The Unexpected

Discleaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Highschool DxD © Ichie Ishibumi

Pairing: Naruto x OC (Settyna)

Warning: OOC, OC, Typo, Strong!Naruto, SuperGodlike!OC, EYD hancur.

Summary: Kegagalan membuat suatu titik kegelapan dalam dirinya bangkit. Namun, walaupun hanya setitik tetapi apa jadinya jika kegelapan tersebut malah berhasil membangkitkan sang Akhir?

Chapter 11

Settyna mendengus pelan, manik ungunya memandang Naruto lelah. Ia tak habis pikir, mengapa Naruto malah mengubar eksistensi mereka berdua kepada makhluk supernatural seperti Issei.

"Naruto-kun, kita memang tidak bisa menghindari bentrok dengan makhluk supernatural, tetapi bukan berarti kamu sendirilah yang membocorkan identitasmu!"

Naruto menggaruk belakang kepalanya, ia terlihat kikuk. Sementara itu, Issei memandang mereka berdua dengan pandangan bingung, ia juga tampak memperhatikan Settyna dengan inten.

'Dia manis sekali...' pikirnya dengan senyum mesum, bahkan sampai melupakan tujuan utamanya kesini.

"Jangan pandang istriku dengan wajah seperti itu, ero-gaki!"

Dengan seketika Issei mengalihkan pandangannya kearah lain, hingga ia menyadari sesuatu...

"I-istri? Sebentar... EHH!"

Settyna menutup telinga dengan kedua tangan mungilnya, raut wajahnya terlihat menunjukkan kekesalan.

Issei sendiri hanya bisa ternganga dengan wajah bodoh, ia tak menyangka bahwa ada perempuan yang mau dengan Naruto yang merupakan guru terkiller disekolahnya, ia berpikir tentang bagaimana kehidupan perempuan itu bersama Naruto.

Apa Naruto selalu menganiyaya istrinya? Apa Naruto selalu membuat istrinya menangis? Atau paling parah, apakah Naruto selalu 'bermain' kasar dengan istrinya?

Kira-kira itulah yang ada dipikiran Issei sekarang, banyak lagi sebenarnya tetapi Author malas mengetiknya karena ada sekitar 1001 pertanyaan diotak si Ero-Gaki.

Sementara itu, semburat merah nampak menghiasi wajah manis Settyna kala ia mendengar Naruto menyebutnya sebagai istri, aslinya mereka hanyalah sepasang kekasih dan belum sah menjadi suami-istri.

Tapi walaupun begitu, Naruto bisa dengan bebas menyebutnya sebagai istri walau hal itu belum tercacat dalam pencatatan sipil, Settyna sebagai salah satu dari entitas tertinggi dialam semesta mempunyai hak untuk mengatur isi alam semesta, terlebih lagi bahwa Settyna adalah penguasa ruang dan waktu.

"Huh, Settyna-chan..." Naruto menghadap kearah Settyna, memegang kedua pundak gadis itu. Mereka berdua saling bertatapan, sungguh suasana yang membuat Issei iri.

"Kamu pasti tahukan bahwa aku tidak akan bertindak tanpa berpikir?" Settyna mengangguk kecil mengiyakan ucapan Naruto, ia hanya diam untuk mendengar alasan Naruto.

"Kamu pastinya juga bisa mengerti dengan keinginanku kan?" Settyna kembali mengangguk.

"Jadi kamu tidak perlu khawatir dengan hal ini, aku sudah punya rencana untuk kedepannya" Naruto mengalihkan perhatian dari Settyna.

"Aku akan membantumu, tetapi dengan satu syarat" Naruto terlihat serius dengan perkataannya, pandangannya terlihat tajam.

Issei balas menatap Naruto dengan serius, ia juga tampak senang dengan ucapan Naruto.

"Apa syaratnya?" tanya Issei.

"Kamu harus merahasiakan identitas kami dari teman-temanmu, termasuk ketua klubmu itu" Issei terlihat sedikit bimbang, tapi kemudian ia mengangguk.

