Title : My Ice cream Doctor.?

Author : Rilakkumaa_94

Cast : Oh Sehun.

Xi Luhan.

Park Chanyeol.

Do Kyungsoo.

Pairing : HUNHAN ( SEHUN X LUHAN)

Genre : Drama, Romance, Friendship, Comedy (gaje) dll.

Rating : T

.

Rilakkumaa_94

.

.

" Dengar ya Tuan Oh Sehun yang terhormat."

" Aku sibuk, pulanglah."

" Makanlah yang banyak."

.

.

Luhan menatap sebal kearah makhluk dihadapanya ini, datang tiba tiba, memaksanya ini dan itu, bertanya hal hal yang membuat Luhan marah, dan juga si Sehun kampret itu mengatakan hal buruk pada Chanyeol-nya.

Huh? Ingin rasanya Luhan mencabik cabik wajah tampan Oh Sehun hingga berdarah lalu melumuri bekas cakaranya dengan bubuk cabai. Hahaha J Oh Sehun pasti akan sangat kesakitan dan pergi dari hadapanya sekarang juga, uh memikiran menyiksa Oh Sehun sangat menyenangkan untuk Luhan. Seperti hal tersebut merupakan kegiatan favorit, eh?

" Buka mulutmu." Perintahnya.

Luhan tetap bergeming, dia malah menatap tajam Oh Sehun yang juga menatap kearahnya sembari mengarahkan sesendok penuh bubur didepan mulutnya.

" Jangan menatapku seperti itu, buka mulutmu." Ulangnya lagi, dengan nada yang tidak bersahabat.

Luhan yang tengah menyenderkan tubuhnya pada kepala ranjang sontak saja memalingkan mukanya, tidak mau bertatapan dengan Oh Sehun kampret itu.

Sehun menghembuskan nafas beratnya, menghadapi Luhan sama saja dengan mengurus anak kecil umur 8 tahun. Persis tidak ada yang beda. Kalau sudah begini tidak ada cara lain selain memaksanya.

Sehun bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju samping tempat tidur Luhan.

" Mau apa ?" tanya Luhan kaget.

" Aku tidak lapar, jadi berhenti memaksaku ma- hmmppt.." Belum sempat Luhan menyelesaikan kalimatnya, Sehun sudah membungkam bibir cherry itu dengan bibirnya.

Eh gak ding.?

" Ya!" teriak Luhan saat bubur itu sukses melewati kerongkonganya. Dia menatap sengit Oh Sehun yang menjejalkan makanan lembut itu kemulutnya tanpa aba aba.

" Diam, sekarang makan, lalu minum obat.!" Ucapnya dingin sekali. Sehun mengatakanya begitu serius dan tidak menatap kearah Luhan. Mungkin sudah terlalu lelah mengahadapi sikap kekanak – kanakanya.

Luhan tidak bisa diam saja. " Kenapa kau peduli sekali kepadaku." Tanyanya setelah menerima suapan bubur ketiga dari Sehun.

Sehun yang focus menyuapinya, menatapnya sebentar.

" Maksudku, bukankah hubungan kita tidak terlalu baik.?" Tanyanya ragu, saat Sehun tak kunjung membalas pertanyaanya yang tadi.

" Dan juga kenapa sikapmu baik seperti ini kepadaku, kau seperti bukan Oh Se- ah maksudku dokter Oh yang selama ini kukenal.?"

Sehun diam, lalu mulai menyuapkan bubur itu lagi kepada Luhan.

Luhan mulai jengah dengan diamnya Sehun " Kau tuli ya?" sindirnya. Pesetan dengan sopan santun, menghadapi Sehun yang menyebalkan ini Luhan menolak pernah mengakui diajarkan bersikap sopan dihadapan orang lain.

Orang lain ya?

" Tidak." Jawabnya singkat.

Oh telinganya masih berfungsi rupanya. Luhan kira telinga Oh Sehun sudah ketutupan es batu, mengingat saking dingin dan cueknya pria itu.

" Lalu kenapa kau mau kesini?" ulangnya lagi, mencoba bersabar.

" Apa ibuku memintamu datang ?" selidiknya, Luhan sekarang bertingkah bak detektif handal yang pintar mendeteksi kebohongan.

Sehun hanya membalas dengan gumaman, merasa begitu tak tertarik dengan sikap dan kelakuan makhluk dihadapanya yang sudah misuh misuh tidak jelas.

" Lalu kenapa kau mau? Harusnya kau menolak. Kau pernah bilang padaku, jika aku tak pantas dikasihani, lalu kenapa kau datang?" ucapnya berapi api. Dia menekankan beberapa kalimat tertentu dengan nada tak suka.

