YOUR PLEASURE SECRET
Sehun, Jongin, dan Chanyeol harus mencari uang dengan cepat untuk membayar uang kuliah yang sudah mereka habiskan untuk bersenang-senang. Sangat sulit mencari uang sebesar itu dengan status mahasiswa. Hanya ada satu cara untuk mendapatkannya yaitu sebuah lomba online dengan hadiah besar. Ya, tapi tentu saja, ini bukan perlombaan biasa. HUNHAN with Trio Bangsat. Sehun. Luhan. Chanyeol. Jongin. PWP. GS. Rate M. NC. Porn With Plot.
.
.
DEDICATED FOR ALL MY BABIES UNDER LINE GROUP "HUNHAN FOR LIFE"
I promise you PWP, right?
HERE YOU GO
Meskipun dalam grup banyak yang siders, tapi AKU TETAP SAYANG KALIAN SEMUA
AND SPECIAL FOR MY BESTIE WHO REACH HER 22 TWO DAYS AGO "HAPPY BIRTHDAY"
.
.
Idea by FUJOAOI
My 'lil sister with wildest imagination
Thank you for that
.
.
Also, this PWP for all of you guys, my readers, specially
PWP is not about dirty mind, it just about wild imagination
.
.
DON'T FORGET TO REVIEW
ENJOY
.
.
"Ini semua salah kalian berdua," erang Jongin sambil memijat pelipisnya, pria itu baru saja pulang sore ini dan merebahkan tubuh lelahnya di atas sofa, bersebelahan dengan dua orang sahabat yang sama-sama jangkungnya.
Sehun hanya mendesah ringan, tidak menjawab.
Sedangkan Chanyeol hanya memainkan ponsel di tangan, menulikan telinga dan berpura-pura tidak mendengar apapun dari bibir Jongin.
"Berhenti main-main dan jawab aku," ucap pria itu dengan nada suara yang agak tinggi.
"Aku sedang berpikir," jawab Sehun, mengerutkan kening dalam-dalam sementara matanya menatap dinding kosong di depan. "Apa yang harus kulakukan?"
"Kalau saja aku tak mengikuti ide gila kalian, hidupku tidak akan seburuk ini," protes Jongin lagi.
Chanyeol mendengus kasar. "Kau juga tidak menolak saat kutawari,"
"Benar," Sehun menyetujui, berada dipihak Chanyeol untuk saat ini.
Jongin mendengus sebal, berusaha menelan rasa kesal yang sudah nyaris menyentuh puncak kepala. "Oke, semua sudah terjadi. Aku sudah menjadi bodoh karena menghabiskan uang kuliah untuk melakukan pesta semalam suntuk. Sekarang, gentleman, berikan aku jalan keluar untuk membayar uang kuliah,"
"Kalau aku meminta uang untuk membayar uang kuliah lagi, mungkin ibuku benar-benar menendangku keluar rumah," sahut Chanyeol.
"Kau bahkan tau aku sudah hampir menghabiskan seluruh tabunganku," rutuk Sehun, mengangkat bahu acuh pada kedua orang sahabatnya –yang sama putus asanya sekarang.
Suara erangan Jongin kembali terdengar, pria itu menarik tubuhnya untuk berdiri dan berjalan mondar-mandir seperti setrika. Sedangkan dua orang pria lainnya hanya memandangi Jongin dengan tatapan miris, sebenarnya memikirkan masalah mereka juga.
"Sekarang tanggal berapa?" tanya Jongin tiba-tiba.
Chanyeol melirik layar ponselnya sekilas. "Lima belas," ucap pria itu acuh.
Jongin memejamkan mata kesal, kemudian mendesah ringan. "Apa kalian berdua punya uang untuk membayar sewa apartemen bulan ini?"
"Sial, aku lupa," sahut Sehun. "Demi Tuhan, aku butuh jalan keluar,"
"Aku belum siap menjadi gelandangan di kota orang," rengek Jongin, kembali menghempaskan tubuhnya di samping Sehun. Pria itu tampak kusut, mungkin terlalu lama mengomel dan memikirkan hal ini terlalu keras.
Jujur saja, untuk urusan bandel, Jongin tidak berada di urutan paling atas –atau nomor dua. Dibanding dengan kedua orang sahabatnya, pria ini masuk kategori baik-baik.
Yah, meskipun tidak terlalu baik.
"Kau tak punya ide sama sekali, Chanyeol?" tanya Sehun, sedkit menyenggol pria yang dari tadi tampak sedang melamun.
Chanyeol menggelengkan kepala, mata terpejam agak lama. "Ada sebenarnya, tapi ini bukan ide bagus,"
"Kau tidak menyuruhku menjual narkoba, kan?" sahut Jongin.
"Bukan bodoh," ia menimpali. "Aku dengar dari beberapa teman ada turnamen online. Dan yang kutau, hadiahnya cukup besar karena penonton turnamen ini bahkan harus membayar untuk menyaksikannya," Chanyeol nyengir dan kedua sahabatnya itu tampak bingung.
"Kalau ini masalah game online, aku mundur," sahut Sehun.
Chanyeol mendengus kasar, menegakkan tubuh dan melihat kedua orang sahabatnya bergantian. "Kalau ini game online, aku tidak akan menawarkan pada kalian," Chanyeol berhenti sebentar untuk menilai raut wajah Sehun dan Jongin, kemudian menghembuskan napas ringan. "Ini satu-satunya jalan kita bisa mendapatkan uang dengan cepat,"
"Turnamen apa?" tanya Jongin, terlalu penasaran untuk tetap diam.
Chanyeol tampak berpikir, ada sedikit keraguan dalam tatapan mata pria itu.
"Kau tidak akan menyuruh kami menjual diri, kan?" sahut Sehun.
"Idiot," umpat pria itu. "Ini hanya turnamen online yang diadakan setahun sekali oleh sebuah portal web besar dan disponsori oleh perusahaan ternama,"
"Oke, kau bertele-tele," Sehun mulai kesal.
Dengan satu tarikan napas berat, Chanyeol mulai bicara. "Ini turnamen masturbasi secara online,"
Baik Sehun dan Jongin sama-sama membuka mulut lebar-lebar. Temannya itu memang benar-benar sudah gila sekarang.