"Kalau begitu, begini rencananya..."

.

.

.

.

.

Sesosok pemuda dengan surai hitam berdiri dalam kegelapan, dibelakangnya terlihat pemuda lain dengan surai sama berjongkok memberi penghormatan.

"Hamba siap menjalankan tugas dari anda, tuanku!"

Sosok pemuda yang berjongkok berucap dengan nada penuh kehormatan, sementara itu pemuda yang berdiri membelakanginya hanya menanggapi ucapan itu dengan wajah datar.

"Malam ini, digereja kota kuoh" pemuda itu melempar sebuah kertas yang isinya ditulis dengan bahasa kuno tetapi menggunakan huruf latin.

Sosok pemuda lain yang berjongkok menangkap kertas itu dan membaca isinya, bahasa yang hanya bisa diartikan oleh eksistensi tertinggi dan eksistensi dewa yang sebenarnya.

"Itu adalah tugas pertamamu dariku, jalankan dengan semampumu..."

"Siap, tuanku!"

.

.

.

.

.

Issei bersama kedua teman sesama klubnya bergerak secara mengendap-endap kearah gereja, ekspresi Issei tampak lebih tenang dari sebelumnya, itu dikarenakan rencana dari Naruto tadi.

"Asia-chan, tunggulah aku!" Issei bergumam dengan semangat.

Sementara itu, dari sisi lain, Naruto bersama Settyna tampak memperhatikan mereka dengan bersembunyi dibalik pohon. Aura mereka berdua sangatlah tipis hingga tidak dapat dirasakan oleh makhluk supernatural yang ada disana.

"Huh, mumpung sepi, bagaimana kalau kita..." Naruto dengan cepat menarik Settyna dan mendekapnya kepohon besar tempat persembunyian mereka.

"A-apa?" wajah gadis itu memerah padam, ia mengedipkan matanya beberapa kali, memandang Naruto dengan ekspresi takut.

"J-jangan s-sekarang!" Naruto tidak memperdulikan itu, ia semakin mempertipis jarak antara wajah mereka.

"J-jang-..."

"Hei, renca-... apa yang kalian lakukan?" sebuah suara mengagetkan mereka berdua, Naruto langsung melepaskan Settyna.

"Lain kali saja, Settyna-chan" Settyna menunduk, menyembunyikan wajahnya yang masih memerah.

"Huh, ini bukan waktu yang tepat untuk berpacaran" Namikaze Minato, dialah yang mengganggu 'kegiatan' Naruto dan Settyna.

"Lagipula, rencana sudah siap untuk dijalankan" pria dewasa itu melanjutkan ucapannya.

"Semoga tidak ada yang menggagalkan rencana kita" Naruto berucap pelan, ia berjalan mendekati Minato dan berdiri disampingnya.

"Walaupun aku punya firasat tidak baik, tetapi aku akan berusaha..." Settyna mendekati mereka berdua dan juga berdiri disamping Naruto.

"Ayo..."

.

.

.

.

.

"Apa yang akan kita lakukan, Issei-kun?" Seorang pemuda pirang berwajah tampan bertanya kepada teman disampingnya, disisi lain seorang gadis loli dengan surai perak tampak memasang wajah datar.

"Hm... kita tunggu" ucapan Issei memancing kebingungan dari dua temannya, ia menunjukkan senyuman kecil.

"Fuujin: Kazeiryuu..." sebuah suara dentuman keras mengagetkan mereka, semua pandangan teralihkan kearah pintu gereja yang telah hancur karena sesuatu kasat mata yang menghantamnya.

Orang-orang berpakaian pendeta keluar dari dalam sana, mereka berdiri didepan gereja dengan wajah bingung hingga salah satu dari mereka menunjuk sesuatu diantara rimbunan pohon, semua pendeta itu berlari mengejar sesuatu itu.

Melihat situasi yang mulai aman, Issei kemudian memberi aba-aba kepada kedua temannya...

