa catatan di buku tulisnya. Sementara pria satunya malah melakukan hal-hal yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan perpustakaan, menggoda yang lebih kecil.
"Mhh~ C-Chanyeol, hen..hentikan.." bibir mungil berwarna merah muda itu mengeluarkan desahan pelan ketika jari-jari panjang Chanyeol mengelus paha dalamnya. Sementara bibir pria itu mengecupi sepanjang leher putih Baekhyun.
Sebenarnya tempat duduk yang disediakan disana masih sangat-sangat memadai untuk ditempati oleh dua orang tersebut. Terlebih di barisan mereka tak ada orang lain yang berniat duduk membaca buku atau sekedar mengerjakan tugas. Tapi pria bernama Chanyeol itu malah memilih memangku si kecil diatas pahanya. Modus klasik seorang cassanova.
"Kau sangat harum. Aku menyukainya." Bisik Chanyeol pelan.
Bibir tebalnya setia mengecupi leher dan tengkuk si kecil yang ada di depannya. Sementara tangannya semakin nekat menggerayangi paha dalam Baekhyun. Bahkan ia mulai berani mengelus kesejatian Baekhyun hingga membuat si kecil mendesah tertahan.
"Amhhh.." Baekhyun sampai harus menjatuhkan genggaman pulpennya ke meja akibat rangsangan yang Chanyeol berikan.
Seharusnya pria itu tidak harus mengijinkan ketika Chanyeol meminta izin pada Baekhyun untuk ikut ke dalam perpustakaan. Padahal pria itu berjanji tidak akan menganggu Baekhyun sama sekali, tapi semuanya ternyata hanyalah bualan semata ketika si pria bermarga Park mulai mengangkatnya duduk diatas pangkuannya dan mulai melakukan hal yang tidak-tidak.
"Teruslah menulis, aku tidak akan mengganggu."
Baekhyun tertohok, dari sisi mananya hal itu tidak disebut tidak mengganggu ketika kau digerayangi oleh orang lain.
"Bagaimana.. emh, aku bisa menulis.. ahh.. j-jika kau.. m..melakukan ini.. engh.. p-padaku.."
Tangan kecilnya mengepal, bibir selembut jelly miliknya ia gigit sekuat mungkin untuk menahan desahan yang bisa mengundang kecurigaan siapapun. Sejak saat ia berkunjung ke apartement Chanyeol, si pria tinggi memang terlihat lebih agresif padanya. Pria itu kerap mencumbunya tak kenal tempat. Sebenarnya Baekhyun menyukainya, tapi ada satu hal yang mengganjal pikirannya hingga saat ini. mereka melakukan skinship bahkan sampai berciuman dan nyaris tidak dapat mengontrol diri seperti ini dilandasi dengan apa? Baekhyun sering memikirkannya diam-diam. Apakah mereka melakukan semua ini hanya karena nafsu semata? Atau karena cinta? Tapi Chanyeol bahkan tak pernah sekalipun mengucapkan kata cinta yang benar-benar serius padanya.
Kalau ditanya dari sisi Baekhyun sih, dia suka ketika Chanyeol memeluknya, menciumnya, dan menenangkannya. Dia suka segala sesuatu tentang Chanyeol, kecuali jika sifat gemar menindas dan angkuh milik pria itu tengah kambuh. Sebenarnya perasaan meletup-letup yang menyenangkan itu sudah ada ketika ia berdekatan dengan Chanyeol. Bahkan kalau boleh dibilang, dia sudah jatuh cinta. Tapi Baekhyun tidak ingin gegabah. Dia tidak mau ambil resiko ketika ia mencoba memberanikan diri untuk menyatakan perasaan pada Chanyeol, tapi ternyata Chanyeol hanya mempermainkannya. Ia belum siap dengan kenyataan yang semacam itu. lagipula Chanyeol masih belum benar-benar berubah. Dia masih takut Chanyeol akan kembali seperti Chanyeol yang dulu.