" Ya begitu."

Luhan melongo, Sehun merespon perkataanya begitu singkat. Apa maksudnya? Bukankah selama ini sudah jelas bahwa hubungan keduanya tidak terlalu baik, jadi tidak salah kan jika Luhan bertanya alasan kenapa Sehun mau datang kesini untuk merawatnya yang sedang sakit.?!

" Begitu apanya.?" Tanyanya masih tidak mengerti. Sehun hanya mengedikkan bahunya acuh sebagai jawaban.

" Apa jangan jangan kau menyukaiku ya?" tuduhnya sembari memicingkan matanya. Luhan bahkan sampai merinding jika itu benar benar terjadi.

" Omo omo.." ucapnya berlebihan didetik kelima belas saat Sehun tak kunjung memberi jawaban.

Luhan melihat Sehun yang masih tetap tenang lalu berdehem kemudian, setelah ia menerima suapan bubur kesekian kali dari Sehun.

" Dengar ya Tuan Oh Sehun yang terhormat.!" Prolognya dengan wajah serius.

Sehun yang melihat hanya diam dan memandang Luhan tak tertarik sembari sesekali menyuapkan bubur.

" Bukankah ini sesuatu yang salah jika kau mendatangiku dalam keadaan terpuruk seperti ini, aku tahu aku cantik dan kau.-" Luhan menggantungkan kalimatnya, dia menatap Sehun meneliti penampilan pria itu.

" Dan kau tampan. Tapi bukankah kau terlalu jahat dan licik jika memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan seperti ini untuk mendekatiku.?" Ucapnya ngelantur. Entah efek otak Luhan yang kekurangan asupan nutrisi, atau memang otak Luhan kelebihan dopamine #gak ada hubunganya elah. Tapi Sehun yakin ada yang salah dengan otak gadis ini.

" Tapi Tuan Oh maafkan aku, ah tidak kenapa harus minta maaf ya.?" Luhan kebingungan mencari kata kata.

Lalu dia kembali menatap Oh Sehun setelah beberapa detik terdiam. " Kau tahu kan aku sedang sakit dan juga sedang dalam kondisi yang tidak bisa berfikir dengan baik. Jadi kukira kau tidak perlu berbuat baik seperti ini untuk membuatku menyukaimu. Itu tidak perlu.!" Tekan-nya kemudian.

Luhan mengatakanya bak dia sedang menasehati anak kecil seperti apa saja yang boleh ia lakukan dan tidak boleh dilakukan.

" Karena demi apapun aku hanya mencintai Park Chanyeol. Jadi tidak ada harapan untukmu." Diakhir kalimatnya dia menggumamkan kata maaf untuk Sehun. " Mian." Ucapnya dengan wajah sedih, atau pura pura menyesal lebih tepatnya.

" Drama sekali." Ucap Sehun kemudian, setelah Luhan menyelesaikan adegan dramanya barusan.

Luhan mendengus sebal mendengarnya, dia bahkan mempoudkan bibirnya lucu. Apa apaan Oh Sehun tidak asik sama sekali.!

Sehun tertawa pelan melihat ekspresi Luhan, sangat lucu dan menggemaskan.

" Bodoh." Komentar Sehun pelan.

Luhan mengerjapkan matanya tidak percaya, apa katanya bodoh?

" Kenapa mengataiku.?" Tanyanya tidak terima.

Sehun tersenyum simpul, lalu mengelus puncak kepala Luhan sayang.

Aneh? Bahkan Luhan tidak marah saat Sehun mengelus kepalanya, dia malah merasa terlindungi. Eh?

" Jangan seperti ini lagi." Ucap Sehun pelan.

Luhan mendongak menatap Sehun. " Aku hanya mencoba melupakan, kau tahu.?" balasnya kemudian menunduk sedih kembali.

Sehun tersenyum. " Park Chanyeolmu tidak pantas kau tangisi sampai seperti ini.!"

Luhan diam saja, dia tidak bisa berfikir. Untuk itu dia hanya diam dan memperhatikan Sehun dihadapanya ini. Luhan tersihir, kata kata yang keluar dari mulut itu seperti sebuah mantra yang bisa membuat Luhan beku. Apa Sehun berguru kepada Elsa si karakter princess dalam serial Disney, atau mungkinkah Sehun adalah jelmaan tampan-nya Olaf, si manusia salju?

Sehun tertawa lagi melihat Luhan melotot kearahnya.

" Park Chanyeol bahkan tidak tahu kau hidup huh.?"sindirnya kemudian.