"Ayo!" Issei lebih dulu didepan, kedua temannya mengikuti dari belakang.

Sesampainya didalam gereja, mereka tiba-tiba berhenti karena kedatangan sosok pendeta lain didalam gereja itu, pendeta itu mempunyai rambut perak dan memasang wajah seperti orang gila.

Issei menatap tajam orang itu, orang itu adalah pendeta yang telah membunuh kliennya dulu dan juga orang yang telah melecehkan Asia didepan matanya.

"K-kau!" Issei mengertakkan giginya, sacred gearnya sudah aktif.

"Kalian lagi! Ternyata kita bertemu lagi! Aku sudah menduga itu karena kerusakan pintu tadi! Karna itu salah kalian maka kalian akan ganti rugi! Ayo, Iblis-iblis kecil! Layani papa!" Pendeta gila berucap dengan gaya gila mengiringi ucapannya.

Sett...

Slap!

Sebuah kunai melesat tepat diantara selangkangan pendeta itu lalu menancap dilantai belakangnya, sementara pendeta itu terdiam dengan kaki bergetar.

"SIALAN! SIAPA YANG BERANI MELAKUKAN INI!" teriakan murka pendeta itu menggelegar didalam gereja, membuat semua orang yang ada disana menutup telinganya.

Sementara itu, diluar gereja tampaklah seorang gadis yang berhadapan dengan puluhan orang pendeta. Gadis yang mengenakan jaket jingga berlengan panjang dan juga rok pendek hitam selutut itu memejamkan matanya, sedangkan kumpulan orang didepannya sudah bersiap dengan pedang cahaya ditangan masing-masing.

"Kau gadis sialan! Yang telah mengacaukan gereja!" orang terdepan berucap dengan lantang, sementara itu gadis yang tak lain adalah Settyna itu hanya diam, kemudian ia membuka kedua matanya secara perlahan.

"Sialan! Tangkap dia!" seluruh orang itu berlari mendekati Settyna. Gadis itu hanya diam ditempat, hingga sekira beberapa meter jarak mereka Settyna bergumam.

"Tilekìnisi..."

Brusshhh...

Tidak ada jeritan maupun teriakan, kejadian yang sama kembali terulang, semua orang itu musnah menjadi partikel-partikel kecil yang bertebangan diudara.

"Masalah pertama, selesai!"

.

.

.

.

.

Kembali lagi dengan Issei, kini dihadapan mereka berdiri seorang dengan jubah hitam, topeng karakter horror jason dan topi fedora hitam yang menutup kepalanya.

"Pergilah kalian sekarang!" Orang misterius itu berucap, Issei kemudian mengangguk lalu mulai melangkah kearah pintu bawah tanah dalam gereja itu.

Pendeta gila itu berniat menyerang mereka tetapi si orang misterius menghalangi jalannya..

"Lawanmu adalah aku!" ucap si orang misterius.

"Cih! Kalau begitu aku akan mencabik-cabikmu lalu memotong kelaminmu lalu kemudian kuberi keanjing-anjing liar! Hahaha!" pendeta itu bersiap dengan pedang cahaya ditangannya.

Orang misterius itu mengambil dua kunai bercabang tiga dari dalam jubahnya dengan menyelipkannya diantara jari tangan kanannya, sementara itu seorang pendeta berambut perak yang berada dalam jarak kira-kira 10 meter dihadapannya hanya tertawa.

"Hahaha! Senjata macam itu tidak akan melukaiku!"

Sosok misterius itu melempar kedua kunai itu kearah pendeta gila didepannya, pendeta itu tetap tertawa keras menanggapi itu.

"Kunai: Kagebunshin no jutsu..."

POFT!

secara mengejutkan, kunai yang awalnya hanya dua berubah menjadi ratusan. Pendeta itu membulatkan matanya, kemudian menangkis semua kunai yang mengarah kepadanya. Meskipun begitu, masih ada beberapa kunai yang melukai tubuhnya.