Chanyeol tertawa pelan, menghentikan gerakan tangannya dari paha dan perut Baekhyun. Entah kenapa eskpresi si kecil ketika tengah terangsang adalah pemandangan manis nan langka yang jadi objek kesenangan Chanyeol baru-baru ini. Ia suka melihat Baekhyun dengan pipi memerahnya mengeluarkan desahan sensual yang mampu membuat Chanyeol ketagihan.
"Kau sangat sensitif," Chanyeol tersenyum meski ia tau Baekhyun tidak akan bisa melihatnya.
Chanyeol memerintahkan Baekhyun untuk berdiri dan menghadap kearahnya. Si kecil menurut tanpa banyak protes, padahal wajahnya sudah sangat merah. Dan pelan-pelan Chanyeol tarik pinggang si kecil untuk mendekat dan duduk di pangkuannya. Sekarang Baekhyun sudah menyamankan diri diatas paha Chanyeol.
Chanyeol mendongak, mempertemukan maniknya dengan manik kelam Baekhyun, membiarkan keduanya terhanyut dalam kesunyian yang menenangkan. Hembusan napas yang beradu menjadi pengiring, tak ada yang berniat membuka suara untuk memulai percakapan.
Telapak tangannya menarik tengkuk Baekhyun tanpa aba-aba, membuat bibir yang saling mendamba itu menyatu dalam kesempurnaan. Chanyeol menggigit kecil bibir bawah Baekhyun dengan giginya, merasakan tekstur kenyal dari sana. Sedangkan ibu jari mengelus pelan pipi putih penuh semu yang ia suka. Bibirnya setia mengecup, lalu beralih menjadi sebuah lumatan yang dalam.
Baekhyun ikut terhanyut, ia bahkan mengabaikan tugas merangkumnya akibat ciuman Chanyeol yang membuatnya lupa akan segalanya. Jari lentik miliknya menelusup ke celah-celah surai lembut milik pria yang lebih besar, melampiaskan hormon remaja yang meluap-luap bagai banjir bandang. Sensasinya seperti terbakar dari dalam, panas namun menyenangkan. Ciuman Park Chanyeol selalu mempu membua Baekhyun selalu melayang.
"Anghh~" Baekhyun mendesah pelan. Tubuhnya gemetar karena Chanyeol sengaja menggesekkan kelamin keduanya hingga menimbulkan sengatan listrik mengejutkan ke seluruh saraf ditubuhnya.
Chanyeol tak ingin membuang kesempatan, tangannya kembali bergerilya mencari titik sensitif Baekhyun. Dimulai dari menyelus telinga si mungil, mengusap paha dalamnya, atau bahkan mencubit nipple Baekhyun dari balik seragam sekolahnya.
Keduanya melepas pagutan ketika kebutuhan akan oksigen sebagai manusia mulai menuntut. Nyaris membuka mata secara bersamaan, yang lebih kecil membuka mata terlebih dahulu. Baekhyun bisa wajah tampan di depannya. Keringat tipis yang menambah kesan seksi seorang park Chanyeol, jakun yang menonjol di leher pria itu membuat Baekhyun iri—Chanyeol terlalu sempurna. Apalagi bibir berisi berwarna kemerahan dengan belahan samar ditengahnya yang begitu menggoda, Chanyeol benar-benar terlihat seperti dewa. Pipi gembilnya semakin bersemu ketika mata bulat milik pria bermarga Park itu membuka, menampilkan manik hitam yang penuh dengan aura mengintimidasi, namun punya sisi lembut yang Baekhyun sukai.
"Kau masih saja bersemu, padahal aku sudah sering menciummu." Bisik Chanyeol. Ibu jarinya mengelus kedua pipi Baekhyun dengan lembut.
Chanyeol kembali mendekatkan wajahnya kearah wajah Baekhyun, berniat memulai sesi ciuman mereka yang kedua. Nafas telah beradu, permukaan bibir nyaris bergesekan. Tinggal sedetik lagi keduanya berciuman, namun dering ponsel merusak segalanya. Chanyeol menarik wajah seraya mengumpat pelan. Tangannya menarik handphone yang sedari tadi ia letakkan di meja, tak lupa ia biarkan Baekhyun duduk ke kursi terlebih dahulu.