Turnamen masturbasi online?
Apa yang mereka pikirkan?
.
.
"Oke, apa rencanamu?" tanya Jongin saat malam hari sudah menjemput.
"Kita akan mendaftar malam ini juga. Hanya ada satu orang yang bisa masuk. Karena aku hanya mendapatkan satu tiket," sahut Chanyeol.
Baik Jongin dan Chanyeol sama-sama menatap Sehun yang sedang mematung di samping mereka sambil menatap layar komputer yang menampilkan form pendaftaran turnamen itu dalam salah satu portal web terkenal –terkenal dalam urusan delapan belas tahun keatas.
Sadar dipandangi, Sehun balas menatap kedua pria itu dengan kerutan di kening. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?"
"Kau yang paling muda," sahut Chanyeol.
"Ini tidak adil," protesnya langsung.
"Apa ada kriteria pemenang?" Jongin bertanya, sementara Chanyeol mulai menggeser layar untuk mencari informasi.
Kening pria itu berkerut dalam. "Pemenang ditentukan dari berapa banyak orang yang melihat. Berapa poin yang mereka dapat melalui tanda suka dari penonton, dan –oh Ya Tuhan, apa ini?" pria itu sedkit mendekatkan wajah ke depan layar komputer, membuat Jongin dan Sehun mengikuti pandangan Chanyeol. "Yang paling bisa bertahan lama," ia melanjutkan. "Ini gila,"
"Sangat gila," sahut Sehun.
"Ini illegal," balas Jongin.
Ketiga sahabat itu mendadak diam, mereka memikirkan sekarang.
"Jadi," Sehun mulai bicara lagi. "Pesertanya harus merekam adegan itu dan mengupload ke dalam portal web?"
"Bukan," sahut Chanyeol. "Pesertanya akan melakukan siaran masturbasi secara langsung,"
"Gila," balas Jongin. "Dan wajahnya pasti akan tampak kalau tidak diedit,"
Chanyeol menyentuh leher dengan tangannya. "Hanya sebatas ini, tidak lebih. Lagipula, pendaftarannya juga menggunakan anonim. Bahkan pengiriman hadiah uang tunai juga bukan melalui transfer tapi melalui paket. Mulai terdengar masuk akal, kan?"
Jongin dan Sehun mengangguk bersamaan.
"Identitasnya pasti aman," tambah Chanyeol, seolah ia sedang mempromosikan sebuah barang kepada calon pembeli. "Jadi, siapa diantara kita yang akan menjadi pesertanya?"
"Siapa yang paling panjang?" sahut Sehun.
"Jangan membicarakan ukuran, bodoh," balas Jongin kesal. "Apa kau bahkan pernah membandingkan milik kita?" dan Sehun menggelengkan kepala sambil nyengir.
"Masalahnya adalah siapa yang paling bisa bertahan lama," Chanyeol menambahkan.
"Kau ingin melakukan uji coba atau bagaimana?" Sehun mulai kesal juga, tapi kerutan di kening pria itu menandakannya sedang berpikir keras.
"Uji coba, pantat kuda. Apa kau pikir kita akan memasang timer selama masturbasi bersama-sama?" dengus Jongin. "Itu ide bodoh dan kita kehabisan waktu, pilih secara adil saja," baik Chanyeol dan Sehun sama-sama memandangi pria berkulit tan itu dengan pandangan bingung. "Gunting batu kertas," ucapnya.
"Oke," keduanya menyetujui. "Gunting batu kertas,"
Sunyi.
"Sial,"
"Yeaaah," teriak Chanyeol dan Jongin bersamaan, meloncat-loncat seperti anak kecil dan berpelukan erat –ya, terlihat menjijikkan memang.
Sementara Sehun mulai merutuki nasibnya, memandangi jemarinya sendiri yang terkepal sementara kedua tangan temannya terbuka lebar.
"Kalian tidak mengerjaiku, kan?" ucap Sehun kesal.
"Tentu saja tidak," sahut Jongin.
"Bersenang-senanglah, Sehun," balas Chanyeol dengan tawa renyah. "Masa depan kita ditentukan oleh kejantananmu,"
"Sial,"
.
.
Satu hal bodoh yang pernah Sehun sesali dalam hidup adalah kenapa ia harus bertemu Chanyeol dan Jongin. Ia tak pernah mempermasalahkan otak kotor dan nyaris rusak milik kedua sahabatnya itu. Mereka sudah pernah melakukan hal bodoh dan gila bersama-sama sebelumnya.
Tapi ini yang paling parah.
Jadi disinilah Sehun, malam keesokan hari setelah pendaftaran turnamen sialan itu, duduk menghadap komputernya dengan kamera yang sudah Chanyeol atur hingga hanya mengambil gambar dari leher hingga bagian bawah tubuh separuh telanjang Sehun. Dalam hati ia masih saja merutuki kebodohannya, tapi sudah terlambat untuk mundur.
"Kau yakin wajahku tak terlihat?"
Jongin mengangguk yakin, melihat layar komputer yang menampilkan gambaran tubuh separuh telanjang Sehun. "Selama kau tak menundukkan kepala, wajahmu akan tetap tertutupi,"
"Oke," bisik Sehun, mulai gugup sekarang.
"Dengar," Chanyeol mengeratkan pegangan tangannya pada kedua bahu Sehun, menatap pria yang lebih muda darinya itu dengan pandangan mata serius. "Apapun yang terjadi, kau harus memenangkan ini,"
Pria itu mendesah ringan, menyentak tangan Chanyeol dari tubuhnya. "Aku berusaha, oke?" ia mulai kesal, sementara kedua sahabatnya itu menahan tawa. "Kalau aku menang, aku hanya akan membayar sewa apartemen dan uang kuliah kalian saja. Sisanya, itu milikku,"
"Tentu saja," sahut Jongin cepat.
"Baiklah, Oh Sehun. Sepuluh menit sebelum pertunjukan," Chanyeol menunjuk jam dinding kamar Sehun dengan dagunya yang runcing.
"Apa yang harus kulakukan agar banyak orang yang menonton?" Sehun mulai terdengar putus asa tanpa alasan yang jelas.