Bukanya marah atau mengamuk atau melemparkan mangkuk bubur ke wajah tampan Oh Sehun, jauh dari perkiraan Luhan malah tertawa, entah kenapa bisa.? Dia setuju setuju saja dengan ucapan Sehun yang mengatakan dirinya bodoh. Benar juga sih, tidak ada gunanya menangisi sesuatu yang menyedihkan.

" Air matamu tidak akan mengubah apapun. " ucap Sehun kemudian.

Sehun mengarahkan tanganya mengelus pucuk surai Luhan " Jika kau ingin mengubah dunia, jadilah kuat. Dan air mata bukanlah lambang kekuatan.!" Dia mengatakanya begitu pelan dan lembut sambil tersenyum begitu manis, kenapa Sehun berubah kalem seperti ini?

Luhan mendongak, mencerna perkataan Sehun barusan. Ya! Dia harus kuat. Sehun yang melihatnya ikut tertawa lalu kembali menyuapkan bubur itu kepada Luhan sebelum mendingin.

" Kukira kau membenciku, seperti aku yang sangat membencimu." Sinisnya, entah kenapa Luhan ingin sekali mengatakan itu kepada Sehun. Seperti menghina, menganggu dan mengumpat kata kata kotor kepada Sehun selalu menjadi kegiatan favorit.

" Aku tidak membencimu, Luhan."

Luhan menggelengkan kepalanya, menolak suapan Sehun " Aku sudah kenyang." Ucapnya.

Sehun mengangguk lalu meletakkan bubur yang hampir habis itu keatas nakas. Lalu mengambil satu strip obat yang ia bawa tadi. Membukanya satu persatu lalu memberikanya pada Luhan.

" Apa itu pahit?"

" Aku tidak terbiasa minum obat kau tahu.?" Lanjut Luhan memberitahu, Sehun masih tetap mengarahkan obat itu kepada Luhan.

" Kalau manis namanya permen." Ucapnya asal.

Luhan mendengus sebal lalu merampas obat itu dengan tidak sopan, dia meminumnya dengan cepat dan rakus.

" Bagaimana keadaan Luhan, Sehun-ah?" tanya Soyou tiba tiba yang entah sejak kapan sudah berada didalam kamar Luhan.

Sehun menoleh mengahadap Soyou " Dia baik baik saja, bibi." balasnya kalem.

Luhan yang sedang menaruh gelas kosong diatas nakas itu sontak menoleh. Apa apaan?

Sehunah? Bibi?

Sejak kapan mereka berdua menjadi dekat.?

" Apa ibu mengenal dia?" Luhan sontak bertanya pada Soyou sembari menunjuk wajah Sehun.

Soyou terkekeh pelan, " Apa maksudmu ibu tidak mengenal Sehun.?" Dan jawaban itu sontak saja membuat Luhan kebingungan.

" Dia Oh Sehun anaknya bibi Jinhee, apa kau lupa.?" Lanjutnya.

Luhan diam sebentar, mencoba meningat. " Astaga, selama ini kau tidak mengenalinya, dulu kalian sering bermain bersama dengan Jongdae juga Luhan.?"

Sebentar, Luhan mencoba mengingat dulu.

" Apa?" teriaknya kemudian.

Sedangkan Sehun hanya tersenyum melihat sikap Luhan yang kaget luar biasa. Dia terlihat berkali kali lipat terlihat lebih bodoh dari biasanya.

..

.

Kyungsoo membolak balik kertas dihadapanya, entah apa yang dia lihat. Dia terlihat begitu serus dengan pekerjaanya, hingga tanpa dia sadari ada seseorang yang memandanginya begitu dekat.

" Kim Myungsoo, Ahn Ha Reum, dan Jung Sojung. " ejanya satu persatu melihat lihat daftar pasien yang sudah selesai ia periksa.

" Akhirnya selesai juga." Ucapnya senang lalu menumpuk beberapa kertas tersebut dalam satu tempat. Dia mengatakanya dengan senang, seperti para siswa yang mendengar bel istirahat atau bel pulang sekolah setelah bergelut dengan berbagai pelajaran iblis yang menguras otak, yah begitulah kiranya perasaan Kyungsoo sekarang.

Kyungsoo merenggangkan ototnya yang kaku, setelah beberapa jam bekerja, berlarian sana sini menangani pasien darurat cukup menguras tenaganya. Dia merenggangkan tubuhnya lalu berbalik kebelakang berniat menghampiri Eunha dan mengajaknya makan siang.

" Astaga." Pekiknya terkejut saat tidak sengaja menatap wajah Jongin yang begitu dekat dihadapanya.

Jongin tersenyum sangat lebar sebagai respon " Hai." Sapanya.

Kyungsoo yang memegang jantungnya, menatap sebal kearah Jongin. " Apa yang kau lakukan disini.?"

