Tittle : Let me know

Author : Kim Joungwook

Pairing : NamJin

Length : chaptered

Genre : Romance

Summary : Dan sepertinya, kehidupan Seokjin untuk kedepannya tidak akan sama lagi. Karena ia membawa tambahan satu nyawa bersamanya.

Warning : Shounen-ai, BoyXBoy. Typo(s). Mpreg. Don't Like Don't Read!

.

.

.

BTS

.

"Yak, cukup sampai disini."

Hah~

Kalimat itu ditanggapi dengan serempak oleh ketujuh member salah satu grup terkenal. Mereka langsung terduduk, bahkan ada yang berbaring di lantai practice room begitu coach memerintahkan berhenti. Ini sudah 5 jam sejak mereka berlatih dance tanpa henti sejak makan siang berlalu. Dan energi mereka sudah terkuras habis. Bahkan Hoseok sudah terkapar di lantai dance dengan nafas tersengal.

"kalian sudah cukup baik, kita lanjutkan latihan besok. Sampai jumpa~"

"Ne, gamsahamnida~"

Lalu ruangan menjadi hening, hanya ada suara nafas yang saling beradu satu sama lain. Taehyung dan Jimin yang duduk bersandar pada kaca disisi sebelah kanan memandang keseluruh ruangan dimana para member tengah telentang dengan dada yang naik turun dengan cepat.

"hyung, hah~ ayo makan malam. Aku lapar." Jungkook tiba-tiba berteriak. Bangun dari tidurnya dan memutar pandangannya ke arah Namjoon dan Seokjin yang masih berbaring di sampingnya. Namjoon langsung ikut duduk, mengangguk, "ya. Ayo kita bersiap. Ada yang ingin menggunakan shower pertama?"

Seokjin tiba-tiba bangkit berdiri, ia memegangi perutnya dan langsung berlari menuju kamar mandi di sudut ruangan, "aku duluan." Ia sempat berteriak keras sebelum menutup, setengah membanting pintu kamar mandi.

"Seokjin hyung kenapa?" tanya Taehyung pada Jimin disampingnya. Yang ditanyai hanya mengangkat kedua bahunya, "aku juga tak tahu. Mungkin Seokjin hyung butuh wc, kkkk"

Saat member diluar tengah membicarakan dirinya, bahkan membuatnya bahan candaan, Seokjin justru berusrusan dengan perutnya yang bermasalah. Sudah hampir seminggu ini ia selalu merasa mual, bahkan saat ia tidak makan sesuap nasipun ia tetap dipaksa mengeluarkan isi perutnya.

Seperti sekarang, setelah berjam-jam berlatih koreografi, ia kini justru memuntahkan semua makan siangnya. Ia tidak merasa sakit, kecuali sesekali pusing dan lemas, tapi ia merasa baik-baik saja. Ia juga merasa tidak salah makan hingga membuat perutnya bermasalah. Entahlah, ia tak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya.

Seokjin bersandar pada dinding kamar mandi, mengusap lembut perutnya yang masih terasa mual.

"ish, ada apa sih." Ia menggerutu sebal. Keadaannya sekarang sungguh membuat dirinya tidak nyaman. Mereka sebentar lagi comeback, belum lagi world tour yang sudah menunggu didepan mata. Semua hal itu menguras tenaga, tapi kondisi tubuhnya justru berkata sebaliknya.

"akhir-akhir ini aku juga merasa cepat lelah. Sepetinya aku harus memeriksakan diri ke dokter, sebelum merepotkan banyak orang nantinya."

Dengan keputusan itu, Seokjin melewatkan makan malam bersama member dan manajer untuk periksa ke dokter. Ia tidak ingin diantar oleh siapapun, berkata bahwa hanya akan melakukan pemeriksaan tubuh biasa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

.

.

.

Satu minggu sudah terlewati sejak hari itu, dan keadaan Seokjin belum membaik. Ia masih sering mual, dan pusingnya semakin menjadi. Bahkan ia tidak bisa ikut berlatih penuh karena cepat lelah, dan member lain mulai khawatir dengan keadaannya. Apalagi sang leader, yang merasa bertanggung jawab dengan keadaan membernya.

"hyung."

Seokjin yang tengah duduk di ruang makan seorang diri dengan cepat menoleh, menatap Namjoon yang berdiri disampingnya.

Namja cantik itu tersenyum, "Ada apa Namjoon ah? Kenapa kau belum tidur, ini sudah jam 2 bahkan."

Namjoon balas tersenyum, ia menarik kursi di samping Seokjin dan mendudukkan dirinya, "hyung sendiri kenapa belum tidur, hm? Bukankah keadaan hyung juga belum membaik?" Namjoon balas bertanya.

"hyung tidak bisa tidur. Entahlah, tiba-tiba aku tidak mengantuk." jawab Seokjin, ia mengalihkan pandangannya dari Namjoon dan menatap kosong kedepan, ia membaringkan kepalanya diatas meja, beralas lipatan tangannya.