"Mendesahlah," balas Jongin dengan tawa keras.
"Brengsek,"
Chanyeol masih berusaha mengendalikan tawa, tapi pria itu menepuk-nepuk punggung Sehun. "Mereka akan menuliskan komentar saat melihat siaran langsung, usahakan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu,"
"Apa mungkin ada yang mengenali suaraku?"
Jongin mendecih malas. "Ada ribuan orang diluar sana yang bersuara mirip denganmu,"
"Oke," Sehun berusaha menenangkan diri, melirik kedua orang sahabatnya yang beranjak keluar. "Dan kalian akan pergi?"
"Tentu," Chanyeol setengah berteriak dari balik pintu kamar Sehun. "Kami tidak biasa mendengar suara desahan pria. Itu menggelikan,"
"Sial,"
.
.
Sehun menghembuskan napas beberapa kali sementara kamera di depannya mengedip-kedipkan warna merah sebagai tanda menyala. Dan tubuh telanjang Sehun sudah terpampang di layar sekarang –dan juga terpampang pada banyak layar-layar manusia diluar sana.
Ini gila.
Sehun hanya duduk mematung dengan tubuh telanjang, memandangi layar komputer yang bergerak-gerak cepat menampilkan beberapa komentar dari orang-orang yang melihat siaran langsungnya. Tanpa sadar, ia menelan ludah.
"Hai semua," ucap Sehun dengan suara berat karena gugup.
Dan chat itu menggila, bergerak naik dengan cepat, ia melihat angka-angka yang menunjukkan jumlah penontonnya untuk saat ini dan sedikit berdecak kagum karena itu.
Di dunia ini masih banyak orang kurang kerjaan dan melihat adegan seorang pria masturbasi secara langsung di internet.
Gila.
"Oh, aku tak bisa menyebutkan namaku," ucap Sehun membalas salah satu komentar itu, ia tertawa renyah, matanya berusaha membaca tulisan-tulisan yang bergerak cepat. "Oke, akan dimulai saat kalian siap," tambahnya.
Persetan.
Ini sudah terlanjur basah.
Dan Sehun sempat terbelalak saat ada pertanyaan menggelitik seperti berapa panjang kejantanannya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk ejakulasi, sampai pertanyaan-pertanyaan bodoh mengenai hubungan seksual.
Sopan sekali, mereka.
"Aku tidak pernah mengukur panjang kejantananku," ucap Sehun, menjawab pertanyaan serupa yang masuk secara bersamaan dan dalam jumlah banyak. "Sepertinya cukup lama untuk ejakulasi," sahutnya, terkekeh geli.
Ia memang sungguh geli saat mengatakan itu.
"Oke, kita mulai," ucap Sehun, menarik napas dalam-dalam sebelum menyapukan tangannya sendiri di atas kejantanannya.
Dengan udara dingin yang menerpa kulit telanjangnya, sentuhan tangan sendiripun bisa membuat pria itu merinding tanpa alasan yang jelas. Seluruh saraf ditubuhnya seperti bangun, sementara tubuh bagian bawahnya mulai mengeras.
Oke, keras diwaktu-waktu singkat bukan awal yang baik. Sehun tak boleh terlalu cepat menyelesaikan ini. Mungkin jika ia gugup hanya akan mempercepat ejakulasinya. Sehun harus tenang meskipun kejantanannya menegang.
"Oke, sambil berusaha menyelesaikan ini, mungkin aku bisa sedikit menjawab pertanyaan dari kalian," tanpa sadar, suaranya terdengar lebih berat. Tangannya masih bergerak naik turun perlahan, Sehun mulai mencari kenikmatannya sendiri.
"Oppa, berapa kali kau melakukan hubungan seks?" ucapnya membaca salah satu pertanyaan. "Itu, ugh, entahlah, beberapa kali, aku tak sempat menghitung," ia meleguh kasar, tanpa sadar tangannya bergerak lebih cepat.
Sehun ingin menahan ini agar bisa bertahan lebih lama, tapi seolah tangannya tak mau mendengarkan otak dan kata hatinya.
Pikirannya sudah meliar.
"Apa kau seorang gay?" ia kembali membaca pertanyaan. "Apa aku terlihat seperti itu? Kalian bisa menilainya sendiri," tanpa sadar, bibir pria itu meloloskan satu desahan ringan, jemarinya mulai meraba bagian bawah kejantanannya dengan lembut.
Sial.
Sudah berapa lama aku tidak melakukan ini?
"Oke, selanjutnya. Apa kau pernah menghilangkan keperawanan seseorang, Oppa?" Sehun tampak berpikir, mengabaikan kenikmatan yang tersalur dari ujung kejantanannya. "Hmm, aku tidak ingat. Mungkin kalian bersedia kuubah dari gadis menjadi wanita?" ucapnya dengan tawa geli.
Sial, aku benar-benar bisa gila.
Dan chat itu semakin menggila, Sehun bahkan nyaris tak bisa membaca tulisan-tulisan yang bergerak naik sangat cepat. Ia bersyukur ucapan kotornya disukai oleh orang-orang berotak rusak yang menonton siaran langsungnya.
"Aku punya teman dengan suara sepertimu," ia berhenti sebentar untuk meleguh lagi, menggerakkan tangannya sedikit lebih cepat. "Yah, sepertinya aku memang temanmu," sahutnya dengan tawa renyah.
"Bentuk badanmu bagus sekali," Sehun mengalihkan pandangan untuk menatap tubuhnya sendiri. "Aku melakukan olahraga," sahutnya asal. "Staminamu akan semakin bagus jika rajin berolahraga. Dan membentuk tubuh seperti ini bukan perkara sulit,"
Masih berusaha menggendalikan tangannya sendiri untuk tidak bergerak lebih cepat, Sehun berusaha tidak membuat suara desahan. Masturbasi di depan orang banyak saja sudah memalukan, apalagi mendesah karena sentuhan sendiri.
Oh tidak.
"Apa kau pernah menelan spermamu sendiri?" apa-apaan ini. "Untuk apa aku melakukan itu, tidak, aku tak pernah menelan sperma siapapun, termasuk milikku sendiri," sahut Sehun, mulai menyesal mengapa ia menjawab pertanyaan itu. "Apa kalian tidak bosan melihatku?" tanya Sehun dengan suara nyaris habis.