"Sialan kau!" Suara deru nafas pendeta itu dapat didengar oleh si orang misterius, semua kunai menancap disekitar pendeta itu.

"Hiraisin..."

Sosok itu menghilang dan muncul di belakang pendeta itu, menendang si pendeta gila dengan tenaga penuh hingga membuat pendeta itu terlempar dan menghantam dinding dengan keras.

Boom!

Krak!

Suara retak terdengar saat pendeta itu berusaha bangkit dari posisi menapak dinding, diperkirakan itu adalah suara tulang-tulangnya yang retak.

"Cih! Kau kuat! Sebagai tanda hormat, kuperkenalkan diriku! Aku Freed Zelzan!"

Pendeta bernama Freed zelzan itu mengambil sesuatu benda dari sakunya.

"Kita akan bertemu lagi nanti..."

Slassh...

Cahaya terang muncul dikala pendeta itu melempar benda ditangannya kelantai. Orang misterius itu tak menanggapi ucapan Freed, ia menggumamkan sesuatu.

"Masalah kedua, selesai!"

.

.

.

.

.

Naruto berjalan secara mengendap-endap memasuki gereja itu, mata biru esnya memandang daerah sekiranya dengan teliti.

"Lokasi aman..."

Setelah mengucapkan itu, ia kemudian bersila disana. Tubuhnya melayang secara perlahan, kelopak mata beserta iris matanya berubah warna menjadi jingga, pupil membentuk garis horizontal.

"Aku harus menyimpan kekuatan yang diberikan Settyna..." ia bergumam, lalu ia berdiri.

"...mode alam adalah satu-satunya cara agar aku tidak bergantung dengan kekuatan Settyna" Naruto berlari dengan cepat lalu melompat kearah jendela dari gereja tua itu.

"Henge no jutsu!"

POFT!

Crashh...

Suara pecahnya kaca dan letupan asap terdengar saat tendangan Naruto menghantam jendela gereja lalu kemudian menendang lantai gereja hingga runtuh, sebuah ruang bawah tanah tampak dan didalam sana terlihat 'seekor' malaikat jatuh yang hanya sendirian, karena para pendeta yang menjaga tempat itu sudah pergi untuk mengejar Settyna.

Naruto bersiap dengan kuda-kuda bertarung dengan pedang kusanagi ditangannya, ia sengaja menyamar agar keluarga gremory lainnya yang bersama Issei tidak mengetahui identitasnya.

Malaikat jatuh disana membulatkan kedua matanya kaget, tetapi beberapa saat kemudian malaikat jatuh itu memasang pandangan tajam. Sebuah tombak cahaya terbentuk ditangan kanannya.

"Siapa kau?!" Lagi-lagi, sebuah pertanyaan mainstream yang selalu dijumpai ketika ia bertemu dengan musuh baru. Ia bingung, apakah tidak ada kalimat lain yang cocok untuk menggambarkan keadaan.

Tanpa menanggapi ucapan dari malaikat jatuh itu, ia kemudian menurunkan pedang kusanaginya kesamping tubuh, posisi tubuhnya memasang ancang-ancang bertarung.

"Kusanagi no Tsurugi..."

Ia sedikit melangkahkan kaki yang berada dibelakang, ia sedikit menunduk lalu...

"...Hi no Yami"

Sebuah tebasan diagonal ia lakukan dikala akhir kalimatnya, garis melintang dengan kilatan merah-hitam muncul diudara, segala benda yang dilewati garis tebasan itu terbakar oleh api hitam.

Malaikat jatuh perempuan di depan sana membelalakkan matanya dengan kaget, dengan cepat ia menciptakan banyak tombak cahaya dan menghantamkan tombak itu pada garis tebasan yang terus melesat kearahnya.

Malangnya, semua tombak itu tidak ada yang mampu melawan tebasan itu. Semua tombak seakan lenyap disaat menyentuhnya, malaikat terbuang itu dirundung rasa panik.