Jongin diam saja, dia focus memperhatikan wajah Kyungsoo yang terlihat makin imut saat marah.

" Kau mau mencuri ya.?" Tuduhnya langsung saat Jongin tak mengeluarkan balasan dari pertanyaanya.

Mata Jongin melotot kemudian, suara Kyungsoo tadi keras sekali. Lebih seperti berteriak tepatnya, lagipula sekarang pandangan orang - orang di sini menatap menuduh kearah Jongin.

Jongin mendekap mulut mungil Kyungsoo lalu menatap beberapa perawat sembari menggumamkan kata maaf.

" Maaf, jangan dengarkan dia." Ucapnya, sembari menyeret tubuh Kyungsoo keluar.

Kyungsoo melepaskan paksa tangan Jongin dimulutnya lalu menatap pria itu sebal. " Apa maumu.?" Tanyanya tidak sabaran, Kyungsoo to the point orangnya.

Jongin menatap Kyungsoo lagi. " Hei kenapa kau marah.?"

" Maafkan aku ya." Pinta Jongin.

Kyungsoo diam saja, dia mengabaikan Jongin. Entah kenapa hatinya nyeri sekali melihat Jongin hari ini setelah kejadian kemarin.

" Kyungsoo." Panggilnya lembut.

Kyungsoo tak bergeming, dia diam saja. Tidak berniat membalas lagipula.

" Aku sibuk, pulanglah." Ucapnya lalu pergi meninggalkan Jongin.

Jongin menahan lengan Kyungsoo, " Tunggu sebentar."

" Apa lagi.?" Tanya Kyungsoo kesal.

" Kupikir ada yang perlu kujelaskan, kau salah paham kemarin Kyungsoo." Ucap Jongin kemudian.

Kyungsoo mendengus. " Tidak ada yang perlu dijelaskan Kim Jongin, aku menganggap kemarin tidak terjadi apapun. Dan sekarang pulanglah." Ucapnya dingin lalu berjalan pergi meninggalkan Jongin sendirian disana.

..

.

Hari masih pagi saat itu. Sehun masih didalam ruanganya, dia bertugas jaga malam semalam. Jadi hari ini dia tidak sempat pulang, merupakan suatu kebiasaan yang wajar jika beberapa dokter yang bekerja dirumah sakit tidak pernah pulang atau jarang sekali pulang. Mereka biasanya difasilitasi oleh Rumah Sakit sebuah tempat istirahat saat shift malam seperti Sehun kemarin. Dia sudah mandi, sudah menggunakan pakaian non formal yaitu baju putih polos dan juga celana training. Hari ini dia bekerja pada siang hari, untuk itu saat ini Sehun hanya menggunakan pakaian biasa.

Sehun mengusap wajahnya yang dipenuhi tetesan air, sungguh segar mandi dipagi hari setelah semalaman terjaga. Mandi air hangat bisa sedikit membuat badanya terasa lebih baik.

Braakkkk..

Sehun yang tengah berdiri didepan kamar mandi itupun sontak menoleh kearah pintu. Mendapati salah seorang tersangka yang dengan seenaknya membanting pintu ruanganya dengan tidak sopan.

" Ah hei.." sapanya kikuk.

Sehun menaikkan alisnya, heran dengan tingkah perempuan disana yang nampak terkejut.

Luhan berdehem, kemudian masuk dengan santainya seolah tidak terjadi apa apa. " Kupikir tidak ada orang." Sehun mendegus, sudah menjadi kebiasaan jika Luhan suka seenaknya masuk kedalam ruanganya seenak jidat. " Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Sehun sembari berjalan menuju sofa, dan duduk diatasnya.

Luhan mengangguk, dia juga merasa bahwa tubuhnya sudah lebih mendingan daripada kemarin kemarin.

" Kau datang untuk bekerja, bukankah seharusnya kau istirahat beberapa hari lagi?" tanya Sehun kepada Luhan

" Aku bosan dirumah meskipun menyenangkan bisa bermain sepuasnya tapi tetap saja aku merindukan teman temanku."

" Dan juga kukira ada seseorang yang merindukanku?" lanjutnya sembari tertawa. Berniat menggoda Sehun sebenarnya.

Sehun berdecak, " Kemarilah."

Luhan yang berdiri itupun menurut mendekati Sehun. " Mau apa.?"

Sehun menarik lengan Luhan yang berdiri tak jauh darinya. " Duduk."

Setelahnya ia mengamati gadis itu, wajahnya masih terlihat sedikit pucat meskipun Luhan sudah memakai make up. Sehun mengarahkan tanganya ke dahi gadis itu, memastikan kondisinya. Posisi mereka saling berhadapan, Sehun dan Luhan duduk disatu sofa yang sama.