Jemarinya meremas tanpa bisa ia kendalikan, bergerak naik turun dengan tempo yang mulai cepat.
"Rasanya ini, uh, sudah lama sekali," ucapnya sedikit terbata. "Ya Tuhan, sudah berapa menit berlalu?" Sehun meleguh lagi dengan mata sedikit terpejam, pandangannya sudah tidak fokus menatap layar. Pria itu mulai merasakan napas yang berantakan dan juga sengatan-sengatan kecil di pusat tubuhnya.
"Oppa, itu semakin membesar," dan Sehun tertawa saat membacanya. "Ya, mungkin akan meledak sebentar lagi," jawabnya, mencoba untuk tidak mendesah lagi. "Apa siaran orang lain sudah berakhir?" tanya Sehun.
Dan ia mulai mendapatkan jawaban-jawaban yang hampir sama.
Sehun tak lagi peduli, entah ia harus menang atau kalah dalam turnamen sialan ini, Sehun tak ambil pusing. Satu yang jelas, sekarang, gairahnya nyaris memuncak.
Pria itu tak bisa mengendalikan suara erangan dan desahannya sendiri, tak bisa mengendalikan tangannya yang bergerak lebih cepat diatas kejantanannya sendiri. Sehun menyandarkan kepalanya yang mulai pening kebantalan kursi, bibirnya terbuka lebar mengatur napas, dan matanya terpejam erat.
Persetan dengan semua orang yang melihat –yang secara teknis sudah ia abaikan, Sehun hanya ingin menyelesaikan hasrat yang sudah lama tertahan.
Dalam otak imajinasi liarnya, Sehun mulai membayangkan hal-hal yang ia sukai. Lekuk tubuh wanita yang selalu menghiasi layar komputernya. Suara desahan wanita yang dalam film dewasa terakhir yang ia lihat, memenuhi otak Sehun.
Dan itu semakin mendorong gairahnya yang nyaris meledak-ledak.
Ini gila.
Dan nikmat.
Ya Tuhan.
"Sial," Sehun mengerang, menggerakkan tangannya lebih cepat, merasakan sekujur tubuhnya yang menegang. "Brengsek," umpatnya dengan desahan kasar saat pelepasannya datang.
Sehun sedikit terhentak-hentak diatas kursinya, mendesah kasar bersamaan dengan air mani yang masih saja berlomba-lomba keluar dari kejantanannya. Pria itu berusaha mengeluarkan semua, sambil harus menahan desahan dan mengatur napas yang hampir habis.
Sehun memang pernah menyentuh diri sendiri sebelumnya, tapi sensasi seperti ini baru kali pertama ia rasakan –masturbasi sambil ditonton banyak orang.
Ini benar-benar gila.
Mengakhiri siaran langsungnya, Sehun mengucapkan terima kasih dengan napas yang masih berantakan. Membiarkan orang-orang disana masih saja mengetikkan banyak hal, pria itu sudah mematikan kamera, kemudian berjalan gontai menuju kamar mandi.
Merutuki dosa yang baru saja ia buat.
.
.
"Kau gila. Aku tak akan pergi," Sehun nyaris menjerit pada kedua orang sahabatnya itu.
"Tapi kau harus mengambil hadiahnya sendiri, Sehun," debat Chanyeol.
Ya, siaran langsungnya tiga hari yang lalu sudah menunjukkan hasil. Sehun memenangkan itu dengan semua klasifikasi, ia menang mutlak. Hanya saja, masalah datang. Pihak sponsor mengatakan bahwa Sehun harus mengambil sendiri hadiah dari mereka.
Yang bodohnya, itu adalah sponsor tunggal.
"Bagaimana jika mereka menyuruhku menjadi bintang porno?" rengek Sehun.
"Itu malah cita-citaku, bercinta dengan gadis cantik dan dibayar," sahut Jongin, dan pria pucat itu memukul kepala teman berotak kotornya kuat-kuat.
"Kau hanya perlu pergi ke perusahaan itu, bertemu dengan pimpinan mereka, dan memberikan bukti pesan dalam e-mail yang menyatakan kau menang, lalu mereka akan memberikan hadiahnya. Mudah, bukan?" ucap Chanyeol lagi.
Sehun berpikir sejenak. "Bagaimana jika mereka menyebarkan wajahku?"
"Demi Tuhan, kita bisa menuntutnya kalau itu terjadi," debat Chanyeol dengan suara yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Intinya, kau hanya perlu pergi kesana dan mengambil hadiah itu, Sehun. Sesederhana itu," tambah Jongin.
"Sederhana kau bilang," pria itu mendengus sebal. "Itu perusahaan apa?"
Chanyeol mengernyit, memandangi Jongin dengan senyum yang tak bisa diartikan, membuat Sehun menatap keduanya bingung.
"Perusahaan kondom," sahut Jongin sambil tersenyum.
"Aku benar-benar bisa gila," Sehun mengacak rambutnya kasar. "Kalian membuatku terjebak dalam dunia ini terlalu dalam,"
Chanyeol dan Jongin sama-sama tertawa ringan. "Bayangkan saja keuntungannya, Sehun," ucap Jongin, terdengar menenangkan. "Siapa tau mereka menawarimu menjadi bintang iklan produk perusahaan itu,"
"Dan akan membuat kejantananku go international? Kau gila,"
"Itu tidak buruk," Chanyeol menyahut sambil menahan tawa mendengar ucapan Sehun. "Mungkin sebenarnya turnamen ini adalah audisi untuk mencari model,"
"Otak kalian rusak,"
Kedua orang pria itu hanya menahan tawa melihat Sehun yang tamapk kesal sekarang.
.
.
Sehun melangkahkan kaki masuk ke dalam sebuah ruangan yang cukup luas. Setelah bertemu dengan resepsionis di depan, mengatakan sudah membuat janji dengan Direktur Utama, Sehun akhirnya berhasil masuk dalam ruangan pemimpin perusahaan itu.