Sementara itu, disisi lain dari ruangan itu. Issei serta dua temannya yang tampaknya sejak tadi memperhatikan pertarungan yang singkat itu hanya terperangah, dua teman Issei kaget karena kedatangan orang misterius yang memiliki kekuatan hebat sementara Issei kagum dengan kekuatannya yang dimiliki oleh senseinya.

Ia tahu bahwa itu adalah senseinya walaupun sedang dalam mode penyamaran karena semua yang terjadi disini sudah direncanakan oleh Naruto beserta 'Istri' dan juga ayahnya. Tapi, ia tak menyangka akan merasakan kedashyatan kekuatan senseinya.

Kembali pada Naruto...

Wajah pria itu tampak datar, entah mengapa ia merasakan hal aneh disekitar gereja. Ia merasakan sebuah kekuatan besar yang bisa dibilang sangat kuat, tetapi ia tahu bahwa itu bukan kekuatan milik Settyna.

"Perasaanku buruk..."

Serangan itu terus mendekat, malaikat jatuh yang memiliki nama Raynare itu hanya pasrah. Ia jatuh tertunduk, merasa bahwa hidupnya akan berakhir sebentar lagi.

Tetapi, kejadian aneh terjadi disaat serangan itu berjarak sekira 3 meter darinya, tiba-tiba saja serangan itu pecah layaknya kaca di udara. Naruto terkejut menyaksikannya, kemudian ia menggulirkan bola matanya kesegala arah.

Sebuah lubang dimensi muncul tepat di depan Raynare dan dari dalam lubang itu, seorang pemuda bersurai hitam melesat dengan cepat dan melakukan tendangan lurus kearah Naruto.

Trank!

Naruto secara tanggap menangkis tendangan kuat itu dengan pedangnya, walaupun ia tetap terseret beberapa meter kebelakang. Sementara pemuda bersurai hitam yang menjadi lawannya langsung melompat kebelakang dan berdiri dihadapan malaikat jatuh bernama Raynare itu.

"Hm... lumayan" Pemuda misterius itu bergumam pelan. Ia melirik tajam pada Naruto, sedangkan Naruto sendiri hanya menatap waspada pada pemuda itu.

'Siapa dia?'

'Dari auranya, aku tahu bahwa orang ini sangat kuat' kedua mata Naruto menyipit, dahinya berkerut.

'Bahkan lebih dari 1% kekuatan Settyna' Naruto kemudian menyiapkan ancang-ancang mengayunkan pedang.

"Huh... kau ingin melawanku dengan pedang karatan itu?" Pemuda itu memasang wajah datar, sebuah lingkaran sihir berwarna hitam kekuningan muncul disamping kanannya.

Pemuda itu memasukkan tangannya kedalam lingkaran sihir itu lalu menarik sesuatu dari sana. Sebuah pedang hitam legam muncul dari balik lingkaran sihir itu.

"Salah satu senjata yang mendapat gelar 'The Most Strongest Weapon of Universe', yaitu pedang yang bernama 'Sword of The Dark Leaf'" Setelah mengucapkan itu, pedang hitam legam itu melebar hingga membentuk seperti daun. Naruto menatap waspada kala dirinya merasakan betapa dashyat kekuatan pedang itu.

"Kau tahu? Apa yang bisa kulakukan dengan pedang ini?" Pemuda itu mengangkat pedangnya, aura kegelapan yang sangat pekat menguar disekitar senjata itu.

"Tilekinisi..."

Sebelum pemuda itu melancarkan serangannya, sebuah tombak telah terlebih dahulu melesat kearahnya. Dengan sigap pemuda itu menangkis tombak dengan pedangnya, lalu ia menatap tajam sumber dari senjata itu.

"Hm... menciptakan suatu benda dari ketiadaan, menarik..." pemuda misterius itu bergumam secara pelan, lirikan tajam ia layangkan kearah seorang yang baru saja datang.