Luhan menatap Sehun, wah pria ini tampan sekali batinya. Luhan tidak pernah melihat Sehun menggunakan pakaian biasa seperti ini. Kalau boleh jujur, penampilanya yang acak acakan seperti ini malah membutnya terlihat manusiawi dari sekian banyak kemungkinan Sehun yang nampak suci bak malaikat. Penampilanya yang habis mandi dengan handuk melingkari lehernya, dan juga wangi sabunya membuat Luhan betah lama lama hinggap disamping Sehun bak nyamuk kelaparan.

" Duduk disini saja, jangan bekerja dahulu. Kau bisa kelelahan nanti." Saran Sehun lalu diangguki setuju oleh Luhan.

" Ah benar, ibu membawakan ini." Ucapnya sembari menyodorkan paper bag yang ia bawa dari rumah tadi.

Jin Hee membuatkan sarapan untuk Sehun sebagai wujud terima kasihnya, entah untuk apa Luhan pun tak tahu. Untuk itu pagi tadi saat Luhan hendak pergi bekerja Jin Hee menitipkanya pada Luhan.

Sehun memandang Luhan, lalu mengambil paper bag tersebut.

" Ibu bangun pagi pagi sekali untuk membuat itu." Ungkap Luhan bercerita.

" Kau sudah makan.?" Tanya Sehun sambil membuka isi dalam kotak makan tersebut. Ada nasi, telur gulung, beberapa tumis sayuran, daging dan masih banyak lagi.

Luhan menggeleng, tentu saja ia tidak terbiasa sarapan. Sehun berdecak sembari menggelengkan kepalanya.

" Mana bisa sembuh kalau makan saja harus disuruh." Sehun mengucapkanya sembari mengarahkan telur gulung itu kearah Luhan.

Luhan membuka mulutnya menerima suapan Sehun, biarlah sekali sekali disuapi bak drama seperti ini. Sehun yang melihatnya tersenyum, manis sekali.

" Makanlah yang banyak." Ucapnya lalu mulai menyuapkan makanan itu kemulutnya juga.

Sembari mengunyah, Luhan menatap Sehun. Dia masih tidak percaya sebenarnya dengan kenyataan bahwa lelaki kecil yang dulu sering ia dan Jongdae ganggu sekarang tumbuh sebesar dan setampan ini #eh keceplosan Luhan. Meskipun jika dilihat dari dekat ada bebarapa hal yang tidak berubah dari Sehun, dia masih tetap berwajah datar dan dingin. Meskipun jika didekat Luhan sekarang sedikit mencair kadar keesbatuanya.?

Tapi kenapa Luhan sangat bodoh sampai tidak menyadari bahwa lelaki yang sedang makan dihadapanya ini adalah teman masa kecilnya. Mereka berdua sering bertemu, lalu kenapa Luhan bisa tidak sadar. Lagipula Luhan juga kenapa dulu sangat berani menentang Sehun? Bukankah statusnya dulu dan sekarang sangat membutuhkan Sehun untuk menggapai cita citanya.?

Sehun memandang Luhan, gadis itu melamun sembari melihatnya. " Lu." Panggilnya.

Luhan diam saja, masih sibuk memikirkan betapa bodohnya Luhan tidak mengenali Sehun. Kalau tahu begini dari dulu saja Luhan merayu Sehun agar memberinya kemudahan. Jika Sehun tidak mau, maka Jongdae pasti siap membantu Luhan membully Sehun kembali seperti dulu.

" Luhan." Luhan tersentak kaget.

" Kau tidak apa apa?" Tanya Sehun, nadanya terdengar khawatir.

" Tampan."

" Kau bilang apa? Coba ulangi?"

Luhan yang kedapatan melamun menjadi salah tingkah. Ia merutuki perbuatanya yang memandang Sehun sembari melamun.

" Tampan?" ulangnya tidak yakin, dan masih belum sadar sepenuhnya.

Sehun tertawa." Kau memujiku tampan?" tanyanya memastikan, sekalian menggoda Luhan.

Detik berikutnya Luhan merutuki mulut sialanya yang keceplosan. Sehun hanya tertawa sebagai balasan melihat muka Luhan yang memerah.

" Tidakk." Pekiknya kesal, lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sehun yang melihat pun hanya tertawa sembari mengelus puncak surai Luhan sayang. Sesekali Luhan menyingkirkan tangan Sehun dari kepalanya lalu bergeser menjauh. Tapi sialnya Sehun malah menariknya mendekat dan mengurungnya dengan kedua tangan kekarnya disamping tubuh Luhan.