Ia duduk diam, menunggu sementara resepsionis cantik di depan mengatakan sang Direktur sedang melakukan pertemuan dengan klien dan akan selesai dalam lima menit.
Sebenarnya Sehun malu, tentu saja. Direktur perusahaan itu adalah seorang wanita. Apalagi alasannya datang kemari sangat memalukan. Sehun hanya berharap wanita itu tidak menonton siaran langsungnya tiga hari yang lalu.
Suara pintu terbuka membuat Sehun cepat-cepat berdiri dan menoleh kearah sumber suara. Ia nyaris lupa menutup mulut saat melihat sosok menakjubkan yang sedang berdiri di depannya saat ini.
Direktur itu masih sangat muda, mungkin seusianya. Tubuhnya tinggi dengan lekukan sempurna dan wajah luar biasa cantik. Rambut brunette-nya terikat rapi keatas, sementara kacamata menghiasi wajah mugilnya. Wanita itu menggunakan rok ketat selutut dengan kemeja berwarna gelap yang mencetak lekuk tubuhnya dengan baik.
Coccok sekali.
Tanpa alasan yang jelas, Sehun menelan ludah kasar.
"Tuan Oh?" tanya wanita itu, sedikit berjalan dan mengulurkan tangan dengan sopan, membuat Sehun menyalaminya dengan kaku. Sang wanita tersenyum, begitupula dengannya.
"Senang bertemu dengamu, Mrs. Xi,"
"Panggil Luhan saja, aku masih muda," sahut wanita itu menarik tangannya dari Sehun dan terkekeh ringan. Ia mempersilahkan Sehun untuk kembali duduk sementara jantung pria itu mulai meliar.
Ia gugup sebenarnya.
"Ah, aku Oh Sehun," ucapnya, merasa bodoh, baru sadar bahwa sejak tadi ia belum memperkenalkan diri.
Luhan tertawa sedikit. "Ya, Sehun. Sekertaris Lee sudah mengatakan namamu tadi di depan," balasnya.
Satu yang Sehun tau dari wanita ini, ia tak terlalu kaku dan cenderung ramah.
"Ah, ya itu, tentu saja,"
Apa yang kukatakan, bodoh.
Oh Sehun bodoh.
Luhan tersenyum lagi. "Maaf untuk kesalahan prosedur pengiriman hadiahnya, sistem kami sempat error beberapa hari lalu. Dan maaf juga sudah menyuruhmu datang kemari,"
Sehun tersenyum canggung, berusaha mengalihkan pandangannya dari wajah Luhan yang menakjubkan. "Sama sekali bukan masalah,"
"Oh ya, Sehun. Maaf menanyakan ini, tapi berapa usiamu?"
Sehun sempat terkejut mendengar pertanyaan itu, ia sedikit mengernyit sebelum menjawabnya. "Dua puluh dua, Mrs. Xi,"
"Ya Tuhan, panggil Luhan saja. Aku hanya dua tahun lebih tua darimu," wanita itu tertawa lagi.
Lagi-lagi, Sehun sedikit tertawa kikuk. "Maaf aku harus datang saat jam makan siang dan mengganggu waktumu,"
"Oh bukan masalah, aku sedang melakukan diet sekarang," sahut Luhan cepat. "Jadi," wanita itu menggantungkan kalimatnya, matanya menatap Sehun sementara yang dipandangi hanya bisa mengerjap bodoh. "Bisa sedikit bercerita tentang dirimu?"
Apa kau bilang?
"Ya?"
"Hanya ingin mengenalmu lebih jauh, Sehun. Jika kau tidak keberatan tentu saja,"
"Ah, tidak tidak, tentu saja tidak," ia tergagap. "Aku mahasiswa tingkat akhir dan berasa dari kota seberang," Sehun nyengir.
"Oh ya? Bagus sekali kau akan segera lulus sebentar lagi,"
"Ya, kuharap begitu,"
Luhan tersenyum lagi. "Sejujurnya, Oh Sehun. Aku tidak pandai berbasa-basi," kening Sehun berkerut saat mendengarnya. "Aku melihat siaran langsungmu tiga hari yang lalu,"
Dan Sehun tercekat.
Merasa malu.
Sangat malu hingga wajahnya memerah dan jantungnya berdegup sangat cepat.
"Ah, itu," ucapnya lirih, menundukkan kepala untuk menghindari tatapan mata Luhan.
"Sejak saat itu, tiga hari yang lalu, kau selalu hadir dalam mimpiku –ah, bukan kau, hanya tubuh telanjang dan suara desahanmu saja, tentu saja, kejantananmu juga,"
Apa dia bilang?
Sial.
Bagaimana bisa seorang wanita mengatakan itu dengan lantang.
Frontal.
Di depan seorang pria normal.
Sehun kehabisan kata dan Luhan hanya tersenyum simpul. "Dan melihat bagaimana kau memandangi tubuhku, berani bertaruh, kau tertarik, kan?"
Apa-apaan ini?
Bagaimana dia bisa tau?
Ya, Sehun memang sudah memikirkan banyak hal tentang wanita di depannya itu. Termasuk jika tubuh Luhan terlepas dari kungkungan pakaian yang menyesakkan. Sehun sangat penasaran dan mulai memainkan imajinasi dalam otak kotornya –yang nyaris rusak karena jarang digunakan untuk berpikir jernih.
Sial.
"Ah, itu," Sehun tergagap, benar-benar tak bisa mencari kalimat dalam kepalanya.
Otak udangnya benar-benar sulit diajak kerja sama.
Luhan tertawa renyah, tanpa sadar membuat pria yang sejak tadi mematung itu menelan ludah keras. Wanita itu berdiri untuk menutup tirai ruang kerjanya, kemudian berjalan menuju pintu dan memutar kenopnya kearah kanan –menguncinya dari dalam.
"Aku tidak akan mengulur waktu karena jam makan siang sangat singkat," bisik wanita itu dengan suara tipis dan kekehan lembut, ia kembali berjalan kearah Sehun dan melepas sepatu tingginya. "Tapi kau sudah berhasil membuatku penasaran sejak tiga hari yang lalu, Tuan Oh Sehun,"
Sial.
Apa dia bilang?
Ini gila.