"Oh, hai gadis kecil, siapakah dirimu?" si pemuda bertanya dengan nada sopan, sementara yang dipanggil gadis kecil hanya mengerjit tak suka lantaran dirinya dipanggil 'kecil'.

"Sebelum kau menyebutku 'gadis kecil', alangkah baiknya jika kau mengukur perbedaan umur kita" si gadis yang kerap di kenal dengan nama Settyna itu berucap datar.

"Aku sama sekali tidak mengerti apa maksudmu, tetapi alangkah baik pula jika kita mulai permainan ini" ia memasang ancang-ancang kembali, bersiap dengan salah satu senjata terkuat dialam semesta itu.

"Huh, baiklah. Naru-kun, kamu bebaskan gadis pirang itu" dengan setengah berbisik, Settyna berucap pada Naruto.

"Hm... sekarang" disekitarnya, tercipta puluhan senjata tajam dengan berbagai bentuk.

"Kita mulai!" Puluhan senjata itu melesat dengan cepat kearah pemuda bersurai hitam tersebut, pemuda yang dengan lihai memainkan pedangnya untuk menangkis seluruh senjata yang datang padanya.

Merasa hujan senjata yang ia buat tidak cukup untuk melawan pemuda itu, Settyna kemudian menciptakan satu pedang dengan aura yang cukup kuat. Ia menggenggam pedang itu, lalu melesat cepat kearah pemuda tersebut.

Settyna menyabetkan pedangnya secara horizontal kesamping perut pemuda itu, tetapi pemuda itu berhasil menangkis serangan itu. Tak cukup sampai disitu, Settyna menghilang dari tempatnya dan muncul dibelakang pemuda itu. Memberi sebuah sabetan diagonal pada punggung pemuda itu, lalu melakukan tendangan keras yang membuat pemuda itu terlempar kearah dinding ruangan sempit itu.

"Hm..." Settyna bergumam.

'Dari tingkat kekuatan yang kurasakan, pemuda ini merupakan salah satu dari golongan The High-God Entity' pikir gadis itu.

Debu yang muncul membuat pandangan mata tertutup, namun hal itu tidak membuat Settyna kehilangan jarak pandang, ia masih bisa melihat dengan jelas apa yang ada dibalik debu.

"Hm..?"

Sebuah bayangan melesat dengan cepat kearah Settyna. Tentu saja gadis itu tak tinggal diam, dengan pedang yang terhunus ia berputar 360 derajat, mementalkan bayangan yang ternyata lebih dari satu itu.

"Kau ternyata cukup hebat" suara berat seorang pemuda mengalihkan perhatian Settyna.

"Kita akan bertemu lagi suatu saat, tapi sebelum itu..." pemuda itu menciptakan lingkaran sihir disampingnya, lalu ia memasukkan pedangnya kedalam sana.

"Perkenalkan, aku The Fallen Knight of True Heaven. Salah satu eksistensi dewa terkuat di alam semesta" Pemuda itu berucap dengan bangga.

"Kau juga bisa memanggilku Ikki, Kurogane Ikki" Sebuah lubang dimensi muncul dibelakang pemuda itu, ia melangkah mundur dan masuk kedalam lubang itu.

"Selamat tinggal..." Pemuda itu kemudian menghilang bersamaan dengan tertutupnya lubang hitam itu.

Sedangkan Settyna hanya diam, ia melirik kearah Naruto yang sedang bersimpuh di samping Asia bersama Issei.

"Huh, Kita pulang..." Settyna berucap lalu mulai melangkah pergi.

Naruto diam sejenak, ia merasa bingung dengan sikap Settyna yang agak aneh. Beberapa saat kemudian, ia ikut berdiri dan melangkah mengikuti Settyna, mengenyahkan seluruh pemikirannya. Berhenti dan melirik kearah Issei

"Kuharap kau menepati janjimu..." bisiknya.

Skip

.

.

.

.

.

In Naruto House

"Jadi?"