Namjoon mengerutkan keningnya, "memang hasil test yang hyung lakukan minggu kemarin bagaimana? Bukankah tadi hyung ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes darah minggu lalu?"

Diam, Seokjin hanya diam. Ia memandang Namjoon yang juga menatapnya dengan penasaran. Ia tersenyum kecil, "Tidak ada yang mengkhawatirkan dari tes darah dan tes urin yang aku lakukan minggu lalu. Mungkin faktor usia yang membuatku cepat lelah."

Namjoon tertawa, mendengar alasan Seokjin yang sangat silly.

"lalu bagaimana dengan mual dan pusing yang hyung rasakan, hm?"

Seokjin mengangkat kedua bahunya ringan, "aku juga tak tahu. Mungkin aku meminum susu yang sudah tidak baik, entahlah. Biarkan saja, lagipula aku juga merasa lebih baik sekarang."

"sungguh? Dokter tidak memberikan obat apapun?" tanya Namjoon masih belum percaya. Seokjin mengangkat kepalanya, ia tersenyum dan menggenggam tangan Namjoon diatas meja.

"tidak apa-apa Namjoon, sungguh. Jika aku menderita sakit parah, kalian akan menjadi orang pertama yang aku beritahu, khususnya dirimu. Ok? dan aku mendapat beberapa vitamin dari dokter, saat sudah habis semoga keadaanku juga kembali normal. Jadi kau tak perlu khawatir."

Namjoon terdiam, ia tidak menanggapi penjelasan Seokjin dan hanya mempererat genggaman tangan mereka.

"hyung."

"hm?"

"aku ingin meminta maaf untuk kejadian bulan lalu."

Kalimat itu membuat tubuh Seokjin menegang, ia melebarkan matanya menatap Namjoon. ia tidak berpikir bahwa Namjoon akan mengungkitnya lagi. Kejadian bulan lalu tidak akan pernah, bahkan sampai kapanpun tidak akan pernah dilupakan Seokjin.

Karena untuk pertama kalinya, Namjoon melakukan seks dengannya.

"kupikir kita sudah membicarakan ini dulu. Bukankah kau bilang untuk melupakannya? Menganggap semua tidak pernah terjadi?" tanya Seokjin lirih.

Namjoon menunduk, menatap tautan tangan mereka yang belum terlepas, "ya, aku memang berkata seperti itu. Tapi aku merasa hubungan kita menjadi canggung, kita semakin menjauh. Entahlah, aku merasa kurang nyaman dengan keadaan kita. Jadi aku ingin meminta maaf jika hyung merasa dirugikan. Apalagi aku sedikit memaksa malam itu."

Seokjin mengeleng, "sudahlah, Namjoon. lupakan saja. Lagipula malam itu aku juga menikmatinya." Mau tidak mau Seokjin merona dengan kalimatnya sendiri.

Mendengar itu, Namjoon menyeringai jahil, "sungguh? Wah, tak kusangka ternyata hyung cukup pervert juga."

"yak!" Seokjin melepas tautan tangannya dan memukul Namjoon, "sudah, sudah, sana pergi! Tidur sana!"

Namjoon tertawa, ia mengacak kasar rambut Seokjin, "hyung merona, ya ampuunn~ manis sekali sih." Goda Namjoon lagi. Kalimat itu justru membuat Seokjin semakin merona. Ia semakin keras mendorong tubuh Namjoon menyingkir dari sisinya.

"sana tidur aku – "

Grep

Namjoon tiba-tiba memeluknya, melingkarkan tangannya disekeliling tubuh Seokjin, menghentikan gerakan Seokjin mengusirnya. Ia menepuk pelan punggung lebar Seokjin, menyandarkan dagunya nyaman di bahu lebar hyung tertua di Bangtan itu

"kalau hyung ada masalah, jangan menyimpannya sendiri hyung. Ada aku dan member lain yang siap mendengarkan dan membantu. Apalagi hyung sudah benar—benar membantuku bulan lalu."

Seokjin diam, ia tidak membalas pelukan Namjoon, tapi ia menyandarkan kepalanya didada bidang Namjoon, merasakan detakan jantung Namjoon yang tenang, membuatnya nyaman. Ia mengangguk pelan.

"ingat hyung, aku menyayangimu." Kalimat dari bibir Namjoon itu membuat Seokjin merona, bahkan telinganya sampai memerah. Namjoon yang melihat itu terkekeh.

"aku juga menyayangi member lain sama besar kok. Hyung jangan terlalu percaya diri menjadi member favoritku." Tambah Namjoon menggoda. Seokjin mendengus dan mendorong tubuh Namjoon, membuat pelukan mereka terlepas.

"dasar! Sudah sana tidur!" usir Seokjin lagi. Kali ini Namjoon mengangguk dan menurut.