"Mrs. Xi," suara Sehun tercekat, terlebih saat jemari dingin Luhan mulai menelusuri wajahnya yang mungkin sudah semerah udang rebus sekarang.
"Luhan," ia mengoreksi dengan suara yang kelewat merdu. Sehun nyaris mendesah saat Luhan membelai lehernya, membungkukkan badan agar bisa menatap mata Sehun yang berkilat bingung. "Siaranmu beberapa hari yang lalu lama sekali. Apa kali ini kau bisa melakukan dengan cepat? Aku ada rapat setelah jam makan siang,"
"Luhan, aku–,"
"Kau belum pernah bertemu wanita penggila seks sepertiku sebelumnya?" jemari wanita itu menelusuri kemeja Sehun hingga mencapai dada san membuat pola-pola abstrak di atas sana. Perlahan, setengah ragu dan takut, ia menggelengkan kepala. Luhan tertawa lembut. "Padahal kukira kau pria dengan pengalaman luar biasa,"
Tanpa sadar, napas Sehun terdengar memburu saat jemari Luhan bermain-main di atas kemejanya, seolah ingin melepaskan itu dari tubuh Sehun –dan ya, mungkin Luhan memang ingin segera melihat lagi wajah telanjang pria yang lebih muda darinya itu.
"Katakan saja jika kau ingin menolak, aku akan membiarkanmu pergi," ucap Luhan.
Sunyi.
Sehun membeku, diam tanpa suara.
Sebenarnya pria itu ingin menjawab tidak menolak ini, tapi ia takut saat membuka mulut, hanya ada desahan yang keluar dari sana. Jadi, pria itu tetap diam, memandangi Luhan dengan tatapan takjub bercampur ngeri.
Untuk kali pertama, Sehun digoda seorang wanita gila yang luar biasa cantik.
Luhan tersenyum saat pria itu tidak memberikan reaksi apapun. Ia kembali menegakkan tubuh, jemari mungilnya perlahan menelusuri kemejanya sendiri untuk melepaskan kaitan kanncing berwarna putih dari sana. Sehun menelan ludah kasar, terlebih saat wanita itu meloloskan kemejanya, membuat tubuh sempurnanya terlihat nyata di depan mata Sehun.
Dengan satu gerakan cepat, jemari Luhan menarik ikat rambut hingga surai brunette-nya bergerak turun dengan lembut. Tanpa sadar, ia menggoyangkan rambutnya, dan itu hanya membuat adrenalin berpacu cepat dalam tubuh Sehun.
Tidak, jangan bodoh, Oh Sehun.
Kendalikan dirimu.
"Apa yang kau lakukan?" cicit Sehun.
Luhan tertawa, sekarang sudah berhasil menyentak rok pendek ketatnya hingga kain berwarna hitam itu meluncur melewati kaki jenjangnya. Sehun terbelalak, lupa cara bernapas dengan benar.
"Itu pertanyaan retoris, Sehun," balas Luhan dengan satu kekehan ringan.
Wanita itu kembali berjalan mendekat, kali ini mendudukkan tubuhnya sendiri diatas pangkuan Sehun. Dan pria itu hanya mematung, tidak beran bergerak banyak. Bagaimana bisa Sehun tidak gugup jika seorang wanita cantik yang baru saja ia kenal tidak lebih dari lima belas menit sudah menggoyang-goyangkan pantat di atas kejantanannya dengan tubuh nyaris telanjang.
Sehun tidak baik-baik saja.
Hasrat berputar-putar hingga membuatnya pusing, dan bagian tubuhnya yang lain mulai mengeras.
Ia menegang.
"Oh Sehun," panggil Luhan dengan suara berat, ia menarik tangan Sehun yang berada di samping tubuhnya, kemudian membawa tangan kokoh pria itu ke depan dadanya, membuat Sehun meremasnya perlahan, dan mendesah ringan.
Maaf aku harus berbuat dosa, Tuhan.
Aku tidak sanggup menolak.
Suara desahan Luhan yang terkesan dibuat-buat nyatanya semakin membuat Sehun panas. Ia menahan napas, berusaha mengendalikan tangannya sendiri agar tidak meremas dada Luhan, tapi Sehun tak bisa. Seolah tangan sialan itu tak mau mendengar perintah otaknya. Jadi Sehun tetap melakukannya, tetap meremas dada Luhan hingga wanita itu mengerang dengan suara indah, kepalanya terangkat tinggi-tinggi menikmati sentuhan Sehun.
Gila.
Ini gila.
"Cium aku, Sehun," pinta Luhan dengan suara sarat permohonan.
Sehun tidak menjawab, juga tidak menolak. Ia meraup bibir Luhan dengan kasar, menciumnya dengan panas, penuh gairah dan tidak sopan. Tak peduli siapa wanita itu, apa jabatannya, meskipun secara teknis Luhan adalah orang asing, Sehun tak peduli.
Ia terlalu bergairah untuk mengendalikan nafsu gilanya.
Tanpa sadar, masih sambil membasahi mulut Luhan dengan lidahnya, jemari Sehun bergerak turun, terus turun hingga menyentuh pusat tubuh Luhan yang setengah basah –yah, wanita itu memang sudah melepaskan celana dalamnya tadi.
Gila, kan?
Luhan mengerang dalam ciuman basah Sehun sementara jemari pria itu perlahan menemukan jalan masuk di bawah sana. "Ya Tuhan, Oh Sehun, uh," racaunya.
Ia kehabisan napas dan melepaskan ciuman panas pria itu, sementara Sehun mulai menyesapi leher Luhan dengan kasar, jemarinya sudah menarik dan mendorong tubuh wanita itu di bawah sana. Membuat Luhan terhentak-hentak di atas pangkuannya, membuat Luhan meracau tidak jelas dengan suara desahan berat.
"Sial, Oh Sehun,"
"Kau menakjubkan, Luhan," bisik Sehun, suaranya terdengan berat menahan hasrat.
Luhan mengerang kasar, tubuhnya berkedut-kedut bersamaan dengan gairahnya yang nyaris mencapai puncak. Dengan satu jeritan tertahan, gadis itu melepaskan puncak gairahnya, tepat di atas paha Sehun dan membasahi celana jeans panjang pria itu.