Pandangan serius Naruto layangkan pada gadis di hadapannya. Saat ini, mereka sedang duduk berhadapan dengan sebuah meja yang membatasi mereka.

Settyna melipat kedua lengannya di meja dan menatap Naruto dengan ekspresi imut, terlihat menggemaskan oleh Naruto.

"Um, sebenarnya bukan masalah besar, hanya saja..." Settyna menggantung ucapannya, ia memangku wajahnya.

"...pemuda tadi itu, salah satu makhluk dari golongan The High-God Entity" ia memejamkan kedua matanya, mimik wajahnya sungguh tenang, berkepaling dengan isi pikirannya.

"The High-God Entity? Eksistensi semacam The Highest Entity kah?" Naruto berkata dengan bingung.

"Tidak juga, The High-God Entity tidaklah setara dengan kami. Mereka jauh lebih lemah dari The Highest Entity, tetapi biarpun begitu mereka masih perlu di waspadai" ujar Settyna menjelaskan.

"Beberapa eksistensi asli didunia ini menduduki peringkat itu, seperti Ophis, Great Red dan Trihexa" lanjutnya. Naruto mengerjit, makhluk-makhluk yang disebutkan Settyna adalah eksistensi terkuat didunia ini.

"Di dunia shinobi juga ada..." ucapan Settyna membuat Naruto penasaran. Ia tak menyangka bahwa eksistensi macam itu ada di dunia asalnya.

"Siapa?" tanyanya.

"Yang juga termasuk golongan Prehistoric God, Juubi no Ookami dan dari golongan asli The High-God Entity, The Golden Dragon of Wind" Naruto mangut-mangut ketika mendengar penjelasan Settyna, sedangkan Settyna hanya mendengus pelan.

"The Golden Dragon of Wind adalah penjaga arah mata angin pusat di dunia Shinobi, ia tinggal direruntuhan desa Uzushio. Jika saja ia muncul saat perang dunia shinobi keempat, maka ia bisa bertempur seimbang dengan Juubi" jelas Settyna lagi.

"Aku tak menyangka bahwa dunia shinobi punya makhluk kuat, lalu kemanakah ia sekarang?" tanya Naruto, ia cukup penasaran dengan itu. Ia berpikir, Naga itu pasti bisa melindungi dirinya dari ledakan yang dihasilkan serangan Settyna.

"Semejak hancurnya dunia shinobi, Naga itu pindah kedimensi terdekat dunia shinobi. Yah, mungkin kita akan kesana setelah misi disini selesai" ujar Settyna.

Naruto menghela nafasnya, kemudian ia kembali memadang Settyna serius. Sedangkan Settyna hanya memasang wajah bingung.

"Ini mengenai The Highest Entity peringkat tiga teratas yang tadi siang kamu katakan" ujar Naruto, Settyna nampak mengingat sesuatu.

"Hm? Mengenai itu yah? Dia The Highest Entity terkuat ketiga dari sebelas lainnya, The True Monster God-King" jelas Settyna, kemudian ia memasang wajah kosong.

"Aku tidak tahu banyak mengenai eksistensi itu" lanjutnya. Naruto hanya facepalm mendengarnya, tapi kemudian ia tersenyum kecil.

"Hmm, menarik! Aku akan lihat bagaimana Yang telah ditakdirkan menghadapi takdirnya didunia ini, ditambah dengan adanya eksistensi kuat yang turut hadir berpatisipasi dalam panggung hiburan ini" Naruto menyeringai, membuat Settyna dihadapannya merinding.

"Khekhekhe..."

Skip...

.

.

.

.

.

Naruto membolak-balik lembaran di tangannya, ia sedang mencek hasil pekerjaan para siswanya. Hingga ia mendapati suatu jawaban yang terdengar cukup aneh.

'Menciptakan kerajaan harem dan berbahagia dengan oppai? Tidak nyambung dengan soal, dasar bocah mesum' pikirnya.