Ia sedikit menyeringit ketika mendapati nomor asing yang menelponnya. Ia berinisiatif menjauh dari Baekhyun dan mengangkat panggilan kemudian,
"Yoboseyo?"
"Park Chanyeol?" suara lembut seorang wanita menyapa indra pendengarannya dari balik sambungan telpon. Chanyeol merasa asing dengan suara tersebut, ia merasa tak pernah mendengarnya sama sekali.
"Siapa kau? Darimana kau bisa mendapatkan nomorku?!"
"Tenanglah. Aku adalah salah satu siswi di Santa Maria. Aku satu tingkat berada diatasmu."
"Apa yang kau inginkan?"
"Aku ingin kita bertemu di lapangan Basket indoor, kau tau pasti dimana lokasinya kan? Ada hal penting yang ingin kusampaikan padamu."
"Sebenarnya siapa kau? Kenapa tidak langsung bicara saja?"
"Tidak bisa. Kita harus membicarakan hal ini secara empat mata. Jika kau bersedia, datanglah sekarang, aku menunggumu. Tapi jangan bawa siapapun, aku tidak ingin ada yang menguping pembicaraan kita."
Chanyeol terdiam selama beberapa saat. Handphone-nya masih setia menempel di telinga. Lawan bicara pun tak lagi bersuara, nampaknya mengerti jika Chanyeol harus mengambil keputusan terlebih dahulu.
"Baiklah, aku akan kesana." Ucapnya final.
"Baguslah, aku akan menunggu."
Terdengar bunyi sambungan telpon dimatikan setelahnya. Chanyeol mendesah pelan, melirik Baekhyun yang kembali berkutat dengan buku tulisnya. Chanyeol mengambil langkah mendekati Baekhyun, mengelus surai si kecil dengan lembut hingga membuat Baekhyun mendongak ke samping dan menemukan wajahnya.
"Aku ada urusan, keberatan jika kutinggal sendiri?"
Baekhyun mengeleng pelan dengan senyuman, "Kau bisa pergi."
"Jaga dirimu," Chanyeol meninggalkan satu kecupan dalam pada bibir Baekhyun. Setelahnya ia melangkah keluar dari ruangan perpustakaan, menuju ke lapangann basket indoor tempat wanita asing yang menelponnya tadi berada.
...
Di salah satu kursi penonton disana ia menemukan sosok wanita dengan rambut dikuncir kuda tengah mendengarkan musik melalui earphone yang tersambung ke handphone-nya. Chanyeol berpikir jika itu adalah wanita yang menelponnya tadi karena tidak ada siapapun disana kecuali mereka berdua. Chanyeol berjalan mendekat dan menepuk bahu si wanita. Wanita yang belum menyadari kehadiran Chanyeol tersebut sedikit tersentak, namun bisa menguasai diri ketika ia mendapati wajah tampan di sampingnya. Si wanita melepas earphonenya dan menyimpan benda berkabel itu pada kursi kosong disebelahnya.
"Duduklah dulu Chanyeol-ssi." ucap wanita itu.
Senyumnya manis dengan lesung pipit dalam yang ada di pipi kirinya. Tapi entah kenapa Chanyeol tak suka, wanita itu terlihat licik bahkan dari senyumnya sekalipun.
Chanyeol memilih duduk, "Jadi, siapa kau?"
"Perkenalkan, namaku Shin Mina dari kelas III-A."
"Darimana kau mendapatkan nomor ponselku? Aku tidak mengenalmu, dan apa pula tujuanmu menyuruhku kemari?" tanya Chanyeol terkesan tidak ingin bertele-tele.
"Baiklah, sepertinya kau juga tipe orang yang tidak suka basa-basi, jadi aku akan langsung menyampaikan maksud dan tujuanku kemari. Dan untuk nomormu, anggap saja aku mendapatkannya dari orang terpercaya. Nah, bukalah ini."
Mina menyodorkan sebuah amplop coklat berukuran sedang yang tadi disimpannya pada bangku kosong yang ada disebelahnya.