Masih terengah-engah, Luhan berusaha mengembalikan kesadarannya yang nyaris lepas. "Sehun, maaf," bisiknya, ia menarik tubuhnya sedikit, melihat celana Sehun yang basah.
Tapi pria itu tersenyum. "Bukan masalah," dan Luhan balas tersenyum. "Kau sudah menggodaku, Mrs. Xi. Kurasa aku tak bisa keluar dengan keadaan seperti ini,"
"Aku bisa membantumu menyelesaikan masalah itu," jemari Luhan bergerak turun untuk membuka kaitan celana Sehun, menarik pria itu sedikit untuk meloloskan celananya. "Wow, aku senang melihatnya lagi," ia menatap kejantanan Sehun dengan pandangan berbinar.
Dan Sehun menahan tawa.
"Berbeda dengan saat siaran langsung?"
Luhan mengangkat bahu acuh, jemarinya menyentuh ujung kejantanan Sehun dan berhasil membuat pria itu menahan leguhan kasar. "Sepertinya sama,"
Luhan hendak menurunkan kepala, tapi Sehun menahan tubuhnya, ia kembali menarik Luhan agar berdiri, matanya menangkap tatapan bingung dari wanita itu. "Aku tidak ingin mengotori wajah cantikmu dengan air mani, Luhan,"
Dan Luhan tersipu malu. "Gentleman," bisiknya. Ia berdiri, mengikuti kemauan Sehun dan kembali duduk diatas pangkuan pria itu. "Oke, aku tidak akan melakukannya," Luhan menjilat bibirnya sedikit. "Jadi apa yang harus kulakukan?"
Sehun mendesah kasar saat wanita itu dengan sengaja menggerakkan tubuhnya. "Biarkan aku membuatmu menyerah, Luhan,"
"Lakukan,"
Sehun tertawa singkat, perlahan menarik tubuh Luhan untuk berdiri, dan membiarkan wanita itu mencari jalan masuknya sendiri. Luhan nyaris menjerit saat tubuh keras Sehun meluncur masuk ke dalam tubuhnya. Memenuhinya dengan sesak dan nyaris membuatnya mengerang karena sakit.
"Sesakit itukah?" tanya Sehun dengan bodoh, pria itu juga mengernyit, merasakan Luhan yang seolah mencengkeramnya dengan erat.
"Ini bukan kali pertama, oh sial," rengeknya lagi saat ia semakin mendorong kejantanan Sehun masuk lebih dalam lagi.
Wanita itu meringis, berusaha mengatur napas sementara tangan kokoh Sehun mencengkeram pinggulnya. Memenjarakan tubuh Luhan dengan kuasa sekuat baja, membuatnya tak bisa banyak bergerak.
"Berapa waktu yang kupunya sebelum jam makan siang berakhir?"
"Persetan dengan itu, aku bisa membatalkan rapat apapun untukmu,"
Sehun tertawa renyah, sebelah tangannya menampar pantat Luhan, dan membuat wanita itu mengerang tertahan. Umpatan tipis keluar dari bibir berwarna merah muda itu.
"Kau jalang sekali," bisik Sehun.
"Ya, senang mendengarnya," balas Luhan dengan satu kekehan ringan.
Jemari Sehun menelusuri seluruh tubuh Luhan yang telanjang, sementara wanita itu mulai bergerak-gerak gelisah dalam pangkuannya. "Ya, lakukan, Luhan," bisik Sehun dengan suara yang terdengar mengerikan.
Luhan menaik turunkan tubuhnya perlahan, dan itu membuat desahannya sendiri terdengar penuh permohonan. Sementara Sehun tertawa renyah, menikmati sensasi menakjubkan yang sudah lama ia rindukan. Bibir Luhan terbuka lebar, ia mengatur napas yang berhembus pendek-pendek dan nyaris habis.
Suara erangan dan desahan gadis itu sudah menjadi candu baru bagi Sehun.
Terlalu merdu untuk didengar.
"Sial, Oh Sehun," ia menjerit lagi saat tubuh Sehun seolah memenuhinya dengan sesak. Tubuhnya masih bergerak naik turun dan Sehun membantunya menggerakkan tubuh –masih sambil mencengkeram pinggul wanita itu, Sehun membantu Luhan menyelesaikan pekerjaannya.
Untuk urusan ini, kerja sama mereka luar biasa.
Masih dengan tubuh yang terhentak-hentak di atas pusat tubuh Sehun, Luhan menarik pria itu agar menciumi leher dan dadanya –dan Sehun melakukan apa yang Luhan mau, meskipun tanpa suara, ia mengerti kemauan wanita itu.
Menduduki seorang pria memang bukan keahlian Luhan, tapi ia rela melakukan apa saja untuk membuat rasa penasarannya terhadap kejantanan Sehun terbayar lunas.
Dengan dorongan kuat beberapa kali, Luhan menjeritkan nama Sehun dengan suara lengkingan tinggi. Wanita itu kalah, terengah-engah menikmati pelepasan panas luar biasa yang seolah melumpuhkan seluruh saraf tubuhnya.
Kemudian terkulai lemah di atas bahu lebar Sehun, menghisap udara kuat-kuat dari ceruk leher pria itu.
Sementara pria itu tertawa renyah, mengusap punggung telanjang Luhan yang sedikit basah karena keringat. "Kau menggodaku habis-habisan dan hanya bertahan sesingkat ini?" Sehun terkekeh.
"Sialan, kau membuatku sesak,"
Kekehan Sehun terdengar mengalun, ia menarik tubuh Luhan sedikit, berhasil memekik karena pria itu nyaris membanting Luhan di atas sofa. "Aku belum selesai," ia sedikit menyeringai.
Dan Luhan hanya memutar bola mata kesal.
Sehun kembali menyatukan tubuh mereka dengan satu hentakan kasar dan Luhan harus mengerang menahan nyeri. "Perlahan, Oh Sehun, brengsek," protesnya.
Pria itu tidak menjawab, ia hanya berusaha mengungkung gairah sendiri agar tidak serta merta mendorong Luhan dengan kasar, menyetubuhinya dengan brutal, membuat gadis itu lupa namanya sendiri, tapi Sehun menahan itu.