"baiklah. Hyung juga segera tidur sana, good bam!"

"hm, jaljayo~"

Lalu Namjoon berlalu, memasuki kamarnya dengan Taehyung. Meninggalkan Seokjin seorang diri di meja makan. Perbincangan dengan Namjoon tadi membuatnya mengingat malam itu, saat ia dengan sadar menyerahkan dirinya dibawah Namjoon mengerangkan nama leadernya itu.

Seokjin masih ingat dengan jelas kejadian malam itu. Bulan lalu, tepatnya minggu ketiga bulan lalu, hari rabu. Saat itu mereka tengah sibuk menyiapkan comeback, melengkapi list lagu untuk mengisi album, juga koreografi. Dan sebagai salah satu producer di BTS, Namjoon tentunya memiliki tekanannya sendiri.

Tiga hari Namjoon mengurung diri di studio, dan sebagai hyung tertua – sekaligus orang yang sangat mempedulikan Namjoon – Seokjin mendatangi studio Namjoon malam itu. Belum ada jam 7, belum lewat makan malam. Ia berencana mengajak Namjoon menikmati makan malam berdua, sekaligus berusaha mengurangi stress yang dirasakan leadernya itu.

Namun yang tidak ia prediksi, adalah Namjoon yang mabuk, menumpahkan segala keluh kesahnya sebagai leader, betapa berat menyandang gelar itu sekaligus membuat lagu dan juga lirik untuk album baru mereka. belum lagi jadwal individunya yang semakin banyak. Berbagai tekanan kecil menumpuk menjadi stress yang cukup membebani Namjoon, dan Seokjin mencoba memahami itu.

Jadi, saat Namjoon begitu mabuk sampai tidak sadar sepenuhnya dan mengajaknya ke sebuah motel didekat tempat makan mereka, Seokjin setuju. Tidak menyangka bahwa dengan sedikit paksaan dari Namjoon, Seokjin akan merelakan tubuhnya dinikmati Namjoon. Seokjin tidak munafik, ia menikmati malam panas itu dengan Namjoon. bohong jika ia tidak menyukainya. Faktanya, sudah lama ia memendam perasaan untuk dongsaengnya satu itu.

Tapi yang tidak Seokjin antisipasi adalah dampak dari kegiatan seks yang mereka lakukan – Seokjin tidak akan menyebutnya bercinta, karena Seokjin yakin bahwa Namjoon tidak mencintainya. Ia tak menyangka, bahwa gejala yang sudah 2 minggu ia alami ini adalah dampak dari seks yang ia dan Namjoon lakukan. Karena amplop berlogo rumah sakit hasil dari tes darah dan tes urin yang ia simpan di laci paling bawah di kamarnya itu menunjukkan segalanya. Fakta yang sampai sekarang masih belum bisa diterima oleh Seokjin sepenuhnya.

"sayang, apa benar kau tengah tumbuh didalam sana?" Seokjin bergumam lirih seraya mengusap lembut perutnya. Matanya berembun membayangkan apa yang akan ia lalui 8 bulan kedepan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia hamil, 5 minggu. Sesuatu yang sangat mustahil, tidak pernah terpikirkan sama sekali olehnya.

Namun ia ditunjukkan bukti yang sangat jelas, hasil USG yang juga ia lakukan tadi saat mendapat hasil test. Bahkan foto USG itu masih tersimpan rapi bersama amplop hasil testnya di kamar.

Seokjin menunduk, menatap perutnya yang masih rata, "sayang, bertahan bersama-sama ya. Eomma – ah, bagaimana aku harus memanggil diriku sendiri. Eomma? Tapi aku bukan yeoja. Appa? Lalu, bagaimana nanti dia memanggil Namjoon? ah, tidak perlu memikirkan Namjoon. bahkan ia tidak tahu eksistensimu. Baiklah, appa. Appa akan menjagamu, sayang. Baik-baik ya disana. Ja, kita minum susu lalu tidur."

Dan sepertinya, kehidupan Seokjin untuk kedepannya tidak akan sama lagi. Karena ia membawa tambahan satu nyawa bersamanya.

.

.

.

TBC

Yuhu~~~ aku kembali dari mendekam dari dunia nyata. Aku kembali dengan membawa ff drama pertama yang aku tulis dengan pair namjin. Ini akan menjadi sebuah ff drama, yang ringan, dan juga pastinya fluff.

Disini pastinya udah tahukan apa maslaahnya? Yup, our mommy is pregnant~ wkwkwkwkw, aku tiba-tiba kepikiran buat ff dimana seokjin hamil, dan dia sembunyi2 dari member lain. sudah, begitu sajaaaa

Jadiii, semoga kalian menikmatinya. Aku gak bisa mnejanjikan cepat update, jadi mohon bersabar ya~

Yuhuuu~ gomawoyo yeorobun~ muach!