" Hei kau malu." Goda Sehun setelah tertawa sembari menyiku lengan Luhan yang sekarang menutupi mukanya karena perkataan laknat barusan.

" Tidak." Ucapnya tidak jelas karena tertutup tanganya.

" Lihat aku saat berbicara Lu."

Luhan menggeleng, gila apa? Luhan tengah malu, tidak mungkin ia menunjukkan wajah merah nya kepada Sehun. Tidak!

" Lu.. Luhan.." bujuknya lagi, sisa sisa senyumnya pun masih berbekas. Dia menarik paksa tangan tangan Luhan dibalik wajahnya, dan voila ia disambut wajah merah padam Luhan.

" Kau cantik." Puji Sehun yang mendapati Luhan cemberut sembari melihat kebawah.

Luhan menyiku dengan keras perut kotak kotak berotot milik Sehun, jujur dia merasa malu sekali entah karena apa. Sedang Sehun pun masih asyik tertawa melihat tingkah Luhan. Gadis ini jika sakit lebih menggemaskan, mulutnya pun akan berhenti sejenak untuk mengumpat.

" Aku tidak memujimu tampan." Bantahnya tidak terima.

" Tapi kau sudah mengatakanya Lu, jujur saja."

" Tidak Sehun, kau salah dengar." Teriaknya tidak mau mengalah. Gadis itu bahkan menyilangkan kedua tanganya didepan dada.

Sehun tertawa lagi, lucu sekali tingkah Luhan barusan. Keduanya masih saling berinteraksi satu sama lain, Sehun yang sedang gencar masih menggoda Luhan dan Luhan yang marah karena keceplosan sekaligus malu. Sehun sepertinya senang sekali saat mendapati Luhan melamun lalu memujinya tampan, Luhanya masih sama, masih lucu dan tidak mau berkata jujur.

" Aigooo Luhanie sudah besar." Ucapnya lalu menarik tubuh Luhan, membawa gadis itu kedalam pelukanya yang hangat.

" Jangan mengodaku Sehun, aku malu.." cicitnya didalam dekapan hangat Sehun.

.

.

Sehun.

Entah apa yang salah dari Luhan hari ini, setelah insiden pengakuan ketampanan Sehun tadi pagi. Kali ini saat jam makan siang Luhan kembali berulah. Dia memaksa Sehun menemaninya dan mengajak pria itu makan siang bersama dengan teman temanya.

Entah efek sakit masih ada atau Luhan memang sengaja. Tapi saat ini suasana jauh lebih buruk dari sebelumnya.

" Dia siapa?" bisik si rambut sebahu kepada Luhan. Meskipun jarak meja yang berhadapan lumayan jauh, tapi bisa terlihat jika mereka sedang membicarakan perempuan disampingku.

Luhan mengangkat bahunya, lalu kembali focus menatap Irene disampingku.

" Jadi sejak kapan kalian menjadi dekat?" tanya Luhan judes kepada Irene, terlihat sekali tidak suka.

.

Flashback.

.

12.30 am sudah memasuki jam makan siang, semua kegiatan di Rumah Sakit dihentikan sejenak. Memberi kesempatan kepada perawat, dokter ataupun karyawan yang lain untuk mengisi perut mereka. Begitupun Sehun pria itu baru keluar dari operasi mendadak tepat jam makan siang, untunglah Sehun tadi tidak sempat pulang. Dia diminta untuk menggantikan Professor Lee untuk Operasi Jantung hari ini, karena beliau sedang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan.

Pria yang masih memakai pakaian berwarna biru itu melangkah keluar dari Operating Room setelah mencuci tangan dan membuang maskernya. Dia akan mengisi perutnya yang keroncongan akibat operasi dadakan yang memakan waktu tiga jam lebih.

Sehun berjalan melewati lorong Rumah Sakit menuju kekafetaria, sekalian melihat lihat sekitar jika menemukan keberadaan Luhan ia akan mengajak gadis itu makan bersama.

" Oh Sehun-ssi." Seseorang memanggil namanya, sehun menghentikan langkahnya sejenak dipersimpangan nurse station dilantai dasar.

Perempuan disebrang sana, kira kira radius 50 meter ditempatnya, berdiri anggun Irene dengan dandanya yang bak princess. Dia terlihat cantik dengan balutan kemeja berwarna merah maroon dan rok kain hitam ditambah stilletto 20cm yang membuatnya terlihat semampai lalu rambut pirangnya dibiarkan tergerai.

Irene melambaikan tanganya lalu berjalan anggun menghampiri Sehun yang diam ditempat.

" Selamat siang." Sapanya riang, dia bahkan tersenyum begitu manis.

Sehun balas tersenyum " Kau tidak bekerja?"