Luhan mengerang lagi sat Sehun benar-benar memenuhinya dengan hangat –dan panas. Membuatnya tak bisa memikirkan hal lain selain pria yang sedang mengerang kasar dan melakukan gerakan tarik ulur di atasnya itu. Luhan sudah lupa namanya sendiri. Dorongan statis dari Sehun di dalam tubuhnya tak membiarkan otaknya bekerja lebih jauh lagi.
Akal sehatnya terbakar habis.
Terlebih bibir Sehun bermain-main di atas puncak dadanya, membuat Luhan hanya bisa mengerangkan desahan tidak jelas sebagai penyalur hasrat.
Luhan tak bisa menemukan dunianya sekarang.
Ini terlalu indah untuk dinikmati.
Jadi Luhan hanya diam sementara Sehun masih menyentaknya dengan cepat dan sesak, ia membuka mulut untuk mengerangkan nama pria itu, membuka kakinya lebih lebar lagi, dan membiarkan Sehun menguasainya lebih dalam lagi.
Ini menakjubkan.
Tempo yang Sehun mainkan begitu sempurna, keras, kasar, dan lembut disaat yang bersamaan. Bagaimanapun Luhan tau pria itu tidak terlalu berpengalaman dalam urusan seks, ia masih sangat mendominasi.
Luhan dapat merasakan deru napas Sehun yang memburu di balik bibirnya, erangan tipis Sehunberbaur dengan suara jeritannya. Dan Luhan tersenyum, ia menarik wajah Sehun mendekat untuk mencium bibirnya, menyusupkan kedua tangan untuk meremas rambut pria itu, menariknya lebih dekat.
Kemeja Sehun basah dan kusut karena remasan tangan Luhan sejak tadi, dan wanita itu tak ingin memperburuk tampilan baju Sehun.
Pria itu masih mendorong lagi, bibirnya terbuka di depan bibir Luhan, suara erangan berat khas pria dewasa terdengar jelas di udara. Masih menghentak-hentak tubuh Luhan yang sudah kehilangan kekuatan, wanita itu berusaha menahan hasratnya yang nyaris memuncak untuk menunggu Sehun selesai.
"Oh Sehun," rengek Luhan dengan suara nyaris habis.
"Sebentar lagi," pria itu mengerang kasar.
Luhan bisa merasakan tubuh Sehun yang semakin mendorongnya dengan kasar, semakin memenuhinya dengan sesak. Gadis itu berusaha mencengkeram lebih erat lagi agar Sehun selesai dengan cepat. Dorongan panas berlomba-lomba turun menuju pusat tubuhnya, ia mencengkeram kemeja Sehun, berusaha mencari pegangan, karena Luhan tau ia bisa menyerah kapan saja.
Dan jeritan wanita itu terdengar nyaring saat ia merasakan lava panas membakar seluruh tubuhnya dan meleleh keluar. Ia memejamkan mata, merasakan pelepasan luar biasanya, kepalanya pening sementara tubuh bagian lainnya menegang.
"Ah, sial," umpat Sehun dengan suara berat, bersamaan dengan itu, ia bisa merasakan Sehun melepaskan tautan mereka, kemudian gairahnya meledak hingga membasahi perut Luhan yang telanjang.
Sehun masih saja berusaha menyelesaikan pelepasannya, sementara Luhan menunggu pria itu selesai dengan cengiran lebar. Kemudian keduanya tertawa renyah saat mata mereka bertemu.
"Kau gila dan luar biasa keras," bisik Luhan, ia masih terengah-engah dengan mata terpejam erat dan bibir terbuka lebar.
Sehun mencondongkan tubuhnya untuk mengecup bibir Luhan dan wanita itu terkekeh ringan. "Kau lebih gila, Mrs. Xi,"
"Kau akan pergi sekarang?"
Sehun mengangguk. "Aku ada kuliah setelah ini,"
"Ah, begitukah?" Luhan mencoba duduk dan membuka mata. Ia berjalan masih dengan tubuh telanjang menuju meja kerjanya, mengambil sebuah paper bag dari sana, kemudian menyerahkan itu pada Sehun. "Ganti baju dan celanamu dengan ini,"
Sehun menerimanya dengan tawa renyah. "Sepertinya kau sudah mempersiapkan ini,"
Luhan hanya mengangkat bahu acuh. "Oh ya, hadiahmu," ia berhenti sebentar untuk memandangi wajah Sehun. "Aku akan mengantarnya sendiri ke rumahmu,"
Dan pria itu tertawa. "Kau tau alamatku, kan?"
"Tentu,"
Sehun menganggukkan kepala beberapa kali. "Oke, aku akan membelikanmu baju ganti kalau begitu," dan keduanya sama-sama tertawa geli.
.
.
FIN
.
.
OKE INI PWP DENGAN SCENE SEMI-EXPLICIT PERTAMA LOLIPOPSEHUN.
MAAF KALO KEPANJANGAN DAN KURANG PANAS (heater noh panas, haha)
KALO ADA YANG MAU TANYA LANGSUNG TANYA AJA, NANTI DIBIKININ CHAPTER PENJELAS.
Karena belum berpengalaman dibidang PWP, authornya nulis ini sambil geli-geli gimana gitu.
Memang ya, dasarnya lolipopsehun nggak bakat bikin PWP tapi pengen sok-sok-an aja menyalurkan imajinasi kotor. Jadi maaf kalo ini malah terkesan bukan PWP.
Ide awalnya baru didapet kemarin dari FUJOAOI dan mumpung otak kotor lagi jalan jadi langsung bikin deh. Ini diketik dalam sekali duduk jadi maaf kalo kurang ngena adegan-adegannya.
Oh ya, jangan lupa kritik dan saran ya semuanya dikolom review. Kalo memang ada yang ingin ditanyakan, tanya aja, sapa tau Author bisa kasih chapter penjelas (satu chapter aja tapi, kutang FF masih banyak)
Oke itu aja, maaf kalo ini tidak memuaskan, kurang panas, dan kepanjangan.
Jangan lupa review ya semuanya.
With love,
lolipopsehun
Today update with my babes xiugarbaby, sehooney, and baekbeelu. Please kindly check their story too~