"Apa ini?" Chanyeol melirik Mina dengan pandangan penuh tanya.
"Buka saja dan bacalah,"
Dari dalam kertas tersebut Chanyeol menemukan beberapa lembar kertas. Sebagian berlogo sekolah Santa Maria di atas kertasnya, dan sebagian lagi bergambarkan salah satu logo rumah sakit yang ada di Seoul. Chanyeol semakin heran karena ia banyak mendapat nama-nama Baekhyun dan nama sosok asing bermarga sama disana.
"Apa maksudnya ini?"
"Aku mengetahui masalah tentang meninggalnya ibumu Chanyeol-ssi. Ibumu meninggal karena bunuh diri akibat depresi setelah tau jika ayahmu selingkuh darinya. Jika kau berpikir ayahmu berselingkuh dari ibumu baru beberapa tahun belakangan ini, maka itu adalah kesalahan. Ayahmu, sudah berselingkuh dari wanita itu sejak usiamu tujuh tahun. Nama wanita itu adalah Byun Chae Ri. Dia wanita yang jadi simpanan ayahmu dan kemudian pergi dengan membawa harta-harta ayahmu. Wanita itu pula yang membuat ibumu depresi. Dan kau tau siapa wanita itu? Dia adalah ibu dari Byun Baekhyun."
Chanyeol tersentak, merasa tak percaya dengan omongan wanita di sampingnya. Mana bisa ia percaya begitu saja, kenal pun tidak. Tapi wanita itu tau banyak tentang dirinya. Terlebih lagi kenyataan pahit tentang ayahnya.
"Kau pasti bercanda." Gumam Chanyeol.
"Apa aku akan diuntungkan dengan mengarang semua ini? aku hanya berbicara akan fakta Chanyeol-ssi. Apa kau masih mau dekat-dekat dengan Baekhyun setelah tau jika dia dalah anak seorang wanita yang sudah membuat ibumu mengakhiri hidupnya?"
"Darimana kau tau jika dia adalah wanita itu?! lagipula ayah punya banyak wanita selingkuhan. Dan nama Byun Chae Ri bukan satu-satunya di dunia ini!" Tegas chanyeol dengan nada berang. Ia kesal ketika secara tak langsung Mina mengatakan Baekhun adalah anak seorang wanita penggoda.
"Kau bisa lihat bukti-buktinya di surat-surat itu. Dan bisa kau lihat dua lembar foto yang ada disana?"
Chanyeol membalik kertas-kertas putih di tangannya, ia menemukan dua lembar foto. Satu foto ayahnya yang tengah berpose dengan seorang wanita di sebuah pantai yang tidak Chanyeol ketahui itu ada dimana. Dan satu foto lagi menampilkan sosok wanita paruh baya tengah menggandeng anak kecil dengan usia berkisar enam sampai tujuh tahun-an di sebuah taman bermain. Wajah bocah tersebut benar-benar mirip dengan Baekhyun.
"Wanita itu adalah Byun Chae Ri. Kau tidak akan berpikir jika seorang istri, dalam kasus ini ibumu, akan langsung menjadi depresi ketika tau suaminya berselingkuh. Setidaknya keduanya akan berunding baik-baik, atau malah saling mencaci maki dan berujung dengan perceraian yang terseret ke meja hijau untuk disidangkan. Pastilah ibumu mengalami kejadian buruk hingga membuatnya depresi sebegitu beratnya. Dan kau tau apa itu? ibumu mendapati ayahmu tengah bercinta diapartementnya setelah kepulangannya dari bekerja. Saat itu ayahmu tak menyangka jika niatannya membawa Byun Chae Ri ke aparement adalah pilihan yang sungguh salah. Ibumu pulang lebih cepat. Dan mulai saat itu, ibumu mengalami depresi berat. Dan soal selingkuhan, ayahmu memang punya banyak, namun Chae Ri adalah yang pertama dan yang paling lama menjadi wanita simpanan ayahmu. Jadi bagaimana Chanyeol-ssi?" Mina mengakhiri ceritanya. Wanita cantik itu tersenyum manis tanpa beban setelah menceritakan hal bertopik serius beberapa detik yang lalu.