" Tidak, aku sedang libur." jawabnya

" Ada urusan apa kesini? Apa kau sakit?" tanya Sehun sopan.

" Jika kau sakit kau bisa menghubungiku." Lanjut Sehun lagi, pria satu ini terlihat peduli sekali pemirsaah.

Irene menggeleng imut, perempuan itu bahkan masih menatap Sehun yang lebih tinggi darinya.

" Aku sengaja datang kesini untuk mengajakmu makan siang." Ungkapnya jujur.

Jujur saja setelah kencan buta beberapa waktu lalu, Irene dan Sehun bertukar nomor ponsel. Mereka bahkan sempat berkirim pesan, seperti menanyakan kabar dan hal basi lainya. Kebanyakan mengajak makan siang bersama dan makan malam. Keduanya juga sempat pergi bersama beberapa hari yang lalu. Entah apa kata yang pas untuk mendeskripsikan hubungan mereka sekarang ini.

" Kebetulan aku juga ingin makan siang." Jawab Sehun ramah.

Irene tersenyum " Syukurlah, kalau begitu. Ah apakah kita harus makan diluar.?"

" Baiklah, aku baru punya janji jam 2 siang." Balasnya setelah mengecek jam dipergelangan tangan kirinya.

" Lalu kita harus makan dimana?" tanya Sehun.

" Kudengar ada Restoran Thailand yang baru buka didepan sana, haruskah kita mencoba.?" Saran Irene semangat.

Sehun mengangguk setuju, dihadapanya Irene terlihat bersemangat tetapi masih anggun seperti perempuan dewasa lainya. Sehun menggandeng tangan Irene dan melangkah menuju pintu keluar.

" Sehun-ssi"

Irene dan Sehun yang baru saja ingin melangkahkan kakinya, mendadak diam. Sehun menoleh kesumber suara, begitupun Irene. Luhan yang berada tak jauh dari keduanya pun berjalan mendekat dengan gaya angkuh diikuti Kyungsoo dan Eunhaa dibelakangnya.

Irene diam, terlihat kebingungan saat Luhan sudah berada didepan kami dan memandangnya dengan tatapan tidak suka.

" Oh Sehun-ssi." Ulang Luhan sekali lagi.

" Ya Luhan?."

" Kalian berdua mau kemana, lalu siapa ini?" tanyanya lalu menatap Irene. Terdengar nada tidak terima di suaranya barusan.

" Dia Irene..-"

" Halo, saya Irene kekasihnya Oh Sehun." Potong Irene cepat sembari mengulurkan tanganya.

Luhan maupun aku mendadak diam, kedua teman Luhan pun nampak bisik bisik mengomentari perkataan tidak terduga Irene barusan.

Didetik kedua puluh kami masih diam, Luhan tak kunjung juga menjabat tangan Irene.

" Dia Irene, Luhan." Ucapku akhirnya sembari mengenggam tangan Irene dan membawa kesamping tubuhku, mencoba memecah suasana awkward barusan.

Luhan terlihat menghela nafas saat melihat tautan tangan kami, " Kami akan makan siang di Restoran baru disebrang sana."

" Berdua.?" Tanyanya, Sehun pun mengangguk.

" Lalu kau siapa? Dan ada urusan apa memanggil Sehun seperti itu?" tanya Irene jengkel dengan sikap Luhan yang mengacuhkan jabatan tanganya.

Luhan mendengus, dia buang muka.

" Dia Luhan, salah satu dokter magang disini."

Irene hanya ber oh ria sebagai jawaban dan meneliti penampilan Luhan dihadapanya. Tinggi mereka hampir sama tapi banyak sekali perbedaanya.

" Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan kami pergi dulu." Pamit Irene lalu menggandeng lengan Sehun disebelahnya menjauhi Luhan dan kedua temanya.

" Tunggu sebentar." Cegahnya sebelum kami sempat berbalik.

" Ada apa Luhan?" Sehun bertanya dengan sabar.

Luhan diam terlihat berfikir, " Aku…aa..aaku.. pusing." Keluhnya kemudian sembari memegang kepalanya.

"Aish gadis ini batin Irene kesal."

Sehun terlihat khawatir, dia bahkan menghampiri Luhan dan memegang bahu gadis itu, lalu menempelkan telapak tanganya didahi Luhan. Mengabaikan Irene dibelakang sana.

" Apa masih ada yang sakit.?" Luhan mengangguk, ia memegangi perutnya dan sesekali mengernyit sakit, padahal jelas sekali itu dibuat buat.

" Dimana?" tanya Sehun tidak sabaran.

" Sudah kubilang istirahat saja Luhan." Ucap sehun dengan nada kesal.