Ia kemudian memberi nilai pada lembaran itu dan melanjutkan pada lembaran lainnya, ia berkonstrasi pada seluruh lembaran hingga suara ketukan pintu membuyarkan pemikiran dan konsentrasinya.

'Siapa lagi?'

"Masuk" setelah selesai dengan ucapannya, seorang gadis berkacamata memasuki ruangnya.

"Shitori-san?" Naruto memandang bingung gadis itu.

"Maaf jika saya mengganggu, saya hanya mengantarkan berkas dari kepala sekolah" Naruto menaikkan sebelah alisnya, ia nampak tambah bingung dengan perkataan ketua osis itu.

"Berkas? Berkas apa?" tanya Naruto.

"Ini mengenai pelantikkan ayah anda" Ketua osis itu tampak terlihat bersabar dalam menghadapi ketololan Naruto yang sedang kambuh.

Mendengar itu, Naruto menepuk dahinya. Ia lupa dengan hal itu, bahkan ia juga lupa mengatakan hal ini pada ayahnya.

'Ini pasti gara-gara peristiwa Issei kemarin'

"Baiklah, terimakasih Shitori-san" setelah itu, Sona berucap pamit untuk pergi dari ruangan itu.

"Huh, masalah datang silih berganti"

.

.

.

.

.

Settyna Side

Settyna terlihat baru saja pulang dari berbelanja, ia membawa kantong plastik di tangannya.

"Huh, kupikir persediaan makan beberapa hari yang lalu cukup untuk seminggu" ia bergumam pelan, disertai dengan bibir cemberut.

"Mungkin karena penghuni rumah yang semakin banyak..." ia kembali bergumam, terdengar dari nadanya, Settyna sepertinya sedang mengeluh.

Ia berbelok kesuatu gang kecil, jalan yang sering ia lalui saat pulang dari berbelanja.

"The Highest Entity..."

Settyna menghentikan langkahnya, ekspresinya berubah serius. Matanya memicing tajam pada seorang gadis di depannya.

"Ophis?" Aura disekitar Settyna mulai terasa tidak nyaman. Berbagai macam senjata yang entah sejak kapan melayang disekitarnya, siap untuk dilontarkan pada objek didepannya.

Sementara itu, Ophis terlihat agak takut, pengalaman yang pernah ia rasakan beberapa hari yang lalu tentu tidak ia lupakan. Ia masih mengingat bagaimana gadis itu membuatnya pingsan selama hampir seharian hanya karena sebuah ilusi.

"Aku datang hanya untuk berbicara denganmu..." ucap Ophis, walaupun begitu, Settyna masih tetap diam dengan senjata yang masih melayang disekitarnya.

"Ini mengenai...

.

.

.

.

.

.

The True Monster God-King"

To Be Continued

Author back to fanfiction with The Unexpected story chapter 11, and sorry to late update. I'm busy and forget to update my story. And also, sorry for bad english.

Hai kawan-kawan, Author kembali dengan fanfic gaje bin aneh yang selalu bikin sakit mata ketika membacanya. Saya memohon maaf atas keterlambatan update, bahkan sampai berbulan-bulan.

Saya juga minta maaf karena gaya penulisan saya yang semakin amburadul, otak saya blank dan saya kebingungan dalam mencari ide cerita.

Selain itu juga, keterlambatan update saya disebabkan oleh kesibukan didunia nyata. Sebagai anggota kepramukaan yang disiplin, saya selalu mengikuti kegiatan dan perlombaan sejak 3 bulan yang lalu hingga bulan februari nanti.

Jadi, mohon maaf yang sebesar-sebesarnya bagi para reader yang menunggu cerita ini (ngarep...). Saya tidak janji untuk cepat update, hingga kegiatan saya nanti selesai.

Oh ya, untuk Settyna itu dibacanya 'Set'tina'. Review lain akan saya balas di chapter depan.

Hanya itu yang saya sampaikan untuk chapter kali ini.

Kritik dan saran sangatlah mendukung saya dalam membuat cerita ini agar lebih baik.

Bye...