Kepala Chanyeol terasa pusing. Ia tak sanggup mendengarkan semuanya. Baginya kenyataan yang ia dapat baru saja menghancurkan seluruh asa yang ia bumbung tinggi. Perasaanya berkecamuk. Marah, sedih, dan yang paling besar adalah rasa tak percaya. Bagaimana bisa ini semua ada kaitannya dengan Baekhyun. Ia kecewa berat, bagaimana bisa Baekhyun adalah seorang anak dari wanita selingkuhan ayahnya?
"A..aku.." Chanyeol tergagap, tak tau lagi harus mengatakan apa.
"Sebaiknya mulai sekarang kau menjauh darinya Chanyeol-ssi. Aku takut anak itu membawa pengaruh buruk bagimu nanti. Mungkin hanya itu yang ingin kusampaikan padamu, aku pamit." Mina berdiri, meninggalkan Chanyeol yang masih mematung dikursinya.
"Tunggu!" Chanyeol menyela tanpa berbalik, "—darimana kau tau semua ini?"
"Dari ayahmu." Jawab Mina dengan ringan. Wanita itu melanjutkan langkahnya, benar-benar meninggalkan Chanyeol seorang diri di ruangan luas tersebut.
Sementara Chanyeol tak bisa lagi berkata-kata. Ia terlalu shock. Bahkan kertas-kertas dan dua foto di tangannya sudah ia remukkan hingga tak berbentuk. Entah kenapa hatinya terasa panas, ia merasa marah, tapi tak tau harus melampiaskannya pada siapa. Chanyeol merasa kecewa. Ia adalah tipe orang yang tidak suka dikecewakan. Dan kenyataan yang baru saja menamparnya membuat ia semakin terlempar ke dasar jurang amarah. Emosinya bergejolak, mendadak benih-benih tak suka pada Baekhyun yang telah mati hidup kembali secara perlahan-lahan bagai tanaman layu yang disiram air.
Entah kenapa ia merasa kesal,
Mendadak satu pikiran melintas di otaknya,
Chanyeol membenci Baekhyun. Chanyeol membenci anak dari sosok wanita yang membuat ibunya sampai harus mengakhiri nyawanya akibat depresi berat.
Chanyeol tak bisa mengontrol dirinya. Penyakit aneh-nya kembali muncul.
Sisi lembutnya tertidur, Chanyeol yang kejam dan tak kenal ampun bangkit, siap melampiaskan amarah yang berkobar di dalam dada.
.
.
.
TBChanyeol...
.
.
.
Nah loh, Baekhyun bakal kena hajar lagi nih. Sekarang udah terkupas masalah sebenarnya. Jujur ini ga nyambung banget, tapi maklumin aja karena ide mentok, ditambah lagi kena demam tapi bela-belain ngetik. Berdoa aja entar ChanBaek happily ever after. Kali aja saya bad mood dan buat sad ending. Hohoho~ #dibakar
Ga bisa janji update cepet buat cerita ini dan cerita lain. Karena kondisi badan yang lagi drop ditambah udah mulai tahun ajaran baru. Saya udah kelas 3 SMA aja, perasaan baru kemaren-kemaren ikutan MOS, jadi adek kelas alay bin rusuh, ga peduli nilai, sibuk main-main. Sekarang udah jadi qaqa kelas yang musti kalem, pegangannya bukan lagi handphone, tapi buku-buku Erlangga yang tebel-tebel cem tembok sekolah.. huhuhu~ T_T ...
Pastinya bakal disibukin sama persiapan UN, ujian masuk Univ dan belajar tambahan yang super ketat. Argghhh~ pasti jadwal bikin Fanfic bakal terhambat. Doakan aja semoga lancar ya gengs.. dan akan terus saya usahakan mengetik meski pakai sistem nyicil dan updatenya lama.
Last,
keep review guys, and I'll keep writing.. ^^
.
.
.
Regards,
Chryssans289
19/07/2017