Luhan hanya mengerucutkan bibirnya. " Kau belum makan siang kan?" tembak Sehun kemudian. Dan diangguki lemah oleh Luhan. Irene yang melihat adegan barusan mendecakkan lidah tidak suka. Luhan memang gadis yang pantas dibasmi.

.

Flashback off.

.

Dan disinilah kami berlima, Luhan, Sehun, Irene, Kyungsoo dan Eunha berada dalam satu meja yang sama. Sehun duduk berdampingan dengan Irene dan Luhan duduk disebrang meja disamping Kyungsoo dan Eunha dikanan dan kirinya. Kedua temanya itu sempat menolak diajak, karena tak enak menganggu acara kencan dokter Oh. Tapi salahkan Luhan, makhluk itu memaksa Kyungsoo dan Eunha menemaninya.

" Kau membuat kita seperti obat nyamuk Lu." Gerutu Eunha kesekian kalinya.

Setelah tadi dia mengeluh sakit dan menganggu kencan berdua Sehun, sekarang Luhan ingin sekali mengacaukanya. Entah kenapa melihat Sehun dan perempuan bernama Irene ini terlihat dekat membuat Luhan merasa kesal karena diabaikan.

" Jadi sejak kapan kalian berdua menjadi dekat?" tanya Luhan berusaha terlihat tenang sekalian menganggu interkasi Sehun dan Irene yang nampak akrab.

Irene yang duduk disamping Sehun menoleh menghadapnya.

" Sekitar dua bulan yang lalu." Jawabnya.

" Apa kalian benar benar sepasang kekasih?" tanyanya lagi, merasa masih tidak mau menerima fakta itu.

Keduanya mengangguk, Sehun dan Irene.

" Seperti yang kau lihat."

" Kau gila kita menganggu orang berkencan." Bisik Eunha dikuping kanan Luhan, memang posisi nya seperti itu.

Luhan pura pura tak peduli, dia focus menatap Sehun dan Irene.

" Memangnya kenapa Luhan, apa itu menganggumu?" tanya Sehun tenang, merasa aneh dengan sikap Luhan yang tidak seperti sebelumnya.

" Iya." Jawabnya mantap.

Kyungsoo, Eunhaa dan Sehun begitu terkejut, tapi tidak dengan Irene gadis itu sudah memprediksi sebelumnya.

" Kau gila." Hardik Kyungsoo terang terangan.

Luhan memalingkan wajah menghadap Kyungsoo " Aku masih waras." Ucapnya cuek.

" Kenapa?" tanya Sehun kalem kemudian, setelah tersadar dari mode terkejutnya mendengar jawaban Luhan.

" Aku cemburu." Balas Luhan akhirnya.

" Hah?" refleks Kyungsoo dan Eunhaa bebarengan. Terlalu terkejut dengan pengakuan dadakan Luhan. Mereka merasa ada yang salah diotak gadis ini, karena terlalu terpuruk memikirkan Chanyeol mungkin.?

" Ya! Gadis ini.!" Maki Irene kesal pada Luhan. Sehun masih diam dan memandang dengan tatapan yang tidak bisa diartikan kearah Luhan. Menanti kelanjutan ucapan gadis itu.

" Karena aku menyukaimu." Lanjutnya, gampang dan enteng sekali mengatakanya ya Lu.?

.

TBC!

.

.

Annyeong yorobunn.

Lama gak ketemu ya, sekarang udah bulan puasa yeay.. Makasih buat yang udah setia nungguin ff ini. Seneng banget ada yang nanyain ff ini :* :* :*

Aku tahu emang ini membosankan syekalii huhuhuhu, tapi percayalah. Sebenarnya ini ada bbrp scene tida penting yang w hapus karena mungkin menganggu untuk dibaca dan tida ada faedahnya. Wkwkwk tpi percaya deh, gw yang ngetik aja bosen. But ada bbrp scne fav w banget disini, meski ada alay. Tp tyda apa apalah, sebagai bumbu" percintaan aneh ini.

Untuk Luhan keknya rada gimana gitu ya, efek sakit mungkin? Haha jangan lupa kasih komenya ya, aku berharap banget loh, review dari kalian itu bikin semangat banget buat nulis. Apalagi aku juga libur panjang banget jd mungkin kalau ada mood bakal cepet up nya. Seharusnya ini udah di up bbrpa bulan yg lalu tapi error dan w gasempet pergi ke wifi buat up. Percaya deh w buka ffn dirumah pake laptop gabisa mulu. Bisanya update ff kalau pergi ke wifi sekalian donlot drakor.

Ok, see you next time. JJJJJJJJ

Dadaaaahhhh :* :* :* :*